PENDEKATAN PSIKOLOGI KOMUNITAS DALAM

2y ago
29 Views
2 Downloads
618.05 KB
25 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Tia Newell
Transcription

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA2017, Vol. 6, No. 1, 66-90PENDEKATAN PSIKOLOGI KOMUNITAS DALAM MEMPREDIKSI PERANANRASA MEMILIKI KOMUNITAS TERHADAP MUNCULNYA PARTISIPASIMASYARAKATCOMMUNITY PSYCHOLOGY APPROACH IN PREDICTING THE ROLE OF SENSEOF COMMUNITY IN ELICITING COMMUNITY PARTICIPATIONSriwulan Ferindian FalatehanDepartemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ommunity in rural areas are subject of development programme, their welfarecan be pervaded by building their sense of community and participation in communalsetting. This linkage between individuals with their environment can be seen as a socialclimate which can influence individual behaviour in its social setting from thedimension of relationship orientation. This study focus on the psychological aspects ofthe community characteristics, which together with the demographic factors couldinfluence community participation within the framework of community development.Thereby the purpose of this study includes: 1) explore the validity of the construct ofsense of community; 2) describe the sense of community and its scope; and 3)investigate the influence of the sense of community in eliciting community participation.This sudy is conducted based on quantitative approach implementing survey methodsto 200 people in Cikarwang village, Bogor district, West Java province. Data showedthat sense of community construct consists of four elements that are: membership,influence, sharing of emotional experience, and fullfillment of needs. (ConfirmatoryFactor Analysis teqnique at χ2(1) 0.16, p 0.69; RMSEA 0.00; dan GFI 1.00). TheData also shown that the index of the sense of community is 2.89 which can becategorized as having strong effect on community. There is 65.5% respondents whohave this feeling in this category. Their strong feelings to community was shown in eachof the 4 elements of sense of community. Sense of community is a factor who can be feltby respondents in the context of RW and RT more than in subvillage; with an Ftest 3.618 at α 0.002 for RW and F test 4.084 at α 0.000 for RT. Influence of thesense of community to participation can be seen from a model which is identified basedon Binomial and Multinomial regression analysis. Binomial regression showed thatsense of community and the duration of stay in the village model can predict 74% levelof participation. Sense of community with the other demographic characteristics of thecommunity member, such as sex, age, level of education, and working status can elicitparticipation among members who are male, have at least High School educationalbackground, and still working, (participation ratio as 0.04% compared to those notparticipated. Multinomial regression showed that sense of community combined withthe other demographic factors could predict partcipation in different type ofprogrammes, such as interim government, collective action, or both.Keywords: psychology, sense of community, participation, welfareABSTRAKKomunitas di pedesaan merupakansubyek pembangunan yang dapat dipenuhikesejahteraan di tingkat individunyadengan adanya rasa memiliki komunitas(sense of community) dan partisipasisebagai indikator kesejahteraan di tingkatkomunal. Keterkaitan individu denganlingkungannya ini dapat dilihat sebagaiiklim sosial yang dapat mempengaruhi66

tingkah laku individu di dalam settingsosial dari dimensi orientasi hubungan.Kajian ini fokus pada aspek psikososial darikarakter komunitas yang bersama faktordemografi dapat mempengaruhi partisipasimasyarakat dalam kerangka pengembanganmasyarakat. Dengan demikian kebaruanyang menjadi tujuan tulisan ini adalahuntuk mengetahui: 1) Validitas konstrukrasa memiliki komunitas; 2) Gambaranperasaanmemilikikomunitasdancakupannya; dan 3) Pengaruh rasa memilikikomunitas dalam memunculkan partisipasikomunitas. Penelitian ini menggunakanpendekatan kuantitatif dengan metodesurvey pada 200 orang yang merupakanwarga Desa Cikarawang, KabupatenBogor, Jawa Barat. Data menunjukkanbahwa rasa memiliki komunitas terdiri atasempat elemenyaitu Keanggotaan,Pengaruh, Berbagi Pengalaman Emosional,dan Integrasi dan Pemenuhan Kebutuhandengan χ2(1) 0.16 dengan teknikConfirmatory Factor Analysis pada p 0.69;RMSEA 0.00; dan GFI 1.00. Rasamemiliki komunitas ini berhubungandengan partisipasi pada sebesar 0.39 dansignfikan pada α 0.01. Data menunjukkanbahwa indeks rasa memiliki komunitaswarga sebesar 2.89 yang termasuk padakategori Cukup Kuat dan ada 65.5 persenwarga memiliki perasaan pada kategori ini.Cukup kuatya perasaan ini juga berlakupada empat elemen rasa memilikikomunitas. Rasa memiliki komunitasmerupakan faktor yang dirasakan olehwarga yang cakupannya adalah di tingkatRW dan RT dibandingkan kampungdimana hasil uji F 3.618 dan α 0.002untuk RW dan F 4.084 dengan α 0.000untuk RT. Pengaruh rasa memilikikomunitas pada partisipasi dapat dilihatdengan menggunakan hasil analisis dariregresi Binomial dan Multinomial. Hasilregresi Binomial menunjukkan bahwa rasamemiliki komunitas dan lama tinggal dikomunitas merupakan model yang baiksebesar 74% dalam memprediksi tingkatpartisipasi. Rasa memiliki komunitasbersama ciri demografi anggota komunitaslainnya yaitu jenis kelamin, usia, tingkatpendidikan, dan status pekerjaan dapatmemunculkanpeluangberpartisipasidimana pada anggota komunitas laki-laki,tingkat pendidikan SMA/PT dan bekerjadapat memiliki peluang berpartisipasisebesar 0.04% dibandingkan tidakberpartisipasi. Dengan hasil regresiMultinomial juga menunjukkan bahwa rasamemiliki komunitas bersama faktordemografi anggota komunitas dapatmemprediksi partisipasi yang berbedajenisnya yaitu yang terkait dengan programpemerintah,aksikolektifmaupunkeduanya.Kata Kunci: psikologi, perasaanmemiliki komunitas, partisipasi,kesejahteraanLatar BelakangPembangunan berbasis gmenjadipengarusutamaan saat ini. Sebelumnyapemerintah lebih banyak mengambilinisiatif peranan dalam mendesainprogramnya sehingga program menjadiseragam antar wilayah di tengahberagamnya bentuk potensi masyarakatsebagai cermin keragaman tipologiekosistem dan nderung mulai menurun dengan adanyaprogram yang menjadikan masyarakatsebagai subyek pembangunan, sepertidalam pengelolaan hutan (PengelolaanHutan Berbasis Masyarakat), Desa Siaga,maupun dalam upaya penanggulangankemiskinan dan mencapai kesetaraangendermelaluiProgramNasionalPemberdayaan Masyarakat (PNPM).Sebagai subyek pembangunan berartimenjadikan partipasi masyarakat sebagaifokus dari inisiatif program yang akandijalankan.Pentingnyapartisipasimasyarakat ini tertuang dalam UU No 25Tahun 2004 tentang Sistem at ini sendiri menurut Laksana67

(2013) dapat berupa tenaga, harta benda,dan pemikiran. Partisipasi sendiri menurutCohen dan Uphoff (1977) adalahkeikutsertaanmasayarakatsejakperencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan,dan evaluasi. Meskipun partisipasimasyarakat banyak diarahkan sejak dalamtataran perencanaan, namun banyak jugamasyarakat yang berpartisipasi dalamtahap pelaksanaan. Hal ini menandakanbahwa masih adanya keterikatan antaramasyarakat dengan lingkup lingkungansosial terdekatnya.Craig & Mayo (1995) dalam Nasdian(2014) menyatakan bahwa partisipasimasyarakat dicapai dengan dasar terjadinyapemberdayaan. Peneliti menduga adanyakarakteristikkomunitasyangikutmempengaruhi partisipasi warga, selainproses pemberdayaan yang ada dikomunitas dan unsur program itu munitasdanmasyarakat dimana komunitas lebihdicirikan sebagai sekumpulan orang,memiliki teritorial, interaksi sosial yangmendalam, dan adanya identifikasi padaanggota sebagai bagian dari kumpulantersebut (Christenson & Robinson, 1989).Prilleltensky (1999) menyatakan bahwakomunitas yang kuat dapat menguntungkanindividu, kualitas hidup individu, dankomunitas itu sendiri (intertwinde).Identifikasi anggota sebagai bagian darikarakteristik komunitas inilah yang dilihatdalamkajianpsikologimengenaikomunitas sebagai konsep dari rasamemiliki komunitas (sense of community).Psikologi Komunitas merupakanbagian dari kerangka ilmu Psikologi sosialyang kini mulai banyak digunakan untukmemahami interaksi anggota masyarakatdalam suatu sistem sosial tertentu,menganalisissistemsosialdanmemecahkan masalah sosial maupun untukmengembangkan program intervensi sosialdengan memanfaatkan sumberdaya yangada pada masyarakat (Istiqomah et al,2011). Pendekatan ini menaruh perhatianpada hubungan pelaku dan lingkungannyasebagai suatu entitas. Barker (1978) dalamIstiqomah et al (2011) menyatakan bahwasetting perilaku merupakan konteks yangmeliputi pola tingkah laku dan waktu didalamnya, dan setting dalam lingkunganpemerintahan (desa) merupakan salah satudari 5 setting sosial yaitu usaha,pendidikan, agama, dan perkumpulansukarela, yang dapat mempengaruhi polatingkah laku warga di dalamnya.Setting ini menurut Moos dalamRudkin (2003) memiliki karakteristiktersendiri yang disebut sebagai iklim sosial.Iklim sosial dapat berbeda antar setting danterdiri dari 3 dimensi yaitu orientasihubungan, orientasi perkembangan, danorientasi sistem pemeliharaan atau orientasiperubahan. Orientasi hubungan dilihat padabagaimana anggota komunitas salingterlibat dalam setting sosial dan mendukungsatu sama lain. Moos melihat adanya obyekyang mempengaruhi iklim sosial antara lainlingkungan fisik, demografi anggotakomunitas, dan struktur organisasi dalammengambil keputusan. Dalam hal ini makafaktor demografi individu yang merupakananggota komunitas seperti usia, jeniskelamin, tingkat pendidikan, dan lamatinggal, dinilai dapat mempengaruhi iklimsosial pada dimensi orientasi hubungan.Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktoryang berguna dalam memetakan kondisipsikososial komunitas dan prediksi padapeluang munculnya partisipasi. Manik(2016)mendapatibahwatingkatpendidikan mempengaruhi partisipasipetani di Desa Cikarawang dalam lembagakeuangan mikro (LKM) yang dikelola olehGapoktan.Iklim sosial dimensi orientasihubungan dalam suatu setting sosial inimemiliki keeratan hubungan faktorpsikososialantara anggota dankomunitasnya, yaitu Rasa memilikikomunitas (sense of community). Sarason(1974) dalam Rudkin (2003) menyatakaninisial penelitian rasa memiliki komunitasyaitu melalui konstruk rasa memilikikomunitassecarapsikologis(Psychological sense of community) yang68

dinilai sebagai kesiapan seseorang untukmenjadi bagian, memiliki jaringan yangsaling mendukung dimana seseorang dapatmenggantungkan pada yang lain. Dalamkajian ini rasa memiliki komunitas tersebutditerjemahkan sebagai faktor psikososialdari karakteristik komunitas yang bersamadengan relasi kekuasaan serta sikap dansistem nilai klien menentukan strategipengembangan masyarakat dari Chin &Benne (1961) dalam Nasdian (2014).Dengan demikian tujuan dari kajian iniadalahuntukmelihatpentingnyapemahaman karakter komunitas dari sisiindividu anggota dari komunitas desasebagai bagian dari struktur kelompok yanglebih besar dari dirinya dimana hal inidipahami sebagai rasa memiliki komunitas(sense of community) terhadap munculnyapartisipasi dalam kerangka pengembanganmasyarakat pedesaan.Komunitas pedesaan dalam UUtentang Desa No 6 Tahun 2014 upayapemenuhan kesejahteraannya oleh desa.Program pemerintah desa di bidangpendidikan, kesehatan, infrastruktur, sosialdan ekonomi dibangun sebesar-besarnyauntuk kesejahteraan warga di dalamnya.Rasa memiliki komunitas dan partisipasimenjadi indikator pengukuran dalamkonsep kesejahteraan di tingkat individu,interpersonal, organisasi, dan komunal;maupun pemberdayaan. Diener et al (2009)dalam Prilleltensky (2011) an di tingkat organisasi dankomunal yang pemenuhannya ini sejalandengan pemenuhan indikator kesejahteraandi tingkat individu untuk aspek komunitasadalah rasa memiliki komunitas (sense ofcommunity), perasaan diterima dandihargai, keamanan, dan bangga padakomunitas. Dengan begitu maka fokuskajian ini melihat pengaruh dari rasamemiliki komunitas pada partisipasidimana warga yang memiliki rasa memilikikomunitas yang kuat akan dapatberpartisipasi dalam asosiasi lingkungan(RT/RW), pemilu, berhubungan denganstaf pemerintah dan pekerjaan untukmenyelesaikanpermasalahanpublik(Chavis & Wandersman, 1990; Davidson &Cotter, 1989; Florin & Wandersman, 1984)dalam Rudkin (2003).Partisipasi pada komunitas bersamaSense of Community (SOC) juga dapatmemprediksi pemberdayaan menurutMcMillan, Florin, Stevenson, Kerman, danMitchell (1995) dalam Peterson dan Reid(2003). Partisipasi yang lebih besar padakegiatan komunitas dan organisasi ini yangsebagai pemberdayaan psikologis yangberada pada tingkat individu menurutZimmerman dan Rappaport (1988). Olehkarena itu partisipasi dan rasa memilikikomunitas dapat dinilai sebagai indikatordari pemberdayaan.Partisipasi warga komunitas baikpada program pemerintah maupun aksikoletif yang dari warga dapat dikenalisebagai perilaku berulang untuk memenuhikebutuhan baik di bidang kesehatan, sosial,maupun ekonomi. Perilaku berulangtersebut dibarengi dengan tata nilai yangberlaku di dalamnya masing-masing.Menurut Uphoff (1992) dalam Nasdian(2015) dikemukakan bahwa kelembagaansosial tadi terdiri atas tiga sektor, yaitupublic, partisipatory, dan private. Dalamkajian ini yang ingin dilihat dari partisipasiwargaadalahberdasarkansektorkelembagaan sosial yang dibangunnya,yaitu terkait program pemerintah (public)dan aksi kolektif (partisipatory). Sebagaisuatu kondisi pemetaan psikososial yangbenar ada pada masyarakat desa adalahadanya warga yang memiliki keterlibatansekaligus baik pada sektor public maupunpartisipatory. Dengan titik tolak ini makapartisipasi komunitas dalam hal inidibedakan menjadi tiga, yaitu: a) terkaitprogram pemerintah; b) terkait aksikolektif; dan c) terlibat dalam programpemerintahmaupunaksikolektif(keduanya).Rasa memiliki komunitas sendirimenurut Duffy dan Wong (2003) dalamIstiqomah et al (2011) dapat dimiliki olehsemua komunitas baik berupa pemukimanwarga (ketetanggaan), interaksi relasional69

(komunitas dengan kesamaan minat),maupun kekuatan kolektif (RukunTetangga, Rukun Warga, Karang Taruna,Majelis Taklim). Rasa memiliki komunitasini memiliki 4 elemen, yaitu a)keanggotaan; b) pengaruh; c) integrasi danpemenuhan kebutuhan; dan d) berbagipengalaman emosional (McMillan &Chavis, 1986). Loomis (2001) menyatakanbahwarasamemilikikomunitasberhubungan dengan partisipasi padamahasiswa di kawasan perkotaan dimanaderajat rasa memiliki komunitas yang tinggidapat memprediksi partisipasi komunitasdalam 2 konteks yaitu ketika ada potensiancaman (musuh) maupun tidak sebagaibagian dari dinamika dalam komunitas.Besarnya kontribusi rasa memilikikomunitas pada munculnya partisipasiketika komunitas menghadapi hambatancenderung lebih rendah yaitu 5% padademonstrasi damai sementara 11% litian mengenai rasa memilikikomunitas sudah dilakukan di Indonesiaoleh Sekarwiri (2008) pada komunitas yangmemiliki potensi ancaman berupa rawanbanjir kemudian menghubungkannyadengan aspek-aspek pada kualitas hidupwarga. Selain menemukan adanyahubungan antar aspek dari dua variabeltersebut misalnya aspek lingkungan denganskor rasa memiliki komunitas, Sekarwirijuga menemukan bahwa skor rasa memilikikomunitas yang kuat pada situasilingkungan pemukiman yang rawan banjirjustru akan dapat mempertahankan perilakuyang tidak seharusnya seperti tidak hendakdirelokasi ke lokasi yang lebih aman.Paparan mengenai rasa memilikikomunitastersebutmenunjukkanpentingnya hal tersebut dan menunjukkansebagai indikator dalam pemetaaan kondisipsikososial komunitas. Hal ini disebabkanrasamemilikikomunitasdapatmempengaruhi upaya menggerakkan wargadi tingkat lokal, termasuk di wilayahpedesaan yang belum banyak ditemukankajiannya, dan akan berguna untukberbagai kalangan termasuk kalanganpemerintah, lembaga donor, perguruantinggi hingga swasta, dalam memprediksikapasitas warga untuk mau peduli danterlibat dalam pengorganisasian sosial didalam komunitasnya yang berpotensi akandapat mengubah struktur komunitassebelumnya.Aspek psikologi berupa kepemilikanperasaan pada komunitas ini nampak jugabersinggungan dengan ketetanggaan yangkonsep modal sosial sebagai kapasitas yangdapat menggerakkan potensi sosial untukdapat memnuhi kebutuhan dan mencapaikesejahteraan. Pengukuran modal sosialoleh BPS (2013) menggunakan tiga jenispendekatan indikator modal sosial, yaitu (1)sikap percaya dan kepatuhan terhadapnorma yang berlaku; (2) keanggotaandalam perkumpulan dan jejaring lokal; dan(3) aksi bersama. Secara umum ketiga haltersebut dapat digerakkan oleh relasi dariperasaan individu memiliki komunitasnyaatau sense of community.Perumusan Masalah dan TujuanPenelitianRasa anggota memiliki komunitasnyaini dapat tidak terlihat maupun dirasakannamun sesungguhnya dapat n warga di lingkungansosialterdekatnya,misalnyapadalingkungan ketetanggaan dalam RukunTetangga (RT), Rukun Warga (RW), dandusun/desa. Rasa memiliki komunitas initidak selamanya statis namun dapatdipengaruhi oleh paparan informasi,inovasi, dan perubahan sosial yang kinihadir di tengah komunitas. Bagi warga yangmelihat desa sebagai komunitasnya, makadengan memiliki perasaan ini dapatmenjadi titik penggerak untuk bersamaterlibat dalam memenuhi kebutuhan dalamkomunitas dan pada akhirnya dapat ikutmewujudkan kesejahteraan warga desasecara keseluruhan.Oleh karena itu sebagai konstrukdalam kajian psikologi komunitas diIndonesia, maka adalah penting untuk70

mengetahui validitas konstruk tersebut adadi warga pedesaan di Indonesia. Hal inibelum tampak dilakukan di Indonesiadimana validitasnya dapat dilihat daripendekatan model rasa memiliki komunitasberdasarkan kontribusi elemen-elemen rasamemiliki komunitas untuk pedesaan diIndonesia. Terutama untuk pedesaandengan konteks dinamikanya yang bukanhanya karena adanya ancaman bersamanamun lebih pada dinamika yang terjadi didalamnya.Kajianuntukmengkonfirmasikonstruk tersebut akan memberikankedalaman pemahaman dalam upayapengarusutamaan Desa membangun karenadapat memprediksi faktor-faktor katdidalamkomunitasnya.Selainvaliditaskonstruknya, maka pada penelitian ini jugaakan dilihat besarnya rasa memilikikomunitas dan cakupan komunitasnyaapakah dalam batas administratif sepertidesa, kampung, RW atau RT yang lebihdirasakan oleh warga. Prezza & Constantini(1998) dalam Rudkin (2003) menyatakanbahwa rasa memiliki komunitas secarapsikologis akan lebih terasa pada komunitasyang lebih kecil dibandingkan masyarakatkota yang lebih bersifat impersonal.Daripaparantersebutmakapermasalahan utama yang hendak dijawabdari penelitian ini adalah sejauhmana rasamemiliki komunitas dapat mendorongmunculnya partisipasi anggota komunitasdi pedesaan? Untuk menjawab pertanyaantersebut ada 3 hal yang dijadikan sebagaifokus penelitian yang disasar, yaitu: 1)Validitas konstruk rasa memiliki komunitasdi pedesaan; 2) Gambaran derajat rasamemiliki komunitas dan cakupannya; dan3) Faktor-faktor yang mempengaruhi rasamemiliki komunitas terhadap partisipasiseperti lama tinggal, tingkat pendidikan,dan jenis kelamin.METODOLOGIParadigma penelitian yang digunakanadalah positivistik dengan metodepenelitianyangdigunakanadalahkuantitatif dimana teknik pengambilandatanyaberupasurvey.Penelitiandilakukan di Desa Cikarawang, KecamatanDarmaga, Kabupaten Bogor pada tahun2011 dengan pertimbangan karena padatahun 2011 tersebut desa ini menjadi juarapertama di tingkat Propinsi Jawa Baratdalam program Pembinaan KesejahteraanKeluarga (PKK) KB-Kesehatan, dankemudian akan menjadi finalis untukprogram tersebut di tingkat nasional.Sebagai salah desa di lingkar kampus IPB,desa ini cukup banyak menjadi wilayahpengembangan dari inovasi teknologi dansosial civitas akademika IPB dan diterimabaikolehwarganya.Halinimenggambarkan bahwa program dari atasdesa sudah dapat menggerakkan wargauntuk ikut berpartisipasi dalam programyang diadakan di desa tersebut.Penelitian lokasi penelitian dilakukandengan teknik purposive sampling untukmenemukan model pengaruh rasa memilikikomunitas terhadap partisipasi padakomunitas pedesaan yang tidak dihadapkanpada adanya ancaman, seperti rawanbencana. Pemilihan lebih ditujukan padadesa dengan tanpa potensi ancamanbencana yang besar sehingga nantinyadapat menjadi percontohan bagi desalainnya di Indonesia saat ini yang masihmenampilkan sisi pedesaan namun sudahmulai cenderung terlihat ciri masyarakatperkotaan. Sementara itu penentuan sampelsurveynya dilakukan secara stratifiedrandom sampling (Scheaffer, Mendenhall,dan Ott, 1990) yaitu pada 200 orang daritiap kampung di Desa Cikarawang.Alat ukur rasa memiliki komunitasyang digunakan berasal dari Falatehan(2011)yangmerupakanhasilpengembangan dan validasi alat ukur Senseof Community-2 (SCI-2) dari McMillan &Chavis (2009). Proses yang dilakukandalam mengembangkan alat ukur ini sesuaidengan yang dikemukakan oleh Crockerdan Algina (1986) yaitu: a) analisis isi, b)pengalamanlangsung,danc)memperhatikan pendapat ahli. Inisiasi71

penyusunan alat ukur dilakukan dari 24item menjadi 48 item yang kemudiandiujicobakan sebanyak 2 kali, dimanaujicoba 1 adalah untuk uji keterbacaan danujicoba 2 adalahhingga akhirnyadihasilkan 32 item. Format jawaban adalahmenggunakan skala Likert yang bernilaidari 1 hingga 4 mengenai perasaanmemiliki komunitas, yaitu dari tidak samasekali memiliki perasaan memiliki,agak/sedikit memiliki perasaan, sebagianbesar memiliki, dan sepenuhnya memilikiperasaantersebut.Dalamprosespengembangan alat ukur SCI-2 yangdidukung dengan data ini selaindipertahankan itemnya, revisi dari hasilelisitasi juga mengalami penambahanmaupun pengurangan item. Kisi-kisiinstrumen rasa memiliki komunitas yangdigunakan dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Rasa memiliki 2ItemCoba 1dapat dipahamidengan baik.2Uji4919RevisiCoba 2item yang nilaiItem-Scalecorrelationyang nilainyakurang dari 0.33Survey32200Kebaikanakhirmodeldihasilkan dariadanya χ2(1) 0.16denganp 0.69;RMSEA 0.00;dan GFI 1.00.Untuk menjawab permasalahanpertama mengenai validasi konstruk rasamemiliki komunitas pada anggota makaakan dilihat berdasarkan kontribusi tiapelemennya yang menyusun konstruktersebut. Data survey diolah pada 2 tahap,dimana tahap pertama adalah: a) analisisdeskriptif dengan menggunakan bantuanprogram SPSS versi 17.0 dan dan b) ujireliabilitas (alpha cronbach dan internalconsistency) dengan bantuan programITEMAN (lihat Tabel 2) yang hasilnyamenunjukkan bahwa item termasuk baikdalam mengukur tiap elemen rasa memilikikomunitas. Tahap kedua analisis adalahpengujian validitas konstruk denganmatriks polychoric dengan metodeConfirmatory Factor Analysis denganmenggunakan program LISREL versi 8.3(Joreskog & Sorbom, 1996). Jumlah subyekdalam penelitian ini sesuai untukpenggunaan estimasi Maximum Likelihood(Ghozali dan Fuad, 2008). Hipotesis yangdiajukan yaitu 4 elemen (keanggotaan;pengaruh; integrasi dan pemenuhankebutuhan; serta berbagi pengalamanemosional) didukung oleh data menyusunkonstruk rasa memiliki komunitas. Hasildari survey dapat dilihat pada Tabel 1dimana artinya model perasaan memilikikomunitas benar didukung oleh data dari 4elemen tersebut.72

Tabel 2. Nilai relibilitas alat ukur Rasa memiliki komunitas berdasarkan i 23pengalamanemosionalSementara itu untuk menjawabpermasalahan kedua mengenai besarnyarasa memiliki komunitas warga dancakupan perasaan tersebut, datanya diolahdengan menggunakan analisis deskriptifdengan menggunakan indeks yang berasaldari kecederungan nilai rata-rata (mean)dari tiap elemen rasa memiliki komunitasdan uji F dari Statistical Package for SocialSciences (SPSS) versi 20. Dari 32 itemyang mengukur variabel rasa memilikikomunitas ini akan dijelaskan denganindeks yang mengacu pada 4 kategori nilaiyaitu: Tidak kuat Kurang Kuat, Cukup, danKuat dimana penjabaran dari tiap kategoridijelaskan pada Tabel 3. Hipotesis yangdiajukan yaitu adanya perbedaan rasamemiliki komunitas akibat cakupan rasamemiliki komunitas pada tingkat RT, RW,atau kampung.Permasalahanketigamengenaifaktor-faktor yang mempengaruhi rasamemiliki komunitas dan partisipasidianalisis dengan menggunakan regresiBinomial dari SPSS versi 20. Partisipasisebagai variabel tergantung dilihat dalamkategori nilai yang bersifat dikotomi daribentuk-bentuk partisipasi warga menjadiberpartisipasi atau tidak berpartisipasi.Variabel partisipasi dilihat menjadi 2variasi nilai, yaitu partisipasi (1) atau tidakberpartisipasi (0). Salah satu faktor yangdianggap dapat mempengaruhi rasamemiliki komunitas pada partisipasi yaitulamatinggalsebagaihalyangmempengaruhi orientasi hubungan dariiklim sosial. Hipotesis yang diajukan yaiturasa memiliki komunitas dan lama tinggalmerupakan faktor yang mempengaruhiberpatisipasi atau tidaknya responden.Sementara itu untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi rasa memilikikomunitas pada jenis partisipasi yang: a)terkait program pemerintah; b) terkait aksikolektif; dan c) terlibat dalam programpemerintah maupun aksi kolektif, dibatasipada faktor yang juga merupakan bagiandari iklim sosial dari orientasi hubunganyaitu jenis kelamin, usia, tingkatpendidikan, lama tinggal, dan statusbekerja. Untuk menghasilkan modeltersebut maka digunakan analisis RegresiMultinomial sehingga dengan demikianhipotesis yang diajukan yaitu rasa memilikikomunitas bersama tingkat pendidikan danjenis kelamin memiliki pengaruh padameningkatnyapeluangberpartisipasiresponden yaitu pada tiga jenis programtersebut. Dengan demikian maka kerangkapemikiran kajian ini dapat dilihat padaGambar 1.73

Gambar 1. Kerangka PemikiranPEMBAHASANKomunitas dan PartisipasiSoekanto (1990) menjelaskan bahwakomunitas adalah adanya bagian darimasyarakat yang bertempat tinggal di suatuwilayah dengan batas-batas tertentu denganfaktor utama adalah adanya interaksi yanglebih besar di antara para anggotanya.Batas-batas tersebut, seperti adanyakesamaan ekosistem persawahan yangmasih banyak ditemui di desa Cikarawang,nilai-nilai kekerabatan, budaya Sunda,maupun religius yang masih dipegang,hingga kecenderungan kesamaan pekerjaansebagai petani sawah hingga yangkemudian mengembangkan komoditilainnya seperti jambu kristal dan ubi ungu,karyawan di Institut Pertanian Bogor, guru,dan wiraswasta.74

Tabel 3. Indeks Skor Rasa memiliki komunitas dan elemennyaNKonstrukRentangIndekso/ ElemenSkor1Konstruk32-551Rasa ruh14-19220-25326-3244Elemen10-171Integrasi ecenderungan atas kesamaan padaaspek-aspek tersebut dapat menjadikanperasaan antar warga dalam komunitas inilebih kuat bila dibandingkan pada kontekssosial yang lebih luas, seperti kekecamatan, kabupaten, maupun komunitaslainnyasepertikelompokminat.Karakteristik inilah yang dinilai mendasari.KategoriTidak KuatKurang KuatCukup KuatKuatTidak KuatKurang KuatCukup KuatKuatTidak KuatKurang KuatCukup KuatKuatTidak KuatKurang KuatCukup KuatKuatTidak KuatKurang KuatCukup KuatKuatikatan anggota komunitas di DesaCikarawang dengan desa lainnya sehinggamenjadi landasan dalam partisipasi merekadalam program pemberdayaan masyarakatdi desa mereka. Karakteristik respondendalam penelitian ini dapat dilihat padaTabel 4Tabel 4. Karakteristik lai /JumlahLaki-laki38orang (19%)Perempuan132orang (81%)Kampung68Cangkrangorang (34%)Kampung44Carang Pulang orang (22%)BubulakKampung88Carang Pulangorang (44%)75

6StatusbekerjaUkuranNilai /JumlahRata-rata36tahunPaling16mudatahunPaling aling85lamatahunTidak28tamat SDorang (14%)Tamat SD64orang (32%)Tidak8tamat SMPorang (4%)Tamat43SMPorang (21%)Tidak4tamat SMAorang (2%)Tamat46SMAorang (23%)D3/Sarjana4orang (2%)Tidak3sekolahorang(1.5%)Bekerja86orang (43%)Tidak114bekerjaorang (57%)Desa Cikarawang memiliki luas226.56 ha dan berdasarkan hasil inisiasiwawancara pada tahap awal penyusunanitem, secara sejarah kekerabatan desa initerbagi ke dalam 2 kampung yaituCangkrang dan Carang Pulang. Pembedaanantar kampung dikenali dari indikatorstatus penguasaan luas lahan pertaniandimana kampung Carang Pulang lebihbanyak ditinggali oleh warga lokal yangmemiliki lahan sawah cukup luas (statuspemilik) sementara Cangkrang sudah lebihbanyak didiami pendatang, luas lahan yangdiusahakan lebih sempit (kurang dari 0.2ha), dan status petani yang lebih banyaksebagai penggarap. Sistem bagi hasil maromasih ada antar keluarga namun banyakjuga warga yang menyewa lahan.Namun untuk keperluan penelitian iniresponden dilihat berdasarkan dataadministratif saat ini yang terdiri atas 3kampung dengan 7 Rukun Warga didalamnya. Data menunjukkan respondenbanyak yang menjadi partisipan aktif dalamkegiatan-kegiatanyangdibidangkesehatan, ekonomi, dan sosial-keagamaan76

yang dilakukan di desa, seperti Posyandudan majelis dan memiliki jenis kelaminperempuan. Catatan peneliti hal ini dapatmenjadi salah satu keterbatasan dalampenelitian ini.Sebagai warga yang tinggal dalamsatu setting sosial komunitas, terdapatjangkauan usia dan lama tinggal yangcukup beragam di antara responden. Usiaresponden termuda 16 tahun, usia tertua 85tahun dimana rata-rata usia respondenadalah 36.44 tahun. Sementara itu lamatinggal responden ada yang baru 5 bulanmenjadi warga desa tersebut sementara usialama tinggal yang paling lama adalah 85tahun yang sejak lahir menjadi warga didesa tersebut. Dengan begitu maka rata-ratalama tinggal responden adalah 31.71 tahun.Dengan usia yang dihabiskan dengan lam

Psikologi Komunitas merupakan bagian dari kerangka ilmu Psikologi sosial yang kini mulai banyak digunakan untuk memahami interaksi anggota masyarakat dalam suatu sistem sosial tertentu, menganalisis sistem sosial dan memecahkan masalah sosial

Related Documents:

Sejarah psikologi komunitas Psikologi komunitas merupakan bagian dari psikologi klinis 1960 masuk dalam kesehatan mental Psikologi komunitas dan kesehatan mental komunitas dalam wadah yang sama 1965 adanya ketidakpuasan bila ditekankan pada psikote

Buku Psikologi Sastra ini berisikan tentang (1) studi psikologi dalam studi sastra, (2) psikologi kepribadian, (3) psikologi sosial, (4) psikologi perkembangan, (5) psikologi komunitas, (6) psikologi konsumerisme, (7) psikologi ekologi, dan (8) teknik penyusunan proposal peneliti

KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS PSIKOLOGI Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka telah dapat diterbitkan Buku Pedoman Pendidikan Doktor Psikologi, . PSC721 Psikologi Klinis Anak dan Remaja 2 Konsentrasi Psikologi Klinis 6. PSC722 Psikologi Klinis Komunitas 2 7. PSC723 Stres dan Kecemasan 2 8. PSC724 Psikologi .

psikologi dan sastra, juga di bagian mana kedua disiplin ilmu itu akan bertemu, sehingga melahirkan pedekatan atau tipe kritik sastra yang disebut psikologi sastra. B. Hubungan antara Psikologi dan Sastra 1. Psikologi Sebelum menguraikan hubungan antara psikologi dan sastra, yang melahirkan pendekatan psikologi sastra,

Pengantar Psikologi : . Cabang dari psikologi yang perhatiannya tertuju pada penyelidikan perilaku dalam setting kerja dan penerapan prinsip-2 psikologi utk mengubah perilaku kerja tersebut Psikologi Industri & organisasi : . Psikologi klinis . Psikologi Industri dan Organisasi

Komunitas dakwah jalanan saat ini telah memiliki 50 orang binaan anak jalanan dan 10 orang diantaranya yang aktif dalam pergerakan dakwahnya. Serta hubungannya dengan komunitas-komunitas motor di kota Bandung. Tentunya komunitas dakwah jalanan ini belumlah disebut komunitas yang besar, namun

komunitas, pembangunan kesehatan dan penyelenggaraan kebidanan di komunitas, antropologi kebidanan komunitas, sosial budaya dasar dan kebidanan komunitas serta manajemen asuhan kebidanan di pelayanan kebidanan komunitas. Harapan kepada mahasiswa tentang pemahamannya terhadap konsep kom

Alfredo López Austin and Leonardo López Luján 18.3. Schematic map of the successive relocations of the Tizoc Stone (1–5) and the Archbishop’s Stone (A–B), by Tenoch Medina. was the one that has been unearthed for the second time at the site where the Cathedral of Mexico City is being constructed. This stone now stands at the western doorway of the church. The ancients call this the .