PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA .

3y ago
70 Views
3 Downloads
358.74 KB
24 Pages
Last View : 21d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Macey Ridenour
Transcription

PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAHDAN PERGURUAN TINGGI*Anis Marfuah, **FebrizaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta* anissaenza99@gmail.com** febrizaspd@gmail.comAbstractChanges in education in Indonesia in the form of one form of and also a newcurriculum that serves as a refinement of the previous curriculum, namely KTSP. Themethod of this study is to use literature research (literature research) to be analyzedand concluded. The results of this study are discussing the notion of authenticassessment, the characteristics of authentic assessment, comparison of authentic andnon-authentic assessment, authentic assessment principles, techniques and instrumens,authentic assessment components, and the problems of implementing authenticassessment in schools and in universities. Conclusion Authentic assessment techniquespay attention to 3 things namely affective, cognitive, and psychomotor competencies.The component of authentic assessment itself that needs attention is the preparation ofauthentic assignments and the rubric for authentic assessment. While the Probematicsof the implementation of authentic assessment in schools or in college each school andcollege has different obstacles.Keywords: Assessment, Authentic, PAIAbstrak: Perubahan pendidikan di Indonesia berupa salah satu bentuk dari dan jugamerupakan kurikulum baru yang berfungsi sebagai penyempurna kurikulumsebelumnya, yaitu KTSP. Metode pengkajian ini adalah menggunakan penelitiankepustakaan (literatur research) yang akan dianalisis dan disimpulkan. Hasil penelitianini ialah membahas pengertian penilaian autentik, karakteristik penilaian autentik,perbandingan penilaian autentik dan non autentik, prinsip-prinsip penilaian autentik,teknik dan instrumen, komponen penilaian autentik, serta problematika implementasipenilaian autentik di sekolah maupun di perguruan Tinggi. Kesimpulan teknikpenilaian autentik memperhatikan 3 hal yaitu Kompetensi afektif, kognitif, danpsikomotorik. Komponen penilaian autentik sendiri yang perlu diperhatikan ialahpenyiapan tugas autentik dan rubrik penilaian autentik. Sedangkan Probematikaimplementasi penilaian autentik di sekolah ataupun di perguruan tinggi masingmasing sekolah dan perguruan Tinggi mempunyai kendala yang berbeda-beda.Kata Kunci: Penilaian, Autentik, PAIFondatia : Jurnal Pendidikan DasarVolume 3, Nomor 2, September 2019; tia

Anis Marfuah, FebrizaPENDAHULUANKTSP telah mengembangkan sistem penilaian pembelajaran yang dikenal denganpenilaian kelas. KTSP kemudian dikembangkan dan disempurnakan menjadiKurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengembangkan sistem penilaian autentik.Adapun penyebab terjadinya pergesesaran dari penilaian kelas kepada penilaianautentik dikarenakan adanya pergeseran-pergesaran sebagai berikut:11. Pergeseran dari penilaian melewati ujian (menilai kompetensi pengetahuandari hasil semata), mengarah pada penilaian autentik (menilai semuakemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan berlandaskan prosedurdan hasil).2. Menguatkan PAP (penilaian acuan patokan) yaitu pencapaian prestasi belajarberasaskan pada kondisi skor yang didapatkan terhadap skor sempurna(tertinggi).3. Penilaian bukan saja pada level KD, namun juga KI dan SKL.4. Menstimulasi pemanfaatan portofolio yang dikerjakan siswa sebagaiinstrumen pertama penilaian.Penilaian merupakan sebagai wujud dari teknik evaluasi yang merupakan salahsatu bagian pokok dalam suatu proses pembelajaran. Hasil penilaian dapat dijadikansebagai tolak ukur untuk melihat apakah tujuan pembelajaran sebagaimana yang telahditentukan dalam kurikulum sudah tercapai atau belum. Bahkan dalam hal inipenilaian juga bisa digunakan untuk menilai seberapa jauh keinginan pembelajarantersebut telah dicapai seiring dengan perkembangan dan perubahan kurikulum yangberlaku dari masa ke masa. Model dan metode dalam penilaian pun selalu mengalamiperubahan dan penyempurnaan. Di Indonesia telah dilakukan pengubahan kurikulumsebanyak 9 kali, yaitu dimulai dari tahun 1947 yang dikenal dengan rencana pelajaranhingga kurikulum 2013 yang dikenal dengan kurikulum yang berkarakter.Pada umumnya, guru melakukan penilaian di kelas terikat dengan aktivitas belajarmengajar dalam upaya menghimpun data, fakta, dan dokumen belajar siswa dengan1 Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik (Konsep dan Aplikasi),(Jakarta:Rajawali Pers, 2015), hlm. 23-25.36Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar

Anis Marfuah, Febrizatujuan untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Guru yang profesionalmemanfaatkan penilaian prosedur dan prestasi belajar untuk memperbaikiperencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.Kegiatan penilaian prosedur dan prestasi belajar tersebut membutuhkaninformasi yang bervariasi dari kelompok peserta didik, guru juga dapat menerapkanmetode dan teknik yang bervariasi dalam melaksanakan penilaian denganmengumpulkan catatan pertemuan, pengamatan, portofolio, catatan harian, ujian,data hasil interview, survey dan sebagainya. Penilaian yang tepat akan dapatmemberikan cerminan dan refleksi proses pembelajaran yang dialami oleh pesertadidik. Penilaian seperti itu dapat menunjukkan perilaku belajar peserta didik secaralengkap, serta menunjukkan perilaku peserta didik dalam kehidupan nyata. Gambaranlengkap tentang peserta didik juga dicerminkan dalam perilaku peserta didik pada saatistirahat, berkomunikasi dengan guru, bergaul dengan teman, berinteraksi denganorang lain, mengikuti pelajaran, membuat tugas, menghasilkan produk.2METODEBahan-bahan yang digunakan dalam makalah ini bersandar dari berbagai referensiatau literatur yang signifikan dengan tema pembahasan yang dibahas. Validitas danrelevansi refrensi yang digunakan dapat dipercaya dan dibuktikan. Jenis data yang diterima berupa data sekunder. Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakanstudi pustaka atau kepustakaan dengan menelusuri berbagai rujukan yang terkaitdengan topik utama permasalahan. Literatur yang digunakan merupakan literatureyang telah diriset validitasnya dan mendukung dalam penguraian masalah. Strategianalisis yang digunakan adalah dengan memfokuskan pada interpretasi dankontekstualisasi atas data yang berhubungan dengan Penilaian Autentik padapembelajaran pendidikan agama Islam.2Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: bumi aksara, 2016), hlm. 15-16.Volume 3, Nomor 2, September 201937

Anis Marfuah, FebrizaHASIL DAN DISKUSI1. Pengertian dan Karakteristik Penilaian Autentika. Pengertian Penilaian AutentikKelompok pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengandung isimaterinya penuh dengan isi norma dan nilai-nilai di dalamnya, tentunyamemerlukan penilaian yang dilakukan bukan hanya terfokus pada satu aspeksaja (kognitif), akan tetapi harus menyeluruh baik dari aspek pengetahuan,sikap, dan keterampilan. Dari ketiga aspek tersebut dalam penilaiannya, harusberdasarkan atas konsep keterpaduan materi, dan proses pengelolaanpendidikan yang meliputi keselarasan antara lingkungan pendidikan, yaitu:madrasah, family, dan masyarakat.3Berikut pengertian penilaian dari beberapa ahli, menurut E. Mulyasamenyatakan bahwa penilaian adalah kelengkapan aktivitas n,penafsiran,danpertimbangan untuk membuat ketetapan tentang jenjang hasil belajar yangdiperoleh peserta didik sesudah melakukan aktivitas belajar dalam usahamencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.4Heri Gunawan mengutip Hamalik, menerangkan bahwa penilaiandalam pendidikan yakni seperangkat aktivitas, maupun proses untukmenentukan nilai sesuatu yang berhubungan dengan dunia pendidikan.Penilaian adalah prosedur pengumpulan, dan pengolahan laporan untukmenilai perolehan dampak belajar peserta didik.5Penilaian terhadap prosedur dan hasil pembelajaranmerupakanbagian yang tidak terpisah dari perencanaan maupun pelaksanaan prosespembelajaran guru. Penilaian pembelajaran pada Kurikulum 2013 diarahkanpada penilaian autentik.3AbdulMajid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep danImplementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakary, 2004), hlm. 189.4E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. Ke-2, hlm. 201202.5SalinanLampiran Permendikbud RINo.23Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan,hlm. 2.38Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar

Anis Marfuah, FebrizaIstilah penilaian autentik diperkenalkan oleh Grant Wiggins padatahun 1990. Wiggins menolak penilaian yang bersifat umum dilakukan disekolah, seperti isian singkat, tes pilihan ganda, dan sejenisnya. Padahal, didunia nyata orang diuji dengan cara memperlihatkan kemampuannya secaraspontan, ataupun dengan memperlihatkan produk yang sudah dibuatnya.6Secara lazim penilaian autentik kerap disitir dengan authentic assessment.Authentic assessment adalah suatu penilaian hasil belajar yang mengharuskanpeserta didik untuk memperlihatkan prestasi, dan hasil belajar, berupakemampuan dalam kehidupan nyata dalam bentuk kinerja, ataupun hasilkerja.7Menurut Suyadi, authentic assessment yakni proses yang dilakukanpendidik untuk menghimpun informasi tentang kelanjutan belajar yangdilakukan peserta didik. Penilaian ini dibutuhkan untuk mendeteksi apakahpeserta didik sungguh-sungguh belajar atau tidak, memahami atau tidak,menguasai atau tidak, apakah pengalaman belajar peserta didik memilikipengaruh yang positif terhadap kelanjutan baik intelegensi maupun mentalpeserta didik. Penilaian yang autentik dilakukan secara tergabung denganprosedur pembelajaran. Penilaian ini dilakukan sebagai kontinu selama prosespembelajaran berjalan. Oleh karena itu, penilaian dipusatkan pada prosesbelajar, bukan pada hasil belajar. Secara lebih umum tentang penilaianautentik didefinisikan sebagai penilaian yang dibuat secara menyeluruh untukmengevaluasi sejak dari input, proses, maupun output pembelajaran.8Berdasarkan beberapa pengertian para ilmuan tentang authenticassessment maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa penilaian autentikmengawasi keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, kompetensipengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang disesuaikan dengan progreskarakteristik peserta didik sesuai dengan tingkatannya.6Ridwan Abdullah Sani, Penilaian., hlm. 22.Penilaian Autentik , hlm. 24.7Supardi,8SalinanLampiran Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan,hlm. 2.Volume 3, Nomor 2, September 201939

Anis Marfuah, Febrizab. Karakteristik Penilaian AutentikMenurut Kunandar dalam bukunya yang bertema Penilaian Autentik,beliau menjelaskan bahwa karakteristik penilaian autentik meliputi:1) “Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif”. Artinya, penilaianautentik bisa dilakukan untuk menilai keberhasilan kompetensi terhadapsatu kemampuan dasar (formatif) maupun keberhasilan terhadap standarkompetensi, atau kemampuan dasar dalam satu semester (sumatif).2) Mengukur keterampilan dan informasi. maksudnya, penilaian autentik ituditujukan pada pencapaian kemampuan yang memfokuskan pada aspekkemampuan (skill) dan kemampuan (performance), tidak hanya mengukurkemampuan yang sifatnya mengingat fenomena (hafalan dan ingatan).3) Berkesinambungan dan terintegrasi. maksudnya, dalam membuatpenilaian autentik perlu secara berkelanjutan (terus-menerus), danmerupakan satu kesatuan secara sempurna sebagai sarana untukmengumpulkan informasi terhadap pencapaian kemampuan peserta didik.4) Dapat digunakan sebagai feed back. maksudnya, penilaian autentik yangdilakukan oleh pendidik dapat digunakan sebagai umpan balik ataspencapaian kompetensi paserta didik secara komprehensifBerdasarkan karakteristik di atas penting untuk menjadi perhatianketika melaksanakan penilaian autentik dalam kegiatan pembelajaran, pertama,instrumen penilaian yang digunakan bervariasi sesuai dengan karakteristikkemampuan yang akan diperoleh. Kedua, aspek kemampuan belajar dinilaisecara menyeluruh melingkupi berbagai aspek penilaian baik dalam ranahpengetahuan, ranah sikap, dan ranah keterampilan. Ketiga, penilaiandilaksanakan pada tahap pertama, proses maupun terakhir, baik afektif,kognitif, maupun skill sebagai input, proses, maupun output belajar siswa.99Supardi,40Penilaian Autentik., hlm. 27-28.Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar

Anis Marfuah, Febriza2. Perbandingan Penilaian Autentik dan Non AutentikBerdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian HasilBelajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah padapasal 2 dijelaskan bahwa:10a. Penilaian prestasi belajar oleh Pendidik dilakukan dalam bentuk penilaianautentik dan non-autentik.b. sebagaimana dimaksud Penilaian Autentik pada ayat (1)melambangkan pendekatan pokok dalam Penilaian prestasi belajar olehguru.c. Bentuk penilaian Autentik seperti halnya yang berbunyi pada ayat (1)meliputi penilaian berdasarkan pengamatan, pekerjaan ke lapangan,portofolio, proyek, ciptaan, jurnal, kegiatan laboratorium, dan unjukkegiatan, serta evaluasi pribadi.d. Penilaian prestasi belajar oleh pendidik diterapkan dalam versi penilaianAutentik dan non-autentik.e. Penilaian Autentik sebagaimana yang berbunyi pada ayat (1) sebagaipendekatan pokok dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik.f. Bentuk penilaian Autentik sebagaimana dimaksud dari ayat (1) meliputipenilaian berasas observasi, tugas ke lapangan, portofolio,proyek,ciptaan, jurnal, kegiatan laboratorium, dan unjuk kegiatan, juga evaluasipribadi.g. Penilaian Autentik sebagaimana yang berbunyi pada ayat (1) adalahpendekatan pokok dalam Penilaian prestasi belajar oleh guru.h. Bentuk penilaian Autentik yang mana berbunyi pada ayat (1) meliputipenilaian berdasarkan pengamatan, kegiatan ke lapangan, portofolio,proyek, produk, jurnal, kegiatan laboratorium, dan unjuk kegiatan, sertapenilaian pribadi.10SalinanLampiran Permendikbud RI No.104 Tahun 2014 Pasal 2 Tentang Penilaian HasilBelajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah bagian Pedoman PenilaianHasil Belajar Oleh Pendidik, hlm. 3.Volume 3, Nomor 2, September 201941

Anis Marfuah, Febrizai.Penilaian Diri yang berbunyi pada ayat (3) yakni teknik penilaiansikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan mandiri olehsiswa secara reflektif.j.Bentuk penilaian non-autentik yang berbunyi pada ayat pada ayat (1)yaitu tes, ulangan, dan ujian.k. b.Pendidik bisa memanfaatkan penilaian teman sejawat untukmemvalid Penilaian Autentik dan non-autentik berdasarkan yangdimaksud pada ayat (1).Dari penjelasan Permendikbud No.104 Tahun 2014 di atas makapemakalah mencoba membandingkan baik dari persamaan dan perbedaannya.Dari persamaannya, pada pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didikoleh pendidik dinilai dalam bentuk penilaian autentik dan non-autentik akantetapi penilaian autentik merupakan pendekatan pokok dalam penilaianprestasi belajar oleh guru. Selanjutnya dari segi perbedaannya dalam bentukpenilaiannya, penilaian autentik mencakup penilaian berdasarkan pengamatan,tugas ke lapangan, portofolio, proyek, produk, jurnal, kegiatan laboratorium,dan unjuk kegiatan, serta penilaian pribadi.Penilaian diri digunakan demi memberikan pemantapan (reinforcement)terhadap kesuksesan prosedur belajar siswa. Penilaian diri berperan utamabersamaan dengan bergulirnya pusat pembelajaran dari pendidik ke siswayang berlandasan pada teori belajar mandiri (autonomous learning).Untukmenghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri sangat tinggi dansubyektif, penilaian diri dilaksanakan berasaskan standar yang spesifik danobjektif. Maka demikian penilaian diri oleh siswa di kelas penting dilakukanmelalui tahapan sebagai berikut: a) Menerangkan kepada siswa maknapenilaian diri, b) Menetapkan kemampuan yang akan dinilai, c) Menetapkanstandar penilaian yang akan digunakan, d) Menginterpretasikan bentukpenilaian, bisa berwujud skedul tanda cek, maupun skala penilaian. Berikutcontoh pola penilaian pribadi untuk aspek sikap:1111Salinan42Lampiran Permendikbud RI No.104 Tahun 2014 , hlm. 13-14.Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar

Anis Marfuah, FebrizaPartisipasi Dalam kelompokNama: ----------------------------Nama-nama anggota kelompok: ----------------------------Kegiatan kelompok: ----------------------------Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, isilah denganangka 4-1 didepan tiap pernyataan:4 : selalu2 : kadang-kadang3 : sering1 : tidak pernah1.---Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok angdiberikesempatanmengusulkansesuatu.3.--- Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan4.--- Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompoksaya5. Selama kerja kelompok, saya:---- mendengarkan orang lain---- mengajukan pertanyaan---- mengorganisasi ide-ide saya---- mengorganisasi kelompok---- mengacaukan kegiatan---- melamun6. Apa yang kamu lakukan selama ---------------------------Penilaian non-autentik meliputi tes, ulangan, maupun ujian. Agarmemperkuat kedua penilaian itu maka pendidik dapat menggunakan penilaianteman sejawat dalam menilai prestasi belajar siswa.Volume 3, Nomor 2, September 201943

Anis Marfuah, FebrizaPenilaian teman sejawat atau antar siswa adalah sistem penilaian dengan caramenyuruh siswa untuk sama-sama menilai terkait dengan pencapaiankompetensi. Instrumen yang digunakan berbentuk lembar observasi antarsiswa. Penilaian teman sejawat dilakukan oleh siswa kepada 3 (tiga) rekansekelas atau sebaliknya. Format yang digunakan untuk penilaian sejawat bisamenggunakan format seperti contoh pada penilaian pribadi.12Contoh: Format penilaian teman sebayaNo1.2.3.4.PernyataanTeman saya berkata benar,apa adanya kepadaorang lainTeman saya mengerjakan sendiri tugas-tugassekolahTeman saya menaati peraturan (tata - tertib) yangditerapkanTeman saya memperhatikan kebersihan diri sendiri4Skala3 215.Teman saya mengembalikan alat kebersihan,pertukangan,olahraga,laboratorium yang sudahselesai dipakai ke tempat penyimpanan semula6. Teman saya terbiasa menyelesaikan pekerjaansesuai dengan petunjuk guru7. Teman saya menyelesaikan tugas tepat waktuapabila diberikan tugas oleh guru8. Teman saya berusaha bertutur kata yang sopankepada orang lain9. Teman saya berusaha bersikap ramah terhadaporang lain10. Teman saya menolong teman yang sedangmendapatkan kesulitanKeterangan :4 Selalu3 Sering2 Jarang1 Sangat jarang12Ibid.,44hlm. 24.Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar

Anis Marfuah, Febriza3. Prinsip-prinsip Penilaian AutentikBerasaskan Permendikbud No.104 Tahun 2014 tentang Penilaian prestasibelajar oleh guru pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah bagianpedoman penilaian prestasi belajar oleh Pendidik melampirkan prinsip-prinsipPenilaian Autentik sebagai berikut:13a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didikd. Berbasis kinerja peserta didik.e. Memotivasi belajar peserta didik.f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.i.Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.j.Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.l.Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.m. Terkait dengan dunia kerja.n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.Berkaitan dengan prinsip-prinsip penilaian autentik di atas, maka prosespenilaian yakni bagian yang tidak dapat terpisah dari prosedur pembelajaran danmencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga dalam merancangpenilaian autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut:penilaian wajib menggunakan beraneka dimensi, metode dan kriteria yang sesuaidengan keunikan dan esensi pengalaman belajar; penilaian wajib bersifat holistik13Salinan Lampiran Permendikbud RI No.104 Tahu

d. Penilaian prestasi belajar oleh pendidik diterapkan dalam versi penilaian Autentik dan non-autentik. e. Penilaian Autentik sebagaimana yang berbunyi pada ayat (1) sebagai pendekatan pokok dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. f. Bentuk penilaian Autentik sebagaimana dimaksud dari ayat (1) meliputi

Related Documents:

petunjuk guru tentang penilaian autentik. Pada buku guru tersebut menyajikan contoh instrumen, teknik penilaian autentik, langkah-langkah penilaian autentik, dan cara pengolahan nilai. Penilaian dalam Pembelajaran Penilaian sebagai proses pengumpulan informasi tentang siswa tidak dapat dipisahkan keberadaannya dengan

didik, itulah yang menjadi dasar pijakan dalam penilaian autentik. Prinsip penilaian autentik bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (ko gnitif, afektif dan psikomotorik). Penilaian autentik siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan memberikan informasi tentang kemampuan

1. Penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang tidak hanya menilai hasil belajar tetapi proses pembelajarannya juga dinilai. Penilaian autentik tidak hanya menilai aspek pengetahuan peserta didik akan tetapi menilai sikap dan keterampilan. sehingga dalam penilaian autentik tidak memandang peserta didik dari rangking.

Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan judul penelitian tentang Implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK N 2 Purwokerto adalah penerapan penilaian autentik secara menyeluruh pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK N 2 Purwokerto. C. Rumusan Masalah

B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. 2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain .

Pengembangan Model Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik berbasis HOTS bagi guru kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Penilaian Autentik a. Pengertian Penilaian Autentik Ditemukan banyak makna atau definisi terkait dengan istilah penilaian, Griffin dan Nix (1991) mendefinisikan Penilaian sebagai suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.

APS 240 Interlude Ð Writing Scientific Reports Page 5 subspecies of an organism (e.g. Calopteryx splendens xanthostoma ) then the sub-species name (xanthostoma ) is formatted the same way as the species name. In the passage above you will notice that the name of the damselfly is followed by a name: ÔLinnaeusÕ. This is the authority, the name of the taxonomist responsible for naming the .