PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP

2y ago
66 Views
3 Downloads
293.80 KB
13 Pages
Last View : 2d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kaden Thurman
Transcription

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAPKARAKTERISTIK TEPUNG TERUBUK(Saccharum edule Hasskarl)Lia Nuraeni S 123020236*)Dr. Ir. H. Yudi Garnida**) Prof. Dr. Ir. H.M. Iyan Sofyan.,M.Sc***)*) Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Pasundan**) Pembimbing Utama, ***) Pembimbing PendampingProgram Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Jl. Dr.Setiabudhi No. 193, Bandung, 40153, Indonesia.ABSTRACTThe purpose of this study is to determine the effect of drying temperature with thelong drying of the characteristics of Terubuk Flour.The treatment design of this study consisted of 2 factors: the drying temperature(S factor) consisting of s1 (55 C), s2 (65 C) and s3 (75 C), and long drying (L) From l1(6 hours), l2 (8 hours) and l3 (10 hours). The research method consisted of preliminaryresearch and primary research. The preliminary study included blanching with atemperature of 90 C and a time of 1 minute, immersing with 0.2% NaCl solution for 1hour and immersing with 0.1% Na2S205 solution for 1 hour to be selected for use In themain study, experimental design on this main research is by using 3 x 3 factorial patternbased on Randomized Block Design (RAK) with 3 repetitions. The responses of thisresearch include chemical response (moisture content, protein content and ash content),and physical response (color).The result of the research is the drying temperature (S) has significant effect onthe water content, ash content and the protein content of the flour, the drying time (L) hassignificant effect on the water content, ash content and the protein content of the flour,the interaction between drying temperature and drying time Significant effect on watercontent, ash content and protein content but no effect on the color of terubuk flour.

I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTerubuk(SaccharumeduleHasskarl) merupakan salah satu jenisdari sayuran indigenous. Berdasarkanasal bagian tanaman yang diambil,terubuk termasuk jenis sayuran bunga.Terubuk termasuk dalam familiGramineae (Poaceae). James (2004)membagi genus Saccharum ke dalamenam spesies yaitu, S.spontaneum,S.robustum Brandes Jeswit ex Grassl,S.officinarum L, S. barberi Jeswit,S.sinense Roxb, dan S.edule Hasskarl.Irvine (1999) juga menyebutkan bahwasetiapspesiesdikarakterisasiberdasarkan karakter bunga, kandungangula, dan jumlah kromosom. (Chaniago,2015).Terubuk adalah tanaman asli AsiaTenggara dan sekitar Pasifik yangtersebar di daerah dataran rendah sampaidaerah dataran tinggi. Terubuk termasuktanaman perenial. Umumnya terubukdapat dipanen setelah berumur 5-10bulan, dengan daur hidup sekitar 2-3tahun (Van den Bergh 1994). Tinggiterubuk mencapai 1,5-4 m, dengansistem pembungaan yang abnormal,bunga tetap terbungkus dalam pelepahdaun atau kelobot, berukuran sebesarbuah pisang (Chaniago, 2015).Terubuk termasuk ke dalamPoaceae(sukurumput-rumputan).Bentuk tanaman ini sama dengantanaman tebu yaitu memiliki batangyang beruas-ruas dan berwarna hijaukemerahan. Di daerah Jawa Barat,tanaman ini dikenal dengan nama tiwuendog atau terubus, sedangkan di daerahJawa Tengah dan Jawa Timur dikenaldengan nama tebu endog atau tebuterubuk. Sebutan endog atau telur padanama tanaman ini dikarenakan teksturbagian yang dikonsumsi menyerupaitelurikan.Permintaansayuranindigenous di daerah Karawang, JawaBarat mencapai 2 sampai 4 ton/hari(Chaniago, 2015).Terubuk banyak mengandungmineral terutama kalsium dan fosfor,disamping vitamin C. Dalam 100gbunga terubuk segar mengandung energi25 kkal, protein 4,6 gram, karbohidrat 3gram, lemak 0,4 gram, kalsium 40 mg,Fosfor 80 mg, zat besi 2mg, vitamin A 0IU, vitamin B1 0,08 mg dan vitamin C50 mg (Nangimam, 2014)Kadar air yang tinggi dapatmenyebabkan sayuran terubuk mudahmengalamikerusakan,halitudisebabkan oleh adanya pertumbuhanmikroorganisme yang terus berlangsung.Cara pengeringan dalam industripangan sangat berperan penting, prosespengeringan dilakukan secara berbedabeda tergantung dari bahan yang akandikeringkan.Pentingnyacarapengeringan ini karena pada prosespengeringan kadar air bahan akanmengalami penurunan hingga batastertentu, sehingga dengan kadar air yangrelatif rendah pada bahan akanmengakibatkanaktivitasmikroorganisme terhambat, hal tersebutakan menyebabkan umur simpan produkkering akan lebih lama.1.2. Identifikasi Masalah1. Apakahsuhupengeringanberpengaruh terhadap karakteristiktepung terubuk?2. Apakahwaktupengeringanberpengaruh terhadap karakteristiktepung terubuk?3. Apakah interaksi antara suhu danwaktu pengeringan berpengaruhterhadap karakteristik tepungterubuk?1.3. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh suhupengeringanterhadapkarakteristiktepung terubuk, untuk mengetahuiwaktupengeringanterhadapkarakteristik tepung terubus dan untukmengetahui interaksi antara suhupengeringan dan waktu pengeringanterhadap karakteristik tepung terubuk.

1.4. Manfaat Penelitian1. Darisegiilmupengetahuandiharapkan dapat memperluas informasimengenai manfaat dari terubuk, hasilpenelitian dapat digunakan sebagaireferensi untuk kegiatan penelitianberikutnya yang sejenis, memberikaninformasi mengenai alternatif daripenggunaan tepung.2. Dari segi petani yaitu meningkatkanproduksi terubuk di Indonesia.1.5. Kerangka PemikiranTepung merupakan salah satuproduk hasil pengolahan denganmenggunakanprosespengeringansebelum dan sesudah bahan tersebutdihancurkan.Tepungmempunyaipartikel padat yang berbentuk butiranhalus atau sangat halus yang mumnya bahan pangan yangakan dikeringkan dipotong-potong ataudiiris-iris untuk mempercepat prosespengeringan. Hal ini dapat terjadi karenapemotongan atau pengirisan tersebutakan memperluas permukaan bahan danpermukaan yang luas dapat memberikanlebih banyak permukaan air yang dapatkeluar, potongan-potongan kecil ataulapisan yang tipis mengurangi jarakdimana panas harus bergerak sampaibahan pangan dan mengurangi jarakmelalui massa air dari pusat bahankeluar ke permukaan bahan (Muchtadi,2013).Prinsip dasar pengeringan adalahmemindahkan air yang terkandung didalam bahan ke lingkungan sekitarnya.Mekanisme pengeringan dimulai denganadanya hembusan udara panas dankering terhadap bahan pangan. Kontakantara bahan dengan udara yang masukmenciptakan suasana yang kondusifuntuk terjadinya penguapan air dipermukaan dengan kata lain terjadiperpindahan massa dan panas yangsimultan. Dapat disimpulkan prosesperpindahan panas terjadi karena adanyaperbedaan suhu antara bahan denganudaramasuk,sedangkanprosesperpindahan massa terjadi karenaadanya perbedaan konsentrasi air antarabahan pangan dengan udara masuk(Syah, 2012).Faktoryangmempengaruhiproses pengeringan diantaranya yaitufaktor yang berhubungan dengan udarapengering dan faktor yang berhubungandengan sifat bahan yang dikeringkan.Faktor-faktor pertama adalah suhu,kecepatan volumetric, aliran udarapengering dan kelembaban udara.Faktor-faktor yang kedua adalah ukuranbahan, kadar air awal dan tekananparsial di dalam bahan (Ratnasari,2014).Suhupengeringanakanmempengaruhi kelembaban udara didalam alat pengering dan lajupengeringan untuk bahan tersebut. Padakelembaban udara yang tinggi, lajupenguapan air bahan akan lebih lambatdibandingkan dengan pengeringan padakelembaban yang rendah (Ratnasari,2014).Menurut Resmi (2014) dalampenelitiannya tentang “Pengaruh Suhudan Lama Pengeringan Jamur Tiram”,suhu yang digunakan untuk pengeringansayuran atau buah-buahan dengan alatpengeringan adalah 60-80oC denganlama pengeringan antara 6-16 jam.Penggunaan suhu pengeringanyang terlalu rendah berakibat padawaktu proses pengeringan yang lama,sementara jika suhu tinggi tekstur bahanakan menjadi kurang baik (Resmi,2014)Bakker (1992) di dalam Taufiq(2004) mengemukakan pengeringanbahan hasil pertanian menggunakanaliran udara pengering yang baik adalahantara 45oC sampai 75oC. Pengeringanpada suhu dibawah 45oC mikroba danjamur yang merusak produk masihhidup, sehingga daya awet dan mutuproduk rendah. Namun pada suhu udarapengering di atas 75oC menyebabkanstruktur kimiawi dan fisik produk rusak,

karena perpindahan panas dan massa airyang berdampak perubahan struktur sel.Terubuk mengandung enzimPolifenol Oksidase yang merupakanenzim yang menyebabkan terjadinyareaksi pencoklatan (browning). Reaksibrowning dapat diinaktivasi denganadanya perlakuan pendahuluan.Menurut Slamet, 2010 dalamPenelitiannyamenyatakandenganadanya perlakuan pendahuluan yangterdiri atas blanching, perendamandalam larutan garam dan perendamandalam natrium bisulfit pada pembuatanpati ganyong menghasilkan tepung yanglebihcerahdibandingkantanpaperlakuan pendahuluan.1.6. HipotesisBerdasarkan kerangka pemikirandi atas, diduga bahwa :1. Suhupengeringanberpengaruhterhadap karakteristik terubuk kering2. Waktu pengeringan berpengaruhterhadap karakteristik terubuk kering3. Suhu dan waktu pengeringanberpengaruh terhadap karakteristikterubuk kering.1.7. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan diLaboratorium penelitian TeknologiPangan Fakultas Teknik UniversitasPasundan Jl. Dr. Setiabudhi no 193Bandung, dimulai dari bulan Februarisampai dengan Juni 2017.II BAHAN, ALAT, DAN METODEPENELITIAN2.1 Bahan dan Alat PenelitianBahan baku yang digunakan padapenelitianini adalah terubuk yangberasal dari Karawang, NaCl, NatriumMetabisulfit (Na2S2O5 ) dan air.Bahan yang digunakan dalamanalisis kimia adalahH2SO4 pekat,HgO, batu didih, granula Zn, Na2SO4anhidrat, aquadest, NaOH 30%,Na2S2O3 5%, HCl 1N baku, NaOH 0,1N baku dan phenolphthalein (PP).2.2. Metode PenelitianMetode penelitian yang akandilakukan terdiri dari dua tahap yaitupenelitian pendahuluan dan penelitianutama. Penelitian pendahuluan bertujuanuntuk menentukan perlakuan yang tepatuntuk mencegah browning. Perlakuanyang digunakan untuk mencegahbrowning yaitu Perendaman denganlarutan natrium metabisulfit 0,1 %selama 1 jam, Blanching menggunakanmedia air panas dengan suhu 90oCselama 1 menit, Perendaman denganlarutan garam 0,2 % selama 1 jam.Penelitian utama ini merupakanlanjutan dari penelitian pendahuluan.Adapun tujuan penelitian utama untukmengetahui pengaruh suhu pengeringandanlamapengeringanterhadapkarakteristik tepung terubuk. Penelitianutama mencakup rancangan perlakuan,rancangan percobaan, rancangan analisisdan rancangan respon.III HASIL DAN PEMBAHASAN3.1. Penelitian PendahuluanPenelitian pendahuluan inidilakukan dengan tujuan menentukanperlakuan yang tepat untuk mencegahbrowning dalam proses pembuatantepung terubuk, dengan cara uji warnadengan metode color reader dan untukmengetahui rendemen yang dihasilkan.3.1.1. AnalisisWarnaTepungTerubukData hasil pengukuran warnaterhadap tepung terubuk menggunakancolor reader dapat dilihat pada tabeltingkat kecerahan dan tabel convertLAB dibawah ini.Tabel 1.Tingkat Kecerahan )28.58.

memiliki tingkat kecerahan (L*) dengannilai, 75,8 tingkat kemerahan (a*)dengan nilai 5,72, serta tingkatGambar 1. Tabel Convert LAB TepungTerubukTabel 2. Tingkat Kecerahan TepungTerubukPerlakuanPerendaman denganNaClTingkatkecerahan(L*)Tingkatkemerahan (a*)TingkatKekuningan(b*)75,805,7230.87Gambar 2. Tabel Convert LAB TepungTerubukTabel 3. Tingkat Kecerahan TepungTerubukPerlakuanPerendaman ahan (a*)TingkatKekuningan (b*)4,4430,55Gambar 3.Tabel Convert LABTepung TerubukData pada Tabel 5. Terlihat bahwaterubuk yang diberi perlakuan blanchingdengan menggunakan suhun 90oCselama 1 menit menghasilkan tepungyang memiliki tingkat kecerahan yanglebih tinggi (L*) dengan nilai 79,67,tingkat kemerahan (a*) dengan nilai3,56 serta tingkat kekuningan (b*)dengan nilai 28,58.Sedangkan pada Tabel 6. Terlihatbahwa terubuk yang diberi perlakuanperendamandenganmenggunakanlarutan NaCl 0,1% selama 1 jamkekuningan (b*) dengan nilai 30,87.Pada Tabel 7. terlihat bahwaterubukyangdiberiperlakuanperendaman dengan Na2S2O5 memilikitingkat kecerahan (L*) dengan nilai78,08, tingkat kemerahan (a*) dengannilai 4,44 serta tingkat kekuningan (b*)dengan nilai 30,55.Belerang dioksida (SO2) bisamenstabilkan warna sayur-mayur danbuah-buahan segar dan yang telahdiproses. Belerang dioksida jugamenghalangi aktivitas enzim pengoksidumum dan memiliki sifat antioksidan,itu adalah satu akseptor oksigen (sepertiadanya asam askorbat). Lebih lanjut SO2mengurangi pencoklatan jenis maillardnon enzymatic dengan cara bereaksidengan aldehid kelompok gula-guladengan demikian mereka tidak lagibebas untuk berikatan dengan atpentingdalammengeringkan buah-buahan seperti buahapel, buah apricot dan buah pir (Potter,1995).Nilai L* dinyatakan sebagaitingkat kecerahan dengan nilai 0 (gelap)untuk hitam dan 100 (terang) untukputih Nilai a* menunjukan intensitaswarna merah (nilai ) dan hijau (nilai-),dimana semakin tinggi nilai a* makakecenderungan warna merahpadaproduk atau bahan semakin kuat. Nilaib* menunjukan intensitras warna kuning(nilai ) dan biru (nilai-), dimanasemakin tinggi nilai b* makakecenderungan warna kuning padaproduk atau bahan semakin kuat(Promeranz et al, 1994).

3.1.2.Perhitungan Rendemen PadaTepung TerubukTabel 4.Hasil Perhitungan RendemenPenelitian PendahuluanPerlakuanBlanchingPerendaman dengan NaClPerendaman denganNa2S2O5Hasil (%)13,60%12,9%12,8%Data pada tabel 8. menunjukanperlakuan blanching menghasilkanrendemen tepung terubuk lebih besaryakni 13,60% dari pada perlakuanperendamandenganNaCldanperendaman dengan Na2S2O5 yakni12,9% dan 12,8%. Rendemen yangdihasilkan pada proses blanching lebihbesar dibandingkan dengan yangdilakukan perendaman.Berdasarkan hasil uji warna danperhitungan rendemen pada tepungterubuk perlakuan yang terpilih untukmencegah browning adalah blanching.3.2. Penelitian UtamaPenelitian utama dilakukandengan tujuan untuk mengetahuipengaruh suhu pengeringan (55oC, 65oC,75oC) dan lama pengeringan (6jam, 8jam dan 10 jam) pada pembuatah tepungterubuk. Respon yang dianalisis adalahrespon kimia (kadar protein, kadar air,kadar abu) dan respon fisik (uji warna).3.2.1. Kadar ProteinBerdasarkan hasil penelitian,kadar protein pada terubuk yangbelum dilakukan proses pengeringanadalah sebesar 5,43%, sedangkanpada tepung terubuk didapatkan kadarprotein berkisar 2-4%. Indrawedi(2016), menyatakan bahwa penurunankadar protein ini disebabkan karena sifatprotein pangan. Kebanyakan proteinpangan terdenaturasi jika dipanaskanpada suhu moderat (60-90oC) selamasatu jam atau kurang.Hasilperhitungananalisisvariansi (ANAVA) menujukan bahwafaktor suhu pengeringan dan lamapengeringan serta interaksi keduanyaberpengaruh nyata terhadap kadarprotein tepung terubuk, sehinggadilakukan uji lanjut Duncan. Data Hasiluji lanjut Duncan suhu dapat dilihatpada Tabel 9.Tabel 5.Interaksi Suhu Pengeringan danLamaPengeringanTerhadapKarakteristik Tepung TerubukSuhuPengeringans1 (55oC)Lama Pengeringanl1 (6l2 (8l3 (10jam) jam)jam)CCC3.79Cos2 (65 C)b3.29ABBB3.563.333.02CbAs3 (75oC)3.50AAA3.252.952.79CbAKeterangan: Setiap huruf yang berbedamenunjukan adanya perbedaan yangnyata pada taraf 5% Uji Duncan (hurufkecil dibaca secara horizontal dan hurufbesar ddibaca secara vertikal.)Berdasarkan hasil uji lanjutDuncan tabel diatas menunjukan bahwasemakin tinggi suhu pengeringan denganlama pengeringan yang tetap terjadipengaruh kadar protein yang nyata padas1, s2, s3. Sedangkan pada lamapengeringan l1,l2,l3 dengan suhu yangtetap, menunjukan semakin lama waktupengerikan pada tepung terubuk makasemakin menurun kadar protein tepungterubuk. Protein pada tepung uhupengeringan karena pemanasan dapatmerusak asam amino dalam proteinsehingga hal ini yang menyebabkanprotein yang terdeteksi pada tepung

menjadi rendah. Jhon M. (1999)menyatakan protein berdenaturasi padakisaran suhu antara 55-75oC. Sepertiyang dikemukakan oleh Yuniarti dkk.(2013), bahwa pemanasan yang terlalulama dengan suhu pemanasan yangterlalu tinggi akanmenyebabkanprotein terdenaturasi.Selain itu adanya prosesblanchingdidugapulayangmenyebabkan menurunnya kadar proteintepung terubuk karena hilangnya proteinyang larut dalam air, seperti yangdikemukakan oleh Anglemier dkk(1976) dalam Fajar (2013) semakinmenurunnya kadar protein dengansemakinlamanyaperendamandisebabkan lepasnya ikatan strukturprotein sehingga komponen proteinterlarut dalam air.Menurutwinarno1996,perlakuan panas dapat memberikanpengaruh yang menguntungkan danmerugikan terhadap protein. Pengaruhyangmenguntungkanyaitumeningkatkan daya guna protein, sebabadanyapemanasanpadaprosespengolahan dapat menginaktifkan ataumenurunkanproteininhibitor.Sedangkan pengaruh yang merugikanadalah terjadinya denaturasi protein.3.2.2. Kadar AirAir merupakan salah satu unsurpenting dalam bahan makanan. Selainitu juga, kandungan air dalam bahanpangan berperan dalam kesegaran dandaya tahan bahan pangan selamapenyimpanan. Kadar air dalam suatubahan makanan, maka semakin besarpula kemungkinan bahan makanantersebut rusak atau tidak tahan lama.Tinggi atau rendahnya kadar air suatubahan makanan dapat dijadikan patokanuntuk mengetahui mutu standar bahantersebut (winarno, 1996)Kadar air dalam bahan makananperlu ditetapkan, karena semakin tinggikadar air yang terkandung dalam suatubahan pangan, semakin besar pulakemungkinan makanan atau bahanpangan tersebut cepat rusak (Desrosier,1988)Data hasil perhitungan analisisvariansi menujukan bahwa factor suhupengeringan dan lama pengeringan sertainteraksi keduanya berpengaruh nyataterhadap kadar air tepung terubuk.Perlakuan suhu pengeringan dan lamapengeringan pada tepung terubukterhadap kadar air dapat dilihat padaTabel 10.Tabel 6.Interaksi Suhu Pengeringan danLamaPengeringanTerhadapKarakteristik Tepung Terubuk (%Kadarair)SuhuPengeringanLama A7.26s3AB5.98AA6.30A5.22cbAKeterangan: Setiap huruf yangberbedamenunjukanadanyaperbedaan yang nyata pada taraf 5%Uji Duncan (huruf kecil dibacasecara horizontal dan huruf besarddibaca secara vertikal.)Berdasarkan hasil tabel diatasmenunjukan bahwa semakin tinggi suhupengeringan dengan lama pengeringanyang tetap terjadi pengaruh kadarprotein pada s1, s2, s3. Sedangkan padalama pengeringan l1,l2,l3 dengan suhuyang tetap, menunjukan semakin lamawaktu pengeringan pada tepung terubukmaka semakin menurun kadar air tepungterubuk. Hal ini disebabkan semakintinggi suhu pengeringan maka semakinbanyak air diuapkan dari suatu bahansehingga bobot bahan yang dihasilkan

semakin berkurang (Desrosier, 1988).Kemampuan bahan untuk melepaskanair dari permukaan juga semakin besardengan meningkatnya suhu udarapengeringan yang digunakan. Waktupengeringan merupakan salah satufaktor penentu hasil kadar air suatubahan pangan.Berdasarkan Tabel 8, padaperlakuan s1 (suhu 55oC) padakonsentrasi yang tetap, menunjukanbahwa semakin meningkat suhupengeringan maka semakin menurunkadar protein dari tepung terubuk,sedangkanpadalamawaktupengeringanl1, l2, dan l3 dengankonsentrasi yang tetap, menunjukanbahwa semakin meningkat suhupengeringanmaka semakin rendahkadar air pada tepung terubuk. Hal inikarena, air yang berada dalam terubukmenguap oleh adanya pemanasandimana uap air akan diserap oleh udarapanas yang dihasilkan blower padatunnel dryer, udara panas memiliki RHyang rendah sehingga kemampuanmenyerap air tinggi.Pada hasil penelitian analisiskadar air tepung terubuk dari faktor S(suhu pengeringan) dan faktor L (Lamapengeringan) keseluruhan perlakuanmenghasilkan kadar air yang memenuhisyarat kadar air SNI untuk produktepung, Menurut SNI (2006), kandungankadar air pada tepung terigu adalahmaksimal 14,5%.Semakintinggisuhupengeringan maka kadar air semakinrendah. Kadar air akhir suatu bahanpanganapabilamulai mencapaikesetimbangannya, maka akan membuatwaktu pengeringan juga ikut naik ataudengan kata lain lebih cepat (Wiyono,2006).Menurutvallous(2002),peningkatan tekanan uap atau suhupengeringan menyebabkan terjadinyapenurunan kadar air bahan. Penurunankadar air bahan akan sampai p

dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah (Ratnasari, 2014). Menurut Resmi (2014) dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Jamur Tiram”, suhu yang digunakan untuk pengeringan sayuran atau buah-buahan dengan alat pengeringa

Related Documents:

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan lama pengeringan daun kakao terhadap beberapa komponen mutu teh hijau daun kakao. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu suhu pengeringan yang terdiri dari suhu (40oC, 50oC dan 60oC) dan lama pengeringan selama 40 menit dan 50 menit .

Setelah dilakukan analisa statistik, diketahui bahwa suhu pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelarutan kurkumin. Untuk mendapatkan tingkat kelarutan kurkumin yang tertinggi maka suhu pengeringan yang baik adalah 60 0C. Tabel 2. Pengaruh Suhu Air Pelarut Terhadap Kelarutan Kurkumin Taraf

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PATI KENTANG VARIETAS GRANOLA EFFECT OF DRYING TEMPERATURE AND TIME TO QUANTITY AND QUALITY OF POTATO STARCH VARIETY OF GRANOLA Martunis*1) 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh - 23111, Indonesia

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Tita Kartika Dewi1 1)Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian, Universitas Subang 1)Email: titakartikadewi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan .

pengeringan perlu dikembangkan, dimana proses pengeringan yang lebih efektif, murah, dan mudah pengoperasiannya untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi tanpa tergantung musim. Keunggulan teknologi pengeringan dengan mengontrol suhu dan kelembapan diantaranya bisa dila

Gambar 3. Nilai kadar protein ikan pari kering dengan metode pengeringan berbeda Gambar 3 menunjukan kadar protein terendah diperoleh perlakuan pada pengeringan oven pada suhu 100-130 C selama 5 jam sebesar 41,87% dan nilai kadar abu tertinggi diperoleh dari perlakuan pengeringan sinar matahari pada

Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 532 nm. Hasil rata-rata kadar protein tempe yang dibungkus daun pisang pada suhu 30 C didapat sebesar 0,126%, suhu 40 C didapat sebesar 0,097%, suhu 50 C didapat sebesar 0,090%, suhu 60 C didapat sebesar 0,077%, dan suhu 70 C didapatkan sebesar 0,070%.

Accounting information and managerial work. Accounting, Organizations and Society, 35 (3), 301-315. ABSTRACT . Despite calls to link management accounting more closely to management (Jonsson, 1998), much is still to be learned about the role of accounting information in managerial work. This lack of progress stems partly from a failure to incorporate in research efforts the findings regarding .