PENGARUH MEDIA MASSA DAN PENGETAHUAN TENTANG TEKNOLOGI .

3y ago
424 Views
86 Downloads
475.02 KB
11 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Noelle Grant
Transcription

PENGARUH MEDIA MASSA DAN PENGETAHUAN TENTANGTEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PEMANFAATANTEKNOLOGI INFORMASI DAN TINGKAT MODERNITASGENERASI MUDA KOTA YOGYAKARTAC. Teguh DalyonoFKIP Universitas Sanata Dharma YogyakartaJl. Affandi Gejayan MricanHP : 081578768181 / e-mail : constegs@yahoo.comAbstractThe aim of this study is to investigate the extent of utilization of information technology(IT) and the level of modernity of the young generation as well as the contribution of socioeconomic status, knowledge of IT, and media consumption on the level of IT utilization and the levelof modernity of the urban youth. Data were collected through a set of questionnaires and tests.The subjects of this research were 400 students from seven universities in Yogyakarta, bothpublic and private universities. The data obtained were analyzed by Chi-square test, KruskalWallis, Pearson Product Moment Correlation for descriptive analysis, and multiple regressionsfor hypothesis testing. The study reveals that the majority of the participants (65.3%) use IT justfor their personal needs, especially for communication and entertainment, which are lifestyleoriented. In addition, in terms of modernity level, most of the subjects (71.5%) are at the adaptive modern level, reflected in the fact that they always follow the current changes in lifestyle,have moderate critical attitudes, but show fair tolerance. The results indicate that mass mediaconsumption appears to give the highest contribution significantly to both the use of IT and thelevel of modernity; family socioeconomic status is found to considerably contribute to the utilization of IT, but not to the level of modernity; and IT knowledge has little contribution towardthe use of IT and the level of modernity.Key words : the use of IT, level of modernity, socioeconomic status, knowledge of IT, massmediaPendahuluanMasyarakat Indonesia bersama negaranegara lain yang sedang berkembang, bergerakdengan sebuah dorongan untuk menjadi modern.Modern tidak semata-mata menunjuk padaperiode, epos atau zaman, melainkan, dan ini yanglebih penting, juga suatu bentuk kesadaran akankebaruan (newness). Pemahaman modernitassebagai kesadaran bersifat epistemologis dalamarti perubahan bentuk-bentuk kesadaran atau polapola berpikir, dan bukan perubahan institusionalsebuah masyarakat.86Sebagai bentuk kesadaran, modernitasdicirikan oleh tiga hal yakni: subjektivitas ataukesadaran, kritik, dan kemajuan (Hardiman, 2004:3). Pertama, orang modern itu mengutamakankesadaran diri sebagai subjek, dalam arti orangmodern memperhatikan soal hak, hak azasi, fungsiilmu pengetahuan, otonomi pribadi, dan demokrasi.Kedua, orang modern itu kritis, dalam arti orangmodern cenderung mengeliminasi prasangkaprasangka dari tradisi, memiliki gairah untukmengkaji penghayatan, dan mempersoalkandimensi otoritas yang taken for granted. Ketiga,Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Januari - April 2010

C. Teguh Dalyonoorang modern itu progresif, dalam arti mengadakanperubahan-perubahan yang secara kualitatif baru.Ketiga premis ini tidak bisa dipisah-pisahkankarena ketiganya berkorelasi secara inheren.Akan tetapi modernitas tidak hanyasekadar rasionalitas, kritis, dan progresif. Dalammasyarakat dewasa ini terdapat perubahanstruktur yang lebih mengedepankan gaya hidupyang dikuasai oleh image atau citra. Benjamin R.Barber (2003: 115-116), dalam bukunya Jihadvs McWord mengambil Indonesia sebagai contohsebuah negeri yang ditaklukkan secara damai olehbudaya global (global culture), yang secara olokolok disebut Barber sebagai McWorld. Artinyakurang lebih adalah dunia yang sudah dikuasai olehimage atau citra. Hal yang semu dianggap nyatadan yang nyata dianggap semu.Artinya, Nike tidakmenjual sepatu seperti McDonalds juga tidakmenjual hamburger. Nike dan McDonalds menjualgaya hidup.Sisi lain dari modernitas adalah kemajuanteknologi informasi (TI) dan pemanfaatannyaseperti yang nampak dalam kenyataan sekarangini. TI, langsung atau tidak langsung, telahmelahirkan optimisme di masa depan dan semakinmemanjakan masyarakat serta mengubah berbagaiaspek kehidupan bermasyarakat denganmemberikan berbagai kemudahan di bidang sosial,ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Kalausebelumnya orang bersosialisasi dengan berkumpulbersama-sama teman di suatu tempat atauberkenalan dengan orang baru di sebuah acara,maka dengan TI khususnya internet, sekarangorang dapat bersosialisasi tanpa terikat dengandimensi waktu dan tempat.Sebuah penelitian tentang profil dan caraberpikir muda masa kini pernah dilakukan olehOgilvy Public Relations Worldwide Jakarta, padabulan Maret sampai Juli 2006 (Tempo, 22 Oktober2006). Dengan mengambil sampel 385 pasanganak muda usia 15 - 24 tahun, hasil penelitian inimenunjukkan bagaimana kaum muda sekarangmemanfaatkan TI dan merepresentasikankehidupan modern. Di antaranya, 83,3%responden memiliki telpon genggam dan 68,8%memiliki dan menggunakan komputer. Eratkaitannya dengan kepemilikan komputer, sebesar40,7% responden memanfaatkannya untuk aksesPengaruh Media Massa dan Pengetahuane-mail, dan 25,4% memanfaatkannya kepentinganakses internet. Di samping itu 61% di antararesponden mengatakan betapa mereka bisamembikin apa saja (kebutuhan mereka) sepertibaju, aksesori, sepatu, musik, majalah yang merekasuka, 82% kaum muda itu bisa menerima prestasidalam bidang-bidang yang tidak lazim, dan 85%menyatakan tidak takut tampil beda.Apa yang dipaparkan di atas adalah salahsatu bentuk modernitas kaum muda dalamperspektif sosiokultural. Sedangkan modernitaskaum muda dalam perspektif sosioekonomi dapatditilik dari kisah sukses beberapa mahasiswaBandung yang menggeluti dunia kewirausahaan(Media Indonesia, 6 Maret 2007).Para mahasiswa ini masuk dalam arusutama bisnis dengan nilai-nilai dan sikap mentalyang dalam perspektif modernitas disebut entrepreneurship atau kewirausahaan. Sebuah konsepdan sikap mental modern kapitalistik yang kinidimasukkan dalam kurikulum di berbagai universitas di Indonesia hanya karena banyak lulusanperguruan tinggi menjadi penganggur.Sarjana penganggur merupakan fenomenadi kalangan generasi muda yang berseberangandengan kenyataan-kenyataan empirik yangdigambarkan sebelumnya. Tentang hal ini, AgusSuwignya (2003) menengarai bahwa tingginyasarjana penganggur merupakan salah satu indikatorrendahnya mutu intelektualitas mahasiswaperguruan tinggi yang mencakup logika, daya kritis,kedalaman kemampuan analisis, dan disposisisikap.Inkonsistensi antara tindakan danpengetahuan pada diri kaum muda khususnyamahasiswa juga dapat dilihat dalam kehidupansehari-hari. Misalnya perilaku berlalu lintas. Tidaksedikit kaum muda yang naik atau turun darikendaraan umum di tempat-tempat yang tidaksemestinya, membuang sampah atau menggunakanponsel ketika sedang mengendarai mobil di jalan,menerobos lampu merah, menikung tanpamenyalakan lampu sign dan sebagainya. Demikianjuga perilaku tidak mau antri saat membeli tiket,asyik menggunakan ponsel dalam peristiwa dansuasana yang tidak tepat, misalnya dalam rapatatau di tempat ibadat.Semua yang dipaparkan di atas memper-Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Januari - April 201087

Pengaruh Media Massa dan PengetahuanC. Teguh Dalyonolihatkan sebuah paradoks modernitas di kalangangenerasi muda. Di satu pihak nampak adanyakreativitas, cara pikir progresif, rasa percaya diri,namun di lain pihak terdapat bentuk-bentukkelatahan sosial, kekonyolan, gagap teknologi,atau satu bentuk ketidaksiapan mental-sosialgenerasi muda dalam menghadapi dan menghayatimodernitas seperti yang tercermin dalaminkonsistensi antara tindakan dan pengetahuanpada diri kaum muda.Berangkat dari gejala-gejala ini dapatdimunculkan permasalahan, sejauh mana tingkatmodernitas generasi muda kota dan pemanfaatanteknologi informasi di kalangan generasi muda.Benarkah status sosial ekonomi keluarga,pengetahuan tentang teknologi informasi, dan media massa, berpengaruh secara signifikan terhadappemanfaatan teknologi informasi dan tingkatmodernitas generasi muda?Secara visual, keterkaitan antar variabel diatas dapat digambarkan dalam model sebagaiberikutX1Y1X2Y2X3Keterangan :X1 Status sosial ekonomi keluargaX2 Pengetahuan tentang TIX3 Konsumsi media massaY1 Pemanfaatan TIY2 Tingkat modernitasAdapun definisi operasional dari masingmasing variabel bebas (independent variables)dan variabel terikat (dependent variabel) padamodel di atas, adalah sebagai berikut : (a). Variabelbebas, (1). Pengetahuan tentang TI, Pengetahuantentang TI adalah berbagai fitur dalam piranti(gadget) TI terutama pada ponsel, komputer,88dan internet sejauh yag diketahui oleh responden.Indikatornya adalah seberapa banyak kaum mudamengetahui seluk beluk piranti TI yang digunakan.Status sosial, (2). Konsumsi media massa,Media massa dalam penelitian ini dibatasi padasurat kabar, tabloid, majalah, radio, dan internet.Maka konsumsi media massa merupakan kegiatanresponden membaca, mendengarkan, ataumenonton jenis-jenis media massa yang sudahdisebutkan di atas. Indikatornya adalah frekuensikonsumsi surat kabar, majalah, tabloid, radio, dantelevisi, serta isi informasi media massa yangdikonsumsi, (3). Status Sosial Ekonomi Keluarga,Status sosial ekonomi keluarga/orang tuaresponden adalah posisi sosial ekonomi relatifsebuah keluarga atau individu berdasarkanpenghasilan (atau pengeluaran), tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Dalam penelitian ini, tigafaktor tersebut menjadi indikator standar ditambahdengan faktor kepemilikan tempat tinggal sebagaisalah satu paramater kesejahteraan keluarga.(b). Variabel Tergantung, (1). PemanfaatanTI, Pemanfaatan TI adalah aktivitas penggunaanberbagai fitur yang ada pada piranti TI yang terdiriatas telepon seluler, komputer, dan internet untukmenunjang kegiatan sehari-hari. Adapun yangdiukur adalah seberapa optimal pemanfaatan fiturfitur yang ada pada gadget tersebut. Indikatornyaadalah jenis kegiatan yang dilakukan, frekuensipenggunaan, lamanya waktu penggunaan tiap-tiapjenis TI, (2). Modernitas individual, Modernitasindividual kaum muda adalah budaya atau nilainilai, pandangan, sikap, dan perilaku kaum mudadalam bingkai struktur masyarakat modern sejauhtercermin dalam gaya hidup, sikap atau daya kritis,dan eksplisitasi prinsip-prinsip multikulturalitasdalam kehidupan sehari-hari.Gaya hidup adalah cara (moda) dan pilihanhidup yang mengikuti atau tidak mengikuti simbolsimbol budaya modern dalam hal berkomunikasi,berpakaian, makanan dan minuman, kebiasaanbelanja, dan pilihan hiburan. Sedangkan yangdimaksud dengan sikap kritis adalah kemampuanberpikir yang melihat sistem dan struktur sebagaisumber masalah atau cara berpikir yangmenekankan pada fenomena dimensi historis,rasional, dan normatif. Sementara yang dimaksudeksplisitasi prinsip-prinsip multukulturalitas adalahJurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Januari - April 2010

C. Teguh Dalyonosikap dan perilaku nyata interaksi sosial generasimuda dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hariyang menjunjung tinggi keragaman etnik, agama,budaya (kultur), dan subkultur.Tinjauan TeoretikKalau dalam perspektif filosofismodernitas dipahami sebagai sebuah kesadaranakan subjek, kritis, dan progresif, maka dalamperspektif sosiologis, modernitas diasosiasikandengan akumulasi peradaban Barat sepertiindustrialisasi, urbanisasi, negara-bangsa,demokrasi, humanisme, egalitarianis-me, toleransi,kemajuan teknologi, dan sebagainya. Isu-isu inisecara lebih khusus digambarkan dalam pemikiranpara teoretisi sosial utama abad ke-19 seperti KarlMarx, Max Weber, Alexis de Tocqueville, GeorgSimmel, dan Emile Durkheim, dan sebagainya. Isuisu di ataslah yang sering menjadi sasaran kritikdari kaum postmodernis.Pembicaraan tentang modernitas tidakdapat dilepaskan dari nama Anthony Giddens,sosiologiwan kontemporer yang menonjol padaabad ini. Giddens menggunakan istilah modernitas“tinggi”atau“radikal”,runaway world, dunia yangberlari atau dunia yang tunggang langgang untukmelukiskan masyarakat dewasa ini (Giddens,1990 : 138). Konsep ini dimaksudkan Giddensuntuk menentang pendapat para pemikir sosialbudaya yang menyatakan masyarakat telahmemasuki era postmodern.Senada dengan Giddens, Habermas (1987: 116) menyatakan bahwa modernitas merupakanproyek yang belum selesai dalam arti masih banyakyang harus dikerjakan dalam kehidupan modern.Ini berarti bahwa masalah sentral dalam duniamodern masih tetap berpusat pada rasionalitasseperti pada masa Weber.Sosiologiwan George Ritzer pun melihatmodernitas sebagai peningkatan rasionalitas. Ritzermelukiskan peningkatan rasionalitas formal inidengan istilah McDonaldisasi masyarakat (Ritzer,2003 : 197), yakni suatu proses dimana prinsipprinsip restoran cepat saji seperti efisiensi,keterprediksian, terkuantifikasi, dan dan kontrol,telah mendominasi berbagai sektor dalammasyarakat.Jikalau Ritzer menggunakan istilahPengaruh Media Massa dan PengetahuanMcDonaldisasi masyarakat, Jean Baudrillard(1998 : 32-33) melukiskan masyarakat dewasaini dengan istilah “masyarakat konsumen”. MenurutBaudrillard, ketika seseorang mengkonsumsiobjek, maka orang itu sedang mengkonsumsitanda, dan pada waktu itu yang bersangkutansedang mendefinisikan dirinya. Komoditas yangdikonsumsi tidak hanya sekedar objek atau materi,tetapi juga makna simbolik atau tanda alias maknamakna sosial yang tersembunyi di dalamnya.Manifestasi masyarakat konsumensemacam ini adalah persoalan gaya hidup. MenurutDavid Cheney (2004: 40) gaya hidup merupakanciri sebuah dunia modern. Maksudnya, siapapunyang hidup dalam masyarakat modern, akanmenggunakan gagasan gaya hidup untukmenggambarkan tindakannya sendiri maupun oranglain. Menurut Chaney gaya hidup merupakan gaya,tata cara menggunakan barang, tempat, dan waktu,yang khas kelompok masyarakat tertentu.Gambaran pemikiran modernitas/postmodernitas seperti di atas telah dan sedangmerasuk ke tengah-tengah masyarakat terutamakaum muda kota di Indonesia lewat gemerlapiklan, program-program televisi seperti berbagaimacam kuis berhadiah jutaan rupiah, berbagaimacam acara kontes, dan tawaran gaya hidup“wah” lewat media massa.Istilah media massa biasanya merujuk padapenyebaran informasi melalui buku, surat kabar,majalah, film, radio, program-program televisi,CD, DVD, dan sebagainya. Straubhaar danLaRose (2002 :15) menekankan pada saluran(channel) yang digunakan yakni cetak sepertibuku, majalah, tabloid, surat kabar, dan elektronikseperti radio , televisi, dan film yang sering disebutsebagai “old media”.Hal yang kurang lebih sama dikemukakanoleh Joseph Turow (2009 : 17) yang menyatakanbahwa media massa adalah instrumen teknologidari komunikasi massa yakni “the industrializedproduction and multiple distribution of messages through technological devices”.Konvergensi antara media massa, komputer, dantelekomunikasi berujung pada internet yakni “anetwork of networks that connects computersworldwide. “ yang akhirnya melahirkan sebuahmasyarakat informasi.Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Januari - April 201089

Pengaruh Media Massa dan PengetahuanC. Teguh DalyonoMedia massa mengarahkan sikap, perilakudan kebiasaan hidup kaum muda di tengahkehidupan modern dewasa ini sekaligus menjadisalah satu sumber pengetahuan atau sebagaipanduan bagi masyarakat dalam memanfaatkanfasilitas TI. Menurut Solvay Gerke (2000: 148)para jurnalis telah berperan “. as stylists andmissionaries of modernity as well as trend-setters or a new way of life. They were the providers of symbolic goods of modernity”. Namun ,sudah barang tentu kemampuan generasi mudauntuk menangkap gambaran atau pesan-pesanmodernitas dan pemanfaatan TI berbeda-beda,sesuai dengan derajad atau status sosial ekonomiorangtuanya dan tingkat pengetahuannya tentangTI.Bagaimana media mempengaruhimasyarakat? Ada beberapa teori efek media yangmenjawab pertanyaan ini antara lain, teori kultivasi,teori agenda setting, dan teori proses belajarsosial atau social learning process. (Straubharrand LaRose, 2002: 36-37; Turow, 2009 : 159 ;Pritchard dan Woollard, 2010: 16).Brynin dan Kraut (2006: 6-8 ) mengkonstruksi empat pendekatan tentang manfaat TI.Keempat pendekatan tersebut adalah pertama, TIsebagai alat, kedua, TI sebagai teknologi yangmenggeser tujuan, ketiga, yang menghasilkankesejahteraan pribadi, dan keempat, yangberdampak sosial. Hal yang kurang lebih samadikemukakan oleh Allison Cavanagh (2007 : 102138), yang melihat internet khususnya, sebagaisebuah jaringan (network), media komunikasi,ruang sosial (social space), dan sebagai teknologi.Atas dasar pengalaman empirik dantinjauan teoretik di atas, dirumuskan hipotesissebagai berikut; Status sosial ekonomi, pengetahuan tentang TI, dan konsumsi media massa,secara parsial (zero order) maupun bersama-sama,berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan TI dan tingkat modernitas generasi mudakota.(Creswel, 2003: 6).Tiga variabel bebas yakni status sosialekonomi, pengetahuan tentang TI, dan konsumsimedia massa ditetapkan secara subjektif sebagaihasil pembacaan terhadap teori dan hasil-hasilpenelitian empiris. Demikian juga dalammenetapkan variabel terikatnya yakni pemanfaatanTI dan tingkat modernitas generasi muda. Indikatorpemanfaatan TI adalah frekuensi penggunaankomputer, internet, dan ponsel. Sedangkanindikator tingkat modernitas terdiri atas gaya hidup,daya kritis, dan eksplisitasi arta ditetapkan sebagai lokasipenelitian dengan pertimbangan keunikannya. DiYogyakarta segala sesuatu yang bertentangan(paradoksal) dapat hidup berdampingan secaradamai justru karena suasana budaya Jawa, baikyang “kasat mata” maupun “tidak kasat mata”,masih tetap hidup dan dihidupi olehwarganya.Jumlah sampel sebesar 400 respondenyang terdiri atas mahasiswa UGM, UNY, UINSunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia (UII),Universitas Sanata Dharma, UniversitasAtma JayaYogyakarta, dan Universitas Duta Wacana.Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling dengan cara bertingkat (multi stagesampling).Data tentang status sosial ekonomi orangtua responden dan konsumsi media massa dipetikdengan rujukan kuesioner atau angket yangdikembangkan oleh Pusat Litbang Harian“KOMPAS” dan “KoranTempo”,dengan modifikasi seperlunya. Sedangkan datamengenaipengetahuantentangTIdikumpulkan melalui seperangkat tes yangdikembangkan oleh peneliti.Teknik analisis data yang digunakan adalahanalisis statistika deskriptif, korelasi PearsonProduct Moment, dan regresi berganda. Untukmendapatkan estimator garis regresi yang memilikisifat BLUE (best linier unbiased estimation) diujipula asumsi-asumsi klasik analisis regresi yakni,Metode PenelitianPenelitian ini dibangun dan dilaksanakan non multi-collinierity, non autocorrelation, dandi atas dasar pijakan epistemologis postpositivisme non heteroscedasticity.yang kuantitatif, deterministik-reduksionistik,berdasarkan pengukuran dan pengamatan empirik Hasil Penelitian dan PembahasanSebagian besar responden (69,5%)memanfaatkan TI cukup optimal, dalam arti90Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Januari - April 2010

C. Teguh Dalyonopemanfaatan TI lebih banyak untuk memenuhikebutuhan personal terutama komunikasi danhiburan, tidak menunjang produtivitas, da lebihberorientasi ke gaya hidup. Di urutan keduaterbanyak adalah responden yang memanfaatkansecara optimal (16,5%), dan urutan terakhir adalahresponden yang kurang optimal atau rendah yakni14%.Sedangkan pada tingkat modernitas,71,5% responden termasuk dalam kategori modern adaptif. Mereka yang termasuk kelompok iniadalah generasi muda yang bergaya hidupmengikuti perkembangan zaman dengan daya kritissedang atau pas-pasan, namun sikap dan perilakumereka cukup toleran terhadap keragaman dalammasyarakat.Hasil uji hipotesis secara zero ordermenunjukkan bahwa status sosial ekonomi,pengetahuan tentang TI, dan konsumsi mediamassa berpengaruh pada pemanfaatan TI (Y1)seperti nampak dalam tabel 1 di bawah. Pada tabeltersebut nampak pengaruh paling besar adalahvariabel konsumsi media yakni 42,10%( Angka42,09% didapatkan dari besarnya koefisienregresi 0,413 dibagi dengan jumlah total koefisienregresi variabel ind

PENGARUH MEDIA MASSA DAN PENGETAHUAN TENTANG TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN TINGKAT MODERNITAS GENERASI MUDA KOTA YOGYAKARTA C. Teguh Dalyono FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Jl.Affandi Gejayan Mrican HP : 081578768181 / e-mail : constegs@yahoo.com Abstract

Related Documents:

hubungan antara penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMAN 7 Jombang. Semakin tinggi penggunaan media sosial maka tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi semakin tinggi pula. Kata Kunci: Remaja, Penggunaan media sosial, Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi.

1. Hot media, adalah media yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap manusia melalui sensorisnya, bahkan hanya menggunakan satu sensoris atau sensoris tunggal saja seperti melalui cahaya/mata dan suara/telinga. Intinya pada hot media selalu melibatkan sensoris tunggal tanpa mempertimbangkan stimulus.

dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. PENGETAHUAN Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. (Kemdikbud, 2013)

PENGARUH ARUS PENGETAHUAN TERHADAP PENGUNGKAPAN . keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan, laba dilaporkan mungkin disesuaikan . perusahaan terhadap sosial dan lingkungan, pedoman untuk pengungkapan sosial dan lingkungan adalah ISO 26000 dan GRI-4 yang dikeluarkan oleh institusi Global Repoerting .

Media yang digunakan disebut sebagai media massa. Media massa menjadi media informasi, yaitu media yang selalu menyampaikan informasi kepada masyarakat. BM Mursito menjelaskan bahwa jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi tertentu, serta menyiarkan

pengetahuan umum (Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial) untuk smartphone berbasis Andorid. Manfaat dari penelitian ini adalah menerapkan ilmu yang didapat dari perkuliahan dengan membuat aplikasi mobile berbasis android.mempermudah pengguna karena tes dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun (bersifat mobile). .

aplikasi dan penerapan dari sistem pakar 2 . MATERI POKOK 3 . Pengetahuan (Bagian 1) 5 Representasi Pengetahuan (Bagian 2) 6 Representasi Pengetahuan (Bagian 3) – Logika dan Pengetahuan 7 Review Materi / Kuis (Soal-Soal Essay) 8 UJIAN TENGAH SEMESTER 9 Metode Inferensi: Graph, Trees, Lattice . Komputer berbasis AI pertama kali

The colonial response to these acts is really the start of the American Revolution. First Massachusetts passed a set of resolutions calling for colonists to: one, disobey the Intolerable Acts, two, stop paying taxes, and three, prepare for war. And in September 1774, a group of delegates from twelve of the thirteen colonies - Georgia! - met in Philadelphia to coordinate the resistance of the .