POTENSI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG

3y ago
40 Views
3 Downloads
753.97 KB
10 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Francisco Tran
Transcription

PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI BAHAN GALIANPADA WILAYAH BEKAS TAMBANG TIMAH DAN EMAS ALUVIALOlehSabtanto Joko SupraptoKelompok Program Penelitian konservasiABSTRAKKurun waktu panjang kegiatan pertambangan di banyak wilayah telah meninggalkan bekastambang yang pengakhirannya disebabkan oleh berbagai latar belakang. Pada kegiatan operasi produksitambang tidak selalu semua bahan galian dapat tertambang, terolah dan termanfaatkan. Selain itupengakhiran tambang tidak selalu diakibatkan oleh telah habisnya sumber daya atau cadangan bahangalian. Beberapa wilayah bekas tambang yang masih potensial untuk dikembangkan kandungan bahangaliannya dapat dijumpai di beberapa lokasi di Indonesia, bahkan sebagian telah dikembangkan kembaliuntuk wilayah usaha pertambangan.Peningkatan harga dan kebutuhan komoditas tertentu menyebabkan potensi pada wilayah bekastambang yang semula tidak dimanfaatkan menjadi bernilai ekonomi untuk diusahakan. Bahan galianpotensial pada wilayah bekas tambang dapat berupa tailing yang masih mengandung bahan berharga,maupun cebakan dalam kondidi insitu.PENDAHULUANKegiatan pertambangan di Indonesia telahberlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.Pertambangan emas talah berlangsung sejakjaman Hindu dan berlanjut pada masa penjajahanBelanda. Emigran dari China juga telahmelakukan penambangan emas pada beberaparatus tahun yang lalu khusunya emas aluvial.Indonesia sebagai produsen timah putih terbesardunia,mengalamipasangsurutdalampengusahaan pertambangan timah putih. PT.Timah yang merupakan produsen timah terbesar,pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasidengan melakukan penciutan jumlah karyawanserta melepas sebagian wilayah izin usahapertambangannya.Akantetapidenganmeningkatnya harga timah di pasaran dunia padabeberapa tahun terakhir, serta masih banyaknyasumberdaya timah yang masih tersisa di alam,maka bekas wilayah usaha pertambangan timahyang telah ditutup sebagian kembali diusahakanoleh pelaku usaha pertambangan timah maupunmasyarakat.Pengusahaan timah telah berlangsung sekitar 200tahun, yaitu sejak pendudukan oleh Belanda.Setelah kemerdekaan, pengusahaan dilanjutkanoleh PT. Timah dan PT. Koba Tin, yangmenjalankan operasinya terutama di PulauKarimun, Kundur, Singkep, Belitung,danBangka, penambangan dilakukan baik di daratmaupun lepas pantai.Prospek pengusahaan timah masih cukupmenjanjikan, banyak perusahaan lokal yang mulaimelakukan usaha pertambangan timah putih.Bahkan penambangan oleh masyarakat setempatdengan peralatan sederhana marak dilakukan diwilayah pulau-pulau penghasil timah tersebut diatas.Wilayah bekas tambang dapat berpotensi masihmengandung bahan komoditas utama, mineralikutan, dan bahan galian lain. Beberapa wilayahbekas tambang terutama bekas kegiatanpenambangan pada masa pendudukan Belandadan wilayah bekas tambang dari kegiatanpenambangan oleh masyarakat dan PETI dapatdiusahakan kembali oleh para pelaku usahapertambangan, baik untuk memanfaatkan sisabahan galian utama yang pernah diusahakansebelumnya, mineral ikutan, maupun bahan galianlainnya.Mineral mengandung unsur tanah jarang sebagaimineral ikutan dari komoditas utama emas dantimah aluvial, berpeluang besar untuk diusahakansebagaiproduksampingan yangdapatmemberikan nilai tambah signifikan dari seluruhpotensi bahan galian.

Potensi emas aluvial yang relatif melimpah yangdapat dijumpai tersebar di sebagian pulau-pulaubesar di Indonesia, serta Jalur Timah AsiaTenggara yang mengandung sebagian besarsumber daya timah dunia melewati wilayahIndonesia mulai dari Kepulauan Karimun Singkepsampai Bangka Belitung merupakan potensistrategis untuk dikembangkan.KEPROSPEKAN WILAYAH BEKASTAMBANG TIMAH DAN EMAS ALUVIALWilayah Bekas Tambang TimahTimah putih (Sn) adalah logam berwarna putihkeperakan, dengan kekerasan yang rendah, beratjenis 7,3, serta mempunyai sifat konduktivitaspanas dan listrik yang tinggi. Logam timah putihbersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timahdiperoleh terutama dari mineral kasiterit yangterbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi,sehingga tahan karat.Pada tahun lima puluhan, timah putih pernahmenjadi komoditas hasil tambang kedua setelahminyak, yang memberikan kontribusi kepadapendapatannegara.Meskipunsejarahpertambangan timah telah berlangsung lebih daridua ratus tahun, potensi sumber daya timah masihprospektif untuk diusahakan. Usaha pertambangantimah mulai dari kegiatan eksplorasi sampaipemasaran, masih berlangsung intensif, meskipunkegiatan usaha tersebut telah berlangsung cukuplama di Indonesia. Pertambangan timah masihmemerlukan kegiatan eksplorasi untuk penemuancadangan baru, khususnya endapan lepas pantai.Sumber daya dan cadangan yang telah terungkapbelum mewakili keseluruhan endapan lepas pantaiterutama yang berada pada kedalaman 50 meter,serta potensi kadar rendah yang sehubungandengan kenaikan harga yang tinggi menjadiberpotensi ekonomi.Potensi timah putih di Indonesia tersebarsepanjang kepulauan Riau termasuk Singkepsampai Bangka Belitung, serta terdapat di daratanRiau, yaitu di Kabupaten Kampar dan Rokan Ulu.Sumber daya timah putih yang telah diusahakanmerupakan endapan sekunder, baik terdapatsebagai tanah residu dari cebakan primer, aluvialdarat, maupun sebagai endapan lepas pantai.Mineral yang terkandung di dalam bijih timahberupa kasiterit sebagai mineral utama, denganmineral ikutan seperti pirit, kuarsa, zirkon,ilmenit, senotim, dan monasit. Mineral-mineralikutan pada bijih timah akan terpisahkan padaproses pengolahan, sehingga berpotensi menjadiproduk sampingan (Gambar 1).Pengakhiran kegiatan pertambangan timah sepertiterjadi di beberapa lokasi pada masa lalu tidaksemuanya akibat habisnya sumber daya timah.Bijih timah yang tersisa diperkirakan masihpotensial untuk kembali diusahakan, dan olehmasyarakat serta pengusaha setempat beberapatahun terakhir kembali diusahakan (Gambar 6).Penambangan timah putih lepas pantai pada masalalu menggunakan kapal keruk yang mempunyaikapasitas dapat menjangkau kedalaman 15-50meter. Sumber daya timah putih dengan sebaranberada pada kedalaman dari permukaan air lebihdari 50 meter atau kurang dari 15 meter tidaktertambang dan masih tersisa (Gambar 5).Kecenderungan harga yang terus meningkatdisertai konsumsi dunia yang meningkat juga,mengakibatkan cut off grade (CoG) cenderungmenurun, oleh karena itu sumber daya timahdengan kadar rendah yang pada masa lalu tidakekonomis diusahakan, dapat menjadi cadanganyang mempunyai nilai ekonomi. Peningkatanjumlah status sumber daya menjadi cadangantersebutdapatmemberikanpeluangpengembangan cebakan timah yang padabeberapa wilayah telah dilakukan pengakhirantambang (Gambar 2 dan 4).Penambangan dan pengolahan oleh masyarakatyang cenderung hanya mengambil kasiterit, tidakoptimal, mengingat komoditas dari mineral ikutanterbuang bersama tailing. Pengolahan denganproses pemisahan menggunakan peralatan yanglengkap akan memberikan nilai tambah berupamineral ikutan yang terproses dan terpisahkanmenjadi komoditas produk sampingan.Kebutuhan dunia akan timah putih yang terusmeningkat,yangdilatarbelakangiolehpengurangan penggunaan timah hitam di negaramaju, dan peningkatan konsumsi untuk berbagaikebutuhan telah memberikan dampak kenaikanharga yang sigifikan dan cenderung masih terusmeningkat. Tailing yang semula dianggap sudahtidak mempunyai kandungan mineral berhargayang signifikan untuk diusahakan, sebagian

kembali digali dan diolah kandungan timahnya(Gambar 3).Produksi timah Indonesia yang tinggi, tidakseluruhnya dalam bentuk logam timah. Belumseluruh timah yang dihasilkan dilakukanpeleburan menggunakan smelter yang ada didalam negeri. Kapasitas peleburan yang belummampu menampung seluruh produksi pasir timah,maka masih memerlukan lagi peningkatankapasitas smelter atau pembangunan smeltertimah yang baru.Indonesia sebagai eksportir timah terbesar duniamempunyai peluang untuk menjaga ataumengendalikan harga timah putih di pasar dunia.Hal ini perlu dikelola secara optimal untukmenjaga dan melindungi kegiatan usahapertambanganagardapatmenghasilkankonstribusi pada pembangunan yang lebihoptimal.lempung dengan ketebalan sekitar dua meter, padalapisan kaya emas di bawahnya dijumpai keramikCina berupa cawan, sehingga ada kemungkinanprospek tersebut pernah diusahakan. Demikianjuga cebakan emas di Daerah Meulaboh, NAD,dan Logas, Riau, pernah ditambang pada masapendudukan Belanda dan Jepang (Van Leeuwen,1994).Cebakan emas aluvial dicirikan oleh kondisiendapan sedimen bersifat lepas dengan kandunganlogam emas berupa butiran, dapat ditambang dandiolah dengan cara pemisahan emas secara fisik,menggunakan peralatan sederhana. Optimalisasipemanfaatan potensi emas aluvial dapat dilakukandengan menyesuaikan kelayakan sekala usahayang tepat sesuai dengan dimensi cebakan.Cebakan dengan dimensi relatif kecil tidak bisamenggunakan peralatan berat tetapi dapatdikembangkan untuk pertambangan sekala kecilatau pertambangan rakyat menggunakan peralatansederhana.Wilayah Bekas Tambang EmasCebakan emas aluvial di Indonesia terdapatterutama pada pulau-pulau besar seperti Sumatera,Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Sebaran emasaluvial berada pada permukaan atau dekatpermukaan, dengan spesifik emas berupa warnadan kilap yang sangat menarik, sehinggakeberadaan emas aluvial mudah dikenali, danumumnya mudah ditemukan dan diusahakan olehmasyarakat setempat.Emas sebagai salah satu komoditas tambangsudah dikenal dan diusahakan di Indonesia sejaklebih dari seribu tahun yang lalu. Pendatang dariCina telah menambang cebakan emas aluvial diKalimantan pada abad keempat. Kegiatantambang dalam dan tambang aluvial marakdilakukan oleh emigran Hindu dan masyarakatsetempat di Sumatera dan Sulawesi Utara.Tercatat pada manuskrip Cina berumur lebih dari1000 tahun, yang telah menggambarkan kekayaanemas di Kepulauan Indonesia serta tentang adanyabeberapa tambang emas (Van Leeuwen, 1994).Cebakan emas aluvial di Daerah Monterado,Kalimantan Barat pernah diusahakan olehpendatang dari Cina pada awal abad 18 (Keyser &Sinay, 1993). Prospek di daerah Sungai Gambir,Bungotebo, Jambi, pada tahun 1992, setelahdilakukan pengupasan lapisan penutup berupaCebakan emas letakan/ aluvial dapat dijumpaiberupa tanah lapukan dari cebakan bijih emasprimer (eluvial), endapan koluvial, endapanfluviatil dan endapan pantai.Cebakan emas koluvial mempunyai pemilahanburuk, fragmen penyusun berukuran bervariasihingga dapat mencapai ukuran bongkah.Penyebaran pada daerah sempit di sekitar tekuklereng perbukitan. Pada alur sungai stadia muda,cebakan emas aluvial dapat dijumpai berupasebaran sempit pada sepanjang badan sungai,dengan fragmen penyusun umumnya berukurankasar, sebagian besar mengandung bongkah.Pada endapan fluviatil stadia dewasa sampai tuadapat dijumpai cebakan emas dengan sebaranluas. Ketebalan aluvial mengandung emas dapatmencapai beberapa meter, lebar beberapa ratusmeter dan panjang beberapa kilometer.Selain umumnya terdapat pada endapan berumurResen - Kuarter, cebakan emas letakan dapatdijumpai juga pada batuan lebih tua berupakonglomerat, seperti contoh konglomerat alasmengandung emas yang dijumpai di daerah Topo,Nabire, Papua.Cebakan emas aluvial yang umum ditemukan diIndonesia adalah dalam bentuk endapan kipas

aluvial, endapan gravel bars, endapan channel,endapan dataran banjir, dan endapan pantai.Bahan galian yang terkandung pada cebakan emasaluvial, selain emas sebagai komoditas utama,terdapat mineral/ bahan ikutan yang kemungkinanberpotensi ekonomis. Mineral/ bahan ikutantersebut sebagai matriks maupun fragmen dariendapan aluvial (Tabel 1).Berdasarkan hasil eksplorasi pada beberapadaerah prospek, sumber daya yang terbentuk padasetiap daerah prospek menunjukkan kuantitaskurang dari 10 ton emas (Suprapto, 2007).Sumber daya emas aluvial pada beberapa daerahprospek, umumnya telah dimanfaatkan, baik olehpelaku usaha pertambangan maupun sung sampai saat ini, sehingga sumberdaya emas aluvial tersisa dalam kondisi insituberjumlah relatif sedikit. Akan tetapi mengingatperkembangan kebutuhan komoditas tertentuseperti zirkon dan pasir besi yang terkandung jugasebagai mineral/ bahan ikutan pada cebakan emasaluvial, maka bahan galian pada beberapa wilayahbekas tambang emas aluvial, khususnya yangtersisa dalam bentuk tailing, dapat diolah kembaliuntuk memperoleh mineral/bahan ikutannya yangpada masa lalu belum mempunyai nilai ekonomis(Gambar 9 dan 10).Kegiatan penambangan dan pengolahan emasaluvial oleh masyarakat, umumnya tanpa upayamemanfaatkan mineral ikutan, sehingga terbuangbersama tailing.Wilayah bekas tambang Monterado di KabupatenBengkayang, Kalbar, dengan luas wilayah bekastambang sekitar 3.084 Ha. Sumber daya emaspada tailing sebesar 83.268.000 m3 @ 51 mg/m3,atau 42,4 ton logam emas. Sumber daya emasaluvial insitu di hulu Sungai Raya yang belumditambang sebesar 4.626.000 m3 @ 136 mg/m3atau 0,629 ton logam emas (Gambar 8).Daerah bekas tambang Sekonyer sebelumnyamerupakan wilayah pertambangan rakyat danPETI, yang melakukan kegiatan penambangandan pengolahan tanpa diikuti dengan upayareklamasi lahan, sehingga meninggalkan tailingmasih dalam keadaan terbuka yang tidak ditimbundengan tanah penutup. Pada tailing terdapatmineral ikutan bernilai ekonomi, yaitu zirkon, danmasih mengandung emas. Pengolahan tailinguntuk mendapatkan kandungan zirkon yangdilakukan oleh masyarakat masih menghasilkanjuga emas sebagai hasil sampingan (Rohmana danGunradi, 2006)Kandungan mineral ikutan berupa zirkon padatailing tambang emas aluvial, di beberapa daerahprospek di Kalimantan telah diusahakan, diantaranya bekas tambang emas aluvial di S.Sekonyer (Rohmana dan Gunradi, 2006) sebarantailing seluas 3.777 Ha, volume 94.425.000 m3 @894 gr/m3 zirkon, dari pengolahan oleh tambangrakyat telah dihasilkan 50.968 ton zirkon,sumber daya zirkon yang masih tersisa 33.979ton. Kandungan emas pada tailing @ 1,986mg/m3, sumber daya emas pada tailing sebesar 187 kg berpotensi menjadi produk sampingan daripengolahan zirkon (Gambar 10).Selain perolehan zirkon, tailing tambang emasaluvial telah dimanfaatkan juga kandungan pasirbesinya, batu mulia berupa fragmen silika, untukbatu cincin, serta pemanfaatan tailing sebagaisirtu untuk bahan bangunan (Gambar 9).Sumber daya emas aluvial pada beberapa daerahprospek, umumnya telah dimanfaatkan, baik olehpelaku usaha pertambangan maupun sung sampai saat ini, sehingga sumberdaya emas aluvial tersisa dalam kondisi insituberjumlah relatif sedikit (Gambar 8). Akan tetapimengingat perkembangan kebutuhan komoditastertentu seperti zirkon dan pasir besi yangterkandung juga sebagai mineral/ bahan ikutanpada cebakan emas aluvial, maka bahan galianpada beberapa wilayah bekas tambang emasaluvial, khususnya yang tersisa dalam bentuktailing, dapat diolah kembali untuk memperolehmineral/bahan ikutannya yang pada masa lalubelum mempunyai nilai ekonomis (Gambar 10).KESIMPULANPertambangan timah dan emas yang telahberlangsung di Indonesia dalam kurun waktupanjang, dengan pasang surut kegiatan usahanyamenyebabkan wilayah bekas tambang yangbanyak dijumpai di beberapa daerah masihmengandung komoditas bahan galian yangberpotensi diusahakan. Selain itu bahan harga di pasaran, serta kebutuhan

komoditas tertentu yang sebelumnya sama sekalitidak mempunyai nilai ekonomi, menyebabkanbahan galian tertinggal pada wilayah bekastambang yang sebelumnya tidak ekonomis untukdiusahakan menjadi berpotensi ekonomi untukdiusahakan.Sebaran kegiatan tambang rakyat dan PETI yangdapat dijumpai hampir di seluruh wilayahIndonesia dengan kapasitas sarana penambangandan pengolahan yang sangat terbatas berpotensimenyisakan bahan galian yang tidak terjangkauproses penambangan/penggalian, serta perolehanpengolahan yang rendah, tailing yang dihasilkancenderung masih mengandung bahan galianberharga.Bahan galian tersisa pada wilayah bekas tambangdapat berupa komoditas yang sama dengan yangdiusahakan saat tambang masih aktif, atau berupamineral ikutan, dan bahan galian lain yang padasaat tambang masih aktif belum diusahakan.Tailing pada wilayah bekas tambang rakyat danPETI umumnya masih dibiarkan beradadipermukaan tanpa upaya reklamasi menutupdengan tanah dan tanaman, sehingga pengolahankembali tailing tersebut dapat dilakukan tanpaproses pengupasan lapisan penutup.Potensi unsur tanah jarang pada endapan timahdan emas aluvial berupa pasir monasit, odukteknologitinggi,khususnya dalam jangka panjang, sehinggameskipun belum mempunyai nilai ekonomi tinggidapat disimpan untuk pemanfaatan di masa yangakan datang.Pemberdayaan bahan galian tertinggal padawilayah bekas tambang, sejalan dengan kaidahkonservasi dalam upaya untuk mendapatkanmanfaat yang optimal dari potensi yang ada.ACUANArif, R, Sutrisno, Jaenudin, J., 2006. InventarisasiBahan Galian Pada Bekas Tambang di DaerahPulau Madang dan Logas, Kabupaten KuantanSingingi, Provinsi, Riau, Pusat Sumber DayaGeologi, Bandung.Gunradi, R., dan Djunaedi, E.K., 2003. EvaluasiPotensi Bahan Galian pada Bekas Tambang danWilayah PETI di Daerah Monterado, KabupatenBengkayang, Provinsi Kalimantan Barat,Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,BandungKeyser, F & Sinay, J.N., 1993. History ofGeoscientific in West Kalimantan, Indonesia,Journal of Australian Geology & Geophysics,NSW.Macdonald, E.H., 1983. AlluvialChapman and Hall, New YorkMining,Rohmana dan Gunradi, R., 2006. InventarisasiBahan Galian Pada Wilayah PETI, DaerahKotarawaringin Barat, Kalimantan Tengah, PusatSumber Daya Geologi, BandungRohmana, dan Suprapto, S.J., 2008. PenyelidikanBahan Galian pada Wilayah Bekas Tambang,Pulau Singkep, Kabupaten Lingga, ProvinsiKepulauan Riau. Pusat Sumber Daya Geologi,BandungSuprapto, S.J., 2007. Tinjauan Tentang CebakanEmas Aluvial di Indonesia. Buletin Sumber DayaGeologi. Vol 2 Nomor 2-2007, BandungVan Leeuwen, T.M., 1994. 25 Years of MineralExploration and Discovery in Indonesia, Elsevier,AmsterdamWidhiyatna, D., Pohan, M.P., Putra, C., 2006.Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah BekasTambang, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Batuan AsalUltramafik danmafikGranitoid,pegmatit dangreisenBasaltisSienitik iktingkat tinggiBusurserpentinMineral/ Bahan IkutanKelompok(PGM)mineralplatinaKasiterit, monasit, zirkon, rutil.Magnetit, ilmenitZirkon, mineral tanah jarangtermasuk uranium dan mineralmengandung thoriumScheelite, rutil, korundumIntanRutil, zirkon, gemstonePlatinum, kromit, magnetitKarbonatitRutil, ilmenit, magentit, mineraltanah jarang, uranium, niobium,thorium, zirkonBeberapa jenisbatuanAneka bahanTABEL 1. Batuan asal endapan aluvial danmineral/ bahan ikutan (modifikasi dari Macdonald,1983)GAMBAR 2. Endapan timah aluvial insitu padawilayah bekas tambang di Singkep (Rohmana dkk,2008)GAMBAR 1. Persentase kandungan kasiterit danmineral ikutan pada konsentrat pasir timah (Datadari beberapa sumber)GAMBAR 3. Tailing tambang timah yang kembaliditambang (Widhiyatna dkk, 2006)

GAMBAR 4. Penambangan di bekas pit timahGAMBAR 5. Penambangan timah oleh masyarakat pada wilayah bekas KP PT.Timah di lepas pantai timur Pulau Singkep

GAMBAR 6. Sumber daya timah lepas pantai tersisa di beberapa daerah prospek Wilayah BekasTambang (Data dari beberapa sumber)GAMBAR 7. Wilayah bekas tambang Monterado (Sumber data Gunradi dkk,2003)

GAMBAR 8. Endapan aluvial mengandung emas di wilayah bekastambang Monterado (Gunradi dkk, 2006)Gambar 9. Tambang sirtu dari tailing tambang emas, Kuantan Sengingi(Arief dkk, 2006)

GAMBAR 10. Peta sebaran tailing tambang emas aluvial dan lokasi tambang zirkon (modifikasidari Rohmana dan Gunradi, 2006)

PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG TIMAH DAN EMAS . pengusahaan dilanjutkan oleh PT. Timah dan PT. Koba Tin, yang menjalankan operasinya terutama di Pulau . Prospek pengusahaan timah masih cukup menjanjikan, banyak perusahaan lokal yang mulai melakukan usaha pertambangan timah putih. Bahkan penambangan oleh .

Related Documents:

perhitungan berdasarkan analisa pekerjaan galian yang telah baku sesuai dengan analisa BOW atau analisa SNI. Data yang diperlukan untuk menghitung harga 1m3 galian tanah adalah : 1. Harga satuan dasar upah terbaru di tempat kita untuk pekerja dan mandor 2. Analisa pekerjaan galian tanah (sesuai BOW atau SNI)

Jumlah Harga Per - Satuan Pekerjaan-3. Mengurug Kembali 1 M³ Galian Mengurug kembali 1 M3 galian dihitung dari 1/3 kali dari indeks pekerjaan galian Harga Satuan Jumlah Bahan/Upah ( Rp ) Rp. Tenaga Kerja-Pekerja OH 0,005 --Mandor OH 0,002 - Jumlah Harga Per - Satuan Pekerjaan-4.

Buku Ajar Teknologi Bahan Alam ini disusun sebagai bahan pengajaran . bahan bantu bagi mahasiswa Farmasi dan Kimia untuk memahami tentang kimia bahan alam, teknologi sediaan bahan alam, dan farmakognosi. . , dilanjutkan dengan teknik seleksi dan penyiapan bahan, teknik ekstraksi, te

pada sistem bahan bakar EFI pada Mitsubishi Lancer GTi 1.8i. 3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan-permasalahan serta kerusakan yang terjadi pada dalam sistem bahan bakar EFI pada Mitsubishi Lancer GTi 1.8i C. Tujuan Tujuan yang dapat diambil dalam penulisan tugas akhir dalam sistem bahan bakar EFI pada Mitsubishi Lancer GTi 1.8i, adalah: 1.

Potongan melintang pada daerah galian Potongan melintang pada daerah galian dan timbunan 2.4 Lengkung Horizontal (Tikungan) Untuk mendapatkan jari-jari lengkung horizontal pada jalan perdesaan hanya didasarkan kepada pendekatan variasi dua kecepatan rencana (V 20 km/jam, dan V 40 km/jam).

Kata kunci: kelayakan, bahan ajar, RPP, kurikulum 2013. Bahan ajar pada rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan bahan ajar yang disusun oleh pendidik dan terlampir dalam RPP. Bahan ajar disusun untuk memudahkan peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar karena dalam praktik

SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI) . Skema aliran sistem bahan bakar pada sistem EFI adalah sebagai berikut: Gambar 6.28 Skema aliran sistem bahan bakar EFI . B. Sistem Kontrol Elektronik Komponen sistem kontrol elektronik terdiri dari beberapa sensor (pengindera), seperti MAP (Manifold Absolute Pressure) sensor .

Welcome to the Popcorn ELT Readers series, a graded readers series for low-level learners of English. These free teacher’s notes will help you and your classes get the most from your Peanuts Popcorn ELT Reader. Level 1 Popcorn ELT Readers level 1 is for students who are beginning to read in English, based on a 200 headword list. There are no past tenses at this level. Snoopy and Charlie .