PENYAKIT KARAT TUMOR PADA SENGON DAN HAMA CABUK LILIN PADA .

3y ago
85 Views
10 Downloads
209.90 KB
17 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Julia Hutchens
Transcription

PENYAKIT KARAT TUMOR PADA SENGON DAN HAMACABUK LILIN PADA PINUSOleh :Illa Anggraeni(Peneliti Perlindungan Hutan)KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN LITBANG KEHUTANANPUSLITBANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN BOGOR2012

I. PENDAHULUANPembangunan hutan tanaman merupakan suatu kegiatan penting untuk memenuhiberbagai fungsi produksi dan perlindungan, dan apabila direncanakan dengan baik dari hutantanaman dapat diperoleh pula kestabilan lingkungan. Pembangunan hutan tanaman umumnyadilakukan dengan pola tanam satu jenis (monokultur), sehingga hutan tanaman merupakan suatuekologi binaan dengan budidaya pohon hutan, dan menerapkan silvikultur intensif. Kesengajaanmenyederhanakan ekosistem alam menjadi ekosistem rekayasa seperti pola pertanamanmonokultur tersebut sangatlah rentan terhadap kerusakan hutan yang disebabkan faktor biotik danabiotik. Upaya mengurangi dan menghindarkan hutan tanaman dari kerusakan menjadi bagian darisubstansi strategi silvikultur yang diletakkan sejak awal. Oleh karena itu tindakan perlindunganhutan tidak dapat dianggap sebagai satu penyelesaian masalah kerusakan sesaat, atau hanyamerupakan tindakan darurat, melainkan lebih diarahkan untuk mengenali dan mengevaluasisemua sumber kerusakan yang potensial, agar kerusakan yang besar dapat dihindari.Perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau perkembangansuatu kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik. Apabila dapatdiwujudkan maka prosedur itu akan lebih efektif daripada pengendalian langsung setelahkerusakan yang besar terjadi. Oleh karena itu teknik pencegahan dan pengendalian OrganismePengganggu Tanaman (OPT) di sektor kehutanan perlu segera mendapat perhatian khusus,karena masalah OPT sektor kehutanan di Indonesia masih kurang mendapat perhatiandibandingkan dengan kegiatan perlindungan hutan yang lain. Upaya ini harus ditempuh karenamasalah OPT merupakan bagian integral dari kegiatan pengelolaan hutan. Para ahli kehutananmengatakan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang berasaldari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu sendiri.Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri dari organisme hidup (biotik) atau faktorfaktor lingkungan fisik (abiotik). Penyebab kerusakan hutan dari organisme hidup salah satunyaadalah penyakit hutan. Penyakit hutan dapat menimbulkan kerugian antara lain mengurangikuantitas dan kualitas hasil dan meningkatnya biaya produksi.Sejak tahun 2003 sampai sekarang, telah terjadi serangan penyakit karat tumor padatanaman sengon, di hampir seluruh areal pertanaman sengon di Pulau Jawa. Serangan penyakitini telah mencapai tingkat epidemik dan belum dapat teratasi. Pada tanaman muda, penyakit inidapat menyebabkan kematian dan pada tanaman siap panen, penyakit ini dapat menyebabkan1

penurunan kualitas kayu sehingga harga jual kayu sengon dapat menurun. Beberapa laporan telahmenyebutkan kerugian akibat serangan penyakit karat tumor. Dalam sebuah wawancaranyadengan salah satu media masa, Kepala Badan Litbang Kehutanan telah menyebutkan bahwa diPropinsi Jawa Timur sendiri, potensi kerugian akibat serangan penyakit ini dapat mencapai 24trilyun rupiah. Kondisi ini, jika dibiarkan akan berdampak pada ketersediaan dan kesinambunganbahan baku untuk industri kayu berbasis sengon.Selain penyakit karat tumor pada sengon, telah terjadi serangan hama cabuk lilin (Pienusboerneri) pada pinus. Hama ini mulai menyerang tanaman pinus di Baturaden sekitar tahun 1990,kemudian di Bandung Utara sekitar tahun 1994. Selanjutnya diketahui menyebar luas pada tahun2003 yang menyerang di sebagian besar hutan pinus di Jawa antara lain di Sumedang, BanyumasTimur, Kedu selatan, Pekalongan Timur, Surakarta, Lawu Das, Pasuruan, Kediri dan Probolinggo.II. HAMA DAN PENYAKIT HUTANAgar diperoleh pengertian yang sama tentang hama-penyakit hutan, maka terlebih dahulukita jabarkan apa yang disebut hama dan apa yang disebut penyakit.Hama adalah semua binatang yang menimbulkan kerugian pada pohon hutan dan hasil hutanseperti serangga, bajing, tikus, babi, rusa dan lain-lain. Tetapi kenyataan di lapangan hama yangpotensial dan eksplosif menimbulkan kerugian adalahdari golongan serangga. Sehinggamasyarakat umumnya mengidentikan hama sama dengan serangga.Penyakit adalah adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatutekanan/gangguan yang terus menerus dari penyebab utama (biotik /abiotik) yang mengakibatkanaktivitas sel/jaringan menjadi abnormal, yang digambarkan dalam bentuk patologi yang khas yangdisebut gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang memberikan petunjuk apakah pohon di dalam hutansehat atau sakit.Ada empat faktor utama yang memungkinkan hama dan penyakit dapat berkembangdengan baik, yaitu adanya tanaman inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup,adanya hama dan patogen yang ganas, kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembanganhama dan penyakit tersebut, dan manusia yang ikut mendukung timbul atau tidaknya suatu hamapenyakit. Hama-penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di persemaian, tanamanmuda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang berada dipenyimpanan.Serangan hama-penyakit juga tidak memilih, hampir seluruh bagian tanaman diserangnya mulai2

dari akar, batang, sampai pada daun. Perlindungan terhadap hama-penyakit akan mulai dirasakanpentingnya apabila sudah terjadi serangan yang sangat hebat (outbreak/eksplosif/wabah), yangsebenarnya keberadaan hama-penyakit tersebut telah lama, tetapi karena akibatnya belumdirasakan atau masih sedikit jadi tidak dipedulikannya atau dibiarkan saja. Akibatnya lagi hamapenyakit makin merajalela sampai akhirnya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Penyakit karat tumor pada sengonPenyebab penyakit karat tumor pada sengon ialah jenis fungi Uromycladium tepperianum(Sacc.) McAlpine. Jenis fungi karat umumnya masuk dalam divisi Basidiomycotina, kelasUrediniomycetes, ordo Uredinales, famili Pileolariaceae. Seperti patogen karat yang lain makaUromycladium juga bersifat parasit obligat yang hanya dapat hidup apabila memarasit jaringanhidup. Pada U. tepperianum, spora yang memegang peran penting dalam pembiakan danpemencarannya adalah teliospora yang dibentuk dalam jumlah besar.Fungi karat ini hanya memerlukan satu inang saja yaitu tanaman sengon sehingga fungi ini daurhidupnya pendek (mycrocyclus). U. tepperianum yang berdaur pendek adalah sebagai berikut :Piknia(menghasilkan pikniospora)Telia(Menghasilkan teliospora)Basidiospora(menginfeksi tanaman)Penularan penyakit dapat terjadi melalui penyebaran teliospora dengan bantuan air (embun),angin, serangga dan manusia. Untuk perkecambahan teliospora diperlukan air, dan lamanyawaktu berkecambah sangat tergantung pada suhu dan kondisi berkabut/gelap jugamempercepat perkecambahan teliospora. Teliospora sendiri tidak dapat menginfeksi inang.Teliospora harus berkecambah membentuk basidiospora, yang terbentuk kurang lebih 10 jamsetelah inokulasi. Basidiospora inilah yang dapat secara langsung melakukan penetrasimenembus epidermis dan membentuk hifa di dalam ataupun di antara sel-sel epidermis, xilem3

dan floem. Setelah tujuh hari inokulasi, hifa vegetatif karat tumor ini berkembang menjadi pikniasebagai pustul coklat yang memecah epidermis. Infeksi dapat terjadi pada biji, semai maupuntanaman dewasa di lapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk daun, daun, tangkai daun,cabang, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh fungi patogen tersebut. Pada semai sengon,batanglah yang merupakan bagian tanaman yang paling rentan terhadap serangan fungi karat.Fungi karat masih bisa tetap hidup di musim kemarau/kering pada bagian tanaman yangterserang. Pada waktu mulai musim hujan serangan akan bertambah dan terus tersebar selamamusim hujan.Pengendalian Penyakit Karat Tumor Secara Kimiawi :Uji coba pengendalian karat tumor telah dilakukan di beberapa tempat, diantaranya di Kediri danCiamis. Di Kediri uji coba dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Oktober 2008, padategakan sengon umur 1 tahun dengan jarak tanam 2 m x 3 m yang terletak di petak 110a. Petakpercobaan masuk ke dalam wilayah Resor Polisi Hutan (RPH) Pandantoyo, Bagian KesatuanPemangkuan Hutan (BKPH) Pare, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri, Perum PerhutaniUnit II Jawa Timur. Secara administratif RPH Pandantoyo berada di Kecamatan Ngancar,Kabupaten Kediri. Lokasi penelitian ini terletak pada ketinggian 381 meter – 561 meter di ataspermukaan laut, bertopografi datar sampai bergelombang dengan kimiringan di bawah 10persen. Jenis tanah regosol vulkan dengan tekstur berpasir dan lempung berdebu. Strukturtanah lepas, remah dan mudah tererosi. Iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) termasuktipe C dengan curah hujan rata-rata 2000 – 2200 mm per tahun. Kelembaban berkisar antara56%–82,5% dengan suhu minimum 20º C dan suhu maksimum 32º C.Di Ciamis, percobaan pengendalian penyakit karat tumor pada sengon dilaksanakan pada bulanApril sampai dengan bulan Oktober 2009. Percobaan dilakukan di kebun sengon milik rakyat diDesa Sandingtaman Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Kecamatan Panjaluberada di wilayah Ciamis bagian Utara yang secara geografis berada pada posisi 8 LintangUtara dan 11 lintang Selatan, di bawah kaki Gunung Sawal. Tinggi tempat 750 – 1000 m di ataspermukaan laut, dengan kelerangan 45%. Jenis tanah podsolik merah kuning dan sebagianlatosol.4

Dari hasil uji coba tersebut maka pengendalian karat tumor dapat menggunakan bahan-bahansebagai berikut:kapur : belerang (1:1)belerang : garam (10:1)kapur : garam (10:1)Pengendalian karat tumor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:1. Setiap tanaman (pohon uji) dibersihkan dari karat tumor dengan cara pemangkasan (wiwil),2. Karat tumor dikumpulkan dan dimasukkan dalam lubang kemudian lubang ditutup.3. Pemberian perlakuan di atas dengan cara melabur pada seluruh permukaan batang utamadan penyemprotan pada seluruh permukaan pohon.4. Perlakuan dilakukan setiap dua minggu sekali, penghitungan jumlah karat tumor pada setiappohon dilakukan satu bulan sekali. Cabuk lilinHama ini menyerang pohon pinus muda dan tua. Gejala serangan dapat terlihat jelas padabagian ranting yang terserang tertutup lilin yang berwarna putih seperti tepung akibat daribenang-benang lilin yang dikeluarkan oleh serangga tersebut untuk melindungi dirinya yanglemah. Akibat serangan hama ini beberapa tanaman muda mengalami kematian ataupertumbuhannya terhambat. Tanaman tahun 2000 yang berkali-kali diserang kutu lilin tingginyasekitar 0,5 – 1 m, padahal tanaman yang sehat tingginya sekitar 3 – 4 m. Tanaman tua yangdiserang hama ini produksi getahnya menurun. Serangan ini polifag, terdapat di daerah tropisdan sub tropis. Di Jawa umumnya menyerang tanaman di dataran tinggi. Penyebarannyadilakukan oleh angin, hujan, binatang lain seperti semut gramang. Populasinya tinggi padamusim kemarau terutama jika kelembaban pada siang hari dibawah 75 % dan berlangsung terusselama 3 - 4 bulan dengan curah hujan kurang dari 10 hari / bulan.Pengendalian hama cabuk lilin yang menyerang tanaman pinus muda agar dilakukan padawaktu serangan hama masih ringan / mulai terjadi serangan agar dapat sembuh kembali dengancepat. Pengendalian menggunakan pestisida hayati berbahan aktif Bacillus thuringiensis (4gram/liter air) yang dicampur dengan cuka kayu (40 cc/liter air). Perbandingan pestisida hayatiB. thuringiensis : cuka kayu bila dicampur dengan air 10 liter adalah 20% : 80% atau 8 gramB. thuringiensis 320 cc cuka kayu. Perlakuan diulang setiap 1 – 2 bulan sekali dengan carasemprot.5

Akibat serangan hama cabuk lilin pada pohon pinus di KPH Bandung Utara (Foto koleksi S.E.Intari dan Illa Anggraeni)III. PENGENDALIAN HAMA/PENYAKIT SECARA UMUMMaksud dari pengendalian hama/ penyakit adalah untuk memperbaiki kuantitas dankualitas hasil produksi tanaman yang diusahakan. Sedangkan tujuan dari pengendalianhama/penyakit adalah untuk mencegah terjadinya kerugian ekonomis serta menaikkan nilaiproduksi dari tanaman yang diusahakan. Jelaslah maksud dan tujuan dari pengendalian hama/penyakitadalah untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi, mantap danberkesinambungan, tetapi secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, bahkansekarang ini dikaitkan dengan kelestarian lingkungan. Jadi hama/penyakit haruslah ditekan ataudikurangi dan ditiadakan sampai di bawah ambang ekonomis. Usaha pengendalian dilakukanapabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada kerugian yang terjadi akibat seranganhama/penyakit. Dalam prakteknya pengendalian hama/penyakit dapat berupa :-Pencegahan (preventive) artinya kita melakukan suatu tindakan atau usaha agar tanamanyang masih sehat terhindar dari hama/penyakit (sebelum adanya hama dan penyakit).-Pemberantasan (control) artinya kita mengusahakan atau melakukan tindakan-tindakanterhadap tanaman yang sudah terserang hama/penyakit, dengan harapan agar tanamanitu akan sembuh dan normal kembali.Hadi (1990) mengatakan bahwa konsepsi dasar perlindungan hutan dari seranganhama/penyakit sedikit berbeda dengan yang biasa digunakan untuk perlindungan tanamanpertanian karena beberapa hal, antara lain6

a. Hasil utama yang dipanen dari hutan adalah kayu, meskipun ada beberapa perkecualianseperti biji pada hutan tengkawang (Shorea stenoptera), dan hasil hutan non-kayu sepertirotan, bahan obat-obatan yang terkandung dalam rhizom, daun dan sebagainya.b. Di dalam hutan, jenis-jenis pohon yang tumbuh tidak dikelola secara intensif seperti padapertanaman pertanian, walau di beberapa negara pengelolaan hutan tanaman mulaidilakukan secara intensif, namun demikian pada umumnya masih belum seintensif padapertanaman pertanian.c. Bagian pohon yang dikeluarkan dari hutan adalah batangnya apabila hutan tersebutadalah hutan produksi kayu pertukangan, dan batang beserta seluruh percabangannyaapabila untuk produksi serat dan energi.d. Daur hutan dapat mencapai puluhan tahun kecuali untuk produksi serat dan produksienergi, yang lebih pendek.e. Hutan dapat mempunyai fungsi lain disamping untuk produksi, antara lain untukmelindungi tanah dari penghanyutan oleh air hujan, tata air, perlindungan marga satwadan sebagainya.f.Banyak hutan terletak di tempat-tempat yang terpencil, tidak mudah dicapai, dan tidakbanyak dihuni manusia yang dapat membatasi kemungkinan untuk pengelolaannya secaraintensif termasuk dalam upaya perlindungannya terhadap gangguan hama/penyakit.g. Siklus hidup jenis-jenis pohon yang biasanya panjang, menyebabkan pemuliaan dalamupaya untuk memperoleh varietas unggul yang resisten terhadap hama/penyakit, menjadilebih sulit dan memerlukan program jangka panjang.Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan selama ini telah berhasil melakukan pengendalianhama dan penyakit pada sengon, jabon dan gmelina antara lain sebagai berikut :HAMA1.2.PENGENDALIAN- insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensisdengan dosis 0,5 – 2 gram per liter air dengan carasemprot langsung pada tubuh larva.- parasitoid Apanteles sp. (Hymenoptera).- pestisida nabati dari daun suren yang direndam 24jam kemudian diperas, air perasan tersebutdisemprotkan.Boktor/ Xystrocera festiva - jamur Beauveria bassiana diperoleh dengan cara(penggerek batang sengon),memblender 200 gram inokulum cendawankemudian ditambahkan 8 liter air (25gram/liter air).Eurema sp. (kupu kuning)7

3.Ulat kantong4.Uret5.Ulat grayak6.7.8.9.Ulat pemakan daunBelalangKutu putihHama kepik rendaPENYAKIT1.2.3.4.- insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensisdengan dosis 0,5 – 2 gram per liter air dengan carasemprot langsung pada tubuh larva.- jamur Beauveria bassiana diperoleh dengan caramemblender 200 gram inokulum cendawankemudian ditambahkan 8 liter air (25gram/liter air).- insektisida nabati perasan umbi gadung 125 gr/l air,perasan biji mahoni 150 gr/l air dengan cara semprot,bacok oles dan infus- Insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis- Insektisida sistemik berbahan aktif imidaklopridConfidor), metamidofos boron/boraks (1 : 10)- Menggunakan jamur entomopatogenik Metarrhizium- Insektisida berbahan aktif fipronil (Reagent)- Insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis,BPMC (Baycarp) dan imidakloprid- Insektisida berbahan aktif BPMC dan imidakloprid- Insektisida berbahan aktif BPMC dan imidakloprid- Menggunakan cuka kayu Bacillus thuringiensis,- Insektisida berbahan aktiff imidaklopridPENGENDALIAN- Bahan yang digunakan kapur, belerang dan garam(belerang : kapur 1 : 1; belerang : garam 10 : 1;kapur : garam 10 : 1; belerang : kapur : garam 10 :10 : 1). Perlakuan disemprot dan di labur (bahanuntuk semprot lebih encer dan disaring terlebihdahulu, sedangkan bahan untuk labur lebih kental)Sebelum di lakukan penyemprotan dan pelaburanterlebih dahulu menghilangkan puru pada tanamansengon yang terserang, puru dikumpulkan dandikubur dalam tanah agar tidak menular. Setelahpuru dihilangkan batang dilabur dan disemprotPenyakit Bercak daun- Menggunakan cuka kayu 40cc per liter air- Fungisida berbahan aktif benomil dan berbahan aktifbelerangPenyakit busuk akar, rebah - Menggunakan fungisida antagonis Trichoderma dankecambah dan layuGliocladium- Fungisida berbahan aktif triadimefon (Bayleton)Penyakit embun tepung- Menggunakan fungisida berbahan aktif benomilPenyakit Karat tumor8

RESEP PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SECARA UMUM(Kardinan, 1999; Pracaya, 2008)I. PENGENDALIAN HAMA1. INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF Bacillus thuringiensis (Nama dagang Bactospeine)1 g insektisida 1 liter air, diaduk dengan rata, masukan dalam alat semprot. Cairanharus mengenai larva/ulat.2. FUNGI ENTOMOPATOGENIK Beauveria bassiana25 g biakan masal fungi (media jagung) ditumbuk/diblender tambahkan 1 liter air, diadukhingga rata. Disaring kemudian dimasukkan dalam alat semprot. Cairan harus mengenailarva/ulat, bila ulat berada dalam lobang maka digunakan alat suntik.3. INSEKTISIDA NABATIA. Daun mimba 4 ons, lengkuas 3 ons, serai 3 ons dan deterjen/sabun colek seujungsendok (1 g). Daun mimba lengkuas serai ditumbuk halus kemudian ditambahkan1 liter air biarkan semalam (24 jam). Setelah semalam direndam tambahkan 3 liter airdan sabun colek (diaduk), disaring dan siap disemprotkan.B. Daun mindi sebanyak 500 gram ditumbuk halus kemudian tambahkan 5 liter air,direndam semalam (24 jam). Setelah direndam tambahkan sabun 1 g, disaring dansiap untuk disemprotkan.C. Bawang putih 2 siung ditumbuk halus tambahkan merica halus 2 sendok kemudiantambahkan 4 liter air dan sabun 1 g, disaring dan siap untuk disemprotkan (kumbang)D. Rawit 24 buah ditumbuk halus, masukkan 120 g kapur dan 120 g garam tambahkan16 liter air dan diaduk hingga merata. Campuran didiamkan selama 2 jam, kemudiandisaring dan siap untuk disemprotkan (semut, kutu, siput, ulat, virus).E. Daun pepaya 1 kg ditumbuk halus tambahkan 10 liter air biarkan 2 jam. Setelah duajam tambahkan sabun 1 gr diaduk hingga merata, disaring dan siap untukdisemprotkan.F. Abu ½ cangkir kapur ½ cangkir 4 liter air, diaduk hingga rata dan dibiarkan 2 jam.Apabila digunakan langsung pada perakaran tidak perlu disaring, dilakukanpenyaringan apabila perlakuannya disemprot (uret dan kumbang).G. Daun bintaro 1 kg ditumbuk halus ditambah 5 liter air, direndam semalam tambahkansabun, disaring dan siap untuk digunakan.H. Daun suren 1 kg ditumbuk halus ditambah 5 liter air, direndam semalam tambahkansabun, disaring dan siap untuk digunakan.9

II. PENGENDALIAN PENYAKITA. Karat tumor : 1 kg belerang 1 kg kapur 1 ons garam, ditambah 5 – 10 liter air diadukhingga rata. Larutan untuk labur lebih pekat, sedangkan larutan untuk semprot lebih encerdan harus disaring terlebih dahulu.B. Fungi antagonis Trichoderma sp dan Gliocladium sp. yang dibiakan massal padacampuran sekam : dedak : pupuk kandang : kompos : pasir 2 : 2 : 1 : 1 : 1(barangnya dah jadi, diperagakan saja karena harus di laboratorium ada sterilisasi, isolasidll.). Biakan massal dicampurkan pada media semai untuk mencegah penyakit akar.C. Cuka kayu : 20 – 40 cc y

penyakit. Hama-penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di persemaian, tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang berada dipenyimpanan. Serangan hama-penyakit juga tidak memilih, hampir seluruh bagian tanaman diserangnya mulai . 3

Related Documents:

2-KARAT (KT or kt) is a measure of fineness of gold. A gold karat is 1/24th part, or 4.1667 percent of the whole. The purity of a gold alloy is expressed as the number of the parts of gold it contains. An object that contains 16 parts gold and 8 parts alloying metal is 16 karat gold. Pure gold is 24 karat gold. HINT: king/karat

Identifikasi dan Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Bibit Kranji (Pongamia pinnata). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan 3(2):91-100. Suharti M. (2002). Beberapa hama dan penyakit penting pada sengon (Paraserianthes falcataria) dan teknik pengendaliannya. Bul. Pen. Hutan. 632: 27 – 46. Suratmo FG. (1974). Diktat ilmu hama hutan. Fakultas .

Kerugian karena penyakit lahan basah Penyakit layu bakteri pisang Penyakit blas padi Penyakit CPVD Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian senilai Rp 26,4 milyar. Sementara itu direktorat jenderal pertanian tanaman pangan (1984) melaporkan bahw

a. Penyakit kerdil rumput (Grassy stunt) pada tanaman padi. b. Penyakit "mozaik" (daun belang, kekuning-kuningan dengan ukuran tidak normal) pada kacang tanah. c. Penyakit "Tobacco mozaic virus" (TMV) pada tembakau. infectious diseases 3. Virus PENYEBAB PENYAKIT

Pyricularia oryzae pada padi, (2) penyakit bulai yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis pada jagung, (3) penyakit karat yang disebabkan oleh . cara pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan adalah dengan aplikasi pestisida. Penggunaan pestisida kimiawi untuk pengendalian OPT masih banyak dilakukan.

penyakit (Gbr. 1), dimana konsep ini menjelaskan timbulnya penyakit biotik (penyakit yang disebabkan oleh pathogen) yang di dukung oleh kondisi lingkungan dan tanaman inang. Gambar 1. Segitiga Penyakit -Komponen Untuk timbulnya suatu penyakit paling sedikit diperlukan tiga faktor yang mendukung, yaitu tanama

A. Penyakit Akibat Kerja . 1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama

Attila has been an Authorized AutoCAD Architecture Instructor since 2008 and teaching AutoCAD Architecture software to future architects at the Department of Architectural Representation of Budapest University of Technology and Economics in Hungary. He also took part in creating various tutorial materials for architecture students. Currently he .