PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL .

3y ago
32 Views
2 Downloads
267.25 KB
15 Pages
Last View : Today
Last Download : 3m ago
Upload by : Olive Grimm
Transcription

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPTANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.)JURNALOlehHusnul KhotimahC1M014077FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MATARAM2018

ARTIKEL UNTUK JURNALPENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPTANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.)THE EFFECT OF DROUGHT STRESS ON THE GROWTHAND YIELD OF SEVERAL OKRA GENOTYPES(Abelmoschus esculentus L.)Husnul Khotimah1), A Farid Hemon2), Kisman2)1)Mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Mataram2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DANHASIL BEBERAPA GENOTIP TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.)THE EFFECT OF DROUGHT STRESS ON THE GROWTH AND YIELD OFSEVERAL OKRA GENOTYPES (Abelmoschus esculentus L.)Husnul Khotimah1), A Farid Hemon2), Kisman2)Mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Mataram2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram1)ABSTRAKTanaman okra (Abelmoschus esculentus L.) merupakan salah satu tanaman hortikulturayang bergizi tinggi. Pertumbuhan dan daya hasil tanaman ini ditentukan oleh fakor genetis danlingkungan salah satunya adalah air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanyapengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa genotip tanamanokra. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah plastik, Desa Batu-Kuta Kecamatan Narmadadengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi, yaitu kondisi cekaman kekeringan sebagaipetak utama dan genotip okra sebagai anak petak. Petak utama terdiri atas tanaman mengalamicekaman kekeringan dan tanpa mengalami cekaman kekeringan. Anak petak terdiri daribeberapa genotip tanaman okra yakni genotip Dompu, genotip Hibrida, genotip Merah dangenotip Panjang. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Interaksi antara perlakuan dan genotip okra berpengaruh nyata padabobot basah dan bobot kering tajuk, tinggi tanaman umur 60 hari setelah pindah tanam, jumlahdaun umur 30, 60, 90 hari setelah pindah tanam, jumlah bunga yang jadi buah dan jumlahbuah yang layak konsumsi. Perlakuan genotip okra menunjukkan pengaruh yang nyata padahampir seluruh parameter pengamatan kecuali bobot basah akar, bobot kering akar dandiameter batang umur 30 hari setelah pindah tanam. Sedangkan perlakuan cekamankekeringan hanya berpengaruh nyata pada parameter bobot basah tajuk dan tinggi tanamanumur 60 dan 90 hari setelah pindah tanam (hspt). Genotip Panjang memiliki pertumbuhanpaling baik pada kondisi cekaman kekeringan. Genotip Merah memiliki jumlah buah yanglayak konsumsi terbanyak pada kondisi cekaman kekeringan maupun tanpa cekamankekeringan.Kata-kata kunci : cekaman, pertumbuhan, potensi hasilABSTRACTOkra (Abelmoschus esculentus L.) is one of horticulture crop that contain highnutrition. Growth and yield of this crop determined by genetic and environment factorespecially water. The objective of this research was to know the effect of drought stress towardgrowth and yield of several okra genetypes. This research was undertaken in plastic house,Batu Kuta village Sub regency of Narmada using Split Plot design with drought stress as mainplot and genotype as sub plot. Main plot consist of drought stress and without drought stress.Sub plot consist of Dompu genotype, Hybrid genotype, Red genotype and Long genotype.Every treatment combination was replicated three times. Result of this study showed that

interaction between treatment and genotype of okra effected on canopy wet weight, canopy dryweight, plant height at 60 days after planting, number of leaf at 30, 60 and 90 days afterplanting, number of flower becoming fruit and number of good fruit. Treatment of okragenotype effected on almost all parameters except wet weight of root, dry weight of root anddiameter of stem 30 days after planting. While, treatment of drought stress only effected oncanopy wet weight and plant height at 60 and 90 days after planting. Long genotype had thebest growth on the condition of drought. Red genotype had the best number of good fruit onthe condition of drought stress and without drought stress.Keywords: drought, growth, yield potentialPENDAHULUANOkra (Abelmoschus esculentus L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yangberasal dari Afrika Barat dan mulai ditanam di Indonesia terutama di Kalimantan Barat padatahun 1877. Okra dikenal juga sebagai tanaman multiguna karena hampir semua bagiannyadapat dimanfaatkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ikrarwati dan Rokhmah (2016) bahwabagian batang tanaman okra dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, selain itu batangtanaman okra juga dimanfaatkan sebagai fiber atau serat pada pembuatan pulp kertas. Daunmuda okra biasa dimanfaatkan orang Afrika sebagai sayur, sedangkan orang Indonesia lebihmemilih buah muda okra sebagai sayuran.Berlangsungnya pertumbuhan tanaman yang baik harus didukung oleh keadaan airyang optimum. Cekaman (kelebihan maupun kekurangan) air dapat berakibat buruk karenaakan mengganggu proses-proses metabolisme dalam tubuh tanaman. Seperti yangdiungkapkan oleh Kramer dalam Jasminarni (2008) bahwa pemberian air bagi tanamanmerupakan salah satu hal yang sangat penting untuk meningkatkan hasil suatu tanamankhususnya sayuran. Kekurangan atau kelebihan air pada setiap fase tumbuh akanmengakibatkan tidak normalnya pertumbuhan dan merosotnya hasil tanaman.Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkatcekaman yang dialami dan jenis atau genotip okra yang ditanam. Pengaruh awal dari tanamanyang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daunyang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanamansehingga mempengaruhi daya hasil tanaman tersebut (Packer, et al., 1990 dalam Mapegau,2006).

Penelitian Setiawan (2007) dalam Supriyadi (2014) menunjukan bahwa perbedaangenotip secara nyata memperlihatkan perbedaan hasil produksi tanaman. Adanya perbedaanpanjang periode dan fase pertumbuhan pada setiap genotip digunakan untuk menentukangenotip yang mampu menghasilkan produksi yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.Genotip mengacu kepada gen yang mengendalikan sifat suatu tanaman. Pertumbuhandan perkembangan tanaman sangat tergantung kepada sifat genotip tanaman, tetapi sifatgenotip tanaman masih dapat berubah akibat pengaruh lingkungan (Septiani, 2009 dalamSupriyadi, 2014). Berdasarkan hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruhcekamana kekeringan terhadap pertumbuhan dan daya hasil beberapa genotip tanaman okra.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman kekeringan terhadappertumbuhan dan hasil beberapa genotip tanaman okra.METODE PENELITIANPenelitian ini telah dilaksanakan di rumah plastik, Desa Batu-Kuta KecamatanNarmada selama 4 bulan mulai dari bulan Maret-Juni 2018. Penelitian ini dirancang denganmenggunakan Rancangan Petak Terbagi, yaitu kondisi cekaman kekeringan sebagai petakutama dan genotip okra sebagai anak petak. Petak utama terdiri atas tanaman mengalamicekaman kekeringan dan tanpa mengalami cekaman kekeringan. Anak petak terdiri atasbeberapa genotip tanaman okra yaitu genotip Dompu, genotip Hibrida, genotip Merah, dangenotip Panjang. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali.Penyemaian dilakukan dengan cara merendam benih okra selama 4-6 jam, kemudianditanam pada media yang telah disiapkan. Setelah 7 hari, bibit okra yang tumbuh bagusdipindah ke polybag yang lebih besar yang telah diisi campuran tanah dan pupuk kandangdengan perbandingan 1:3. Pemeliharaan tanaman okra dalam polybag antara lain penyiraman,dan pengendalian hama penyakit.Perlakuan cekaman kekeringan diberikan mulai tanaman berumur 15 sampai 105 hari.Semua tanaman disiram dari awal tanam sampai umur 14 hari setelah tanam (hst). Penyiramandilakukan dengan menyiram air pada media tanam sampai jenuh. Kejenuhan air ditunjukkandengan menetesnya air pada lubang aerasi dasar polybag. Pada saat tanaman memasuki umur15 hst, sebagian tanaman disiram sampai kondisi optimum dan sebagian yang lain dipeliharadalam kondisi cekaman kekeringan sebagai akibat pengurangan pemberian air.

Panen dilakukan ketika tanaman berumur 50-70 hari setelah tanam tergantungjenisnya. Buah okra dipanen ketika masih muda yaitu buah okra yang panjangnya kurang lebih8-12 cm. Jika buah okra dipanen terlalu tua, rasanya akan kurang sedap dan keras.Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain : tinggi tanaman (cm), jumlahdaun (helai), diameter batang (cm), umur berbunga (hspt), jumlah bunga (tangkai), jumlahbunga yang jadi buah (buah), jumlah buah yang layak konsumsi (buah), panjang buah (cm),berat buah (g), bobot basah dan bobot kering tajuk (g), bobot basah dan bobot kering akar.Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Untukmengetahui perlakuan yang berbeda nyata, maka akan diuji lanjut menggunakan Beda NyataJujur pada taraf 5 %.HASIL DAN PEMBAHASANA. Karakter Pertumbuhan Beberapa Genotipe Tanaman OkraTabel 1. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap PertumbuhanBeberapa Genotipe Tanaman OkraParameterCGTinggi Tanaman (30 HSPT)NsSTinggi Tanaman (60 HSPT)SSTinggi Tanaman (90 HSPT)SSJumlah Daun (30 HSPT)NsSJumlah Daun (60 HSPT)NsSJumlah Daun (90 HSPT)NsSDiameter Batang (30 HSPT)NsNsDiameter Batang (60 HSPT)NsSDiameter Batang (90 HSPT)NsSBobot Basah TajukSSBobot Kering TajukNsSBobot Basah AkarNsNsBobot Kering AkarNsNsKeterangan :C: Perlakuan cekaman kekeringanG: Genotip okraC*G: Interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dan genotip okraHSPT: Hari setelah pindah tanamS: Signifikan (berbeda nyata)NS: Non signifikan (tidak berbeda nyata)C*GNsSNsSSSNsNsNsSSNsNs

Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dangenotip memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman umur 60 hspt,jumlah daun umur 30, 60 dan 90 hspt, bobot basah dan bobot kering tajuk. Keragaan tanamanmemang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta interaksi antara keduanya.Perlakuan cekaman kekeringan hanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dantinggi tanaman umur 60 dan 90 hspt. Hal ini sesuai dengan pernyataan Burstom (1956) Jumin(1992) dalam Siregar R.S (2017) bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhanvegetatif tanaman dalam hal ini tinggi tanaman. Perlakuan genotip berpengaruh nyata padahampir seluruh parameter yang diamati kecuali bobot basah dan bobot kering akar, sertadiameter batang umur 30 hspt.Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan cekamankekeringan dan genotip terhadap tinggi tanaman umur 60 hspt, dimana nilai tertinggi dimilikigenotip Dompu (G1) pada perlakuan C1, sedangkan nilai terendah terdapat pada genotipMerah (G3) pada perlakuan C2. Menurut Chairani (2006) dalam Hayati (2013) ketersediaanair dan kecukupan hara bagi tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, dalam hal initinggi tanaman.Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan cekamankekeringan dan genotip terhadap jumlah daun umur 30, 60 dan 90 hspt. Pada umur 30 hspt,genotip Panjang (G4) pada perlakuan C1 memiliki jumlah daun terbanyak, sedangkan jumlahdaun paling sedikit terdapat pada G2 (Hibrida) dengan perlakuan yang sama. Pada umur 60hspt, G2 (Hibrida) pada perlakuan cekaman kekeringan memiliki jumlah daun paling sedikit,dan jumlah daun terbanyak dimiliki genotip Panjang pada perlakuan cekaman kekeringan, Halini menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki faktor pembatas dan daya toleransi terhadaplingkungan. Umur 90 hspt, jumlah daun terbanyak dan terendah terdapat pada perlakuan C1yakni pada genotip Panjang untuk daun terbanyak, dan Hibrida untuk daun paling sedikit.

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut BNJ Interaksi Perlakuan Cekaman Kekeringan dengan Genotip Okra pada Taraf 5%ParameterGenotipTT (60)C1JD (30)C2C1JD (60)C2C1JD (90)C2C1BBTC2BKTC1C2C1C2G1G2154,3 e116,3 d113 cd92,3 ab22,3 cd11,3 a11,7 a11,7 a30,3 c19,3 abc26,7 bc10,3 a16 abc0a7,7 ab15,7 abc322,8 Ba243,03Aa201,7Aa212,6Aa123,5Bb75,6 Aa67,3 Aa61,9 AaG3G4105 bcd112,3 cd79 a100 bc16 abc23,3 d15 ab21,7 bcd24,3 bc25 bc14,3 ab30,7 c9,7 ab37,3 c24 bc30,7 bc323,2 Ba389,6 Bb238,9 Ba377,2 Bb100,07Aa120,3 Ba69,4 Aa123,07 BbBNJ 5%13,76,9813,323,585,745,6Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%,Angka-angka pada baris yang sama pada parameter yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata padauji BNJ 5%.C1: Perlakuan tanpa cekaman kekeringanC2: Perlakuan cekaman kekeringanG1: Genotip DompuG2: Genotip HibridaG3: Genotip MerahG4: Genotip PanjangTT: Tinggi tanaman 60 hspt (cm)JD: Jumlah daun 30, 60, 90 hspt (helai)BBT: Bobot basah tajuk (g)BKT: Bobot kering tajuk (g)

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara perlakuancekaman kekeringan dan genotip terhadap bobot basah dan bobot kering tajuk, bobot basahtajuk tertinggi terdapat pada genotip Panjang (G4) dengan perlakuan C1, sedangkan yangterendah terdapat pada genotip Dompu (G1) pada perlakuan C2. Hal ini dikarenakan genotipPanjang (G4) memiliki jumlah daun terbanyak pada perlakuan C1 yang menguntungkan bagiproses fotosintesis. Sementara bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada genotip Dompu (G1)pada perlakuan C1, sedangkan G2 (Hibrida) pada perlakuan C2 mempunyai bobot kering tajukterendah.Tabel 3 menunjukkan bahwa genotip Merah (G3) memiliki tinggi tanaman terendah disetiap pengamatan dari umur 30, 60 sampai 90 hspt, sementara tinggi tanaman paling tinggidimiliki oleh genotip Dompu (G1) pada pengamatan umur 30 dan 60 hspt. Untuk pengamatantinggi tanaman umur 90 hspt, genotip Panjang (G4) memiliki tinggi tanaman tertinggi. Padapengamatan jumlah daun, G3 (Hibrida) memiliki jumlah daun paling sedikit disetiappengamatan. Sedangkan jumlah daun terbanyak dimiliki oleh genotip Panjang (G4).Tabel 3. Hasil Uji Lanjut BNJ Perlakuan Genotip Okra pada Taraf (90)DB(60)DB(90)G156,17 b133,7c144,5b17 b28,5 b11,8 a1,9 aG248,7 a104,3b125,3a11,5 a14,8 a7,8 aG344 a92 a116,7a15,5 ab19,3 aG448,5 a106,2b145,5b22,5 c5,587,9517,964,05BNJ 5%BBTBKT1,9 a262,25ab95,4 bc2,03 a2,07 a227,83 a68,8 a16,8 a2,25 b2,28 b281,07 b84,8 ab27,8 b34 b2,28 b2,34 b383,37 c121,7 c7,6913,620,140,2149,7226,47Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%G1: Genotip DompuG2: Genotip HibridaG3: Genotip MerahG4: Genotip PanjangTT: Tinggi tanaman 30, 60, 90 hspt (cm)JD: Jumlah daun 30, 60, 90 hspt (helai)DB: Diameter batang 60, 90 hspt (cm)BBT: Bobot basah tajuk (g)BKT: Bobot kering tajuk (g)

Genotip Dompu (G1) memiliki diameter batang terkecil pada pengamatan umur 60 dan90 hspt, sementara diameter batang terbesar dimiliki oleh genotip Panjang (G4). Tinggitanaman, jumlah daun, dan diameter batang dipengaruhi oleh karakteristik genotip yangdigunakan. Menurut Syam dan Wuryandari (2008) dalam Hayati (2013) ketersediaan air,varietas unggul, dan pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsur N memberikankontribusi yang besar untuk pertumbuhan tanaman.Dari hasil uji lanjut BNJ pada Tabel 3 menunjukkan bahwa bobot basah dan bobotkering tajuk tertinggi terdapat pada genotip Panjang (G4) sedangkan bobot basah dan bobotkering tajuk terendah terdapat pada G2 (Hibrida). Hal ini dikarenakan genotip Panjangmemiliki jumlah daun terbanyak dan diameter batang terbesar sehingga bobotnya pun menjadilebih berat. Begitupun dengan G2 (Hibrida), G2 memiliki jumlah daun paling sedikit dengandiameter batang paling kecil sehingga bobotnyapun menjadi lebih ringan.Tabel 4. Hasil Uji Lanjut BNJ Perlakuan Cekaman Kekeringan pada taraf 5%ParameterBBTTT (60)TT (90)C1319,6 b122 b148,9 bC2257,6 a96,08 a117,08 aBNJ 5%39,913,918,7Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%C1: Perlakuan tanpa cekaman kekeringanC2: Perlakuan cekaman kekeringanBBT : Bobot basah tajuk (g)TT: Tinggi tanaman (cm)PerlakuanTabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan C1 memiliki bobot basah tajuk dan tinggitanaman lebih tinggi daripada perlakuan C2. Hal ini sejalan dengan yang disebutkan olehSudarsono dan Widoretno (2003) Permanasari dan Endang (2013) dalam Siregar, R. S, (2017)bahwa apabila air yang diberikan mencukupi maka pertumbuhan tanaman akan baikdibandingkan dengan yang kekurangan air, dimana kondisi air yang tidak sesuai dengankebutuhan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.

B. Karakter dan Komponen Hasil Beberapa Genotip Tanaman OkraTabel 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap HasilGenotip Tanaman OkraParameterCGUmur Berbunga (HSPT)NsSJumlah BungaNsSJumlah Bunga yang Jadi BuahNsSJumlah Buah Layak KonsumsiNsSPanjang BuahNsSBerat BuahNsSKeterangan :C: Perlakuan CekamanG: Genotip OkraC*G: Interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dan genotipe okraBeberapaC*GNsNsSSNsNsTabel 5 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dangenotip okra berpengaruh nyata pada parameter jumlah bunga yang jadi buah dan jumlah buahlayak konsumsi. Perlakuan genotip berpengaruh nyata pada seluruh parameter yang diamati,sedangkan perlakuan cekaman kekeringan tidak berpengaruh nyata pada seluruh parameteryang diamati.Tabel 6. Hasil Uji Lanjut BNJ Interaksi Perlakuan Cekaman Kekeringan dengan GenotipeOkra pada Taraf 5%ParameterGenitipeJbJBJBLKC1C2C1C2G123,3 Bb14,7Ab20 Ab14,7AbG226,7 Bb17 Ab26,7 Bc17 AbG329 Bb20,7Ab29 Bc20,7AbG48.3 Aa7,3 Aa8,3 Aa6,7 AaBNJ6,86,05Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang samatidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%, Angka-angka pada baris yang sama pada parameteryang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.C1: Perlakuan tanpa cekaman kekeringanC2: Perlakuan cekaman kekeringanG1: Genotip DompuG2: Genotip HibridaG3: Genotip MerahG4: Genotip PanjangJbJB: Jumlah bunga yang jadi buah (buah)JBLK : Jumlah buah layak konsumsi (buah)

Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan cekamankekeringan dan genotip terhadap jumlah bunga yang jadi buah, dan jumlah buah yang layakkonsumsi. Genotip Merah (G3) pada perlakuan C1 memiliki jumlah bunga yang jadi buah danjumlah buah layak konsumsi terbanyak, sedangakan jumlah bunga yang jadi buah dan jumlahbuah layak konsumsi terendah terdapat pada genotip Panjang (G4) pada perlakuan C2. Prosesfotosintesis tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti sinar matahari, unsur hara,CO2, air dan ruang tumbuh (Gardner dkk., 1991 dalam Badrudin, 2009). Apabila faktorlingkungan tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal, maka proses fotosintesisberjalan dengan lancar sehingga berpengaruh terhadap asimilat yang dihasilkan, asimilattersebut selanjutnya ditranslokasikan ke cadangan makanan untuk pembentukan buah(Lakitan, 1995; Hakim, 1996 dalam Badrudin, 2009).Tabel 7. Hasil Uji Lanjut BNJ Perlakuan Genotipe Okra pada Taraf 5%ParameterUbJBJbJBJBLKBBPBG140,2 a19,5 b19 b17,3 b22,2 b9,1 aG235,3 a23,2 bc21,8 bc21,8 c21,9 b11,6 bG338 a25,7 c24,8 c24,8 c19,02 a10,6 abG467,3 b8,7 a7,8 a7,5 a16,4 a11,8 bBNJ4,114,853,923,513,481,55Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%Ub: Umur berbunga (hspt)Jb: Jumlah bunga (tangkai)JbJB : Jumlah bunga yang jadi buah (buah)JBLK : Jumlah buah layak konsumsi (buah)BB: Berat buah (g)PB: Panjang buah (cm)GenotipHasil uji BNJ pada Tabel 7 menunjukkan bahwa G2 (Hibrida) berbunga paling cepatyakni umur 35 hspt, sedangkan genotip Panjang (G4) memiliki umur berbunga paling lamayakni umur 67 hspt. Dari hasil pengamatan jumlah bunga, jumlah bunga yang jadi buah, danjumlah buah layak konsumsi, genotip Merah (G3) memiliki nilai tertinggi pada ketigaparameter tersebut, sedangkan nilai terendah dimiliki oleh genotip Panjang (G4). Sehinggadapat disimpulkan bahwa genotip Merah (G3) berdaya hasil pal

tanaman okra juga dimanfaatkan sebagai fiber atau serat pada pembuatan pulp kertas. Daun muda okra biasa dimanfaatkan orang Afrika sebagai sayur, sedangkan orang Indonesia lebih memilih buah muda okra sebagai sayuran. Berlangsungnya pertumbuhan tanaman yang baik harus didukung oleh keadaan air yang optimum.

Related Documents:

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN NILAI PASAR PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat . Pengaruh Modal Intelektual terhadap Pertumbuhan Perusahaan - (Firms’ Growth). 29 2.4.2. Pengaruh Modal Intelektual terhadap .

dengan berbagai kondisi cekaman lingkungan seperti kekeringan, banjir, salinitas, rendaman, tanah basa dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Padi berwarna sangat banyak dijumpai di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Jawa merupakan dae

tanah. Tanaman jarak sangat toleran terhadap cekaman kekeringan sehingga mampu tumbuh pada iklim gurun dan pada berbagai tipe tanah termasuk tanah pasir, kondisi tanah miskin hara serta salinitas (1). Oleh karena itu, tanaman jarak pagar menjadi salah satu

Skripsi : Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Pandeglang Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap

lowest at 80% field capacity treatment and shelter (1,333 pieces). On average plant height . pada kolom dan baris yang sama, tidak berbeda nyata jika berdasarkan uji BNT dengan taraf kepercayaan α 5%. W2 Gambar 1. Grafik pengaruh interaksi terhadap rata-rata pertambaha

―Analisis pengaruh investasi, inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia‖, (Thesis, 2011). 10Rovia Nugrahani Pramesthi, Hendry Cahyono. ―Pengaruh pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek‖, Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), vol 1, Mo 3,(2013). 5 5.5 6 .

Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Pupuk Supertop Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Diakses pada tanggal 01 Januari 2018 Prasetya, B. 2009. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan dan Pertumbuhan Sawi (Brassica juncea L.) pada entisol. Skripsi.

additif alimentaire ainsi que d’une nouvelle utilisation pour un additif alimentaire déjà permis. Les dispositions réglementaires pour les additifs alimentaires figurent à la partie B du titre 16 du RAD. L’article B.16.001 énumère les exigences relatives à l’étiquetage des additifs alimentaires. En particulier, l’article B.16.002 énumère la liste des critères qui doivent .