PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP

2y ago
38 Views
5 Downloads
296.91 KB
14 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Lilly Andre
Transcription

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAPKARAKTERISTIK FISIKOKIMIA IKAN PARI (Dasyatis sp.) KERINGTHE EFFECT OF DRYING METHODS ON PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS OFSTINGRAY (Dasyatis sp.) DRIEDFaisal Susandi*, R. Marwita Sari Putri, JumsurizalJurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan PerikananUniversitas Maritim Raja Ali Haji*Korespondensi: faisal.susandi@aol.comABSTRAKPengeringan merupakan metode pengawetan dengan mengeluarkan atau menghilangkan airdari suatu bahan menggunakan energi panas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh dan perubahan karakteristik fisikokimia dengan metode pengeringan berbeda.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuanpengeringan yaitu microwave, oven dan sinar matahari. Parameter yang diamati adalah kadarair, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kandungan garam, asam amino, TPC (Total PlateCount) dan uji hedonik (rasa, aroma, warna serta tekstur). Hasil penelitian menunjukan metodepengeringan berbeda berpengaruh nyata terhadap kadar air, namun tidak berpengaruh nyataterhadap kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Sedangkan lama penyimpanan berpengaruhnyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, nilai TPC dan nilai hedonik.Kombinasi perlakuan terbaik yaitu oven pada suhu 100 -130 C selama 5 jam dengan kadar air14,81%, kadar abu 2,31%, kadar protein 41,87%, kadar lemak 3,07%, kadar garam 4,01%, nilairasa 9,4, aroma 9,26, warna 8,86, tekstur 8,73 dan nilai TPC (Total Plate Count) 2,5 x 102.Kata kunci : ikan pari kering, karakteristik fisikokimia, pengeringan, penyimpananABSTRACTDrying is a preservation method by removing or removing air from a material using heatenergy. The purpose of this study was to study the interactions and changes in physicochemicalcharacteristics with different drying methods. This study uses a Completely RandomizedDesign (CRD) with three drying treatmet namely microwave, oven and sunlight. Theparameters collected were wet content, ash content, protein content, fat content, salt content,amino acids, TPC (Total Plate Count) and hedonic tests (taste, flavour, color and texture). Theresults showed a method that was significantly different from wet content, but did notsignificantly affect ash content, protein content and fat content. While the real storage time forwet content, ash content, protein content, fat content, TPC value and hedonic value. The bestcombination is oven drying at a temperature of 100 -130 C for 5 hours with air content of14.81%, ash content of 2.31%, protein content of 41.87%, fat content of 3.07%, salt content of4.01%, taste value 9.4, flavour 9.26, color 8.86, texture 8.73 and value of TPC (Total PlateCount) 2.5 x 102.Keyword : stingray dried, physicochemical characteristics, drying, storage

PENDAHULUANIkan pari merupakan salah satu produk perikanan yang dikenal cukup luas oleh masyarakatdi Indonesia. Saat ini ikan pari telah dimanfaatkan secara optimal menjadi berbagai produkseperti ikan asin, ikan asap dan kerupuk kulit ikan pari. Ikan pari memiliki tingkat protein yangtinggi pada dagingnya sehingga penanganan yang kurang baik dapat menyebabkan denaturasiprotein (Wicaksono et al. 2014). Protein dalam daging menjadi indikator pembusukan olehaktifitas mikroba selama penyimpanan. Selama penyimpanan tersebut aktifitas mikrobamengakibatkan terjadinya dekomposisi senyawa kimia dalam daging dan protein akan dipecahmenjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga menghasilkan bau busuk. Proses pembusukanini akan diikuti oleh peningkatan kadar air dan perkembangan mikroba yang berdampak padaaspek fisikokimia produk tersebut (Sukmawati 2018).Minimnya pengetahuan konsumen mengenai karakteristik fisikokimia selama penyimpananmenjadi permasalahan konsumen dalam mengkonsumsi produk perikanan. Hal ini sebaiknyadiperhatikan, karena produk perikanan diketahui mudah rusak dan terkontaminasi sehinggakualitas fisikokimianya mengalami perubahan saat disimpan pada suhu ruang. Agar kualitasfisikokimia terjaga dan produk perikanan bertahan lebih lama maka dilakukan pengolahanterlebih dahulu, seperti pengeringan. Pengeringan merupakan suatu metode menghilangkankadar air dari suatu bahan dengan cara penguapan dengan energi panas. Secara umumkeuntungan pengawetan ini adalah bahan menjadi awet dan volume bahan menjadi kecil.Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana mikroorganismedan kegiatan enzim yang menyebabkan pembusukan akan terhenti, dengan demikian bahanyang dikeringkan memiliki umur simpan yang panjang (Riansyah et al. 2013).Penyimpanan merupakan aspek penting setelah proses penangkapan dan pengolahan ikan.Penyimpanan bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan, dan menjaga produk agarbertahan lebih lama (Olii 2018). Penyimpanan terbagi atas beberapa jenis, salah satunyapenyimpanan suhu ruang. Penyimpanan ini banyak dilakukan oleh produsen atau konsumen,sehingga sangat diperlukan ketahanan produk agar kerusakan karakter fisikokimia didalamproduk terhambat. Kerusakan ini berdampak pada penurunan kualitas mutu dan penerimaankosumen (acceptability) terutama pada produk ikan pari kering, sehingga sangat diperlukaninformasi mengenai perubahan karakteristik fisikokimia selama penyimpanan suhu ruang.BAHAN DAN METODEBahan dan AlatBahan utama yang digunakan terdiri dari air bersih, es serbuk, aquades, nutrient agar (NA),, dan ikan pari segar (Dasyatis sp.) yang diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Kampung BaruKijang.Peralatan yang digunakan adalah autoclave, microwave, oven, homogenizer, gelas kimia,labu ukur, pipet tetes, magnetic stire, kertas saring, kapas, plastik wrapping, timbangananalitik, alumunium foil, styrofoam, baskom, talenan, rak penirisan dan pisau daging.

Metode PenelitianTahap Persiapan Bahan BakuIkan pari segar yang disimpan dalam styrofoam berisi es kemudian dilakukan penyiangan,pencucian, dan penirisan. Setelah penirisan selesai selanjutnya dilakukan pengkarakteristikanbahan baku dan persiapan sampel uji.Tahap PengeringanPengeringan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu pengeringan microwave, pengeringanoven dan pengeringan sinar matahari. Pada tahap ini proses pengeringan microwave dilakukanpada suhu 150 C selama 40 menit, pengeringan oven dilakukan pada suhu 100-130 C selama5 jam dan pengeringan sinar matahari dilakukan seperti penjemuran biasa pada suhu 40 Cselama 4-5 hari dengan intensitas penjemuran 8 jam/hari.Tahap Pengujian MutuIkan pari segar yang telah dikarakterisasi kemudian dilakukan pengujian asam amino(AOAC 2005). Ikan pari yang telah dikeringkan dengan perlakuan berbeda selanjutnyadilakukan pengujian kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak (AOAC 2005), uji garam(Salosa 2013), uji TPC (Total Plate Count), uji hedonik (Lim 2011) pada 30 panelis.Analisis DataData yang telah diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel, Rancangan AcakLengkap dengan 2 kali pengulangan (duplo) dan Kruskal-wallis menggunakan software SPSS21. Kemudian data ikan pari dengan perlakuan berbeda dibandingkan satu sama lain dan dataikan pari yang disimpan kemudian dilakukan analisa keterkaitan antara nilai TPC danhedoniknya.HASIL DAN PEMBAHASANKadar airKadar air merupakan parameter mutu untuk suatu produk pangan, khususnya produk keringkarena kandungan air dalam bahan ikut menentukan penerimaan (acceptability) dan daya tahanbahan tersebut (Aventi 2015). Kadar air yang diperoleh pada metode pengeringan berbedadapat dilihat pada Gambar 1.

Nilai Kadar Air (%)2017,97%c16,09%a1514,81%b1050MicrowaveOvenSinar MatahariMetode Pengeringan Ikan Pari (Dasyatis sp.)Gambar 1. Nilai kadar air ikan pari kering dengan metode pengeringan berbedaGambar 1 menunjukan nilai kadar air ikan pari yang dikeringkan dengan oven pada suhu100-130 C selama 5 jam merupakan nilai terendah sebesar 14,81% sedangkan nilai kadar airtertinggi diperoleh pada pengeringan sinar matahari pada suhu 40 C selama 8 jam per harisebesar 17,97%. Rendahnya nilai kadar air pengeringan oven diakibatkan oleh suhu tinggi danterkontrol sehingga kandungan air terdegradasi. Menurut Parfiyanti et al. (2016), suhu bahanselama proses pengeringan tidak hanya dipengaruhi oleh kadar air awal dan akhir namun jugadipengaruhi oleh suhu pengering. Nilai kadar air tertinggi pada pengeringan sinar mataharidisebabkan oleh tidak terkontrolnya suhu pengering dan panas yang dihasilkan tidak dapatdiatur sehingga kadar air tidak menghilang secara banyak bebeda dengan pengeringan oven.Menuurut Ardianto et al. (2017), berhasilnya proses pengeringan ditunjukan denganberkurangnya kadar air bahan, berubahnya berat bahan dan tekstur.Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan pengeringan berbeda berpengaruhnyata terhadap kadar air ikan pari kering. Uji DMRT pengaruh metode pengeringan terhadapkadar air ikan pari kering menunjukan diantara keseluruhan perlakuan berbeda nyata dankeseluruhan nilai kadar air pada metode pengeringan sudah memenuhi standar mutu SNI 012721-2009. Menurut penelitian Ummah et al. (2016), semakin tinggi suhu dan laju aliran udarapengeringan bawang merah, maka semakin banyak pula kadar air yang terlepas danmenghilang dari bawang tersebut. Semakin cepatnya aliran udara pengering maka semakincepat masa uap air dipindahkan ke atmosfir. Berkurangnya kadar air mengakibatkan tingginyakadar abu, protein dan lemak (Ahmed et al. 2010).Kadar AbuAbu merupakan residu anorganik dari pembakaran atau oksidasi komponen organik bahanpangan. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yag terdapatpada sutu bahan pangan (Maulana 2016). Kadar abu suatu bahan menunjukan keberadaankandungan mineral atau bahan anorganik yang terkandung pada suatu bahan, keurnian suatubahan, kehigienisan bahan yang dihasilkan (Sunarty dan Yulia 2017). Kadar abu yangdiperoleh dari metode pengeringan berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.

2,52,33%a2,31%aNilai Kadar Abu atahariSinarMatahariMetode Pengeringan Ikan Pari (Dasyatis sp.)Gambar 2. Nilai kadar abu ikan pari kering dengan metode pengeringan berbeda.Gambar 2 memperlihatkan nilai kadar abu tertinggi diperoleh dari pengeringan microwavepada suhu 150 C selama 40 menit sebesar 2,33%. Sedangkan nilai kadar abu terendahdiperolah dari pengeringan sinar matahari pada suhu 40 C selama 8 jam//hari. Tingginyanilai kadar abu pada pengeringan microwave disebabkan oleh rendahnya kadar air yangdihasilkan pengeringan ini dan terkontrolnya suhu yang digunakan. Rendahnya nilai kadar abusinar matahari disebabkan oleh suhu pengeringan yang tidak dapat dikontrol menjadikan bahanmasih mengandung air dan menurunkan nilai kadar abu. Menurut Erfiza et al. (2018),peningkatan kadar abu terjadi karena adanya keterkaitan antara air dan struktur daging, yangapabila dipanaskan akan meningkatkan kadar abu.Berdasarkan analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan metode pengeringanberbeda pada taraf 5% tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu ikan pari kering. Uji DMRT(Duncan’s Multipe Range Test) menunjukan keseluruhan pengeringan tidak berpengaruh padakadar abu ikan pari dan nilai kadar abu yang dihasilkan melampaui standar mutu SNI 01-27212009 yakni maksimal 0,3%. Lebihnya hasil ini dipengaruhi oleh ekosistem air laut yangmengandung garam tinggi juga mineral lainnya. Menurut Kinakesti et al. (2017), ikan parimerupakan ikan pemakan di dasar laut (bottom feeder), sehingga sangat dimungkinkankandungan mineral laut terkonsumsi oleh ikan dan diserap kedalam dagingnya.Kadar ProteinProtein dibentuk dari asam-asam amino yang tergabung menjadi bahan ikatan peptida danmengandung unsur C, H, O, dan N yang tak dimiliki lemak dan karbohidrat (Hughes 2012).Menurut Natsir dan Latifa (2018), protein ikan merupakan komponen terbesar dalamjumlahnya setelah air dan merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia. Kadar proteinyang diperoleh dari metode pengeringan berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.

Nilai Kadar Protein ,11%aSinar matahariMetode Pengeringan Ikan Pari (Dasyatis sp.)Gambar 3. Nilai kadar protein ikan pari kering dengan metode pengeringan berbedaGambar 3 menunjukan kadar protein terendah diperoleh perlakuan pada pengeringan ovenpada suhu 100-130 C selama 5 jam sebesar 41,87% dan nilai kadar abu tertinggi diperoleh dariperlakuan pengeringan sinar matahari pada suhu 40 C selama 8 jam/hari sebesar 42,11%.Jumlah kadar protein yang tidak berbeda jauh ini berkaitan dengan kadar air dan kadar abu.Hasil tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian Syarifah et al. (2017) yang menyatakanbahwa pemanasan menyebabkan protein terkoagulasi dan terdenaturasi, sehingga proteinmenjadi tidak terlarut. Selain itu Menurut Picauly et al. (2015), energi panas juga memberidampak terhadap kualitas protein didalam daging ikan, termasuk asam amino sehingga proteinharus dihidrolisis sehingga menghasilkan asam amino bebas.Berdasarkan analisis keragaman DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5%menunjukan bahwa perlakuan metode pengeringan berbeda tidak berpengaruh nyata terhadapkadar protein ikan pari kering, hal ini terjadi diduga adanya protein fibril dalam jumlah besar,sehingga pada saat pemanasan berlangsung proses kerusakan protein yang terjadi hanyasedikit. Hal ini didukung Telaumbanua et al (2012), dimana protein yang terkandung didalamikan pari hanya berkurang sedikit, meski telah dilakukan pengolahan dan ekstraksi. Daripenelitian yang dilakukam Telaumbanua et al. (2012), diketahui protein yang terkandungdalam ikan pari sebesar 45,68% dan hanya berbeda 3-4% dengan kadar protein pada penelitianini.Kadar LemakKadar lemak bertujuan untuk mengetahui kandungan lemak yang terdapat pada daging ikanpari. Lemak dikenal sebagai sumber pembentuk energi didalam tubuh (Angelina 2016).Tersedianya lemak didalam tubuh memiliki manfaat, salah satunya sebagai penghemat protein,dalam hal ini jika tersedianya energi energi dalam tubuh telah terpenuhi oleh lemak dankarbohidrat maka pemanfaatan protein sebgai sumber energi dikurangi atau dapat dikatakanlemak merupakan cadangan energi (Sahara et al. 2018). Kadar lemak yang diperoleh padametode pengeringan berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.

Nilai Kadar Lemak rowaveOvenOvenSinarMatahariSinarMatahariMetode Pengeringan Ikan Pari (Dasyatis sp.)Gambar 4. Nilai kadar protein ikan pari kering dengan metode pengeringan bereda.Gambar 4 menunjukan nilai kadar lemak terendah diperoleh pada perlakuan pengeringanoven pada suhu 100-130 C selama 5 jam sebesar 3,07% dan nilai kadar lemak tertinggidiperoleh dari perlakuan pengeringan sinar matahari pada suhu 40 C selama 8 jam/harisebesar 3,55%. Perbedaan tinggi rendahnya nilai kadar lemak ini diakibatkan olehterkontrolnya suhu dan waktu pengeringan. Menurut Huriawati et al. (2016), perlakuan suhudan waktu pengeringan pada bahan sehingga dapat menyebabkan kerusakan lemak danjumlahnya yang menurun. Nilai kadar lemak pada penelitian ini berada diatas kadar lemak yangdiperoleh dari penelitian Swastawati et al. (2017) yakni sebesar 3,25%, artinya meski dilakukanpengeringan, kadar lemak dalam daging ikan masih terdapat cukup banyak dan hanyaberkurang sedkit akibat pengeringanBerdasarkan analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan pengeringan tidakberpengaruh nyata terhadap kadar lemak ikan pari kering. Uji DMRT (Duncan’s MultipleRange Test) pada taraf 5% memperlihatkan keseluruhan perlakuan pengeringan tidakmemberikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak ikan pari kering. Tidak berpengaruhnyanilai lemak ini dapat disebabkan karena umur panen dan laju metabolisme orgaanisme. Lemaksemakin meningkat dengan bertambahnya usia, karena sifat fisologis ikan yang akan menujufase perkembangbiakan. Hewan akan membutuhkan lebih banyak energi yang dismpan dalambentuk lemak untuk berkembang biak. Variasi komposisi kimia dapat terjadi antar spesies danantar individu dalam satu spesies (Faradiana et al. 2018).Uji Hedonik1. RasaKriteria yang digunakan dalam uji hedonik ikan pari (Dasyatis sp.) kering disesuaikandengan skala hedonik Lim (2011) pada parameter rasa yaitu enak (3), netral (2), dan tidak enak(1). Hasil uji mutu hedonik ikan pari (Dasyatis sp.) kering pada parameter rasa denganperlakuan metode pengeringan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5.

Nilai Hedonik Rasa1289,69,4106,636420MicrowaveOvenSinar MatahariMetode Pengeringan Ikan Pari (Dasyatis sp.)Gambar 5. Nilai hedonik rasa ikan pari kering dengan metode pengeringan berbedaBerdasarkan uji hedonik rasa ikan pari kering berisar antara 6,63 sampai 9,6. Nilai rata-ratatertinggi diperoleh dari perlakuan pengeringan sinar matahari ( 40 C selama 8 jam/hari)dengan nilai rata-rata 9,6 artinya terdapat 9,6% panels memberikan nilai 3 (enak) pada ujihedonik tersebut. Tingginya penilaian tersebut diakibatkan oleh pemansan yang tak terlalutinggi sehingga rasa asin pada daging tidak terlalu terasa. Sedangkan nilai hedonik terendahdiperoleh dari perlakuan pengeringan microwave (150 C selama 40 menit) dengan nilai ratarata 6,63 artinya ada sebanyak 6,63% panelis memberikan nilai 3 (enak). Rendahnya penilaianini disebabkan pengaruh suhu yang dipergunakan sehingga membentuk pengkaramelan dipermukaan daging dan proses pengorengan juga menyebabkan rasa asin muncul pada daging.Berdasarkan analisis Kruskall-wallis perlakuan microwave, oven, dan sinar matahari dengantingkat kepercayaan 95%, tidak berpengaruh nyata terhadap rasa. Penilaian panelis terhadapparameter rasa ikan pari kering diduga karena panelis menyukai rasa yang tidak terlalu asin,warna tidak terlalu mencolok. Perlakuan sinar matahari juga menunjukan kadar garam yangtidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Rasa yang tercipta pada ikan pari kering dihasilkandari garam yang terkandung di dalam daging akibat penyimpanan ikan di kapal.2. AromaKriteria yang digunakan dalam uji hedonik ikan pari (Dasyatis sp.) kering disesuaikandengan skala hedonik Lim (2011) pada parameter rasa yaitu enak (3), netral (2), dan tidak enak(1). Hasil uji mutu hedonik ikan pari (Dasyatis sp.) kering pada parameter aroma denganperlakuan metode pengeringan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6.

Nilai Hedonik Aroma108,89,268,9686420MicrowaveOvenSinar matahariMetode Pengeringan Ikan Pari (Dasyatis sp.)Gambar 6. Nilai hedonik aroma ikan pari dengan metode pengeringan berbeda.Berdasarkan uji hedonik mutu nilai hedonik aroma ikan pari kering pada metodepengeringan berbeda berkisar antara 8,80 sampai 9,26. Nilai hedonik mutu tertinggi diperolehdari pengeringan oven (100 C sampai 130 C selama 600 menit atau 5 jam) dengan nilai 9,26(ada sebanyak 9,26% panelis memberikan nilai 3 (enak) pada uji hedonik tersebut. Tingginyanilai hedonik ini disebabkan oleh suhu yang tinggi, sehingga daging pecah dan aroma daridalam daging keluar. Sedangkan nilai hedonik terendah diperoleh dari pengeringan microwave(150 C selama 30 menit) dengn nilai hedonik 8,8 artinya ada sebanyak 8,8% panelismemberikan nilai 3 (enak) terhadap ikan pari kering. Penilaian terendah ini disebabkan oleharoma yang dihasilkan ikan pari sedikit tajam akibat pengeringan pada kulit ikan pari yangtidak merata sehingga tampak seperti lembab. Menurut Situmorang et al. (2008), kulit ikan parimemiliki daya awet dan produktif untuk kerajinan, dan kulit ikan pari merupakan salah satujenis kulit non-konvensional yang diketahui kulit ini sangat kuat dibandingkan kulitkonvensional seperti kulit sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain. Berdasarkan pernyataantersebut sangat dimungkinkan aroma yang dihasilkan dari kulit tersebut menjadi sebabrendahnya penilaian panelis terhadap hedonik ikan pari kering.Berdasarkan analisis Kruskall-wallis perlakuan microwave, oven, dan sinar mataharidengan tingkat kepercayaan 95% pada taraf 5% memberikan pengaruh pada aroma ikanpari kering. Pengaruh ini disebakan oleh variasi pengeringan yang digunakan sehingga aromayang dimunculkan berbeda bahkan aroma khas ini disukai beberapa panelis.3. WarnaKrit

Gambar 3. Nilai kadar protein ikan pari kering dengan metode pengeringan berbeda Gambar 3 menunjukan kadar protein terendah diperoleh perlakuan pada pengeringan oven pada suhu 100-130 C selama 5 jam sebesar 41,87% dan nilai kadar abu tertinggi diperoleh dari perlakuan pengeringan sinar matahari pada

Related Documents:

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan lama pengeringan daun kakao terhadap beberapa komponen mutu teh hijau daun kakao. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu suhu pengeringan yang terdiri dari suhu (40oC, 50oC dan 60oC) dan lama pengeringan selama 40 menit dan 50 menit .

Setelah dilakukan analisa statistik, diketahui bahwa suhu pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelarutan kurkumin. Untuk mendapatkan tingkat kelarutan kurkumin yang tertinggi maka suhu pengeringan yang baik adalah 60 0C. Tabel 2. Pengaruh Suhu Air Pelarut Terhadap Kelarutan Kurkumin Taraf

dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah (Ratnasari, 2014). Menurut Resmi (2014) dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Jamur Tiram”, suhu yang digunakan untuk pengeringan sayuran atau buah-buahan dengan alat pengeringa

Metode pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan yang penting dalam proses pengolahan kopi instan. Metode pengeringan dapat berpengaruh terhadap aroma dan flavor kopi instan, hal tersebut disebabkan dalam kopi memiliki banyak senyawa yang bersifat volatil

Kadar abu yang terkandung di dalam simplisia menunjukkan adanya kandungan mineral dan logam di dalam bahan. Kadar abu merupakan indikator terhadap cemaran bahan anorganik. Semakin tinggi kadar abunya, maka kadar unsur mineral simplisia meniran juga ikut meningkat. Tabel 2. Pengaruh cara pengeringan terhadap u

PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian yaitu (a) metode deskriptif, (b) metode eksperimen, (c) metode historis, (d) metode pengembangan, (e) metode tindakan, dan (f) metode kualitatif.

7. Metode Exstended Quadratic Interior Point (EQIP) Sama dengan metode Karmakar, metode EQIP merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan masalah program linier. Metode EQIP adalah metode deterministik yang merupakan pengembangan metode Karmakar. Metode EQIP dikembangakan oleh James A. Momoh. Metode EQIP bisa digunakan untuk

American Revolution in Europe working to negotiate assistance from France, Spain, and the Netherlands. Foreign Assistance French ultimately provided critical military and financial assistance Spain and the Netherlands provided primarily financial assistance to the American cause. A comparison of the resources held by the British and by the colonies: The population of the thirteen colonies .