ETIKA LINGKUNGAN - Universitas Muhammadiyah Malang

3y ago
615 Views
249 Downloads
1.09 MB
183 Pages
Last View : 16d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Casen Newsome
Transcription

iAtok Miftachul HudhaHusamahAbdulkadir RahardjantoETIKA LINGKUNGAN(Teori dan Praktik Pembelajarannya)Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang

iiETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)ETIKA LINGKUNGAN(Teori dan Praktik Pembelajarannya)Hak Cipta Dr. Atok Miftachul Hudha, M.Pd., Husamah, S.Pd., M.Pd.,Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si., 2019Hak Terbit pada UMM PressPenerbit Universitas Muhammadiyah MalangJl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144Telepon 0877 0166 6388, (0341) 464318 Psw. 140Fax. (0341) 460435E-mail: ummpress@gmail.comhttp://ummpress.umm.ac.idAnggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia)Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia)Cetakan Pertama, Juni 2019ISBN: 978-979-796-384-2x; 173 hlm: 16 x 23 cmSetting & Layout, Desain cover: AH. RiyantonoGambar cover: diolah dari travel.detik.comHak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karyatulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi,tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyebutkan

iiiSanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana denganpidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000(seratus juta rupiah).(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Ciptamelakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Ciptamelakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidanadengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukandalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahundan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

ivETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)

vPRAKATAAlhamdulillah was syukrulillah, puji syukur senantiasa kami panjatkanke hadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmatNya, BukuAjar "Etika Lingkungan (Teori dan Praktik Pembelajarannya)" ini dapattersusun tepat pada waktunya. Penyusunan buku ini juga tidak lepasdari bantuan dan dukungan pimpinan universitas, pimpinan fakultas,pimpinan program studi, serta masukan dari rekan sejawat danmahasiswa, sehingga untuk itu patutlah kami menghaturkan terimakasih yang tak terhingga. Buku “Etika Lingkungan (Teori dan PraktikPembelajarannya)” ini disusun dengan maksud sebagai buku pegangan,sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menempuhmata kuliah Bioetika. Mata kuliah Bioetika berbobot 2 SKS, ditempuhpada semester III oleh mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Topik ataubahasan yang tersaji dalam buku ini disesuaikan atau mengacu padaRencana Pembelajaran Semester (RPS) yang disusun berdasarkanketentuan pemberlakukan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT), dimanasalah satunya membahas tentang Etika di bidang Lingkungan. RPSdisusun oleh tim yang ditunjuk dan telah dilokakaryakan di levelprogram studi fan fakultas, sehingga telah mendapat berbagai masukandan pencermatan berbagai pihak.Sebagai buku yang diharapkan memberikan pengayaan kompetensimahasiswa dalam kajian bioetika, khususnya dalam kajian etikalingkungan, buku ini terdiri dari 6 Bab. Bab I merupakan pengantar yangmemberikan informasi latar belakang mengapa buku ini disusun/ditulis.Permasalahan lingkungan adalah fakta yang tak terbantahkan. Manusiaberada pada baris terdepan sebagai tersangka atau bahkan terdakwaterkait masalah itu. Untuk semakin menguatkan pemahaman mahasiswaterkait maslaah tersebut maka bagian Bab II buku mengupas tentangManusia dan Permasalahan Lingkungan. Uraian terdiri atas 1) manusiasebagai pembuat masalah lingkungan, 2) pencemaran udara dan problem

viETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)pemanasan global, 3) pencemaran air dan problem penggunaan air, 4)pencemaran tanah dan problem penggunaan lahan, dan 5) deforestasi daneksploitasi sumberdaya laut berlebihan. Berbagai data coba dihadirkandalam bagian tersebut, baik dari data primer ataupun sekunder.Bab III secara khusus membahas tentang konsep etika, mulai daridefinisi etika, teori etika, etika normatif, etika terapan, dan metaetika,kaidah atau norma etika, hingga prinsip etika. Pembahasan tersebutdiharapkan memberikan pemahaman secara komprehensif dan holistik.Selanjutnya, pemahaman tersebut akan menjadi dasar dalam mempelajariBab IV yang menguraikan konsep etika lingkungan. Bab ini menyajikandefinisi etika lingkungan, tiga kelompok dalam etika lingkunganberdasarkan pendekatannya, teori-teori yang berkembang dalam etikalingkungan, dan beberapa wujud implementasi etika lingkungan (deepecology).Bab V dalam buku ini adalah upaya menegaskan bahwa Islam lahagama yang benar-benar lengkap dan paling peduli terhadap kelestarianlingkungan. Bab ini menguraikan etika lingkugan dalam Islam (Islamicdeep ecology). Pembaca dapat mempelajari apa urgensi dari Islamic deepecology, asas-asas Islamic deep ecology, upaya menginternalisasi nilai-nilaiIslam dalam permasalahan lingkungan dan akhlaq terhadap lingkunganhidup. Setelah mempelajari bab V ini kita akan semakin mengimanibahwa Islam memperhatikan dan mempedulikan secara detail semuakomponen lingkungan tanpa terkecuali. Islam sebagai agama rahmatanlil alamin (rahmat bagi semesta alam) telah memberi rambu-rambuyang jelas dan benar bagaimana seharusnya sentuhan hidup terhadaplingkungan sehingga yang tersaji adalah equilibrium (keseimbangan) danbukan kehancuran/kerusakan.Proses pembelajaran di kelas menuntut dosen untuk senantiasamenciptakan situasi dan kondisi mendukung terciptanya penanamanetika dan moral bagi mahasiswanya. Pengembangan etika mahasiswaakan gagal bila hanya dilakukan dengan retorika atau berceramahtentang baik dan buruk. Proses yang dilakukan memerlukan latihan,pengalaman praktis yang konstruktif, suasana dialogis, demokratis,dan merangsang kemampuan berpikir kritis. Menurut Purwanto(1997) etika harus menjadi watak mahasiswa, sedangkan pembentukanwatak menyangkut tiga unsur penting, yaitu (1) kemauan atas inisiatifsendiri dan dapat dikembangkan tanpa ada penghalang; (2) kejernihan

viikeputusan, dibentuk melalui proses penyelidikan aktif dan berpusatpada aktivitas sendiri, dan (3) kehalusan perasaan, dibentuk melaluikegiatan kooperatif dan suasana dialogis (Purwanto, 1997). Oleh karenaitu, bagian Bab VI menguraikan Pembelajaran Etika Lingkungan, yangterdiri dari bahasan tentang 1) Rambu-rambu dalam membelajarkanetika lingkungan, merujuk pada 12 unsur yang disampaikan Baker etal., 2012). 2) Pembelajaran etika lingkungan melalui model pembelajaranOIDDE. Model Pembelajaran OIDDE penting untuk dijelaskan mengingatmodel ini memfokuskan tujuannya pada pengembangan perilaku etisdan kemampuan mengambil keputusan etis, serta kemunculan modelpembelajaran ini dilatarbelakangi oleh permasalahan-permasalahanmenyangkut bioetika. 3) Pembelajaran etika lingkungan (pengalaman dibeberapa negara). Bagian ini menyajikan beberapa contoh pembelajaranetika di beberapa negara, misalnya India, Kanada, Amerika Serikat,Selandia Baru, dan British Columbia.Kami menyusun buku ini dengan menggunakan berbagai literaturberupa jurnal ilmiah, buku, artikel-artikel, dan laporan penelitian. Bukuini disusun dengan dukungan dana hibah penulisan buku UniversitasMuhammadiyah Malang melalui DPPM-UMM, dan telah melewatiproses review oleh ahli materi dan bahasa, serta telah lolos scan plagiasi(menggunakan Turnitin). Oleh karena itu, patutlah kami berterimakasih kepada Bapak Rektor, Bapak Wakil Rektor I (Bidang Akademik),Direktur DPPM-UMM, Dekan FKIP-UMM, para reviewer buku (Dr.Yuni Pantiwati, MM., M.Pd. dan Dr. Hari Sunaryo, M.Si), dan KaprodiPendidikan Biologi FKIP UMM. Terima kasih pula kepada keluarga(orang tua, istri, dan anak-anak) yang telah mendukung dan memberikansemangat dalam penulisan buku ini.Akhirnya, buku ajar ini tentu masih jauh dari sempurna, sehinggasaran, masukan dan bahkan kritik konstruktif sangat diharapkan.Semoga buku ini memberi manfaat bagi para mahasiswa atau penggunadan sekaligus memperkaya khasanah keilmuan serta dunia pendidikanIndonesia.Malang, September 2018Penyusun,

viiiETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)

ixDAFTAR ISIPRAKATA vDAFTAR ISIBAB I.PENDAHULUANix1A. Problematika Lingkungan yang Harus MendapatPerhatian 1BAB IIB. Kebutuhan Pembelajaran Etika Lingkungan diPerguruan Tinggi3MANUSIA DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN11A. Manusia Sebagai Pembuat Masalah Lingkungan11B. Pencemaran Udara dan Problem Pemanasan Global14C. Pencemaran Air dan Problem Penggunaan Air29D. Pencemaran Tanah dan Problem Penggunaan Lahan33E. Deforestasi dan Eksploitasi Sumberdaya LautBerlebihan 36F.Dilema Penegakan Hukum Lingkungan43BAB III. MEMAHAMI KONSEP-KONSEP TERKAIT ETIKAA. Pengertian Etika4747B. Teori-teori Etika50C. Etika Sebagai Cabang Filsafat51D. Kaidah atau Norma Etika55E. Prinsip Etika60BAB IV. MEMAHAMI ETIKA LINGKUNGAN63A. Definisi Etika Lingkungan63B. Tiga Kelompok dalam Etika Lingkungan BerdasarkanPendekatannya 65

xETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)C. Teori-Teori yang Berkembang dalam EtikaLingkungan66BAB V. ETIKA LINGKUNGAN DALAM ISLAM(ISLAMIC DEEP ECOLOGY)85A. Urgensi Islamic Deep Ecology 85B. Asas-asas Islamic Deep Ecology 88C. Menginternalisasi Nilai-Nilai Islam dalamPermasalahan Lingkungan93D. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup96BAB VI. PEMBELAJARAN ETIKA LINGKUNGAN 111A. Rambu-Rambu Membelajarkan Etika Lingkungan 111B. Pembelajaran Etika Lingkungan Melalui ModelPembelajaran OIDDE 121C. Pengambilan Keputusan Etik dalam Kasus EtikaLingkungan 131D. Pembelajaran Etika Lingkungan (Pengalaman diBeberapa Negara) 133DAFTAR FUSTAKA 145GLOSARIUM 159INDEKS 165TENTANG PENULIS 170

Pendahuluan1Bab IPENDAHULUANA. Problematika Lingkungan yang Harus Mendapat PerhatianZaman modern adalah zaman global yang ditandai kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya di bidang biologi modernatau bioteknologi. Kemajuan IPTEK telah menghasilkan berbagai produkuntuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, hasil temuan tersebutdiikuti dengan munculnya masalah etika di bidang biologi dan rumpunkeilmuannya, salah satunya adalah problematika lingkungan hidup(Minarno, 2012). Problematika lingkungan telah menjadi isu global (Yafie,2006; Hartiwiningsih, 2009). Kerusakan sumber daya alam, pencemaran,tanah longsor, perubahan cuaca, dan pemanasan global beberapa dekadeterakhir muncul karena efek dari berbagai aktivitas manusia (Khoiriyah& Ristianti, 2012).Rasanya hampir semua orang kini menyadari bahwa planet kita(bumi) berada dalam kondisi yang buruk. Kita pun menyadari tentangpesatnya perkembangan IPTEK, sehingga manusia sekarang menghadapikondisi yang belum pernah dihadapi sebelumnya, yang mempengaruhikelanjutan kemanusiaan dan planet tempat kita tinggal. Perkembangankehidupan kemudian memunculkan pertanyaan penting, yang berimbaspada pilihan hidup manusia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, yaitu (1)Aruskah kita terus-menerus menebang hutan demi memenuhi kebutuhankonsumsi manusia? (2) Haruskah kita terus memproduksi kendaraanberbahan bakar fosil saat kita memiliki teknologi untuk membuatkendaran yang tidak mencemari lingkungan? (3) Haruskah kita dengansengaja menyebabkan kepunahan spesies lain demi memenuhi kebutuhankita? (4) Bagaimana kewajiban kita dalam hal lingkungan kepada generasipenerus (mendatang)? (5) Dapatkah manusia dipaksa untuk menjalanigaya hidup yang lebih sederhana (lebih baik) agar bisa melindungi danmelestarikan lingkungan?Kelima pertanyaan itu mungkin pula dapat kita ringkas menjadi satupertanyaan reflektif, “Apakah kita (masih) peduli terhadap lingkungan

2ETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)hidup?” Pertanyaan ini menuntut kita merenung sejenak tentang sikap,kepedulian/kepekaan, dan lingkungan hidup kita-sebuah tempat dimanakita melangsungkan kehidupan kita. Benarkah kita tidak akan ikutterusik atau terimbas apabila lingkungan itu mengalami krisis? Jawabandari pertanyaan tersebut sebenarnya menggambarkan komitmen “prolingkungan” kita. Hal tersebut memberikan gambaran bagaimana etikalingkungan manusia. Sehubungan dengan itu, problematika lingkunganmuncul karena ketidakmampuan manusia mengembangkan tata nilaiyang baik, gaya hidup, etika, dan pola berpikir harmonis denganlingkungan (Husamah, 2015a; Husamah, 2015b). Krisis lingkungan hidupyang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari carapandang terhadap lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusiamelakukan pengelolaan sumber-sumber alam atau “mengkonsumsi”lingkungan hampir tanpa peduli pada peran etika. Dapat dikatakanbahwa problematika lingkungan yang kompleks saat ini berangkat dariproblem etika tersebut. Kita tak lagi hirau terhadap nilai dan kearifanhidup (etika), mengacuhkan, dan mengubah semata untuk kepentinganpribadi nan sesaat.Manusia modern menggunakan alam yang dianugerahi Allah nyaristanpa memakai standar etika. Alam digunakan secara rakus, dirusak, dandikotori, tanpa kesadaran bahwa itu keliru. Tak ayal bila akhirnya alamtak lagi berkualitas, aneka spesies punah, degradasi alam, pencemarankemudian muncul sebagai problem utama yang menyita perhatian umatmanusia. Tentu saja bukanlah hal yang keliru bila muncul tuduhan bahwamanusialah titik pangkal semua permasalahan tersebut. Manusia telahmenjelma menjadi musuh utama alam, makhluk yang memunculkanberagam konflik lingkungan.Sejatinya, fokus dan afeksi manusia terhadap alam bersumber darimentalitas mereka yang terus bertanya tentang untuk apa mereka hidup,konsep materi, dan “zat di atas materi”. Problematika lingkungan terkaitdengan pengembangan falsafah hidup (etika) tentang cara mengeloladan bereksistensi sehubungan dengan harmonisasi hidup dengan alam.Dengan demikian, problematika lingkungan berhubungan denganproblematika etika manusia yang cenderung sulit dipecahkan. Hubunganmanusia cenderung ambigu, mengakui perlunya tata nilai yang baiknamun manusia terus mengeksploitasi alam. Oleh karena itu, kajian etikalingkungan sangat penting untuk diarusutamakan, perlu diinternalisasi,

Pendahuluan3dan sembari terus berpikir ke depan tentang strategi mewariskan alamyang tersisa kepada generasi mendatang. Etika lingkungan memberikankesadaran bahwa apapun yang dilakukan pada alam akan mempengaruhikehidupan manusia. Pernyataan ini turut memunculkan beberapapandangan tentang etika lingkungan dalam pendekatannya terhadapalam dan lingkungan.Uraian-uraian lebih mendalam (spesifik) terkait dengan problematikalingkumgan, etika (dan berbagai istilah yang berkaitan dengannya), etikalingkungan, dan bagaimana konsep etika lingkungan dalam Islam akanpada bab-bab dan subbab-subbab selanjutnya. Termasuk pula bagaimanaimplementasinya dalam pembelajaran, sehingga memberikan gambaranbagaimana bila nantinya akan diimplementasikan di kelas.B. Kebutuhan Pembelajaran Etika Lingkungan di PerguruanTinggiMengarusutamakan konsep etika, etika lingkungan, dan etikalingkungan dalam pandangan Islam (selanjutnya akan diuraikan lebihmendalam dengan sebutkan “Islamic Deep Ecology“) dalam kehidupandan skala yang lebih, terlebih bila ingin menjadikannya sebagai budaya,maka memerlukan wadah atau media. Tentulah dalam hal ini kita akansepakat bahwa media adalah pendidikan dan proses pembelajaran yangmenjadi bagiannya. Pendidikan tidak lain adalah langkah strategis untukmeningkatkan potensi anak manusia agar mempunyai kemampuanberpikir, kesadaran tata nilai, dan keyakinan yang telah diturunkanmasyarakat serta mengembangkannya agar sejalan dengan segala zaman.Pada titik inilah posisi pendidikan menjadi sangat utama.Pendidikan merupakan upaya sadar, terencana, dan terpola untukmenunbuhkembangkan potensi anak manusia sebagai generasi masadepan. Upaya tersebut dilakukan untuk menjamin kehidupan yangsejalan perkembangan zaman, saat ini dan masa mendatang (Jaenuddin,2010). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka jelaslah bahwapendidikan adalah alat untuk menyalurkan etika saat ini ke generasiselanjutnya (masa depan). Etika itu merupakan jati diri bangsa dan ajaranluhur yang bahkan diakui oleh bangsa lain di dunia. Pendidikan jugadiamanahi tugas untuk mengembangkan etika dalam hidup agar sejalandengan perkembangan zaman, sehingga memungkinkan munculnyaetika baru yang positif (Darmawati, 2013).

4ETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)Pendidikan menjadi perwujudan value bond atau sarat nilai, makamenginternalisasikan nilai-nilai etika merupakan salah satu fungsipendidikan. Meskipun mereka yang saat ini menjadi “aktor” perusakanlingkungan juga merupakan produk pendidikan dan mungkin jugaproduk pendidikan yang berkaitan dengan materi lingkungan hidupsaat itu, namun kita tidak dapat mengatakan bahwa pendidikan telahgagal melaksanakan fungsinya. Kegagalan pendidikan yang justrumenghasilkan manusia perusak lingkungan bisa jadi karena pendidikanitu “hampa” nilai-nilai. Tentu belajar dari pengalaman, kegagalan atauketidakberhasilan ini jangan terulang lagi. Saat proses pembelajarannya,materi etika tidak tepat bila hanya dijadikan sebagai topik hafalan,tetapi harus dikaitkan dengan dunia nyata yang dihadapinya seharihari (kontekstual). Dunia nyata yang memunculkan fakta kerusakanlingkungan harus dijadikan sebagai obyek kajian dalam kajianlingkungan, sekaligus bagaimana dimensi etika dalam hubungannyadegan masalah kerusakan lingkungan itu (Sudarwati, 2012).Kondisi itu sejalan dengan pernyataan Boer (2006) bahwa pendidikanterkiat lingkungan selama ini dan segala “embel-embelnya” ternyatahanyalah “pepesan kosong belaka, seperti tong kosong nyaringbunyinya”. Kita salah dalam mendefinisikan pendidikan lingkunganselama ini yang hanya berbicara dan memberikan teori-teori lingkunganyang diturunkan dari ilmu-ilmu biologi, kimia, fisika, dan sosial belaka.Kita juga hanya berbicara tanpa memberikan contoh, atau tidak samasekali berusaha memberikan atau membuat dan membangun etikasecara perlahan, menerapkan sampel dalam praktik keseharian sebagaiujicoba dan perbandingan. Kesalahan itu terjadi sudah sejak lama danmasih berlangsung sampai sekarang ini, serta kemungkinan besar masihakan diteruskan, selama tidak ada ikhtiar untuk memberikan alternatifsolusi yang baru.Memang telah menjadi fakta ironi bahwa dalam bidang pendidikan,nilai-nilai etika sudah mulai terabaikan, yaitu dengan adanyakecenderungan bahwa tugas kependidikan adalah untuk melahirkanmanusia yang cerdas tanpa memperhatikan tuntutan terhadap kesadaranetika, segala yang terkait dengannya (moral, karakter mulia, dan akhlaq),dan tidak hanya pintar wacana tapi giat dalam praktik. Prioritas utamapendidikan hanyalah sekadar mengejar kecerdasan rasional tanpadiimbangi dengan emosional yang berakar dari nilai hidup (etika), nilai

Pendahuluan5agama, dan budaya tanpa ikut terlibat untuk berbuat nyata. Para pesertadidik hanya berorientasi mengejar nilai pelajaran atau mata kuliah.Hal ini akan berakibat lahirnya manusia-manusia pintar, tetapi rendahkepedulian terhadap implementasi etika dan tidak mampu atau tidakterpanggil berbuat nyata. Artinya, rasio hanya diarahkan untuk mengejarkemampuan membedakan benar dan salah tetapi mengabaikan prinsipbaik dari yang buruk. Pendidikan yang demikian hanya akan melahirkanmanusia yang cerdas secara artifisial namun miskin dalam karakter danjati diri. Akibatnya, begitu produk pe

BAB VI. PEMBELAJARAN ETIKA LINGKUNGAN 111 A. Rambu-Rambu Membelajarkan Etika Lingkungan 111 B. Pembelajaran Etika Lingkungan Melalui Model Pembelajaran OIDDE 121 C. Pengambilan Keputusan Etik dalam Kasus Etika Lingkungan 131 D. Pembelajaran Etika Lingkungan (Pengalaman di Beberapa Negara) 133 DAFTAR FUSTAKA 145 GLOSARIUM 159

Related Documents:

Etika Bisnis Etika Etika Umum Etika Khusus Etika Individual Etika Sosial Etika Lingkungan Hidup Etika terhadap sesama Etika Keluarga Etika Politik Etika Profesi . Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius 2. Muslich. 1998. Etika Bisnis, Pendeka

Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an 2.3 Etika lingkungan untuk bisnis 2.3.1 Masalah Lingkungan . Adanya tuntutan atau harapan lingkungan terhadap perilaku bisnis menjadi salah satu latar belakang utama adanya etika dalam

1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dr. Hj. Ida Zuhroh, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang 3. Dr. H. Marsudi, M.M selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang 4. Dr. Fien Zulfikarijah, MM selaku pembimbing I yang terus .

Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika individual sendiri. Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu : a. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati atau niat. b.

etika politik, Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara Re-publik Indonesia, nilai-nilai Pancasila seba-gai sumber etika, dan tulisan akan diakhiri dengan pelaksanaan etika politik Pancasila. Pengertian Etika, Nilai, Moral, dan N. orma 1. Etika. Etika secara etimologi berasal dari kata Yu-nani . ethos. yang berarti watak .

PERANCANGAN POMPA SENTRIFUGAL UNIT PRODUKSI PDAM KOTA MALANG TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin OLEH RIZAL PERDANA KESUMA NIM : 201710120312220 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019

Asaad, Ilyas, et.al, Teologi Lingkungan (Etika Pengelolaan Lingkungan Dalam Perspektif Islam), Deputi Komunikasi Lingkungan dan pemberdayaan Masyarakat, Kementrian Lingkungan Hidup, dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2011. Ashfahani, Al-Ragib, al-Mu’jam al-Mufradat li Alfazh al-Qur’an, Dar

Artificial intelligence: opportunities and implications for the future of decision making. 9 November 2016. Big data, artificial intelligence, machine learning and data protection 20170904 Version: 2.2 7 This may not sound very different from standard methods of data analysis. But the difference is that AI programs don’t linearly analyse data in the way they were originally programmed .