Buku Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik - RUSMAN ISKANDAR

1y ago
7 Views
1 Downloads
6.18 MB
170 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Isobel Thacker
Transcription

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikPenyusun :Kriteria Disain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik disusun oleh :Kelompok Kerja Standar Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrikdan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas IndonesiaTim Pembina :Direktur Operasi Jawa BaliDirektur Operasi Indonesia BaratDirektur Operasi Indonesia TimurTim Pengarah :Kepala Divisi Distribusi dan Pelayanan Pelanggan Jawa BaliKepala Divisi Distribusi dan Pelayanan Pelanggan Indonesia BaratKepala Divisi Distribusi dan Pelayanan Pelanggan Indonesia TimurKelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik :Ratno Wibowo, Winayu Siswanto, Parluhutan Samosir, Hedy Nugroho, Agus Bactiar Azis,Adi Subagio, Pedi Sumanto, Tumpal Hutapea, Gunawan, OMA, Hendie Prasetyono,I Made Latera, Sumaryono, Novalince Pamuso, Riyanto, Antonius HP,Sunaryo, Sugeng Rijadi, Tutun Kurnia, Joko Pitoyo, Prihadi,Ngurah Suwena, Elphis Sinabela, Andhy Prasetyo,Ketut Bagus Darmayuda, Agus Prasetyo.Narasumber :PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Bali, PT PLN (Persero) Indonesia Barat , PT PLN (Persero)Indonesia Timur, PT PLN (Persero) Jasa Engginering, PT PLN (Persero)Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan,PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan.Diterbitkan Oleh :PT PLN (PERSERO)Jalan Trunojoyo Blok M‐I / 135, Kebayoran BaruJakarta SelatanPT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Tim Penyusun

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR TABELiviiiDAFTAR GAMBARxKATA PENGANTARxiiBAB 1 PENDAHULUAN1.11.1 LATAR BELAKANG1.11.2 TUJUAN1.2BAB 2 PERHITUNGAN LISTRIK TERAPAN2.12.1 JATUH TEGANGAN2.12.2 PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN2.22.2.1 Sistem Fasa Tunggal, COS ϕ 12.22.2.2 Sistem Fasa Tiga dengan cos ϕ2.32.3 PERHITUNGAN DENGAN MOMEN LISTRIK2.32.4 FAKTOR DISTRIBUSI BEBAN2.52.5 JANGKAUAN PELAYANAN2.62.6 KEMAMPUAN HANTAR ARUS/KUAT HANTAR ARUS2.92.6.1 Kemampuan Hantar Arus Penghantar Saluran Udara2.92.6.2 Kemampuan Hantar Arus Saluran Kabel Bawah Tanah2.10BAB 3 PERHITUNGAN MEKANIKA TERAPAN3.13.1 GAYA‐GAYA MEKANIS PADA TIANG3.13.1.1 Jarak antar tiang (Jarak gawang)3.13.1.2 Berat penghantar dan gaya berat penghantar3.23.1.3 Gaya tarik pada tiang3.33.1.4 Pengaruh angin3.43.1.5 Gaya Mekanis Pada Tiang Awal/Ujung3.5PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010i

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik3.1.6 Gaya Mekanis Pada Tiang Tengah3.63.1.7 Gaya Mekanis Pada Tiang Sudut3.63.1.8 Aplikasi perhitungan gaya mekanis3.73.1.9 Penggunaan Hasil Perhitungan Dalam Konsep Perencanaan3.93.1.10 Metode Grafis Untuk Tiang Sudut3.103.1.11 Beban mekanik pada Palang (cross arm /travers)3.113.1.12 Beban Mekanis Isolator3.123.1.13 Andongan pada permukaan miring3.133.1.14 Pondasi Tiang dan Struktur Tanah3.143.1.15 Jarak antar penghantar (conductor spacing)3.153.2 BEBAN MEKANIS TAMBAHAN JARINGAN NON ELEKTRIKAL3.163.3 CONTOH APLIKASI PERHITUNGAN3.173.4 PERTIMBANGAN‐PERTIMBANGAN AKIBAT PENGARUH GAYAMEKANIS AKIBAT SALURAN NON ELEKTRIKAL PLN3.19BAB 4 KONSEP DASAR KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK4.14.1 KONSEP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK4.14.2 KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI4.34.3 KEANDALAN KONTINUITAS PENYALURAN4.84.4 SISTEM PEMBUMIAN4.84.4.1 Pembumian Transformator Daya Gardu Induk Pada Sisi TM4.94.4.2 Pembumian Transformator Distribusi Pada Sisi Tegangan Rendah4.104.4.3 Pembumian Lightning Arrester4.104.5 SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH4.104.5.1 Konsep Perencanaan4.104.5.2 Proteksi Jaringan4.114.5.3 Melokalisir Titik Gangguan4.184.5.4 Konstruksi SUTM4.184.5.5 Penggunaan Tiang4.194.5.6 Area Jangkauan Pelayanan4.194.6 SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH4.6.1 Konsep PerencanaanPT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 20104.204.20ii

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik4.6.2 Proteksi Jaringan4.214.6.3 Konstruksi SKTM4.224.6.4 Konsep Isolir Gangguan4.224.6.5 Area Jangkauan Pelayanan4.224.7 GARDU DISTRIBUSI4.234.7.1 Gardu Distribusi Pasangan Luar4.234.7.2 Gardu Distribusi Pasangan Dalam4.244.7.2.1 Sambungan Tee – off (TO) dari saluran udara4.254.7.2.2 Sambungan Saluran Kabel Tanah4.254.7.2.3 Sambungan untuk Pemanfaat Tegangan Menengah4.264.8 AREA PELAYANAN GARDU4.8.1 Area Pelayanan Gardu Induk (Service Area)4.264.274.8.1.1 Gardu Induk dengan Pelayanan Murni SKTM4.274.8.1.2 Gardu Induk dengan Pelayanan SUTM4.284.8.2 Area Pelayanan Gardu Distribusi4.294.8.2.1 Gardu Distribusi Tipe Beton Daerah Padat Beban Tinggi4.294.8.2.2 Gardu Distribusi Daerah Padat Beban Rendah4.304.9 JARINGAN TEGANGAN RENDAH4.304.9.1 Konstruksi Saluran Udara4.304.9.2 Konstruksi Saluran Bawah Tanah4.314.9.3 Proteksi Jaringan Dan Pembumian4.314.10 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK4.314.10.1 Konstruksi Saluran Udara4.324.10.2 Konstruksi Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah Bawah Tanah4.324.10.3 Sambungan Pelayanan Pelanggan Tegangan Menengah4.334.10.4 Intalasi Alat Pembatas dan Pengukur (APP)4.334.11 PARAMETER‐PARAMETER RANCANGAN KONSTRUKSI4.344.11.1 Parameter Listrik4.344.11.2 Parameter Lingkungan4.354.11.3 Parameter Material4.35PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010iii

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikBAB 5 KRITERIA DESAIN KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 5.15.1 TERMINOLOGI5.15.2 KONSTRUKSI DAN JARAK ANTAR TIANG5.25.2.1 Pole Support (Topang tarik, topang tekan) dan fondasi tiang5.25.2.2 Fondasi Tiang5.45.2.3 Konstruksi tiang (Pole Top Construction)5.45.3 KONSTRUKSI PEMBUMIAN5.115.4 KONSTRUKSI FUSED CUT‐OUT (FCO)5.115.5 KONSTRUKSI PENGHANTAR BUMI (SHIELD WIRE)5.115.6 KONSTRUKSI PENGHANTAR NETRAL TM5.125.7 KELENGKAPAN PENGHANTAR (kabel schoon, Tap Connector, Joint Sleeve)5.125.8 JARAK AMAN (SAFETY DISTANCE)5.125.9 KONSTRUKSI PROTEKSI PETIR5.135.10 KONSTRUKSI KABEL PILIN TEGANGAN MENENGAH5.135.11 SAMBUNGAN KABEL DENGAN SALURAN UDARA5.145.12 SAMBUNGAN KAWAT KONDUKTOR5.145.13 KOMPONEN KONSTRUKSI JARINGAN5.15BAB 6 KRITERIA DESAIN KONSTRUKSI SALURAN KABEL BAWAH TANAHTEGANGAN MENENGAH6.16.1 KONSTRUKSI PENGGELARAN KABEL6.16.1.1 Kedalaman galian dan perlindungan mekanis kabel6.16.1.2 Penggelaran lebih dari satu kabel6.26.1.3 Jarak kabel tanah dengan utilitas lain6.26.1.4 Persilangan dengan bangunan diatas tanah6.36.1.5 Persilangan dengan rel kereta api6.36.1.6 Persilangan dengan saluran air dan bangunan air6.36.1.7 Persilangan dengan jalan umum6.46.1.8 Terminasi Kabel6.46.1.9 Radius Belokan Kabel6.46.1.10 Kabel Duct6.5PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010iv

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik6.2 TRANSPORTASI DAN PENANGANAN (HANDLING) KABEL6.56.2.1 Pengangkutan kabel6.56.2.2 Penggelaran Kabel6.56.2.3 Penutupan jalan dan penandaan jalur6.66.3 MATERIAL SALURAN KABEL TANAH6.66.3.1 Kabel Tanah6.66.3.2 Batu Peringatan6.76.3.3 Patok Pilot Kabel dan Mof Kabel6.76.3.4 Timah Label6.76.3.5 Pasir urug6.7BAB 7 KRITERIA DESAIN KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI7.17.1 KONSTRUKSI GARDU BETON7.27.1.1 Susunan Tata Ruang7.27.1.2 Instalasi PHB – TM7.37.1.3 Instalasi PHB –TR7.57.1.4 Instalasi Pembumian7.67.1.5 Transformator7.77.1.6 Instalasi Kabel TM dan TR7.87.2 GARDU KIOS – METALCLAD7.87.3 GARDU PORTAL DAN CANTOL7.97.3.1 Konstruksi Gardu Portal7.97.3.1.1 Konstruksi Penopang7.97.3.1.2 Konstruksi PHB TR7.107.3.1.3 Konstruksi PHB TM7.107.3.1.4 Proteksi Surja Petir7.137.3.1.5 Konstruksi Gardu Cantol7.147.3.1.6 Konstruksi Pembumian7.15BAB 8 KRITERIA DISAIN JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH8.18.1 SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR)8.18.1.1 Desain Konstruksi Fasa‐3 dengan kabel twistedPT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 20108.3v

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik8.1.2 Fungsi Konstruksi Fixed Dead End (FDE) dan AdjustableDead End (ADE)8.38.1.3 Fungsi Konstruksi Suspension8.48.1.4 Jenis Penghantar8.48.1.5 Pembumian Penghantar Netral dan titik Netral Transformator8.48.1.6 Sambungan dan sadapan8.58.1.7 Jarak antar tiang atau Gawang (Spon) dan andongan (Sag)8.58.1.8 Jarak aman (Safety Distance)8.68.1.9 Jaring distribusi tegangan rendah Sistem fasa ‐28.68.2 SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN RENDAH8.78.2.1 Jenis Kabel8.88.2.2 Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah – PHB TR8.98.2.3 Penggelaran Kabel8.98.2.4 Kabel Utama Jaringan Tegangan Rendah8.10BAB 9 KRITERIA DESAIN KONSTRUKSI SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK9.19.1 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH9.19.1.1 Jenis Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik TR9.29.1.2 Jenis Kabel9.39.1.3 Area pelayanan Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah9.49.1.4 Jarak aman9.49.1.5 Konstruksi Sambungan Kabel Udara9.49.1.6 Konstruksi Sambungan Kabel Tanah9.59.1.7 Pemasangan kotak APP dan lemari APP9.69.1.8 Instalasi APP9.79.2 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN MENENGAH9.89.2.1 Sambungan dengan pembatas relai9.89.2.2. Sambungan dengan pembatas pengaman lebur9.89.2.3 Sambungan dengan spot load9.99.2.4 Instalasi Meter kWh9.9PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010vi

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikBAB 10 PEMBUMIAN PADA KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSITENAGA LISTRIK10.110.1 KONSEP DASAR PEMBUMIAN10.110.2 PEMBUMIAN TITIK NETRAL SISI SEKUNDER TRANSFORMATORTENAGA PADA GARDU INDUK/PEMBANGKIT10.210.2.1 Pembumian dengan nilai tahanan rendah 12 Ohm dan 40 Ohm10.210.2.2 Pembumian dengan nilai tahanan sangat rendah (Solid Grounded)10.310.2.3 Pembumian dengan nilai tahanan tinggi10.310.2.4 Pembumian Mengambang10.410.3 PEMBUMIAN TITIK NETRAL TRANSFORMATOR DISTRIBUSI10.410.4 PEMBUMIAN PADA JARING DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH10.510.5 PEMBUMIAN PADA GARDU DISTRIBUSI10.510.6 PEMBUMIAN PENGHANTAR TANAH (SHIELD WIRE/EARTH WIRE)10.610.7 PEMBUMIAN LIGHTNING ARRESTER10.6BAB 11 PERHITUNGAN TERAPAN BEBAN TERSAMBUNG TRANSFORMATOR11.111.1 BEBAN TERSAMBUNG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI11.111.2 KAPASITAS TRANSFORMATOR11.311.3 PROTEKSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI11.311.3.1 Proteksi hubung singkat dan beban lebih11.311.3.2 Lightning Arrester (LA) dan Sela Batang11.411.3.3 Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan rendah – PHB TR11.7BAB 12 PENGGUNAAN SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)GLOSARI.12.11DAFTAR PUSTAKA.PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010vii

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikDAFTAR TABELTabel 2.1.Momen listrik jaringan distribusi Tegangan Menengah Saluran BawahTanah dengan penghantar kabel berisolasi XLPE, M 1% [MW.km]Tabel 2.2. Momen listrik jaringan distribusi Tegangan Menengah Saluran Udaradengan Penghantar AAAC, M 1% [MW.km].Tabel 2.3. Momen listrik jaringan distribusi Tegangan Rendah dengan Penghan‐tar Kabel Pilin M 1% [MW.km].Tabel 2.4. KHA penghantar tak berisolasi pada suhu keliling 35 0C, kecepatanangin 0,6 m/detik, suhu maksimum 80 0C (dalam keadaan tanpaangina factor koreksi 0,7).Tabel 2.5. KHA kabel tanah inti tunggal isolasi XLPE, copper screen, berselubungPVC jenis kabel NAAXSY.Tabel 2.6. KHA kabel tanah dengan isolasi XLPE, copper screen, berselubungPVC pada tegangan 12/20/24 kV, pada suhu keliling 300C atau suhutanah 300C.Tabel 2.7. Faktor reduksi kabel multi core/single core dengan konfigurasi berja‐jar di dalam tanah.Tabel 2.8. Faktor koreksi KHA kabel XLPE untuk beberapa macam temperatureudara.Tabel 2.9. KHA kabel pilin Tegangan Rendah berinti Alumunium berisolasiXLPE atau PVC pada suhu keliling 300C.Tabel 2.10. KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal penghantarTembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada sistem ArusSearah dengan tegangan kerja maksimum 1,8 kV; serta untuk kabeltanah berinti dua, tiga dan empat berpenghantar tembaga, berisolasidan dengan berselubung PVC yang dipasang pada sistem Arus Bolak‐balik tiga fasa dan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV), pada suhukeliling 300C.Tabel 3.1. Karakteristik penghantar Kabel Pilin inti Alumunium Tegangan Ren‐dah (NFAAX‐T) dengan penggantung jenis Almelec (breaking capacity1755 daN).Tabel 3.2. Karakteristik penghantar All Alumunium Alloy Conductor (AAAC).Tabel 3.3. Karakteristik panghantar kabel Pilin inti Aluminium Tegangan Mene‐ngah (NAFFXSEY‐I)Tabel 3.4. Tabel Gaya mekanis pada Tiang Awal/Ujung.Tabel 3.5. Gaya maksimum pada Tiang Sudut jaringan distribusi tenaga listrik.Tabel 3.6. Kekuatan tarik Tiang Awal/Ujung (working load) JTR.Tabel 3.7. Kekuatan Tarik Tiang Awal/Ujung (working load) JTM.Tabel 3.8. Kekuatan Tiang Sudut (working load) saluran fasa‐3 konstruksi under‐built JTM/JTR.Tabel 3.9. Karakteristik Palang.Tabel 3.10. Karakteristik Isolator.Tabel 3.11. Karakteristik teknis Isolator Payung dan Long Rod.Tabel 3.12. Data Klasifikasi kondisi tanah untuk membuat berbagai macamPT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 3.83.83.93.93.103.123.123.133.14viii

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikTabel 3.13.Tabel 3.14.Tabel 4.1.Tabel 5.1.Tabel 6.1.Tabel 6.2.Tabel 6.3.Tabel 7.1.Tabel 7.2.Tabel 7.3.Tabel 7.4.Tabel 7.5.pondasi tiang.Gaya Mekanis pada Tiang Awal/Ujung saluran kabel fiber optic.Gaya mekanis maksimum pada Tiang Sudut.Karakteristik Sistem Pembumian.Jarak Aman (savety distance)Jarak Kabel tanah.Jarak Kabel tanah dengan pondasi bangunan.Penggelaran Kabel tanah pada persilangan dengan saluran air.Spesifikasi Teknis PHB‐TR.Instalasi Pembumian pada Gardu Distribusi Beton.Pemilihan Rated Current HRC fuse –TM.Spesifikasi Pengaman Lebur (NH‐Fuse) Tegangan Rendah.Spesifikasi Fuse Cut‐Out (FCO) dan Fuse Link (expulsion type)Tegangan Menengah (Publikasi IEC No. 282‐2 – NEMA)Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi Tegangan Rendah.Jarak Aman Saluran Udara Kabel Pilin terhadap Lingkungan.Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah.Faktor Kebersamaan.Persentasi (% ) impedansi Transformator fasa‐3 dan fasa ‐1.Tabel 8.1.Tabel 8.2.Tabel 9.1.Tabel 11.1.Tabel 11.2.Tabel 11.3. Jenis Pelebur Pembatas Arus Transformator Distribusi.Tabel 11.4. Arus Pengenal Pelebur Letupan.Tabel 12.1 Contoh Lay –out diagram sistem SCADA PLN Distribusi Jakarta Rayadan Tangerang Saluran Kabel tanah Tegangan Menengah.Tabel 12.2 Contoh Lay –out diagram sistem SCADA PLN Distribusi Jakarta Rayadan Tangerang Saluran Udara Tegangan Menengah.PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun .48.69.211.111.311.511.612.212.3ix

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikDAFTAR GAMBARGambar 2‐1Gambar 2‐1Gambar 4‐1Gambar 4‐2Gambar 4‐3Gambar 4‐4Gambar 4‐5Gambar 4‐6Gambar 4‐7Gambar 4‐8Gambar 4‐9Gambar 4‐10Gambar 4‐11Gambar 4‐12Gambar 4‐13Gambar 4‐14Grafik kemampuan penyaluran SUTM fasa – 3 beban diujung Δu5%, cos ϕ 0,8 T 35oC AAAC [IEC.2008].Grafik kemampuan penyaluran Kabel Pilin Tegangan Rendah (TR)beban diujung pada suhu (T ) 30oC dan cos ϕ 0,8.Pola Sistem Tenaga Listrik.Pola Jaringan Distribusi Dasar.Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone).Konfugurasi Kluster (Leap Frog).Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration).Konfigurasi Fork.Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration).Konfigurasi Jala‐jala (Grid, Mesh).Konfigurasi Struktur Garpu.Konfigurasi Struktur Bunga.Konfigurasi Struktur Rantai.Diagram Proteksi SUTM dengan nilai Z 40 Ohm.Diagram Proteksi SUTM dengan nilai Z 500 Ohm.Diagram Proteksi SUTM dengan Solid Ground (PembumianLangsung).Gambar 4‐15 Diagram Proteksi SUTM dengan Sistem Mengambang (tanpa pem‐bumian) pada PLTD Kecil.Gambar 4‐16 Monogram Saluran Udara Tegangan Menengah.Gambar 4‐17Gambar 4‐18Gambar 4‐19Gambar 4‐20Gambar 4‐21Gambar 4‐22Gambar 4‐23Gambar 5‐1Gambar 5‐2Gambar 5‐3Gambar 5‐4Gambar 5‐5Gambar 5‐6Gambar 5‐7Gambar 6Gambar 7‐1Gambar 7‐2aGambar 7‐2bGambar 8‐1Gambar 8‐2Gambar 8‐3PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Bagan satu garis Gardu Distribusi Portal.Bagan satu garis Gardu Distribusi Beton.Diagram sambungan Tegangan Menengah.Diagram Kondisi Awal GI SKTM.Diagram Kondisi Akhir GI SKTM.Diagram Kondisi Awal jaringan SUTM dengan model Klaster.Diagram Kondis Akhir jaringan SUTM dengan model Klaster.Konstruksi Pemasangan Pole Support.Konstruksi Pemasangan Guy Wire.Konstruksi Pemasangan Tee‐Off.Konstruksi PemasanganTiang Sudut Kecil.Konstruksi Pemasangan Tiang Sudut Sedang.Konstruksi Pemasangan Tiang Sudut Besar.Konstruksi Pemasangan Tiang Peregang.Kabel tanah berisolasi XLPE.Peletakan (lay‐out) Perlengkapan Gardu Distribusi Beton.Jenis‐jenis Sambungan pada RMU.Jenis‐jenis Sambungan pada RMU.Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah saluran udarakabel pilin (twisted cable) fasa ‐3.Monogram saluran kabel Tegangan Rendah – 95.35.35.45.45.85.85.106.17.37.127.138.28.88.9x

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikGambar 9‐1Gambar 9‐2Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah.Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabeltanah.9.59.6Gambar 9‐3Gambar 9‐4Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko.Sambungan Tenaga Listrik Tengganan Menengah dengan PembatasRelai.Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dengan PembatasPengaman LeburSambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dengan Spot Load.Papan Hubung Bagi (PHB)‐Tegangan Menengah (TM) SambunganTenaga Listrik Tegangan Menengah dengan Spot Load.9.79.8Gambar 9‐5Gambar 9‐6Gambar 9‐7Gambar 12‐1PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Pemasangan Lampu Fault Indikator.9.89.99.912.5xi

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikKATA PENGANTARDalam membangun instalasi sistem jaringan distribusi tenaga listrik di PT PLN(Persero)diperlukan Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Kriteriadesain enjiniring dijabarkan secara detail ke dalam Standar Konstruksi Jaringan TenagaListrik, supaya dapat menjadi acuan dalam membangun instalasi. Selama ini konstruksiinstalasi tenaga listrik di PT PLN (Persero), masih mengacu pada tiga macam StandarKonstruksi Distribusi yang dibuat oleh Konsultan dari manca negara.Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi dan Standar Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik yangdibuat oleh Konsultan Sofrelec dari Perancis, dengan pembumian system tahanan rendah(12 Ω dan 40 Ω) berlaku di Jaringan Distribusi DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali dan sebagianUnit di luar Jawa. Konsultan Chas T Main dari Amerika Serikat, dengan pembumiansystem solid (langsung ke bumi) atau “multi grounded common neutral, low andmedium voltage network” berlaku di Jawa Tengah & DIY dan sebagian Unit di luar jawa.Sedangkan Konsultan New Jec dari Jepang, dengan pembumian sistem tahanan tinggi(500 Ω ) berlaku di Jawa Timur dan sebagian Unit di luar Jawa.Disamping Standar Konstruksi yang masih berbeda‐beda, ada hal‐hal lain yang perludiperhatikan, adalah ; pemanfaatan tiang listrik untuk telematika, semakin sulitnyamemperoleh lokasi tanah gardu yang cukup dan tepat serta kemajuan teknologi materialdistribusi tenaga listrik.Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dengan pertimbangan keamanan lingkungan, PTPLN (Persero) secara bertahap, perlu memperbaruhi Standar Konstruksi yang adasekarang, sehinga menjadi acuan teknik yang sesuai perkembangan teknologi danlingkungan.Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi dan Standar Konstruksi Jaringan Distribusi TenagaListrik, terdiri dari :Buku 1. Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.Buku 2. Standar Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik.Buku 3. Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah Tenaga Listrik.Buku 4. Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik.Buku 5. Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik.Dalam aplikasinya, Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listriktidak boleh dirubah. Apabila ada kebutuhan yang bersifat lokal, Unit Induk setempatboleh membuat Standar Konstruksi khusus, sebagai modifikasi dari buku 2 sampaidengan buku 5, dengan catatan tidak menyimpang dari Kriteria Enjinering, yang ada padabuku 1 dan dilaporkan ke PLN Pusat.Terima kasih.Jakarta, Juli 2010.TTDKelompok Kerja Standar KonstruksiJaringan Distribusi Tenaga Listrik.PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010xii

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikBAB 1PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGPT PLN (Persero) memandang perlu peningkatan kualitas sistim kelistrikan di semuawilayah pelayanannya, dengan tetap memberikan penekanan pada pelaksanaan empatprogram strategis PLN yaitu :a. Program peningkatan penjualanb. Program peningkatan pelayananc. Program peningkatan Pendapatand. Program penurunan Rugi‐rugi (losses)Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan adalah kondisi darikonstruksi pada Jaringan distribusi tenaga listrik yang meliputi Jaringan TeganganMenengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan SambunganTenaga Lisrik (Rumah/Pelayanan).Dalam pelaksanaan konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, sebagian unit pelaksanapada PT PLN Persero telah mempunyai standar konstruksi Jaringan Tenaga Listrik yangdisusun sendiri‐sendiri, hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa standar yang berbedadibeberapa tempat dikarenakan perbedaan sistim dan konsultanserta pelaksanakontruksi yang berbeda seperti pada PLN Distribusi Jakarta Raya; PLN Distribusi JawaBarat dan dengan PLN Distribusi Jawa Tengah & Jogyakarta dan atau PLN Distribusi JawaTimur. Standar konstruksi tersebut terdapat keberagaman baik dalam kriteria desainmaupun model/struktur konstruksinya yang disesuaikan dengan kondisi sistim kelistrikansetempat, selain itu secara teknis ada yang tidak lengkap, tidak konsisten dalampenerapannya dan belum seluruhnya disesuaikan dengan perkembangan teknologi dantuntutan pelayanan.Saat ini dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan sistim distribusi pada unit‐unit PLN diseluruh wilayah indonesia mengacu pada salah satu standar enjiniring yangada pada pengelolaan /standard PLN Distribusi Jawa Bali tersebut.PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Bab. 1 Hal. 1

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikOleh karena itu, perlu dibuat suatu standar konstruksi yang baik dengan kriteria desainyang sama dan mempertimbangkan perbedaan sistim, perkembangan teknologi sertatuntutan pelayanan. Dasar rujukan penyusunan standar konstruksi adalah standarkonstruksi yang disusun konsultan PLN Distribusi/Wilayah setempat, standar‐standar PLNterkait atau mencontoh dengan apa yang telah dilaksanakan didaerah lain, khususnya dipulau Jawa.Kriteria disain standar konstruksi ini akan menjadi dasar Standar Konstruksi JaringanDistribusi yang akan disusun direncanakan dapat ditetapkan untuk digunakan sebagaitipikal pedoman konstruksi atau acuan dalam melakukan perencanaan, pembangunandan perbaikan Jaringan Distribusi tenaga listrik bagi PLN seluruh Indonesia sehinggadiperoleh tingkat unjuk kerja, keandalan dan efisiensi pengelolaan asset sistim distribusiyang optimal.Memperhatikan besarnya lingkup standarisasi kontruksi yang harus dilaksanakan,pembuatan standar konstruksi sistim distribusi tenaga listrik ini dilakukan secarabertahap dimana untuk tahap kajian ini dibatasi pada pembuatan standar EnjiniringKonstruksi Jaringan Distribusi.Penyusunan Detail Standar Konstruksi Jaringan Distribusi disusun dilaksanakan terpisahsetelah penetapan prioritas detail Standar Konstruksi Jaringan Distribusi.1.2 T U J U A NTujuan dari pekerjaan ini adalah untuk membuat suatu standar enjiniring konstruksiJaringan Distribusi Tenaga Listrik yang memenuhi kriteria :Membuat Desain yang sama Mengikuti perkembangan teknologi teknik jaringan distribusi dan kelistrikanterakhir Selaras dengan tuntutan pelayanan Dapat dilaksanakan secara konsisten pada seluruh unit PLN Distribusi/Wilayah diseluruh Jawa Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Bab. 1 Hal. 2

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikStandar enjiniring konstruksi Jaringan Distribusi tenaga listrik adalah sebagai kriteriadisain enjiniring pada konstruksi utama jaringan Distribusi meliputi pada konstruksiSaluran Udara, Kaluran Kabel bawah tanah, Saluran Tenaga Listrik pelanggan baikTegangan Menengah maupun Tegangan Rendah serta Gardu Distribusi baik pasanganluar maupun pasangan dalamPenyusunan detail standar konstruksi Jaringan distribusi akan dilaksanakan pada paketjasa konsultan berikutnya; sehingga pada waktunya diharapkan tersusun lengkap standarenjiniring dan detail konstruksi jaringan Distribusi yang baku dan diberlakukan se JawaBali/Indonesia.PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Bab. 1 Hal. 3

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikBAB 2PERHITUNGAN LISTRIK TERAPAN2.1JATUH TEGANGAN Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Jatuh tegangan atau jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umumberbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalikdengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam % atau dalam besaran Volt.Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaankelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas‐batas tertentu dengan hanyamenghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada sistemjaringan khususnya pada sisitem tegangan menengah masalah indukstansi dankapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup berarti.Perhitungan Praktis Jatuh Tegangan untuk kondisi Tanpa Beban InduktansiDefinisi simbol dan SatuanP: beban dalam [Watt]V: tegangan antara 2 saluran [Volt]q: penampang saluran [mm2]Δv : jatuh tegangan [volt]Δu : jatuh tegangan [%]L: panjang saluran (bukan panjang penghantar) [meter sirkuit]I: arus beban [A]σ: konduktivitas bahan penghantar Cu 56; Alumunium 32,7PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Bab. 2 Hal. 1

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik2.2 PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN2.2.1 Sistem Fasa Tunggal, COS ϕ 1Jatuh Tegangan (dalam %)Untuk beban P, panjang L ; Δu [%]Besarnya penampang saluran, q [mm2]q 2L I 100V Δu σatauq 2L P 100 mm 2 2V Δu σJatuh Tegangan (dalam Volt)q L P 2V Δv σatauq L I 2 mm 2 Δv σContoh :1. Beban P 900 watt; Δ u 2%; V 115 volt ; L 400 meter.Maka :q 2 L P 100 2 x 400 900 100 48, 6 mm 222V Δu σ115 2 562. Beban pada titik P 14 A, pada titik Q 16 A, Δv pada Q 2,5 Volt, L1 20 meter, L2 16 meter (penghantar tembaga).Δv Δv1 Δv22,5 20 x30 x 2 16 x16 x 2 56q56qq 12, 2mm 2diambil q 16mm 2PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Bab. 2 Hal. 2

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik2.2.2 Sistem Fasa Tiga dengan cos ϕBila diketahui besarnya arus I, Δv [volt], maka :q 1,73 L I cos ϕ[ mm 2 ]Δv λΔv 1,73 L I cos ϕ[volt ]q λBila diketahui besarnya beban P dalam Watt, maka :q L P[ mm 2 ]V Δv λContoh :1. Saluran arus bolak balik fasa – 3 L 80 meter, P 2000 watt; V 190 Volt;Δv 3,8 volt; arus penghantar netral 0 Aq 80 2000L P 3,96mm 2V Δv λ 190 3,8 562. Berapa jatuh tegangan pada satu saluran L : 150 meter, I : 190 Ampere ;q 95 mm2, sistem fasa ‐2. cos ϕ 0,88Δv 1, 73 L I cos ϕ 1, 73 150 190 0,88 q λ95 56 8,15Volt2.3 P E R H I T U N G A N D E N G A N M O M E N L I S T R I KPerhitungan momen listrik untuk sistem fasa 3 dengan terminologi sebagai berikut :SIMBOLPT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010KETERANGANTRTMkWMWVkVPdaya aktifVtegangan kerja antar fasaRtahanan penghantarohm/km ohm/kmXreaktansi penghantarohm/km ohm/kmϕbeda fasaderajatderajatBab. 2 Hal. 3

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikJatuh tegangan relatif (dalam %) dapat dianggap sama dengan rumus :ΔuR X tan ϕ 102PL [ % ]uu2ΔuR X tan ϕsistemTR 105PL [ % ]uu2sistemTM Hasil kali P x L dinamakan momen listrik dengan beban P pada jarak L dari sumbernya.Jika jatuh tegangan dalam % sebesar 1 % maka momen listriknya disebut M1.Pada TM : M1 Pada TR : M1 1V2 100 R X tan ϕ1V2 105 R X tan ϕTabel‐tabel pada halaman berikut memberikan data momen listrik (M) untuk berbagaiharga cos ϕ, luas penampang yaitu :M1 adalah momen listrik untuk Δu 1 %Dengan beberapa batasan :1. Beban fasa 3 seimbang di ujung hantaran2. Suhu kerja 300C untuk hantaran udara dan berisolasi dan 200C untuk kabel bawahtanah dan hantaran udara berisolasi.3. Reaktansi 0,3 ohm/km untuk hantaran udara tidak berisolasi dan 0,1 ohm/km untukkabel tanah dan hantaran udara berisolasiTabel 2.1 Momen listrik jaringan distribusi Tegangan Menengah Saluran Bawah Tanahdengan penghantar kabel berisolasi XLPE, M 1% [MW.km].cos ϕPenampang(mm2)PT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 5Bab. 2 Hal. 4

Buku 1 : Kriteria Desain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga ListrikTabel 2.2. Momen listrik jaringan distribusi Tegangan Menengah Saluran Udaradengan Penghantar AAAC, M 1% [MW.km].cos 85,724016,77 1512,510,99,77,96,5Tabel 2.3Momen listrik jaringan distribusi Tegangan Rendah dengan PenghantarKabel Pilin M1% [kW.km].cos ϕPenampang(mm2)10,950,90,850,80,70,63 x 35 x N1,461,441,381,341,341,311,293 x 50 x N1,941,921,8 81,821,81,781,753 x 70 x N7,962,672,6 42,612,591,561,522.4 F A K T O R D I S T R I B U S I B E B A NDistribusi beban pada jaringan dapat dinyatakan dalam bentuk matematis untuk beban diujung penghantar, beban terbagi merata, beban terbagi berat diawal jaringan, bebanterbagi barat di ujung. Dengan pengertian sederhana didapatkan angka faktor distribusibeban pada jarak antara titik berat beban dengan sumber/gardu.Diagram distribusi bebanFaktor distribusi1. beban di ujung penghantar besar beban kuat penghantarFd 12. beban merata sepanjang saluran besar beban 2 x kuat penghantarPT PLN (Persero)Edisi 1 Tahun 2010Fd 0,5Bab. 2 Hal. 5

Buku 1 : Krite

bab 4 konsep dasar konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik 4.1 4.1 konsep dasar sistem tenaga listrik 4.1 4.2 konfigurasi sistem distribusi 4.3 4.3 keandalan kontinuitas penyaluran 4.8 4.4 sistem pembumian 4.8 4.4.1 pembumian transformator daya gardu induk pada sisi tm 4.9

Related Documents:

2.2 Distribusi Sampling Rata-rata Sampel Kecil DISTRIBUSI t Distribusi Sampling didekati dengan distribusi t Student distribusi t (W.S. Gosset). Distribusi-t pada prinsipnya adalah pendekatan distribusi sampel kecil dengan distribusi normal. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam Tabel t adalah 1. derajat bebas (db) 2. nilai α

MODUL 3 PEMAHAMAN UMUM PENGAWASAN KONSTRUKSI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 5 BAB II KONSEPSI KONSTRUKSI 2.1 Dasar Hukum a) UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi b) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, sebagaimana terakhir diubah dengan PP No. 54 Tahun 2016 tentang

2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 32 3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 40 4. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 44 5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 47 6. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 52 7. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 54 8.

DASAR HUKUM Terkait Dengan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi UU 18/1999 tentang Jasa Konstruksi PP 28/2000 jo PP 04/2010 tentang Perubahan PP 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Permen PU 14/2009 Tentang Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi Jakon Permen PU 10/2010

Politeknik Telkom Praktikum Jaringan Komputer 2 Pengenalan Jaringan Komputer dan Pengkabelan 1.1 Dasar Teori Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer adalah:

GNS3 merupakan simulator jaringan komputer yang bisa menhadirkan situasi mendekati kondisi real. Jaringan simulasi pada GNS3 dapat dihubungkan dengan jaringan nyata seperti intranet ataupun internet. Pada tutorial ini, GNS3 akan dihubungkan dengan jaringan internet melalui sharing koneksi wifi dari laptop.

zDefinisi: sekelompok sel yang struktur & fungsinya sama zAda 4 jaringan dasar: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, & jaringan saraf zContoh: kumpulan sel-sel otot membentuk jaringan otot. The Four Primary

ANATOMI RANGKA (SKELETON) Dr. KATRIN ROOSITA MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA IPB . RANGKA DEFINISI Rangka (skeleton): susunan berbagai macam tulang yg berjumlah 206 tulang, satu sama lain disambungkan dengan sendi (joint/articulation). Fungsi Rangka: a. Penopang (Support) : Menahan seluruh bagian tubuh b. Gerak ( Motion and Locomotion). Rangka menjadi tempat perlekatan otot rangka dan .