PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON

3y ago
38 Views
2 Downloads
2.92 MB
49 Pages
Last View : 27d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Luis Wallis
Transcription

PELAKSANAAN PEKERJAANPERKERASAN JALAN BETONDisampaikan dalam Pelatihan :Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

4.1. PENGERTIAN UMUM4.1.1. PendahuluanTiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana LapanganPerkerasan Jalan Beton :1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuatperkerasan jalan beton.2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambunganekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untukpekerjaan perkerasan jalan beton.3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan danpenyelesaian akhir beton.

4.1.2. Pengertian Umum4.1.2.1 Definisi Perkerasan KakuPerkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai strukturperkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan(tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerusdengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa ataudengan aspal sebagai lapis permukaan.

1). Lapis PondasiLapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) betonsemen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K400.Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas betonpratekan.Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakankonstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsungdengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surfacecourse), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidaklicin.Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah(sub base course).

2). Lapis Pondasi BawahFungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :- sebagai lantai kerja (working platform),- mencegah pumping (pemompaan), dan- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapispondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalulintas (bersifat non-struktural).Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat betonmelalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ketanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibatdari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagidengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambatlaun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangandukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untukmenahan momen lentur.Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanahmerah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan platbeton.

Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granularmaterial / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yangmasuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluranpembuang di bawah perkerasan (subdrain).Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agarmaterial halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yangdipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filtermaterial).Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurusdengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0)sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkansebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawahperkerasan (tanah dasar).Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnyatidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.

3). Bond BreakerBond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan(bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan platbeton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125mikron).Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidakboleh dikasarkan (grooving atau (brushing).Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” dibawah plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akanmenimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton diatasnya.Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukanadanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya“dewatering” campuran beton.

4.1.2.3 Prinsip Penyebaran BebanPerkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagaisingle layer system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapispondasi, yang berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas di atasnyauntuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luasdibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimumyang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm2).Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini padaumumnyat idak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).Pressure only 3 psi (0.2 kg/cm2)- sangat kecil !!!Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).

Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen1) Perkerasan beton semendengan sambungantanpa tulangan (JointedUnreinforced/PlainConcrete Pavement /JPCP);2) Perkerasan beton semendengan sambungandengan tulangan (JointedReinforced ConcretePavement / JRCP);3) Perkerasan beton semenmenerus (tanpasambungan) dengantulangan (ContinuouslyReinforced ConcretePavement / CRCP);4) Perkerasan beton semenpratekan (PrestressedConcrete Pavement /PCP).

Konstruksi Perkerasan jalan beton di ProyekPelebaran JalanSlab perkerasan beton pratekanyang telah selesai dengan bahujalan dari perkerasan betonkonvensional.

4.2. PENYIAPAN PERALATAN PELAKSANAANPERKERASAN JALAN BETON4.2.1. Identifikasi Peralatan PelaksanaanUntuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagaiberikut: Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaandan kondisi lapangan; Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapanpelaksanaan pekerjaan beton semen; Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatanutama yang meliputi: Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant danTruck Mixer / Dump Truck), Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / ConcreteFinisher), serta Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturingand Curing Machine).

Jenis-jenis peralatan utama yang akan diuraikan berikut ini:4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform ConcretePaver)4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform ConcreteFinisher)4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan PerapihanTepi4.2.1.5. Gergaji Beton

4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) danPengangkut BetonPembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatianyang sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapandan penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampaikepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, prosesproduksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut: Penakaran bahan-bahan beton; Pencampuran; Pengangkutan ke lokasi pengecoran; Penempatan / pengecoran; Pemadatan (konsolidasi); Perawatan (Curing); Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).

Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasaasing disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan beratmaupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaranberdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis.Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampungdan untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalamConcrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan,kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alatpencampur (concrete mixer).Peralatan pembuatan campuran betonyang ditempatkan secara terpusat danbiasanya mempunyai kapasitas tinggi,sehingga cocok untuk pekerjaanpekerjaan beton dengan volume besar,disebut Batching Plant.Peralatan Batching Plant dengan alatpengangkut Dump Truck.

Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau AgitatorTruck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalamSpesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum.Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasokkebutuhan alat Slipform Concrete Paver sehingga alat penghampartersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atauketerlambatan pemasokan campuran beton.Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa BatchingPlant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukankecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yangbersangkutan untuk dapat mengendalikanmutu maupun jumlah campuran beton yangharus diterimanya agar tetap konsistendengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.Batching Plant jenis pan mixer dengan TrukReady Mix.

4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak(Slipform Concrete Paver)Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yangmempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan danmembentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasisesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebarminimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawlertrack), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi(level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang padakedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semuasensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerizedcontrol).

Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyakdipergunakan di Indonesia.

Prinsip kerjaCONCRETE PAVERPaving directionSide formPrinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen mesinpenghampar tipikal

4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (FixformConcrete Finisher)Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidakmemungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, makadapat digunakan alat berikut ini:1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapatmemperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa(finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yangdapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa.2. Vibrator (Penggetar)Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapatberupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup(immersed tube) atau multiple spuds.Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa.Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices,subgrade dan acuan (form) samping.

3. AcuanAcuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mmdan disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurangdari 3 m, dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama denganketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebardasar acuan tidak kurang dari kedalamannya.Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yangmemadai digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alatpenghampar dan penempa.Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurangdari 2/3 tinggi acuan.Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 mdari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbedamelebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujungbagian yang bersambungan.

Alat penghampar beton mekanis(dengan fixed form)Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)

Penghamparan dan pemadatanbeton secara manual

4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton danPerapihan TepiSetelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahanperawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan denganmembuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garissumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara brushing ataugrooving.Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegahaquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontakantara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanyalapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama padalalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisadikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersediafasilitas drainase di bawah ban kendaraan.Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual ataumekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm danmasing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm.

Perapihantepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan padasambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manualpada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk tepian untukmembentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bilatak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm.Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudahgompal.

Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis

Pembuatan tekstur permukaan betonsecara manualPenemprotan Curing CompoundSecara Manual

4.2.1.5. Gergaji BetonBila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints),maka harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yangmemadai untuk membentuk sambungan,Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air ataudengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikitsatu gergaji selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisaugergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.Gergaji Beton

4.2.2 Pemilihan PeralatanPemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama.Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaanperkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan datadata/informasi tentang :1. Owning Cost dan Operating Cost alat;2. Uraian Analisa Alat;3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang adadalam berkas penawaran.Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yangharus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan,apabila alat tersebut milik sendiri.

Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan: Depresiasi, Suku bunga, Pajak, Asuransi, dan Biaya penyimpanan alat.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah: Biaya bahan bakar, Biaya pelumas, Biaya perawatan, Biaya perbaikan, Biaya operator, dan Biaya pembantu operator;Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat perjam kerja.

4.2.3 Penetapan PeralatanPada dasarnya, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkanoleh Kontraktor a.l. adalah:sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalambentuk sewa-beli (leasing).Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif sewa : Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukansaja. Tidak dibebani biaya mobilisasi. Tidak dibebani biaya demobilisasi.Sedangkan kerugian dari alternatif sewa : Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasaiteknologi peralatan yang disewanya. Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selamapengoperasian alat. Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal.

Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif beli langsung : Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor. Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah. Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana danmetode pelaksanaan yang direncanakan.Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagaiberikut: Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namunsecara bertahap tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian. Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian,dengan cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi. Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milikpenyewa karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biayapemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.

4.3.PEMASANGANAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN(JOINTS)Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat betonyang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut(contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan(construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambunganmemanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat).Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban(load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambunganlidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi daripada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel,penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat(improved subgrade).Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crackinducer, atau akhir pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak jugayang menggunakan plat logam yang dibentuk terlebih dahulu kemudiandisisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namuncara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan.

4.3.1. Pembuatan Sambungan Memanjang (LongitudinalJoint).Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint)atau bidang perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur.Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada carabagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar ;- Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekistingmemanjang dan tie bar.- Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cuttinguntuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayuberpenampang ) di bagian bawah plat beton.

a) Dicor per lajurb) Dicor 2 lajur sekaligus

4.3.2. Pembuatan Sambungan Ekspansi Melintang(Expansion Joint).Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susutplat beton pada arah memanjang.Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yangsedikit lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebasmaju-mundur akibat muai-susut slab beton.Detail Sambungan Ekspansi Melintang

4.3.3. Pembuatan Sambungan Kontraksi Melintang(Transversal Contraction Joint)4.3.3.1 Sambungan Kontraksi MelintangSambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut SambunganSusut (Contraction Joint), dibuat dengan melakukan perlemahanpada penampang plat beton dengan membuat takikan sedalam ¼tebal plat.Sambungan Kontraksi Melintang

Pembuatan Sambungan dengan cara SawcutPembuatan sambungan di Indonesia lebih disukai cara saw cut mengingatbeberapa keuntungan sebagai berikut: Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit; Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerahlainnya di seluruh plat beton perkerasan; Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran /penghamparan beton; Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat betonsehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi.Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat betondan tegak lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telahditentukan. Untuk beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiberreinforcement) kedalaman penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelahpengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.

Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan: Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting); Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat); Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkanretak melintang di sekitar letak dowel.Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retakterjadi di tempat yangdiinginkan/direnc

Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data-data/informasi tentang : 1. Owning Cost dan Operating Cost alat; 2. Uraian Analisa Alat; 3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas penawaran.

Related Documents:

Bab ini menjelaskan perihal pengertian perkerasan jalan, jenis perkerasan jalan dan jenis bahan susun perkerasan jalan. 2. Relevansi Pemahaman perihal pengertian dan jenis perkerasan jalan serta jenis bahan susunnya merupakan dasar pemahaman terhadap bab-bab berikutnya. Oleh karena itu, bab ini berkaitan dengan bab-bab lain dalam bahan ajar ini. 3.

Spesifikasi pekerjaan drainase 4. Spesifikasi pekerjaan tanah 5. Spesifikasi pelebaran pekerasan dan bahu jalan 6. Spesifikasi perkerasan berbutir dan perkerasan beton semen 7. Spesifikasi perkerasan aspal 8. Spesifikasi struktur 9. Spesifikasi pengembalian kondisi dan pekerjaan minor 10.Spesifikasi pemeliharaan rutin dan pekerjaan harian .

3.3 Perbedaan Sistem Beton Konvensional Dan Beton Precast 16 3.3.1 Beton Konvensional 16 3.3.2 Beton Pracetak (Precast) 17 3.4 Perencanaan Pelaksanaan Pekerjaan Kolom dan Balok Beton Pracetak19 3.4.1 Sistem Pelaksanaan Beton Pracetak 19 3.5 Analisis Anggaran Biaya Proyek Konstruksi 24 3.5.1 Biaya Langsung (Direct Cost) 25

DAN PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN MAMBERAMO - ELELIM II DI KABUPATEN YALIMO DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA . Metode yang digunakan yaitu metode analisa komponen untuk perkerasan lentur dan metode bina marga 2003 untuk perkerasan kaku. Dari hasil perhitungan . (Mutu beton K-250) 18 cm dan tebal lapisan pondasi bawah (Lean mix .

Tabel III. 8. Spesifikasi Baja Tulangan Menurut AASTM . 35 Tabel III. 9. Perbedaan Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku . 39 Tabel V. 1. Volume Pekerjaan Konstruksi Perkerasan Lentur dengan . 29. Pekerjaan penulangan drainase cor ditempat. 42 . xv Gambar III. 30. Pengecoran konstruksi drainase cor ditempat . 42 Gambar III. 31 .

perkerasan kaku. jalan percobaan telah banyak dibuat selama beberapa tahun, Evaluasi pertama kali pada kinerja perkerasan kaku telah dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum Detroit pada tahun 1909. Jalur percobaan ini mencakup beton, granit, creosote blok, serta cedar block. Berdasarkan hasil . Modul 1 - Konsep Dasar Konstruksi Perkeasan .

Solution Hilti / Hilti solution N ATE EI 240 EI 180 EI 120 EI 90 EI 60 Sans traversant Béton Dalle 150 Sans traversant CFS-CT 11/0429 Béton Dalle 150 CFS-IS 10/0406 Béton Dalle 150 CFS-PL 13/0125 Béton Dalle 150 CFS-BL 13/0099 Traversants électriques Béton Dalle 150 CFS-PL 13/0125 Béton Dalle 150 CFS-CT 11/0429

O U N D A T I O ANSF N Journal of . (Bassi and Sharma, 1993a; Bassi and Shar-ma, 1993b; Schat et al., 1997; Sharma and Dietz, 2006) tion of Proline under water stress indicate that the level and UV radiations, etc. Apart from acting as osmolyte for osmotic adjustment, proline contributes to stabilizing sub-cellular structures (e.g., membranes and proteins), scavenging free radicals and .