HUBUNGAN PIKIRAN DAN BAHASA PADA BAHASA HYPNOTHERAPY

3y ago
48 Views
3 Downloads
862.25 KB
19 Pages
Last View : 2d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Aarya Seiber
Transcription

HUBUNGAN PIKIRAN DAN BAHASA PADA BAHASA HYPNOTHERAPYUsulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan padaProgram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaDiajukan Oleh:INDAH WAHYUNINGSIHA310110016Kepada:FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015

0HUBUNGAN PIKIRAN DAN BAHASA PADA BAHASA HYPNOTHERAPYIndah Wahyuningsih, A310110016, Program Studi Pendidikan Sastra Indonesia,Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Surakarta, 08572510065ABSTRAKPenelitian ini memiliki dua tujuan penelitian. (1) Mendeskripsikan bahasa yangdigunakan dalam proses hypnotherapy atau hipnoterapi. (2) Menganalisishubungan antara bahasa yang digunakan dalam proses hipnoterapi dengan pikiranyang dihasilkan dalam melakukan hipnoterapi. Metode analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode refleksif-introspektif, kemudiandilanjutkan dengan metode formal dan informal sebagai metode penyajian data.Hasil penelitian ini ada dua jenis. (1) Bahasa yang digunakan dalam proseshypnotherapy harus disesuaikan dengan bahasa yang dimengerti oleh klien.Bahasa yang digunakan untuk melakukan hipnoterapi orang dewasa berbedadengan bahasa yang digunakan untuk melakukan hipnoterapi pada anak kecil.Peneliti mencantumkan 20 data dengan jenis bahasa yang berbeda. (2) Bahasayang digunakan dalam hipnoterapi memiliki hubungan yang erat dengan pikiranmanusia. Kata-kata yang direpitisi lebih mudah diterima oleh pikiran bawah sadar,sehingga pola pikir klien dapat dirubah menjadi lebih baik. Otak manusiamenerima rangsangan dari telinga yang mendengar, kemudian pikiran manusiabekerja dan memprogram. Setelah diprogram, pikiran memberikan perintahkepada tubuh manusia sehingga tubuh mulai merespon apa yang disugestikan olehterapis.Kata Kunci : bahasa, pikiran, hipnoterapi, pola pikir.

1a. PendahuluanPskolinguistik adalah ilmu hibrida, yakni ilmu yang merupakangabungan antara dua ilmu : psikologi dan linguistik, benih ilmu inisebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20 tatkala psikologJerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengandasarn prinsip-prinsip psikologis (Kess dalam Dardjowidjojo, 2005:2).Pengertian psikolinguistik menurut Dardjowidjojo (2010:7) yaitu ilmu yangmempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam merekaberbahasa.Disiplin ilmu psikolinguistik telah menjadi bidang ilmu yang sangatluas dan kompleks. Psikolinguistik telah berkembang pesat sehinggamelahirkan beberapa subdisiplin psikolinguistik yang memusatkan perhatianpada bidang tertentu untuk penelitian yang lebih lanjut. Subdisiplin istikperkembangan,psikolinguistik sosial, psikolinguistik pendidikan, psikolinguistik-neurologi(neuropsikolinguistik), psikolinguistik eksperimen, dan psikolinguistikterapan.Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa danperolehan bahasa oleh manusia (Levelt dalam Mar’at, 2011:1). Dari ilmutersebut, peneliti menggunakan kajian psikolinguistik sebagai dasar dalammelakukan penelitian tentang hipnoterapi ini.Hypnotherapy atau hipnoterapi merupakan salah satu teknik terapipikiran dengan menggunakan metode hipnotis yang bertujuan untuk hal-halpositif dan kemajuan seseorang (Irfan, 2007:30). Hipnoterapi ini biasanyadigunakan untuk terapi bagi para pasien/subyek yang sedang mengalamimasalah di dalam dirinya, misalnya sedang menderita penyakit, kurangpercaya diri, trauma, dan lain sebagainya. Secara detailnya, hipnoterapimenurut kesimpulan peneliti merupakan salah satu ilmu psikologi yangmempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, danperilaku.Hypnotherapy atau hipnoterapi merupakan salah satu teknik terapipikiran dengan menggunakan metode hipnotis yang bertujuan untuk hal-hal1

2positif dan kemajuan seseorang (Irfan, 2007:30). Hipnoterapy menurutGunawan (2009:17) adalah terapi yang menggunakan hypnosis sebagaisarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar klien. Teknik terapi ini yangdiotak-atik atau diubah adalah pikiran, maka seorang terapis harusmengetahui teori pikiran dan cara kerjanya.Teknik tersebut hanya menggunakan bahasa sebagai alat untukmenyembuhkan klien. Pengertian bahasa itu sendiri adalah salah satuanugerah Tuhan yang memungkinkan manusia untuk mengelola pikirannyadan mengendalikan pengruh luar terhadap pikirannya (Arifuddin, 2010:242).Bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang sangat erat, karena denganbahasa maka mampu mengubah maupun mempengaruhi pikiran.Bahasa dikenal sebagai alat komunikasi atau alat dari pemikiran (toolof though), karena dengan bahasalah pesan-pesan disampaikan dari pengirimpesan (sender) ke penerima pesan (receiver). Penyampaian suatu pesan dapatdilakukan dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan seperti simbol atautulisan lainnya (Adi, 1994:102). Bahasa dapat dilihat dalam dua hal, yakni (i)sebagai aktivitas jiwa, dan (ii) sebagai aktivitas otak (Mackey dalam Pateda,1990:31). Sebagai aktivitas jiwa berarti bahasa dianggap sebagai gerakanmental atau sebagai stimulus reaksi. Bahasa sebagai gerakan mentalmenjelaskan bagaimana bahasa sebagai sistem institusional menjadi ujaran didalam aktivitas seseorang, baik ketika sedang berbicara maupun ketikamenulis. Sebagai stimulus-reaksi bahasa dianggap sebagai sesuatu yangberulang dan kmeudian menyebabkan seseorang mereaksi (Mackey dalamPateda, 1990:31).Pikiran adalah proses pengolahan stimulus yang berlangsung dalamdomain representasi utama (Arifuddin, 2010: 242). Langacker dalam Pateda(1990:30) mengatakan “berpikir adalah aktivitas mental manusia”. Aktivitasmental ini akan berlangsung apabila ada stimulus, artinya ada sesuatu yangmenyebabkan manusia untuk berpikir. Proses berpikir meliputi rangkaianrangakaian sebab akibat, menganalisinya dari yang umum ke hal-hal yangkhusus atau menganalisis dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum.

3Dalam hal ini Langacker mengatakan bahwa pikiran dikondisi oleh kategorilinguistik dan pengalaman yang akan dikodekan dalam wujud konsep katayang telah tersedia. Proses berpikir dapat dikatakan sebagai prosesmemanipulasi informasi yang diserap dari lingkungan dengan memperhatikansimbol-simbol (informasi yang telah terkode) yang disimpan dalam LTMatau Long Term Memory (Adi, 1994:99).Bahasa dan pikiran memiliki hubungan dan berikut ini adalahpenjelasan dari pendapat Steinberg dalam Pateda (1990:33-34) yangmenyatakan hubungan bahasa dengan pikiran dapat dilihat dari (i) produksiujaran yang merupakan dasar pikiran, (ii) bahasa adalah basis dasar pikiran,(iii) sistem bahasa menunjukkan spesifikasi pandangan, dan (iv) sistembahasa menunjukkan spesifikasi budaya. Dalam hal produksi ujaran sebagaidasar pikiran, tersirat pendapat bahwa pikiran adalah sejenis tingkah laku.Jadi, kalau kita mengatakan “Kupukul engkau”, urutan kata ini merupakanhasil pemikiran dan pertimbangan. Pikiran yang tersimpul di dalam kalimatitu merupakan tingkah laku, bahkan dapat dikatakan terjadi perubahantingkah laku. Selain penjelasan tersebut, bahasa dapat memperluas pikiran.Dalam hal ini, seseorang harus banyak bergaul dan banyak membaca yangmenyebabkan pandangan dan pikirannya bertambah luas. Pikiran dapatbertambah luas karena aktivitas yang berhubungan dengan bahasa.Penelitian ini membahas tentang bahasa yang digunakan dalammelakukan hypnotherapy dan analisis hubungan antara bahasa yangdigunakan dengan pikiran yang dihasilkan dalam melakukan hypnotherapy.Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan secara rinci wujud bahasabahasa yang digunakan dalam hipnoterapi kemudian mencari penyebab darikasus hipnoterapi yang ditangani dan hubungan antara bahasa dengan pikiranyang dihasilkan setelah proses hipnoterapi selesai. Manfaat yang dapatdiambil dari penelitian ini yaitu pembaca dapat mendapatkan pengetahuandan wawasan yang baru tentang bahasa dan bagaimana hipnoterapi itu dapatmemprogram pikiran manusia walaupun hanya dengan bahasa.

4Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yangdilakukan oleh Fajarika Ramadania (2013) dengan judul penelitian “AnalisisBahasa Hipnoterapi pada Siswa SMAN 1 Mataram (The Analysis ofLanguage of Hypnotherapy in SMAN 1 Mataram). Penelitian yang dilakukanoleh Fajarika memiliki objek penelitian yang sama dengan penelitian ini yaituanalisis bahasa hypnotherapy. Hasil penelitian ini adalah (1) diksi yangdigunakan dalam bahasa hipnoterapi tipe interpersonal adalah penggunaanbahasa daerah berupa bahasa Banjar yang menggunakan kalimat tanya (apadan kapan) sebagai karakteristik diksinya. (2) Teknik persuasi bahasahipnoterapi yang digunakan pada anak interpersonal, yaitu teknikrasionalisasi, identifikasi, red-herring, dan teknik ganjaran. Pada anak visualdapat ditemukan teknik sugesti yang ada, yaitu teknik identifikasi, sugesti,kompensasi, proyeksi, tataan, dan integrasi.Penelitian lain yang sama dengan penelitian ini adalah penelitian yangdilakukan oleh Asep Haerul Gani (2007) dengan judul penelitian “PerubahanPikiran Efek Hypnotherapy dari Ibadah” dengan objek penelitian yaitupikiran yang setelah dianalisis terjadi perubahan mindset atau pemikiranmerupakan efek hypnotherapy dari ibadah. Hasil penelitian ini adalah praktikpsikoterapi yang memanfaatkan hypnosis dan dilakukan oleh penulis sertarekan penulis terbukti keadaan tenang saat Dzikir, Berdo’a dan Salat malammenjadi pintu masuk tercepat kepada keadaan deep trance dibandingkandengan cara-cara induksi lainnya yang diperkenalkan oleh ahli hypnotherapy.Pada dasarnya efek hypnotherapy memberikan perubahan yangsignifikan terhadap pola pikiran atau mindset seperti halnya efek ibadah.Pemanfaatan konsep ikhlas, ihsan, memaafkan yang digunakan saat terapimenggunakan hypnosis terbukti pula memudahkan klien cepat bangkit dalamproses penyembuhan. Penelitian yang dilakukan Asep memiliki hasil yanghampir sama dengan penelitian ini, karena dalam hasil data yang dianalisismenyimpulkan bahwa terdapat perubahan yang siginifikan setelah dilakukanhipnoterapi. Bahkan, dalam segi agama, hipnoterapi mampu membuat orangyang melakukan ibadah lebih rileks dan mudah berkonsentrasi dalam berdoa.

5b. Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan di berbagai tempat ketika sedang melakukanhypnotherapy. Waktu yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitianadalah dari bulan Februari sampai selesai. Jenis penelitian yang dilakukanpeneliti adalah dengan penelitian kualitatif dengan strategi deksriptif yaitudengan mendeskripsikan secara jelas hasil penelitian. Sutopo (2002:73)menyatakan data adalah bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari duniayang dipelajarinya. Objek yang menjadi pusat penelitian adalah bahasa yangdigunakan dalam proses hipnoterapi. Data pada penelitian ini berupa duapuluh skrip bahasa hipnoterapi, sedangkan sumber yang diambil berupapengalaman peneliti dalam melakukan hipnoterapi.Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah caramelaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Metode analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah metode refleksif-introspektif. Metode refleksifintrospektif merupakan metodeyang digunakan untuk mengetahui,menjelaskan, dan mengidentifikasi itu menjelaskan secara mendasar dimensimengapanya suatu monolog panjang sebagai sebuah satuan lingual pesona,mengidentifikasi fungsi hakiki bahasa-semua, dibutuhkan cara lain, yaitudengan memanfaatkan sepenuh-penuhnya, secara optimal, peran penelitisebagai penutur bahasa tanpa melebur-lenyapkan peranan kepenelitian itusendiri (Sudaryanto, 1993:120-121).Penggunaan metode analisis refleksif-introspektif memungkinkanfenomena penggunaan bahasa yang dihayati dalam keseharian dapatditampakkan ihwalnya yang mendasar sehingga penggunaan metode analisisrefleksif-introspektif akan menjadi cerah dengan kemanfaatannya yangtinggi. Dalam metode ini, peneliti memerankan diri sebagai subjek yangberbicara sehingga kadar kepenuturan peneliti itu merupakan “penyediafasilitas data sahih” dan “pengontrol kesahihan data” yang bersangkutan,yang berupa bahasa yang sedang diaktualisasikan demi fungsi hakiki yangdiembannya.

6Sedangkan metode penyajian hasil analisis data ada dua macam yaituyang bersifat formal dan bersifat informal. Metode penyajian yang digunakanpeneliti adalah metode penyajian informal. Metode penyajian informal adalahperumusan dengan kata-kata biasa-walaupun dengan terminal ogi yang teknissifatnya (Sudaryanto, 1993:145). Penggunakan metode informal akanmemberikan penjelasan tentang kaidah yang terkesan lebih rinci-teruraisehingga rumusan yang tersaji relatif panjang.c. Hasil dan PembahasanHipnoterapi merupakan salah satu teknik terapi pikiran yangmenggunakan metode hipnosis, tetapi metode tersebut bertujuan untuk halyang postif dan kemajuan seseorang. Pada dasarnya, banyak manusia yangsering sakit atau mengalami masalah namun mereka tidak menyadari bahwasebenarnya masalah tersebut berasal dari pikiran orang itu sendiri. Sehingga,hipnoterapi ini menerapi pikiran klien atau orang yang ingin sembuh denganhipnoterapi. Hipnoterapi tidak menggunakan media obat-obatan atau bendabenda mistik, hipnoterapi hanya menggunakan media bahasa yang diucapkanoleh terapis atau orang yang melakukan hipnoterapi.Kebanyakan orang hanya mengetahui bahwa bahasa hanya sebagaialat berkomunikasi sehari-hari atau berkomunikasi secara formal dalam suatuforum tertentu, padahal seorang pengamat bahasa seharusnya lebih bisamengkaji bahasa yang memiliki kekuatan lebih. Proses terapi pikiran denganhipnoterapi hanya menggunakan bahasa yang diucapkan sesuai denganbahasa yang digunakan dan dimengerti klien. Jika klien mengerti bahasaIndonesia yang baku, maka seorang terapis menggunakan bahasa Indonesiabaku dalam melakukan hipnoterapi. Tetapi, apabila klien hanya bisamenggunakan bahasa daerah, maka seorang terapis perlu mengerti bahkanbisa berbahasa daerah tersebut.Bahasa-bahasa yang digunakan oleh terapis dalam dua puluh datayang disajikan berbeda-beda. Perbedaan bahasa ini sesuai dengan klien yangdihadapi, jika klien yang dihadapi seseorang yang berpendidikan dan

7berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang formal dan baku, maka terapismenggunakan bahasa Indonesia yang formal dan baku juga. Jika klien yangdihadapi adalah anak kecil, maka bahasa yang digunakan oleh terapis sesuaidengan bahasa anak, nada ketika berkomunikasi pun selaras dengan nadaanak bahkan seorang terapis harus memahami untuk seakan-akan menjadianak kecil. Ketika klien yang dihadapi adalah orang yang hanya mengertibahasa daerah, misalnya bahasa Jawa, maka terapis harus bisa mengerti danmemahami arti bahasa-bahasa jawa, bahkan terapis harus menggunakanbahasa Jawa dalam melakukan terapi.Terapis harus pintar mengucapkan kata-kata untuk memberikansugesti kepada klien, selain itu nada harus sangat diperhatikan karena nadamemengaruhi psikologis klien. Misalnya, ketika terapis memberikanperintah atau sugesti ketika akan membuat klien masuk ke kondisi hipnosisyaitu dengan kata-kata “semakin lemas, semakin Anda menarik napas darihidung dan membuangnya lewat mulut, tubuh Anda semakin terasa lemasdan lelah”, nada terapis ketika mensugestikan itu harus melemah atauseakan-akan terapis ikut merasa lemas. Jika terapis memberikan sugesti“lemas” namun nadanya tinggi dan bersemangat, maka pikian klien tidakmampu menerima. Ketika kklien sudah masuk dalam kondisi hipnosis, iahanya bisa merasakan antara kata-kata yang diucapkan oleh terapis dengannada ucapan tersebut. Jika terapis memberikan sugesti “semakin segar,semakin sehat, semakin bersemangat, dan Anda semakin percaya diridaripada sebelumnya”, maka nada terapis harus bersemangat dan percayadiri. Jadi terapis harus pintar memainkan emosi dan psikologis klien.Sugesti yang diberikan kepada klien harus diucapkan secara berulangulang atau dalam bahasa Indonesia disebut repetisi (pengulangan).Pengulangan kata yang penting merupakan teknik untuk membuat klienmenuruti apa yang disugestikan oleh terapis, misalnya ketika terapismelakukan repetisi pada sugesti berikut “Saat ini, besuk, dan seterusnyaRayhan semakin mudah mengunyah makanan apapun yang dimakanRayhan, setiap Rayhan makan, maka Rayhan sudah biasa mengunyah

8makanan. Sekarang dan seterusnya mengunyah adalah hal yang biasa bagidiri Rayhan dan mengunyah adalah kebiasaan rayhan dari dulu, sekarang,dan selamanya karena gigi Rayhan berfungsi sangat baik untuk mengunyahmakanan”.Kata yantg direpetisi beberapa kali oleh terapis adalah kata“mengunyah” dan “mengunyah makanan” karena klien yang dihadapiterapis adalah seorang anak kecil bernama Rayhan yang selama 5 tahuntidak pernah makan dengan dikunyah, jadi makan langsung ditelan.Pengulangan kata tersebut berfungsi menanamkan hal positif apa yang harusdilakukan oleh klien setelah dia bangun atau setelah dia diterapi secarapermanen, karena terapis menyebutkan waktu saat ini, besuk dan hinggaselamanya. Itulah cara mengubah mindset atau pemikiran seseorang secarapermanen.Tidak semua oang bisa untuk diterapi dengan teknik hipnosis, teknikhipnosis dapat berhasil jika klien sugestif atau mudah dihipnosis. Orangorang yang sulit dihipnosis adalah tipe orang yang tidak sugestif. Cara untukmengetahui apakah klien sugestif atau tidak adalah dengan tes sugestif diawal percakapan.Tes sugestif tersebut bisa berupa tes mata lengket sepertiterkena lem, jari kanan dan kiri tergenggam dengan sangat erat dan sulitdilepas, tangan menjadi kaku seperti besi, dan tes sugestif lainnya.Jika klienpernah mengalami hipnosis atau di tes sugestif dengan mata lengket dan diabisa lengket sampai sulit untuk membuka mata, berarti orang tersebut mudahdihipnosis, tetapi jika klien dites dengan salah satu tes sugestif dan tidakberhasil, maka orang tersebut sulit untuk dihipnosis. Bagi klien yang tidakbisa dihipnosis, terapis dapat melakukan hipnoterapi secara sempurnadengan menggunakan teknik lain, yaitu teknik EFT (Emotional FreedomTechnik) yaitu teknik terapi dengan menyentuh sedikit keras (menotok) tujuhtitk meridian, yaitu di garis telapak tangan di bawah kelingking, kemudian dikening di tengah antara alis kanan dan kiri, di pelipis kanan/kiri, di bawahmata kanan/kiri, di bawah hidung, di dagu, kemudian yang terakhir di ruasatas ketiak.

9Ketika menyentuh atau menotok titik meridian, terapis atau klien tiyangdiucapkan.Sugesti-sugesti yang diucapkan oleh terapis baik dalam teknikhipnosis maupun EFT tertanam secaa mendalam di pikiran bawah sadarklien, ketika terapis mengucapkan sugesti saat klien berada dalam kondisitrance atau relaks, pikiran bawah sadar klien menangkap, menerima,memproses, menyimpan dalam memory, dan memberikan respon kepadatubuuh untuk memperbaiki hal-hal negatif yang ingin disembuhkansebelumnya.Saat bahasa yang digunakan oleh terapis dimengerti dan dipahamioleh klien, maka sugesti dapat masuk ke pikiran dan diproses, sehinggapemikiran klien mampu diprogram menjadi lebih baik. Setelah pikiran klienmenerima dengan baik, maka ketika klien bangun dari kondisi hipnosisterjadi perubahan perilaku yang lebih baik daripada sebelum diterapi.Misalnya, hipnoterapi pada kasus “Meningkatkan rasa percaya diri” yangdialami oleh siswi SMP Muhammadiyah 7 Surakarta. Ketika terapismemberikan sugesti secara berulang-ulang, klien memberikan respon yangbagus, artinya klien menerima sugesti yang diberikan oleh terapis. Ketikaklien sudah sadar, pikirannya langsung memberikan respon bahwa keadaandia saat ini lebih percaya diri daripada sebelumnya karena ia telahmenyadari.Kasus lain adalah berhenti merokok yang sudah menjadi canduselama 15 tahun dan dapat sembuh dalam waktu 30 menit hanyamenggunakan hipnoterapi. Respon yang dihasilkan ketika bahasa-bahasasugesti yang diucapkan oleh terapis dimengerti dan dipahami oleh kliensangat cepat, hal tersebut terjadi karena pikiran klien terbuka dan siap untukdeprogram. Terapis membuka wawasan-wawasan yang luas, memancingemosi klien untuk merespon kasus yang dialami klien, kemudian mengubahmindset klien. Hasilnya, seketika itu m

HUBUNGAN PIKIRAN DAN BAHASA PADA BAHASA HYPNOTHERAPY Indah Wahyuningsih, A310110016, Program Studi Pendidikan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 08572510065 ABSTRAK Penelitian ini memiliki dua tujuan penelitian. (1) Mendeskripsikan bahasa yang

Related Documents:

bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran. Vygotsky juga menjelaskan bahwa hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan satu benda, melainkan merupakan satu proses, satu gerak yang terus-menerus dari pikiran ke kata (bahasa) dan dari kata (bahasa) ke pikiran.

1. Bahasa : Pada dasarnya bahasa ialah suatu sistem lambang yang memungkinkan individu berbagi pikiran dan pendapat. Di dalam komunikasi verbal, terdapat lambang bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal berupa lisan, tulisan, dan simbol-simbol. Bahasa pada suatu bangsa atau suku dapat berasal dari interaksi dan hubungan antara

Zainurrahman. 2015. Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa pada Anak. Simposium Linguistik. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Kie Raha Ternate. Oleh karena itu, dengan menghubungkan teori Noam Chomsky dan Edward Sapir di atas, maka hubungan antara lingkungan, pikiran, dan bahasa dapat digambarkan dalam sebuah skema sebagai berikut:

Hubungan Bahasa, Semiotika Dan Pikiran Dalam Berkomunikasi Al-Irfan, Volume 3, Nomor 1, Maret 2020 108 (berdasarkan pada pandangan antropolog).2 Kisah dalam 'kejadian' tentunya mengacu ke periode yang lebih primitif daripada periode keluarnya kedua

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa itu sendiri dengan pemakainya. Laras bahasa dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni laras bahasa biasa dan laras bahasa khusus. Laras bahasa biasa digunakan oleh masyarakat luas, sedang laras bahasa khusus dalam pemakaian khusus. Contoh dalam penulisan berita menggunakan laras bahasa .

8) S-1 Pend. Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 9) S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia 10) S-1 Ilmu Perpustakaan 11) S-1 Pendidikan Bahasa Inggris 12) S-1 Bahasa dan Sastra Inggris 13) S-1 Pendidikan Bahasa Arab 14) S-1 Pendidikan Bahasa Jerman 15) S-1 Pendidikan Bahasa Mandarin 16) S-1 Pendidikan Seni Rupa 17) S-1 Pendidikan Seni Tari dan Musik

POKOK PiKirAN 3 Eksplorasi dan alokasi lisensi/izin POKOK PiKirAN 5 Dampak lokal POKOK PiKirAN 4 Perpajakan POKOK PiKirAN 6 Perusahaan sumber daya milik nasional/ negara mengelola . kebijakan dan nasihat praktis bagi pemerintah, masyarakat dan komunitas internasional tentang cara terbaik mengelola kekayaan sumber daya. Panduan

the adoption and adaptation of agile software development practices. This model was found especially useful when the project context departs significantly from the “agile sweet spot”, i.e., the ideal conditions in which agile software development practices originated from, and where they are most likely to succeed, “out of the box”. This is the case for large systems, distributed .