KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN CTL

3y ago
46 Views
2 Downloads
488.23 KB
11 Pages
Last View : 15d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Lucca Devoe
Transcription

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWAMELALUI PEMBELAJARAN CTLShinta Sangalia Sukmana Dewi1), Ekasatya Aldila Afriansyah2)1,2Program Studi Pendidikan Matematika IPI GarutEmail: 2e satya@yahoo.comAbstrakRendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa jarang mendapatkan perhatian dan guru hanya berfokuspada aspek komputasi yang bersifat algoritmik sehingga menjadikan siswa kurang aktif dan cenderung pasifsehingga tidak dapat menyampaikan ide matematiknya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untukmeningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaranCTL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yangmendapatkan model pembelajaran CTL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaranKonvensional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 16 Garut dengan sampelsebanyak dua kelas, yaitu: kelas XI-IPS 3 sebagai kelas kontrol yang mendapatkan model pembelajaranKonvensional dan kelas XI-IPS 2 sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan model pembelajaran CTL.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistika. Instrumen penelitian ini berupa tes dengan bentukuraian yang diberikan pada saat pretest dan postest serta diberikan tes skala sikap siswa. Dari hasil pretestdiperoleh Ho Tidak diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awalyang signifikan antara kelas yang mendapatkan model pembelajaran CTL dengan siswa yang mendapatkanmodel pembelajaran Konvensional. Dari hasil postes diperoleh bahwa Ha Tidak diterima sehingga dapatdisimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan modelpembelajaran CTL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensionali. Tingkatpencapaian materi siswa yang mendapatkan model CTL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan modelpembelajaran Konvensional, tetapi daya serapnya masih rendah yaitu 29,73% yang memenuhi kriteriaketuntasan minimal. Skala sikap siswa diolah dengan menggunakan skala Likert dan dapat disimpulkan bahwasikap siswa berinterpretasi cukup.Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, CTL, Konvensional.PENDAHULUANMatematika sebagai suatu ke disiplinilmu yang secara jelas mengandalkan prosesberpikir dipandang sangat baik untukdiajarkan pada anak didik. BerdasarkanTeori Perkembangan Kognitif Piaget, anakseusia SMP (1-15 tahun) belum a kehadiran benda-bendakonkrit masih diperlukan. Meski begituharus pula mulai dikenalkanbenda-bendasemi konkrit. Namun pada level SMP ini,anak sudah mulai dapat menerapkan polaberpikir yang dapat menggiringnya untukmemahami dan memecahkan permasalahan.Akibatnya banyak sekolah meluluskansiswa-siswa yang berpikir secara dangkal,hanya berdiri di permukaan persoalan,bukannya siswa – siswa yang mampuberpikir secara mendalam. Peningkatankualitas pembelajaran matematika perludilakukan tidak hanya semata-mata karnaurgensi ilmu matematika, tetapi juga untukmeningkatkan kemampuan siswa Indonesia(Afriansyah, 2017). Contextual Teachingand Learning (CTL) dipilih sebagai modelpembelajaran yang diharapkan dapatmeningkatkan kemampuan siswa dan dapatmengkaitkan antara materi yang dipelajaridengan konteks kehidupan sehari-hari siswa(Muslich, 2007). Model pembelajaran ini,melibatkan e,bertanya, menemukan, masyarakat belajar,pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.(Depdiknas, 2007).Ruseffendi (2006) menyatakan bahwadari beberapa penelitian dan keyakinan ahliteori belajar-mengajar, metode ekspositoriini merupakan cara mengajar yang palingefektif dan efisien.Melalui model pembelajaran inidiharapkan siswa mampu memanfaatkanmodel (pemodelan) yang ada, kemudianShinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL Halaman 145 – 155145

dapapayangdipelajarinya. Tentunya pembelajaran yangdirancang demi tercapainya tujuan dalammodel kontekstual ini yakni melaluimasyarakat belajar, dan penilaian yangdilakukan tidak terpaku pada hasil akhir saja,namun mempertimbangkan juga prosesselama pembelajaran berlangsung demimewujudkan penilaian yang menyeluruhdan sebenar-benarnya.Sementara itu, variable terikat yangperlu ditingkatkan adalah kemampuankomunikasi matematis siswa. Komunikasimatematis merupakan bentuk khusus darikomunikasi,yaknisegalabentukkomunikasi yang dilakukan dalam rangkamengungkapkan ide-ide matematika. Itumenurut peneliti sebenarnya, atau kita akanbisa mengungkapkan pengertian komunikasimatematis dengan melihat aspek-aspek apasaja yang semestinya dipenuhi dalamkomunikasi matematika tersebut.Berdasarkan latar belakang masalahyang telah diuraikan diatas, maka penelitimerumuskan masalah sebagai berikut:1. Apakahterdapatpeningkatankemampuan komunikasi matematissiswa?2. Bagaimana peningkatan kemampuankomunikasi matematika siswa melaluimodelpembelajaranContextualTeaching and Learning?3. Bagaimana sikap siswa terhadap Modelpembelajaran Contextual Teaching andLearning?METODEPopulasi dalam penelitian adalahseluruh siswa kelas XI SMA Negeri 16Garuttahunpelajaran2016/2017.Sedangkan sampel dalam penelitian yaitukelas XI – IPS 2 sebagai kelas eksperimendan kelas XI - IPS 3 sebagai kelas kontrol.Penelitian ini dilaksanakan pada semestergenap tahun ajaran 2016/2017 pada tanggal29 Maret sampai dengan 09 Mei 2017.Adapun tempat pelaksanaan penelitian diSMA Negeri 16 Garut.146Penelitian dilakukan di dua kelas yangterpilih sebagai sampel. Dimana satu kelassebagaikelasEksperimen(E)pembelajarannya menggunakan metodeContextual Teaching and Learning.Sedangkan satu kelas lainnya sebagai kelasKontrol (K) pembelajarannya menggunakanmodel konvensional. Dengan desainpenelitian berbentuk nonequivalent controlgroup design dapat diformulasikan sebagaiberikut: (Sundayana, puankomunikasi matematiO2: Post-test kemampuan komunikasimatematik.X: Perlakuan dengan model pembelajaranContextual Teaching and Learning.: Kedua kelompok tidak dipilih secararandomPenelitian ini menggunakan dua carapengumpulan data yaitu dengan tes danangket (Sundayana, 2015). Tes dilakukansebelumdansesudahpelaksanaanpembelajaran pada kelas eksperimen dankelas kontrol. Angket hanya diberikan padakelas eksperimen untuk melihat sikap siswaterhadap mata pelajaran matematika, Modelpembelajaran Learning Start with aQuestion (LSQ) serta soal-soal yangberkaitan dengan kehidupan sehari-hari(Lestari&Yudhanegara,2015).Berdasarkan teknik pengumpulan datadiatas, ada dua jenis data yang diperolehyaitu data berupa hasil tes kemampuanpemahaman matematis siswa dan databerupa hasil skala sikap siswa.HASIL DAN PEMBAHASANDeskripsi data statistik hasil belajarsiswa meliputi rata-rata, standar deviasi danjumlah siswa berdasarkan pembelajaranyang digunakan. Hasil deskripsi tes awal(Pretest) maupun tes akhir (Posttest)kemampuan pemahaman matematia kelasShinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL Halaman 145 – 155

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391eksperimen dan kelas kontrol diperolehsebagai berikut:1. Analisis Data Hasil PretestPretest diberikan pada kedua kelaseksperimen, baik kelas yang mendapatkanmodelpembelajaranCTLdenganpendekatan Konvensional sebagai kelaseksperimen 1 dengan jumlah siswa 36 orangmaupun kelas yang mendapatkan modelpembelajaran CTL dengan pendekatanKonvensional sebagai kelas eksperimen 2dengan jumlah siswa 36 orang. Dari masingmasing kelas diperoleh hasil sebagai berikut:Tabel 1 Data Hasil 6Keterangan: Skor ideal 12a. Uji NormalitasKarena data yang diperoleh dalambentuk sebaran dan jumlah siswa kurang dari50 orang, maka uji normalitas hasil pretestmenggunakan uji Lilliefors dengan tarafsignifikan 5%.Berdasarkan hasil uji normalitas datates awal dengan menggunakan uji Lilliefors,hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut:Tabel 2 Hasil Uji Normalitas DataTes AwalKelasCTLKonvensionalNilai LLmaksLtabel0,5000 idakBerdistribusiNormalPada tabel di atas, terlihat bahwa kelasCTL mempunyai nilai Lmaks 0,5000 Ltabel 0,1498maka Ho diterima artinya data tesawal Eksperimen 1 tidak berdistribusinormal. Sedangkan kelas Eksperimen 2mempunyai nilai Lmaks 0,674 Ltabel 0,1476maka Ho diterima artinya data hasiltes awal kelas kontrol tidak berdistribusinormal.Seperti pada data yang diperoleh darikedua sampel yang diperoleh bahwa datatersebut tidak berdistribusi normal., makauntuk langkah selanjutnya adalah dilakukanuji statistik non parametrik yaitu dengan ujiMann Whitney.1) Uji Mann WhitneyKarena kedua kelompok data yangdiperoleh dari hasil pretest tidakberdistribusi normal, maka selanjutnyadilakukan uji Mann Whitney. Sebelummelakukanperhitungan,penulismerumuskan hipotesis nol dan hipotesisalternatifnya, yaitu:H0: Tidak terdapat perbedaan yangsignifikan kemampuan awal komunikasimatematis siswa antara kelas Eksperimen1 dan kelas Eksperimen 2.Ha: Terdapat perbedaan yang signifikankemampuan komunikasimatematisantara kelas Eksperimen 1 dan kelasEksperimen 2.Melalui hasil Uji Mann Whitney,diperoleh nilai dengan menggunakan uji duapihak dan taraf signifikan 0,05 diperolehnilai ztabel Z0,5(1-α) Z0,5(1-0,05) Z(0,475) 1,96 karena nilai zhitung 1,562 berada padadaerah penerimaan Ho yaitu: zhitung ztabeldapat disimpulkan bahwa: Tidak terdapatperbedaan yang signifikan kemampuankomunikasi matematis siswa antara kelasEksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2.2. Analisis Data Hasil posttestPosttest diberikan pada kedua kelaseksperimen, sama seperti pada pretest. Darimasing-masing kelas diperoleh hasil sebagaiberikut:Tabel 3 Deskripsi Data Hasil Tes AkhirKelasCTLKonvensionalJml Skor Skor Skor Rata- Simp.Siswa Ideal Terke Terbes rata Bakucilar36121127,611 1,809361127,306 1,687Dari Tabel 3 terlihat bahwa data tesakhir yang diperoleh pada kelas CTL dankelas kontrol mengalami perbedaan. Hal inidapat dilihat dari nilai rata-rata kelas CTLyaitu 7,611 dan simpangan baku yaitu 1,809Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL Halaman 145 – 155147

dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 7,306dan simpangan baku yaitu 1,687.Untuk mengetahui hasil penelitian ini,maka dilakukan pengolahan data sebagaiberikut:a. Uji NormalitasKarena data yang diperoleh dalambentuk sebaran dan jumlah siswa kurang dari50 orang, maka uji normalitas hasil pretestmenggunakan uji Lilliefors dengan tarafsignifikan 5%.Berdasarkan hasil uji normalitas datates akhir dengan menggunakan uji Lilliefors,hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut:Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data TesAkhirKelasCTLkonvensionalNilai LLmaksLtabel0,9645 lTidakBerdistribusiNormalPada tabel di atas, terlihat bahwa kelasCTL mempunyai nilai Lmaks 0,9645 Ltabel 0,1476 maka Ho diterima artinya data tesakhir CTL tidak berdistribusi normal.Sedangkan kelas CTL mempunyai nilaiLmaks 0,91708 Ltabel 0,1476 maka Hotidak diterima, sehingga data hasil tes akhirkelas Eksperimen 2 tidak berdistribusinormal.Seperti pada data yang diperolehbawah kedua sampel tidak berdistribusinormal, maka untuk langkah selanjutnyaadalah dilakukan uji statistik non parametrikyaitu dengan uji Mann Whitney.1) Uji Mann WhitneyKarena kedua kelompok data yangdiperoleh dari hasil pretest tidakberdistribusi normal, maka selanjutnyadilakukan uji Mann Whitney.Sebelum melakukan perhitungan,penulis merumuskan hipotesis nol danhipotesis alternatifnya, yaitu:H0 : Kemampuan komunikasi matematissiswa antara yang mendapatkan modelCTL tidak lebih baik dari padapendekatan Konvensional.148Ha : Kemampuan komunikasi matematissiswa antara yang mendapatkan modelCTL lebih baik dari pada pendekatanKonvensionalDengan menggunakan uji satu pihak,diperoleh nilai ztabel analisis pretes1,645,karena nilai zhitung 3,166 berada padadaerah penerimaan Ha yaitu: zhitung ztabeldapat disimpulkan bahwa: Kemampuankomunikasi matematis antara siswa yangmendapatkan model pembelajaran CTLlebihbaik daripadapendekatanKonvensional.3. Analisis Data Hasil Gain TernormalisasiUji gain dilakukan untuk mengetahuipeningkatankemampuankomunikasimatematis siswa tiap individu pada kelasEksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2. UjiGain yang digunakan adalah uji gainternormalisasi untuk mengetahui seberapabesar peningkatannya, adapun hasilRekapitulasi analisis gain ternormalisasisebagai berikut.Tabel 5 Data Persentase dari GainTernormalisasi kelas Contexstual Teahingand LearningNo.FiPresentase %1Interpretasi ah92536100JumlahTabel 6 Data Persentase dari GainTernormalisasi kelas KonvensionalNo.FiPresentase %1Interpretasi h2158,3336100JumlahBerdasarkan Tabel 5 terlihat bahwadata gain ternormalisasi yang diperolehpada kelas CTL yaitu sebagai berikut:jumlah siswa sebanyak 36 siswa dengan skorterkecil 0,1 dan skor terbesar 1, makadiperoleh rata-rata gain ternormalisasi 0,302dan simpangan bakunya bernilai 0,278.Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL Halaman 145 – 155

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391Hasil rata-rata gain ternormalisasi 0,302terdapat pada rentang 0,30 g 0,70. Makapeningkatankemampuan komunikasimatematis siswa kelas CTL berinterprestasisedang.Sedangkan pada Tabel 6 kelasKonvensional diperoleh data sebagaiberikut: jumlah siswa sebanyak 36 siswadengan skor terkecil 0,2 dan skor terbesar 1maka diperoleh rata-rata gain ternormalisasi0,567 dan simpangan bakunya bernilai0,311. Hasil rata-rata gain ternormalisasi0,567 terdapat pada rentang 0,30 g 0,70.Maka peningkatan kemampuan komunikasimatematis siswa kelas Konvensionalberinterprestasi sedang.Tabel 7 Data Hasil Gain k mengetahui sikap siswaterhadap pembelajaran matematika denganmenggunakan model pembelajaran CTLdengan pendekatan Konvensional, makadilakukan tes skala sikap. Tes skala sikapdiberikan setelah pelaksanaan posttest.Aspek skala sikap ini meliputi: (1) Sikapsiswa terhadap pelajaran matematika, (2)Sikap siswa terhadap pembelajaranmenggunakan model pembelajaran CTL, (3)Sikap siswa terhadap soal-soal yangberkaitan dengan kehidupan sehari-hari.a. Analisis Skala Sikap Kelas Eksperimen 11) Skala Siswa Terhadap PelajaranMatematikaTabel 8 Interpretasi Skala Sikap SiswaAspek 1 Kelas Eksperimen 61InterpretasiBaikDari Tabel 8 didapat bahwa sikap etasi baik.0,236010,302Sedangn782) SkalaSikapsiswaterhadapsionalpembelajaran menggunakan modelDari Tabel 7 bahwa untuk kelaspembelajaran CTL.Eksperimen 1 diperolehsebanyakdiperoleh, sebanyak 9 orang berinterpretasi Tabel 9 Interpretasi Sikap Siswa Aspek ke2 Kelas Eksperimen 1rendah dengan frekuensi relatif 25%,SikapJumlah Interpretasisebanyak 17 orang berinterpretasi sedangSikap siswa terhadap387Baikdengan frekuensi relatif 47,22%, sebanyakpembelajaran10 orang berinterpretasi tinggi denganmenggunakan modelpembelajaranfrekuensi relatif 27,78%., Sedangkan padaTerhadapMetodekelas Eksperimen 2 diperoleh 21 orangPembelajaranberinterpretasi Rendah dengan frekuensi(Contextual Teachingrelatif 58,33%, sebanyak 11 orangand Learning)berinterpretasi Sedang dengan frekuensiDari Tabel 9 didapat bahwa sikaprelatif 30,55%, 4 orang berinterpretasi tinggi siswa terhadap. pembelajaran menggunakandengan frekuensi relatif 11,11%,model pembelajaran CTL berinterpretasiAdapun rata-rata untuk keseluruhan baik.data yang diperoleh dari kelas eksperimen 1 3) Skala Sikap siswa terhadap soal-soalyaitu 0,567 dan dari kelas eksperimen 2yang berkaitan dengan kehidupanyaitu 0, 302 dengan demikian diperolehsehari-haribahwa peningkatan kemampuan komunikasimatematis siswa untuk kelas eksperimen 1berinterpretasi sedang dan kelas eksperimen2 berinterpretasi sedang.Tabel 10 Interpretasi Sikap Siswa Aspek4. Analisis Skala Sikapke-3 Kelas Eksperimen 1CTL36010,576SedangShinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL Halaman 145 – 155149

SikapSikapsiswaterhadap soal-soalyangberkaitandengan kehidupansehari-hariJumlah106InterpretasiBaikDari Tabel 10 didapat bahwa sikapsiswa terhadap. Soal-soal yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari berinterpretasibaik.4) Skala Sikap Siswa Setiap IndividuTabel 11 Interpretasi Sikap SiswaAspek ke-3 Kelas Eksperimen 1SikapMenunjukankesukaran terhadappembelajaranmatematika denganmenggunakanmetodepembelajaran ikDari Tabel 12 didapat bahwa sikapsiswa terhadap. soal-soal yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari berinterpretasibaik.6) Skala Sikap Siswa Setiap IndividuTabel 13 Interpretasi Sikap SiswaAspek ke-3 Kelas Eksperimen 1SikapMenunjukan sikapmemahami danmenguasaiterhadap soal-soalyang diberikanSikapTerhadap ikDari Tabel 13 didapat bahwa sikapsiswa terhadap. soal-soal yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari berinterpretasibaik.NoInterpretasiSikap SiswaSangat JelekJelekBaikSangat Relatif(%)0,00%11%73%16%100,00%Dari Tabel 15 diperoleh bahwa tidakada siswa yang berinterpretasi sangat jelek,sebanyak 4 siswa yang berinterpretasi jelekdengan frekuensi relatif 11%, sebanyak 27siswa yang berinterpretasi baik denganfrekuensi relatif 73%%, sebanyak 6 siswayang berinterpretasi sangat baik denganfrekuensi relatif 16%. Dengan demikiandapat disimpulkan berdasarkan rata-rata danTabel 4.16 diperoleh bahwa asi baik.b. Analisis Skala Sikap Kelas Eksperimen21) Skala Sikap siswa terhadap pelajaranmatematikaTabel 16 Interpretasi Sikap Siswa Aspekke-1 Kelas Eksperimen 94InterpretasiBaikDari tabel 16 didapat bahwa sikapsiswa terhadap pelajaran matematikaberinterpretasi baik.a) SkalaSikapsiswaterhadappembelajaran menggunakan modelpembelajaran Konvensional.Tabel 17 Interpretasi Sikap Siswa Aspekke-2 Kelas Eksperimen 2Sikap150Jumlah93Dari Tabel 14 didapat bahwa sikapsiswa terhadap. soal-soal yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari berinterpretasibaik.Tabel 15 Frekuensi Relatif Sikap SiswaTiap Individu Kelas Eksperimen 11234Dari Tabel 11 didapat bahwa sikapsiswa terhadap. soal-soal yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari berinterpretasibaik.5) Skala Sikap Siswa Setiap IndividuTabel 12 Interpretasi Sikap SiswaAspek ke-3 Kelas Eksperimen 1SikapMenunjukankesukaran terhadappembelajaranmatematika denganmenggunakanmetodepembelajaran CTL7) Skala Sikap Siswa Setiap IndividuTabel 14 Interpretasi Sikap SiswaAspek ke-3 Kelas Eksperimen 1JumlahInterpretasiShinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL Halaman 145 – 155

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: modelpembelajaranKonvensional745BaikDari tabel 17 didapat bahwa sikapsiswa terhadap pembelajaran menggunakanmodel pembelajar Konvensinal.b) Skala Sikap siswa terhadap soal-soalyang berkaitan dengan kehidupansehari-hariTabel 18 Interpretasi Sikap Siswa Aspekke-3 Kelas Eksperimen 2SikapSikap siswaterhadap soalsoal terpretasiBaikDari tabel 18 didapat bahwa sikapsi

komunikasi matematika tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui model pembelajaran Contextual

Related Documents:

Kemampuan matematis terdiri dari kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan koneksi matematis, dan kemampuan representasi matematis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan matematis siswa dalam memahami materi eksponen dan logaritma.

Dikarenakan koneksi matematis merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki siswa dalam menjalani proses pembelajaran matematika, maka aspek koneksi matematis harus ditanamkan pada siswa sebagai kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika. 2.1.1 Pengertian Kemampuan Koneksi Matematis . Koneksi berasal dari kata . connection

Arifin, A. ., Kartono, & Sutarto, H. (2014). Keefektifan Strategi Pembelajaran React Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Aspek Komunikasi Matematis. Kreano, 5(1), 91-98. Asmana, A. T. (2018). Profil Komunikasi Matematika Tertulis dalam Pemecahan Masalah Matematika di SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Jurnal Inovasi Pendidikan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti problem based learning berkembang lebih optimal dibandingkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional. Hal ini sesuai Nastiti (2012) yang menyatakan bahwa problem based learning memacu siswa untuk aktif, kreatif dan komunikatif dalam proses

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru. Faktor tersebut adalah kemampuan awal matematis mahasiswa (rendah, sedang, dan tinggi). Galton (Ruseffendi, 2006) mengatakan bahwa dari sekelompok pebelajar yang tidak dipilih secara khusus (sebarang), akan selalu kita jumpai pebelajar yang kemampuannya

Ahmad, M dan Nasution. D.P. (2018). Analisis Kualitatif Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diberi Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Gantang. ISSN: 2503-0671 (83-95). Anisa, W. N. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri Di

Silabus : Komunikasi Bisnis (Praktek) Kode : KEU2012 SKS : 2 NO Pertemuan Bahan Kajian 1 I MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS a. Pengertian Komunikasi Bisnis b. Bentuk Dasar Komunikasi c. Proses Komunikasi d. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi e. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi 2 II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI a.

Rating according to ASTM E 989 - 06 Impact Insulation Class IIC c: 51 dB Improvement of Impact Insulation Class ΔIIC: 23 dB Evaluation based on laboratory measurement results obtained in one-third-octave bands by an engineering method No.of test report: SONI107 Name of test institute: eco-scan bvba Date: Signature: Volker Spessart 28-Nov-18 L n, ref, c f L n,ref,c (*) 1/3 octave bands : 28 .