PENGARUH PENGGUNAAN ASAM ASETAT DAN EDIBLE COATING EKSTRAK .

3y ago
52 Views
2 Downloads
460.25 KB
10 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mika Lloyd
Transcription

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM ASETAT DAN EDIBLE COATING EKSTRAKBAWANG PUTIH TERHADAP KUALITAS FILLET IKAN NILA MERAH(Oreochromis niloticus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGINEFFECT OF ACETIC ACID AND GARLIC EXTRACT EDIBLE COATING ON REDTILAPIA (Oreochromis niloticus) FILLET QUALITY IN COLD TEMPERATURE STORAGEMuhammad Luqman Al Hakim(1), Rofandi Hartanto(1), Edhi Nurhartadi(1)(1)Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas MaretJalan Ir. Sutami 36A SurakartaEmail: muhammadluqman48@gmail.comABSTRACTThis research is aimed to investigate the effect of garlic extract on edible coating and acetic acid additionto red tilapia quality and shelf life during cold storage and knowing the best concentration of garlic extract andacetic acid. This research used Completely Randomized Design (CRD) with two factors, namely, variety of aceticacid and garlic extract concentrations. The research is divided into two parts, garlic extract concentrationdetermination and fish quality analysis with Total Plate Count (TPC), pH, moisture, Thiobarbituric Acid (TBA),Total Volatile Base (TVB), and colour assay (chromameter) during 12 days storage that is tested on day 0, 4, 8,and 12. The result shows that garlic extract minimum inhibitory concentration (MIC) is 20% and the highestconcentration that is still accepted is 30%. Red tilapia fillet soaking into acetic acid solution and garlic extractedible coating addition can inhibit physical, chemical, and microbiological damage until day 8 in storagetemperature 4 1ºC. The best treatment is acetic acid with 1% concentration and garlic extract with 20%concentration.Keywords: acetic acid, edible coating, garlic extract, red tilapia, low temperatureABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak bawang putih pada ediblecoating dan penggunaan pengawet asam asetat terhadap kualitas dan umur simpan fillet ikan nila merah selamapenyimpanan suhu dingin dan mengetahui konsentrasi ekstrak bawang putih pada edible coating dan konsentrasiasam asetat yang terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengandua faktor yaitu variasi konsentrasi asam asetat dan ekstrak bawang putih. Penelitian ini terbagi menjadi duabagian yaitu penentuan konsentrasi ekstrak bawang putih yang ditambahkan pada edible coating dan pengujiankesegaran daging ikan dengan uji TPC (Total Plate Count), pH, kadar air, TBA (Thiobarbituric Acid), TVB (TotalVolatile Base), dan warna (chromameter) selama 12 hari yang diuji pada hari ke-0, 4, 8, dan 12. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak bawang putih adalah 20% dan konsentrasitertinggi yang masih diterima oleh panelis adalah 30%. Perendaman fillet ikan nila merah dalam asam asetat danpelapisan edible coating ekstrak bawang putih dapat menghambat kerusakan fisik, kimia, dan mikrobiologissampai hari ke-8 pada suhu penyimpanan 4 1ºC. Perlakuan terbaik adalah asam asetat dengan konsentrasi 1%dan ekstrak bawang putih 20%.Kata Kunci : asam asetat, edible coating, ekstrak bawang putih, nila merah, suhu rendahPENDAHULUANIkan nila merah (Oreochromisniloticus) merupakan salah satu jenis ikan airtawar potensial karena mudah dibudidayakan,rasanya yang enak digemari masyarakat luasdi Indonesia, dan produksinya melimpah.Budidaya ikan nila khususnya di daerah ekskaresidenan Surakarta yang paling terkenaladalah daerah Minapolitan, Klaten. Data yang24dihimpun Solopos (2013) di BidangPerikanan Dinas Pertanian (Dispertan)Klaten, pada 2010 produksi ikan nila diMinapolitan mencapai 2.752 ton. Jumlahproduksi ikan tersebut meningkat hingga duakali lipat pada 2011, yakni mencapai 5.763ton. Pada 2012 produksi ikan nila diMinapolitan mencapai 9.131 ton. Produksiikan nila yang menjadi ciri khas kawasanMinapolitan, Klaten, terus meningkat dariJurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016

tahun ke tahun. Hingga Juni 2013, produksiikan di kawasan Minapolitan telah menembus5.103 ton. Umumnya ikan nila merahdisajikan dan dijual dalam bentuk ikan secarautuh ataupun potongan filet (daging tanpatulang). Nila merah berpotensi sebagai bahanbaku fillet, karena memiliki daging tebaldengan sedikit duri dan warna daging putihbersih. Nila merah pertumbuhannya lebihcepat, mudah dikembangbiakkan, efisienpakan, resisten terhadap hama, dan mudahberadaptasi dengan lingkungan (Djarijah,1995), sehingga fillet ikan nila merah sangatpotensial untuk dikembangkan terutamauntuk pasar ritel di Indonesia.Daging ikan pada umumnya cepatrusak. Kerusakan dapat terjadi secara fisik,kimia, maupun secara mikrobiologis. Konseppengawetan daging ikan yang paling mudahadalah dengan penggunaan suhu rendahselama penyimpanan. Konsep ini banyakdiaplikasikan di supermarket yang menjualproduk daging dingin yang dikemas denganstyrofoam dan plastik wrap. Daging ikanhanya memiliki umur simpan kurang dari 1hari pada suhu 38 ºC, 1 hari pada suhu 22 ºC,dan 2-7 hari pada suhu 0 ºC (suhu dingin).Pada suhu dingin (0-10 ºC) pun mikrobapsikrofilik masih dapat tumbuh sehinggadapat menjadi sumber kontaminasi.Sementara menurut Buckle et al. (2010)pada suhu beku 0 ºC sampai -20 ºC ikan dapatbertahan lebih lama tetapi tidak mampumencegah dari denaturasi protein danketengikan lemak. Pemakaian suhu rendahsaja belum cukup untuk mempertahankanmutu fillet ikan, baik kerusakan secarakimiawi maupun mikrobiologi.Penggunaan suhu rendah dapatdigabungkan dengan metode pengemasan.Pengemasan merupakan salah satu cara untukmenghambat kerusakan denaturasi proteindan ketengikan lemak. Pengemasan yangmudah, aman, murah, dan dapat dikonsumsiadalah edible coating. Edible coatingmerupakan cara pengemasan yang bersifatbiodegradable yang mampu mencegahdaging ikan (fillet) kontak dengan udara bebasyang mengakibatkan kerusakan lemak secaraoksidatif. Penggunaan edible coating dapatdigabungkandenganpenambahanantimikroba seperti ekstrak bawang putih.Pada beberapa penelitian, antimikroba dariekstrak bawang putih dapat ikroba dalam edible coating, padapenelitian ini diaplikasikan perendaman filletdalam pengawet asam asetat yang berfungsiuntuk menurunkan pH, sehingga mikrobapsikrofilik (umumnya tidak tahan pada pHyang asam) pertumbuhannya akan terhambat.Asam asetat digunakan karena merupakanantimikroba, aman bagi tubuh, dan tidakmemiliki batasan maksimum. Penelitian inimenggunakanhurdleconcept,yaitupenggabungan beberapa faktor untukpengawetan bahan pangan. Antara lainpenurunan pH (pengasaman), senyawaantimikroba, kemasan edible coating, danpenyimpanan suhu dingin.Penelitianinibertujuanuntukmengetahui pengaruh dan konsentrasipenambahan ekstrak bawang putih padaedible coating dan penggunaan pengawetasam asetat terhadap kualitas dan umursimpan fillet ikan nila merah selamapenyimpanan suhu dingin.METODE PENELITIANBahanIkan nila merah (didapatkan Polanharjo,Klaten), Asam asetat (teknis), tepung tapioka,- gliserol -,Kemudian bawang putih (Alliumsativum),bakteri Pseudomonas fluorescensFNCC 0071, media Nutrient Agar (NA), danNutrient Broth (NB). Bahan Analisis TVB(Total Volatile Base), TBA (ThiobarbituricAcid), TPC (Total Plate Count). Akuades.Buffer pH 4 dan 7.AlatPisau, juicer Miyako JE-507, gelasbeker Pyrex 100 ml, 250 ml, 500 ml, dan 1000ml, pengaduk, pemanas, magnetic stirrer,cawan petri, jarum inokulasi, kertas ujiorganoleptik, alat tulis, inkubator, wadah fillet(plastik wrap dan styrofoam), timbanganJurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 201625

analitik kepekaan 0,1 mg, blender, blenderjari kapasitas 100 ml, stopwatch, erlenmeyer250 ml, corong, kertas saring, gelas ukur 100ml, pipet Pyrex skala 1 ml, 5 ml, 10 ml, cawanConway diameter 6 cm dan tutupnya,inkubator, buret 2 ml skala 0,05 ml,spektrofotometer Shimadzu, blender, labudestilasi, pipet volume, penangas air, tabungreaksi, pipet mikro, blender, petridish, vortex,botol media, colony counter, , pH meter, Konika Minolta CR400/41 Chromameter, oven, cawan porselen,penjepit, dan desikator.ditentukan dengan pengujian aktivitasantimikroba dengan metode Difusi AgarKertas Cakram. Konsentrasi ekstrak bawangputih (v/v) yang akan diuji adalah 0%, 15%,20%, dan 25%. Pengujian menggunakanbakteri Pseudomonas fluorescens FNCC0071.Konsentrasitertinggi/maksimumditentukan dengan uji organoleptik metodekesukaan dan perbandingan jamak setelahKHM didapatkan. Uji ini mengamatipenampakan fisik meliputi aroma, rasa, danwarna.Tahapan PenelitianFillet ikan nila merah direndam kedalam larutan asam asetat selama 15 menit,setelah itu dicelupkan ke dalam larutan ediblecoating dua kali lalu dikeringkan-anginkandengan pengering. Kemudian sampeldiletakkan ke dalam Styrofoam dan ditutupdengan plastik wrap. Kemudian sampeldisimpan pada refrigerator dengan suhu 4ºC 1 dan dianalisis pada waktu yang telahditentukan.Pembuatan Fillet Ikan Nila MerahIkan nila merah yang dipilih adalah ikandengan berat 500 – 600 gram per ikan. Ikannila merah dihilangkan kulit sisiknya dandaging dipotong secara vertikal tegak lurusdengan tulang belakang ikan. Kemudiandicuci dengan air mengalir. Daging ikan(fillet) nila merah yang sudah dibersihkandengan air mengalir, lalu dipotong denganberat 25 – 30 gram per potong.Pembuatan Ekstrak Bawang PutihEkstrak bawang putih didapatkan dariproses pengupasan kulit, pembersihan denganalkohol 70%, penyinaran UV selama 30menit,kemudianpenghancurandanpenyaringan dengan juicer.Pembuatan Larutan Edible CoatingEkstrak Bawang PutihLarutan edible coating dibuat daritepung tapioka (5% v/v), gliserol (2% v/v),akuades, dengan pemanasan pada suhu 70 Cselama 30 menit kemudian ditambahkanekstrak bawang putih dengan berbagaikonsentrasi.Penentuan Konsentrasi Ekstrak BawangPutih Pada Edible CoatingPenentuan konsentrasi dibagi dua yaitukonsentrasi terendah dan trasi Hambat Minimum (KHM)26Aplikasi Asam Asetat dan Edible CoatingEkstrak Bawang Putih pada Fillet IkanNila MerahPengujian Kualitas dan Kerusakan FilletIkan Nila MerahSampel fillet ikan nila kontrol dansampel telah diberi perlakuan perendamanvariasi konsentrasi asam asetat dan variasikonsentrasi ekstrak bawang putih pada ediblecoating, disimpan pada suhu dingin (4ºC 1)kemudian dianalisis pada hari ke-0, 4, 8, dan12. Metode analisis antara lain uji TPC, pH,kadar air, TBA, TVB, dan warna.Rancangan PercobaanRancangan yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap (RAL) dengan duafaktor, yaitu variasi konsentrasi asam asetat(A) dan variasi konsentrasi ekstrak bawangputih (B) pada edible coating dengan dua kaliulangan sampel dan ulangan analisis.Sedangkan sampel kontrol tidak diberiekstrak bawang putih pada edible coatingmaupun perendaman asam asetat. Data yangdiperoleh dianalisis menggunakan One WayAnalysis of Variance (ANOVA) denganJurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016

α 0,05. Jika terdapat perbedaan (α 0,05)maka dilanjutkan dengan uji Duncan MultipleRange Test (DMRT) untuk mengetahui adatidaknya perbedaan pada masing-masingsampel pada tingkat signifikasi α 0,05.HASIL DAN PEMBAHASANPenentuan Konsentrasi Ekstrak BawangPutih pada Edible CoatingPengujianaktivitasantimikrobadilakukan dengan metode Difusi Agar KertasCakram untuk mengetahui ada tidaknya dayapenghambatan larutan edible coating ekstrakbawangputihterhadapmikrobaPseudomonas flourescens FNCC 0071 yangditandai dengan adanya zona bening di sekitarcakram. Pseudomonas adalah bakteripsikrofilik yang menyebabkan kebusukanbahan pangan yang disimpan pada suhurendah.Hasil analisis aktivitas antimikrobamenunjukkan bahwa sampel 0% (kontrol)tidak memberikan daya hambat terhadapmikroba (seperti yang terlihat pada Tabel 1).Pada sampel 15% menunjukkan zonapenghambatan sebesar 0,81 0,24 mm, namundinilai tidak beda nyata dengan sampelkontrol. Pada sampel 20% dan 25% secaraberturut-turutmemberikanzonapenghambatan sebesar 4,38 0,48 mm dan5 0,91 mm yang pada keduanya tidak bedanyata. Namun pada sampel 20% berbedanyata terhadap sampel kontrol sehinggakonsentrasi 20% dipilih sebagai konsentrasiterendah. Menurut Davis dan Stout (1971)dalam Dewi (2010) kategori daya hambatbakteri kurang dari 5 mm adalah lemah,sehingga konsentrasi 20% termasuk kategorilemah. Senyawa pada ekstrak bawang putihyang dapat menghambat pertumbuhanmikroba adalah senyawa tiosulfinat sepertialisin. Alisin menghambat sintesis RNA dansebagian sintesis DNA mikroba. Selain itu,menurut Sutomo (1987) dalam Rusdy (2009)komponen bioaktif yang terdapat dalambawang putih adalah aliin, scordinin,metilalin trisulfida, saltivine, dan minyakatsiri.Tabel 1 Hasil Analisis Zona Bening LarutanEdible Coating Ekstrak Bawang Putih terhadapMikroba Pseudomonas flourescens FNCC 0071Konsentrasi (v/v)Zona Bening (mm)0% (Kontrol)0 0a15%0,81 0,24a20%4,38 0,48b25%5,00 0,91bKeterangan : Nilai adalah rata-rata standar deviasi(n 4). Notasi huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan tidak beda nyata pada taraf signifikansi(α 0,05)Uji KesukaanRingkasan hasil uji kesukaan dapatdilihat pada Tabel 2. Pada parameter warnakonsentrasi ekstrak bawang putih 0%(kontrol) pada edible film mendapat skor 5,92yang berarti disukai. Kemudian padakonsentrasi 20% terlihat berbeda nyatadengan sampel kontrol dengan skor 4,76 yangberarti masih dalam rentang agak suka.Sedangkan pada sampel 25% didapatkan hasilyang tidak berbeda nyata dengan sampel 20%dengan skor 4,12 yang berarti netral. Padasampel 30% sudah berbeda nyata dengan 20%dengan skor 3,68 atau masih dalam rentangnetral atau mendekati skor kurang disukai(3,5).Pada parameter aroma, semuaperlakuan yaitu 0% (kontrol), 20%, 25%, dan30% tidak beda nyata oleh panelis denganskor berturut-turut 5,12; 5,08; 5,08; dan 4,84yang berarti semua perlakuan berada padarentang agak disukai panelis. Pada parameteroverall (keseluruhan), perlakuan kontrolmendapat skor tertinggi secara signifikandaripada perlakuan lain, yaitu 5,2 yang berartiagak disukai panelis. Sedangkan antarperlakuan yang diberi tambahan ekstrakbawang putih 20%, 25%, dan 30% tidakberbeda nyata, masing-masing mendapat skor4,16; 3,76; dan 3,8 yang berarti masih dalamrentang netral.Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 201627

Tabel 2 Hasil Uji Kesukaan Edible Film Ekstrak Bawang PutihKonsentrasi EkstrakWarnaAromaOverallBawang Putih (v/v)0%5,92 1,15a5,12 1,30a5,20 1,04aba20%4,76 1,205,08 1,124,16 1,18bbca25%4,12 1,365,08 1,263,76 1,01bca30%3,68 1,464,84 1,343,80 1,32bKeterangan: Nilai menunjukkan rata-rata standar deviasi (n 25). Notasi huruf kecilyang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada tarafsignifikansi (α 0,05). Tingkat uji kesukaan (1 Sangat Tidak Suka, 2 Tidak Suka,3 Kurang Suka, 4 Netral, 5 Agak Suka, 6 Suka, 7 Sangat Suka).Uji Perbandingan JamakRingkasan hasil uji kesukaanperbandingan jamak dapat dilihat pada Tabel3. Pada parameter warna, perlakuan 20%,25%, dan 30% tidak saling berbeda nyata.Perlakuan 20% dan 25% mendapat skor 1,52dan 1,68 yang berarti masih dinilai samadengan sampel 0% (kontrol). Pada perlakuan30% mendapat skor 1,4 yang berarti sudahcenderung lebih buruk daripada sampelkontrol, namun dinilai tidak beda nyatadengan sampel 20% dan 25%. Inimenunjukkanbahwapadatingkatpenambahan ekstrak bawang putih dari 20%sampai 30% dinilai sama oleh panelisterhadap parameter warna. Pada parameteraroma, sampel 20% dan 25% mendapat skormasing-masing 2,40 dan 2,52 yang berartimasih dinilai sama dengan sampel 0%(kontrol). Sedangkan sampel 30% denganskor 2,60 dinilai sedikit lebih baik daripadasampel 0% (kontrol). Namun, ketiganyadinilai tidak berbeda nyata. Ini menunjukkanbahwa pada tingkat penambahan ekstrakbawang putih dari 20% sampai 30% dinilaisama oleh panelis terhadap parameter aroma.Pada parameter overall, sampel 20%, 25%,dan 30% mendapat skor masing-masing 1,68;1,60; dan 1,52 yang berarti masih dinilai samadengan sampel 0% (kontrol). Namun,ketiganya dinilai tidak berbeda nyata. Inimenunjukkanbahwapadatingkatpenambahan ekstrak bawang putih dari 20%sampai 30% dinilai sama oleh panelisterhadap parameter overall.Penentuan Konsentrasi Terendah danTertinggiRingkasan konsentrasi yang terendahdan tertinggi dapat dilihat pada Tabel 4.Konsentrasi terendah adalah ekstrak bawangputih sebesar 20%. Konsentrasi ini dipilihkarena memberikan beda nyata ukuran zonabening dibandingkan dengan sampel kontrol.Sedangkan konsentrasi tertinggi adalahekstrak bawang putih sebesar 30%.Konsentrasi ini dipilih karena memberikanbeda nyata parameter warna pada ujikesukaan dibandingkan sampel kontrol (0%)dan konsentrasi terendah (20%) tetapi masihdalam rentang diterima oleh panelis (skornetral).Tabel 3 Hasil Uji Perbandingan Jamak Edible Film Ekstrak Bawang PutihKonsentrasi EkstrakBawang Putih (v/v)20%25%30%WarnaAromaOverall1,52 0,87a1,68 0,95a1,40 0,82a2,40 0,87a2,52 0,71a2,60 0,65a1,68 0,80a1,60 0,87a1,52 0,87aKeterangan: Nilai menunjukkan rata-rata standar deviasi (n 25). Notasi hurufkecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada tarafsignifikansi (α 0,05). Tingkat uji perbandingan jamak (1 Lebih buruk daripadakontrol, 2 Sama dengan kontrol, 3 Lebih baik daripada control)28Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016

Tabel 4 Penentuan Konsentrasi Terendahdan TertinggiJenis KonsentrasiKonsentrasi terpilihKonsentrasi terendah20% (v/v)Konsentrasi tertinggi30% (v/v)Total Plate Count (TPC)Pada hari ke-0, jumlah koloni masihsekitar 2,41–3,36 log CFU/g (dapat dilihatpada Gambar 1). Pada hari ke-4, mikrobapada semua sampel tumbuh dengan cepat,sekitar 4,27–5,13 log CFU/g.Log ,00Kpengaruh antara konsentrasi asam asetat 0,5%dan 1% dalam menghambat pertumbuhanmikroba. Pada hari ke-12, semua sampelmengalamipeningkatanpertumbuhanmikroba dibandingkan hari ke-8 dan sudahtidak layak untuk dikonsumsi karena sudahmelewati batas maksimum 5,74 log CFU/g.Hal ini disebabkan ekstrak bawang putihsebagai antimikroba lebih dari hari ke-10telah berkurang daya hambatnya terhadapmikroba (Durairaj et al., 2009) sertakonsentrasi asam asetat yang kecil sudahtidak mampu menghambat pertumbuhanmikroba. Pada pengujian TPC ini dapatdisimpulkan bahwa perlakuan perendamanasam asetat dan penambahan ekstrak bawangputih pada berbagai kombinasi konsentrasihanya dapat menghambat pertumbuhanmikroba pembusuk sampai hari ke-8.ABCD04812HariGambar 1 Grafik Total Plate Count (TPC) FilletIkan Nila Merah dengan Perendaman AsamAsetat dan Penambahan Edible Coating EkstrakBawang Putih selama Penyimpanan pada Suhu4 1 C.Pada hari ke-4 ini belum ada sampel yangmelewati batas maksimum mikroba sebesar5,5x105 CFU/g atau 5,74 log CFU/g (Utamidkk, 2013). Pada hari ke-8, semua sampelmengalamipeningkatanpertumbuhanmikroba. Sampel K sudah melewati batasmaksimum penerimaan yaitu 6,10 log CFU/glebih besar daripada 5,74 log CFU/g. Hal inidikarenakan sampel kontrol tidak diberiperlakuan perendaman asam asetat danpenambahan ekstrak bawang putih padaedible coating yang dapat menghambatpertumbuhan mikroba. Sampel A dan Bmenunjukkan jumlah koloni mikroba yanglebih sedikit dibandingkan sampel C dan Dwalaupun sampel C dan D memilikikonsentrasi asam asetat lebih besar, hal inimengindikasikan sangat kecil perbedaanDerajat Keasaman (pH)Menurut Munandar dkk (2009)penurunan pH disebabkan menurunnyajumlah cadangan glikogen pada daging ikan.Menurut Nugraheni (2013) glikogen terusdiubah menjadi glukosa melalui prosesglikolisis melalui proses anaerob yangmenghasilkan energi dan asam laktatsehingga daging lama-kelamaan akan lenturkembali dan pH menurun. Seperti yang dapatdilihat pada Gambar 2, pada hari ke-0, pHikan masih dalam rentang 6,4–6,58 (dalamrentang ini sampel K, A, B, dan C tidakberbeda nyata). Gabungan konsentrasi asamasetat dan bawang putih yang lebih besardapat menurunkan pH secara signifikan yaitupada sampel D yang memiliki konsentrasiasam asetat dan ekstrak bawang putih palingbesar secara berturut-turut yaitu 1% dan 30%.Rendahn

20%, dan 25%. Pengujian menggunakan bakteri Pseudomonas fluorescens FNCC 0071. Konsentrasi tertinggi/maksimum ditentukan dengan uji organoleptik metode kesukaan dan perbandingan jamak setelah KHM didapatkan. Uji ini mengamati penampakan fisik meliputi aroma, rasa, dan warna. Aplikasi Asam Asetat dan Edible Coating

Related Documents:

3. Apakah kepercayaan memiliki pengaruh terhadap minat penggunaan pada aplikasi OVO? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi manfaat terhadap minat penggunaan pada aplikasi OVO. 2. Untuk mengetahui pengaruh kemudahan penggunaan terhadap minat penggunaan pada aplikasi OVO. 3.

History of ASAM Criteria 1991: First edition of ASAM’s Patient Placement Criteria for the Treatment of Psychoactive Substance Use Disorders 1996: ASAM PPC-2 : Included Continuing Stay and Discharge Criteria 1998/99 ASAM PPC endorsed by 30 states, Dept of Defense, & some MCOs 2001: ASAM

and ASAM. The ASAM Resource User Guide. Intake/Assessment. Intervention/Treatment Outcomes. The information provided here will help you best implement ASAM’s criteria. The products and services offered under the collaborative partnership of ASAM and The Change Companies provide treatment teams and clinicians with support throughout the .

ASAM Criteria must require more staff, expense, and administration to provide all the levels ASAM Criteria is a medical model and requires everyone to hire a medical director ASAM Criteria is biased to advocate for more inpatient treatment ASAM Criteria is biased to advocate for more outpatient treatmentFile Size: 556KB

American Society of Addiction Medicine, Third Edition, 2013 The Change Companies, Publisher To help you learn more about ASAM . Illustrate the important role of ASAM in the changing world of behavioral health care Define and review the ASAM Criteria Connect the ASAM with othe

pengaruh signifikan antara intensitas penggunaan instagram terhadap tingkat religiusitas peserta didik.Dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan instagram, maka semakin rendah tingkat religiusitas peserta didik. Adapun koefisien determinasi menunjukkan R Square sebesar 0,007 yang artinya pengaruh intensitas penggunaan

menentukan kadar asam folat. Fortifikan yang ditambahakan asam folat sebanyak 1100 mcg/100 gr bahan dan Fe-fumarat 43.4 mg/100 gr bahan. Dari hasil penelitian didapatkan hasil kadar asam folat pada adonan sebesar 1078,51 mcg/100 gr, pada pemanggangan I sebesar 1067,97 mcg/100 gr,

published by the American Petroleum Institute (API, 1984, 1991) are generally not consistent with the physical processes that dictate actual pile capacity. For example, the experimental observa- tion of a gradual reduction in the rate of increase of pile capacity with embedment depth is allowed for by imposing limiting values of end-bearing and shaft friction beyond some critical depth .