PENAFSIRAN QALB MENURUT IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH

3y ago
22 Views
2 Downloads
1,021.03 KB
74 Pages
Last View : 3m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Camille Dion
Transcription

PENAFSIRAN QALB MENURUTIBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH( Dalam Kitab at- Tafsi r Al-Qayyim )SKRIPSIDiajukan Kepada Fakultas UshuluddinStudi Agama, dan Pemikiran IslamUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga YogyakartaUntuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh GelarSarjana Theologi Islam (S.Th.I)Oleh:AMIN MARZUQI06 5300 31JURUSAN TAFSIR DAN HADISFAKULTAS USHULUDDINSTUDI AGAMA, DAN PEMIKIRAN ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA2010

MOTTOÜ θè à)ø9 # ’ È yϑôÜs? «! # Ì ò2É‹Î/ Ÿωr& .3“Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjaditenteram”(Q.S Ar-Ra’d : 28 )“ Dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang jika ia baik,maka baiklah seluruh tubuh. Dan jika ia buruk, maka buruklahseluruh tubuh itulah hati”( H.R Muslim )iv

PERSEMBAHANKu persembahkan karya kecilku ini untuk Kedua orang tuaku yang dengan penuhkesabaran, mendidik,membimbing, danmembesarkanku. Kakak dan adik-adiku yang tercinta Alfiani Rosyidah yang memberi semangatperjuanganku Seluruh pecinta ilmu dan para pencarikebenaran dunia dan akhiratv

ABSTRAKQalb dalam bahasa Arab adalah merupakan bentuk masdar dari kata qalabayang berarti membalikkan, merubah, mengganti. Kata kerja intransitif dari qalabaadalah taqallaba yang berarti bolak-balik, berganti-ganti, berubah. Demikianlah"summiya al-qalbu litaqallubih", dinamakan qalb karena adanya kecenderungan qalbuntuk berubah-ubah. Dengan qalb inilah ditentukan kualitas baik dan buruknyamanusia. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW , “ Dalam tubuh manusiaada segumpal daging jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan jika ia buruk,maka buruklah seluruh tubuh,segumpal daging itu ialah hati ( H.R Muslim ).Di zaman modern saat ini kajian terhadap hal-hal yang bersifal rasionalistikempirik lebih mendominasi, dari pada hal-hal yang berdimensi sufistik. Sehingganilai-nilai keilahian yang bersifat transendental mengalami kegersangan, karenadimensi yang bersifat rasional tidak dibarengi dengan dimensi sufistik atau spiritual.Kajian tentang qalb adalah merupakan penyeimbang dimensi rasionalistik, sehinggadengan keterpaduan antara kedua dimensi tersebut dapat memberikan makna tentangvisi dan misi keberagamaan di zaman modern saat ini. Salah satu mufasir yang cukupbanyak mengkaji dunia sufistik khususnya tentang qalb, adalah Ibnu Qayyim alJauziyyah. Disinilah pentingnya penulis melakukan penelitian tentang penafsiranqalb menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab at-Tafsir al-Qayyim.Skripsi ini berangkat dari keinginan penulis untuk mengetahui penafsiran IbnuQayyim al-Jauziyyah secara mendalam. Disamping itu juga dilatar belakangi olehkegelisahan penulis melihat fenomena zaman modern saat ini. Dimana nilai-nilaiIbadah yang bersifat transendental mulai ditinggalkan. Mereka dalam beribadahhanya sekedar memandang simbolis formalistik belaka, tanpa melihat nilai-nilairuhaniah. Pemujaan terhadap dunia sains dan tehnologi juga menyebabkan adanyadegradasi moral di zaman modern saat ini.Penelitian ini merupakan penelitian terhadap penafsiran qalb menurut ibnuQayyim al-Jauziyyah dengan menggunakan sumber primer kitab at-Tafsir alQayyim, sedang data sekunder diambil dari tulisan-tulisan,jurnal, artikel maupunkarya-karya beliau yang lain, yang membahas tentang tema qalb.Setelah penulis melakukan penelitian, peneliti menemukan sejumlahpenafsiran beliau berikut kontribusi yang dapat diambil dari penafsirannya. Diantaraberbagai penafsirannya, hampir semua ayat-ayat qalb dimaknai sebagai suatu alatuntuk menghubungkan diri seorang hamba dengan Tuhan-Nya (Allah Swt).Contohnya ketika menafsirkan qalbun sali m, beliau memaknai sebagai hati yangbersih dari segala bentuk kesyirikan terhadap Allah Swt, sedangkan qalbun maridditafsiri sebagai hati yang mengandung penyakit dimana didalamnya terdapatkecintaan terhadap nafsu sahwat dan lebih mementingkan selain dari pada-Nya.Menurutnya kecintaan terhadap dunia dibolehkan asal tidak mengurangi kedekatandengan Allah Swt. Dalam arti kecintaan itu ditujukan untuk mengharap ridla-Nya.Kontribusi dari penafsirannya tersebut dapat memberikan nilai-nilai akhlak yangterpuji baik kepada Allah Swt maupun sesama manusia. Dalam hal ini ayat-ayat qalbpenafsiran Ibnu Qayyim berbasis pada bagaimana memenejemen hati seseorang.vi

KATA PENGANTARAlkhamdulilla h, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yangsenantiasa mencurahkan rakhmat, hidayah dan inayah-Nya kepada hamba-Nya yangserius mempelajari kehidupan dunia maupun akhirat. Karena rakhmat-Nyalah skripsiini bisa tersusun dan berjalan lancar, walau melalui proses yang cukup panjang.Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda agung MuhammadSAW, yang menjadi teladan bagi umat dan senantiasa dirindukan syafa’atnya diyaumil qiyamah. AminPenulis sangat sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikantanpa bantuan dan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis sampaikanucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihakyang membantu dan mendukung penulis. Wa bil khusus ila hadra ti :1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak. Prof. Dr. H. Amin Abdullah2. Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr Sekar Ayu Aryani M.Ag beserta paraPembantu Dekan.3. Ketua Jurusan Tafsir dan Hadis, Bapak Prof. Dr. Suryadi, M.Ag dan SekjurBapak Dr. Ahmad Baidowi, M.Ag4. Penasihat Akademik, Bpk Dr. Alfatih Suryadilaga M.Ag yang selalumenasihati dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.5. Bapak Dr.H. Abdul Mustaqim,M.Ag selaku pembimbing yang banyakmemberikan pelajaran dan masukan, tanpa beliau penulis akan menyelesaikanskripsi ini dengan penuh kekeliruan dan kesalahan.6. Pemimpin dan staf Perpustakaan pusat UIN Sunan Kalijaga, terima kasih ataspelayanan dan penyediyaan buku-bukunya.7. Kedua Orang tua, terima kasih atas segalanya yang ibu dan bapak berikanuntukku. Semoga Allah menurunkan segala rahmat, ampunan dan Syurga-Nyauntuk Ibu dan Bapak disini (dunia ) dan disana (akhirat).vii

PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATINPenulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakanpedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987.Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:1. Konsonan TunggalHuruf Arab ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و NamaalifHuruf Latin-babBetatTesas\es dengan titik di atasjimjJehah{ha dengan titik di bawahkhakhka-hadaldDezaz\z dengan titik di atasrarErzaizZetsinsEssyinsyes-yesads}es dengan titik di bawahdadd{de dengan titik di bawahtat}te dengan titik di bawahzaz}zet dengan titik di bawah‘ain‘koma terbalik di WeixKeterangan-

هـ hah ء hamzah’ ي yayhaapostrof (tetapi tidakdilambangkan apabila ter-letak diawal kata)ya2. Vokala. Vokal TunggalTanda VokalNamaFath}ahHuruf LatinaNamaAKasrohiID{ammahuUNamaFath{ah dan alifHuruf LatinAiNamaa-iFath}ah dan wauAua-uَُِb. Vokal RangkapTanda َي َو Contoh: ﻛﻴﻒ ﺣﻮﻝ kaifahaulac. Vokal Panjang (maddah)Tanda َا َى ِي ُو NamaFath}ah dan alifHuruf Latin-Namaa dengan garis di atasFath}ah dan ya-a dengan garis di atasKarah dan ya-i dengan garis di atasD{ammah dan wau-u dengan garis di atasContoh: ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻴ ﹶﻞ ﻗ - qa la ﺳﻌﻰ - sa’a - qi la ﻮﻝﹸ ﻳﻘﹸ - yaqu lux

3. Ta’ Marbu t}aha. Ta Marbu t}ah hidupTa’ marbu t}ah yang hidup atau yang mendapat harkat fath}ah, kasrah dand}ammah, transliterasinya adalah “ t ”.b. Ta’ Marbu t}ah matiTa’ marbu t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinyaadalah “ h “.c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbut}ah diikuti oleh kata yangmenggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah,maka ta’marbut}ah itu ditransliterasikan dengan “ t “ atau “ h “.Contoh: ﻃﻠﺤﺔ T{alh}ah atau T{alh}atu ﺭﻭﺿﺔ ﺍﳉﻨﺔ Raud}ah al-Jannah atau Raudatul Jannah4. Syaddah (Tasydi d)Syaddah atau tasydi d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengansebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebutdilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tandasyaddah itu.Contoh: ﻨﺎ ﺭﺑ - rabbana 5. Kata SandangKata sandang “ “ال ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tandapenghubung strip (-), baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupunhuruf syamsiyyah. Contoh:Cotoh : اﻟﻘﺴﻢ ----al-qasamu – اﻟﺮّﺟﻞ --- al-rajulu6. Huruf KapitalMeskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalamtransliterasi ini huruf tersebut digunakan juga unuk awal kalimat, nama diri,dan sebagainya seperti ketentuan yang berlaku dalam EYD. Awal katasandang pada nama diri tidak ditulis dengan huruf capital, kecuali jikaterletak pada awal kalimat.xi

Contoh : ﺪ ﺍ ﹼﻻ ﺭﺳﻮﻝ ﻭﻣﺎﳏﻤ wa ma Muh}ammadun illa rasu lPenggunaan huruf kapital untuk Alla h hanya berlaku bila dalam tulisanArabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukandengan kata lain sehingga ada kata lain sehingga ada huruf atau harkat yangdihilangkan, maka huruf kapital tidak dipergunakan.Contoh : ﻧﺼﺮ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻭﻓﺘﺢ ﻗﺮﻳﺐ nas}run minalla hi wa fathun qari b7. PengecualianSystem transliterasi ini tidak berlaku pada:a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalamKamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur’an, hadis, mazhab,syariat, lafaz.b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan olehpenerbit, seperti judul buku al-Hijab.c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negerayang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad SyukriSolehd. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnyaToko Hidayah, Mizan.xii

DAFTAR ISISURAT PERNYATAAN KEASLIAN.iHALAMAN NOTA DINAS .iiHALAMAN PENGESAHAN.iiiMOTTO. .ivPERSEMBAHAN.vABSTRAK.viKATA PENGANTAR.viiTRANSLITERASI ARAB-LATIN.ixDAFTAR ISI .xiiiBAB I : PENDAHULUAN.1A. Latar Belakang Masalah.1B. Rumusan Masalah.9C. Tujuan dan Kegunaan.9D. Telaah Pustaka.10E. Metode Penelitian.15F. Sistematika Pembahasan.18BAB II : IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH DAN KITAB AT-TAFSIR ALQAYYIM .20A. Biografi Pengarang .20B. Sekilas Pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.33C.Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan Kitab at-Tafsir al-Qayyim.37D. Komentar Ulama tentang Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.40xiii

BAB III: TINJAUAN UMUM TENTANG QALB .A. Pengertian Qalb.42421. Etimologi.422. Terminologi.43B. Ayat-ayat Qalb dalam al-Qur’an.47C. Pendapat Ulama tentang Qalb.49BAB IV:PENAFSIRAN QALB MENURUT IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAHDALAM AT-TAFSIR AL-QAYYIM.54A. Sumber dan Rujukan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.54B. Metode dan Corak Penafsiran.56C. Penafsiran Qalb.591. Kandungan Qalb.602. Macam-macam Qalb Berdasarkan Sifatnya.693. Fungsi Qalb.75D. Orisinalitas dan Kontribusi Penafsiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah tetangQalb terhadap Seorang Muslim di Era Modern Saat ini.80BAB V : PENUTUP.87A.Kesimpulan.87B. Saran-saran.89DAFTAR PUSTAKA.90CURRICULUM VITAExiv

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahAl-Qur'an al-Karim adalah sumber tasyri' pertama bagi umat NabiMuhammad SAW. Kebahagiaan mereka bergantung pada pemahaman maknanya,pengetahuan rahasia-rahasianya dan pengamalan apa yang terkandung didalamnya. Kemampuan setiap orang dalam memahami lafa d}z al-Qur'an tidaklahsama, padahal penjelasannya sedemikian gamblang dan ayat-ayatnya punsedemikian rinci. Perbedaan daya nalar di antara mereka adalah suatu hal yangtidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami maknamaknanya yang z}ah ir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Sedangkankalangan cerdik cendikia dan terpelajar akan dapat menyimpulkan pula daripadanya makna-makna yang menarik. Dan di antara kedua kelompok ini terdapataneka ragam pemahaman. Maka tidaklah mengherankan jika al-Qur'anmendapatkan perhatian besar umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalammenafsirkan kata-kata garib (samar)1. Agar tidak terjadi pemahaman yangsamar,maka perlu adanya upaya untuk memahami maksud firman Allah, yaitu1Manna ' Khalil al-Qat}t}ha n, Maba his fi 'Ulu m al-Qur'a n, Cetakan XXIV (Beirut ;Maktabat al-Risalah, 1993 ), hlm. 255.1

2yang biasa disebut dengan tafsir.2 Sehingga apabila manusia dapat akanmampumerealisasikannya dalam kehidupan dan terhindar dari berbagai kekeliruan.Dalam sejarah peradaban manusia, masa renaissance abad XVI yangdilanjutkan dengan Revolusi Industri dan Sosial politik abad XVIII di Baratmenjadi poros peralihan dari Era Agraris ke Era Modern.3 Dalam beberapa hal,terutama dari segi sains dan teknologi, modernitas memang memiliki arti positif,akan tetapi akses negatif yang ditimbulkan pun tidak sedikit.4 Dengan kacamatasains dan teknologi, dunia hanya dilihat sebagai realitas objektif, di manakebenaran hanya diakui jika bersifat rasional-empiris, sedangkan hal-hal yangbersifat intuitif dan metafisik dinafikan. Sejak saat ini, agama dan Tuhan yangbersifat metafisis telah diasingkan dari kehidupan modern. Manusia modernterbiasa dengan kosa kata rasio, materi, dan serba empirik akhirnya terjatuh dalam2Menurut Amina Wadud Muhsin menafsirkan adalah suatu proses kegiatan untuk mengkajikata dalam konteksnya untuk menarik pemahaman dari nash al-Qur'a n. Lihat Amina Wadud,Qur'a n menurut perempuan: Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi Tafsir, Terj. Abdullah Ali (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2001 ), hlm. 32.3Deskripsi lebih lanjut tentang peralihan abad agraris ke abad modern sebagai hal yangsewajarnya lihat. Nurcholish Madjid, Khasanah Intelektul Islam (Jakarta: Bulan Bintang. 1984 ),hlm. 51-54.4Sekalipun peradaban modern menghasilkan kehidupan baru yang maju berkat ilmupengetahuan teknologi di satu pihak, namun dipihak lain juga mengakibatkan kesengsaraan danpenderitaan yang besar. Sayidiman Suryodhadiprojo, “ Makna Modernitas dan TantangannyaTerhadap Iman”, dalam Budhy Munawar- Rahman ( ed ) Kontektstualisasi Doktrin Islam dalamSejarah (Jakarta: Paramadina, 1994 ), hlm. 556.

3prahara. Karena sains dan teknologi memberitahu kita apa arti kehidupan5 makamanusia kehilangan eksistensinya sebagai makhluk Tuhan dan mengalamiketidakstabilan jiwa.Selain keterpurukan manusia dalam modernitas di atas, pemahamankeagamaan di kalangan umat Islam sebagian besar lebih cenderung bernuansarasionalistikbelaka. Banyak dijumpai, jika tidak terdapat suatu peristiwa, halpertama yang dipersoalkan adalah masalah hitam putihnya, masalah hukumnya,tanpa ada rasa keingintahuan tentang apa yang ada di balik peristiwa tersebut. Jikamereka beribadah, peribadatan mereka lebih bersifat simbolistik-formalistik.Mereka menganggap bahwa surga dan neraka adalah tujuan akhir, tanpamenyadari bahwa tujuan akhir yang paling utama adalah berada sedekat mungkindengan Tuhannya. Dalam pengertian ini, pemahaman yang hanya menonjolkanpada satu segi agama ini tentunya kurang dapat memuaskan rasa keberagaman.Dimensi rasionalistik, yang lebih menonjolkan simbol-simbol formalitas ibadahdalam agama, seharusnya beriringan dengan dimensi ruhaniah yang lebihmenonjolkan makna batin agar tidak terjadi kepincangan dalam berislam.Dalam konteks seperti inilah agama, terutama spiritualitas yang dapatmenciptakan rasa keterhubungan dengan Tuhan sebagai pengalaman ruhaniahyang mencerahkan batin, sangat diperlukan oleh masyarakat modern yang tengahdirundung krisis makna, kering jiwa. Paling tidak sebagai penyeimbang ruhaniah5Jon Naisbitt dan Patricia Abdurdance, Sepuluh Arah Baru untuk Tuhan 1990-an Magatrend2000, Terj. FX. Budijanto (Jakarta: Binarupa Aksara, 1990 ), hlm. 256.

4sebagai akibat dari kemajuan di bidang sains dan teknologi6.Salah satu alternatifyang dapat membantu manusia modern untuk mengentaskan tekanan krisisterutama krisis spiritual adalah dimensi sufisme sebagai spiritualitas yang adadalam ajaran Islam.7 Karena sufisme mengajarkan seorang hamba untuk berdialogdengan Tuhan, sehingga terasa akan kedekatannya dengan Tuhan.8 Kesadaranberada dekat dengan Tuhan ini, dalam terminology sufisme, dapat mengambilbentuk ittiha d9, h}ulul10, ma’rifah ataupun mah}abbah. Ajaran mah}abbah},selanjutnya dikembangkan oleh para ahli sufi, dimana mereka selalu mengkaitkan6Muhammad Damami, Tasawuf Positif (Yogyakarta: Fajar Pustaka Firdaus, 2000 ), hlm.218-219.7Mistisme Islam dikenal dengan tasawuf atau sufisme. Harun Nasution, Falsafat danMistisme (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 56. secara etimologis, ada yang berpendapat bahwakata sufi berasal dari kata s}afa ( bening ), s}aff (barisan), s}uf (wol ). Pendapat lain menyebutkanbahwa kata Sophia yang berarti bijaksana. Hamka, Tasawuf Modern (Jakarta: Pustaka Panjimas,1993 ), hlm.1. Diantara asal kata yang disebutkan itu, kata suf-lah yang dianggap paling benarmanurut kaedah ilmu s}arf. Taftazani mengatakan bahwa pada masa awal perkembanganasketisisme, yang menjadi cikal bakal lahirnya sufisme, pakaian dari bulu domba adalah symboldari hamba Allah yang tulus dan zuhud. at-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, Terj. AhmadRofi’ Utsmani ( Bandung: Pustaka, 1997 ), hlm. 21.8Dalam ayat-ayat al-Qur’an dilukiskan bahwa Tuhan begitu dekat. Lihat Q. S al- Baqarah:186, 115, al-Anfa l: 17, Qa f : 16. Dari ketiga surat tersebut, ayat yang sering digunakan untukmelukiskan kedekatan hamba dengan Tuhan adalah surah Qa f :16. Allah berfirman: ωƒÍ‘uθø9 # m ϵø‹s9Î) Ü t ø%r& ß øtwΥuρ ( È ö7y çµÝ¡ø tΡ ô ÏΒ ÏµÎ/ â Èθó uθè? tΒ ÞΟn ètΡuρ z ¡ΣM} # uΖø)n yz ô‰s)s9uρArtinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yangdibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,”Ittiha d adalah suatu tingkatan dalam taswuf di mana yang mencintai dan yang dicintai telahmenyatu. Persatuan yang dimaksud ti

penafsiran Ibnu Qayyim berbasis pada bagaimana memenejemen hati seseorang. vii KATA PENGANTAR Alkhamdulilla h, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rakhmat, hidayah dan inayah-Nya kepada hamba-Nya yang serius mempelajari kehidupan dunia maupun akhirat. Karena rakhmat-Nyalah skripsi

Related Documents:

Ibnu Qayyim telah berguru pada sejumlah ulama terkenal. Mereka inilah yang memiliki pengaruh dalam pembentukan pemikiran dan kematangan ilmiahnya. Inilah nama guru-guru Ibnu Qayyim. 1. Ayahnya Abu Bakr bin Ayyub (Qayyim al-Jauziyah) di mana Ibnu Qayyim mempelajari ilmu faraid. Ayahnya memiliki ilmu mendalam tentang faraid. 2.

serta menjadikan tulisan Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagai referensi utama (primer) dan juga karya orang lain yang berbicara tentang etika Islam sebagai referensi tambahan (sekunder). Dalam pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang konsep etika Islam (akhlak), ia membagi keutamaan akhlak menjadi empat bagian. Pertama, al-jahl

Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah (1292-1350), waxa uu ka mid ahaa aqoon yahanada islaamka u kacay xiligaas aan kor ku soo sheegnay, magaciisa dhamaystirani waxa uu ahaa Maxamed Ibnu Bakr Ibnu Ayuub Ibnu Sacad Assari, kunyadiisuna waxa ay ahayd Abu Abdulaah Shams Al-diin, waxase loogu yeedhi jiray inta badan Ibnu Qayim Al-Jawziyyah.

Menurut Ibnu Qayyim seorang guru harus memiliki adab-adab yang harus dipenuhi untuk dirinya sendiri, maupun adab terhadap muridnya. Selain itu beliau juga menghimbau agar seorang guru harus bisa memahami teori kejiwaan anak didik. Menurut beliau seorang murid itu harus memenuhi adab-adab seorang

Ibnu Qayyim berpendapat bahwa roh itu adalah makhluk yang di ciptakan dan diurus. Begitupula dengan Ibnu Taimiyah bahwa roh manusia itu makhluk yang diciptakan sebagaimana kesempakatan para pendahulu umat ini, para imam mereka, dan seluruh Ahlus Sunnah.13 Apapun sebutannya, ruh itu sesuatu yang amat penting

Ibnu Qayyim menegaskan bahwasanya dasarnya Riba diharamkan, dalam kondisi tertentu menurutnya bisa ditolerir, adanya tolerir dalam kondisi Pertama, untuk Riba Jali dalam kondisi Darurat, sedangkan kedua, Riba Khafi diperbolehkan dalam kondisi hajat. Jelas apa yang dikemukan oleh Ibnu Qayyim

Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim mencakup enam aspek, yaitu ilmu pengetahuan, pendidikan, metode pendidikan, sumber ilmu pengetahuan, guru dan siswa pembelajar, dan urgensi ilmu pengetahuan. Persamaan pandangan Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim yaitu ilmu adalah sesuatu yang diterima oleh akal dan selanjutnya

governing America’s indigent defense services has made people of color second class citizens in the American criminal justice system, and constitutes a violation of the U.S. Government's obligation under Article 2 and Article 5 of the Convention to guarantee “equal treatment” before the courts. 8. Lastly, mandatory minimum sentencing .