ETIKA ISLAM DALAM PANDANGAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

3y ago
63 Views
5 Downloads
2.30 MB
88 Pages
Last View : 6d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Cade Thielen
Transcription

1ETIKA ISLAM DALAM PANDANGANIBNU QAYYIM AL-JAUZIYAHSkripsiDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat MeraihGelarSarjana Teologi Islam (S.Th.I) Pada Jurusan Aqidah Filsafat Prodi Ilmu AqidahPada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan PolitikUIN Alauddin MakassarOlehAMRINNIM. 30100110001FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIKUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR2016

2PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSIMahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:Nama: AmrinNIM: 30100110001Tempat/Tgl. Lahir: Sinorang, 08 Agustus 1991Jurusan/Prodi: Aqidah Filsafat/ Ilmu AqidahFakultas/Program: Ushuluddin, Filsafat dan PolitikAlamat: Jl. Bonto Cani No. 3Judul: Etika Islam Dalam Pandangan Ibnu Qayyim al-JauziyahMenyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi inibenar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakanduplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, makaskripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.Makassar, 15 Januari 2016Penyusun,AMRINNIM: 30100110001

3PENGESAHAN SKRIPSISkripsi yang berjudul “Etika Islam Dalam Pandangan Ibnu Qayyim AlJauziyah”, yang disusun oleh Amrin, NIM: 30100110001, Mahasiswa JurusanAqidah Filsafat pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN AlauddinMakassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasah yangdiselenggarakan pada hari Kamis 14 Desember 2015 M dan dinyatakan telah dapatditerima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.TH. I) dalam Ilmu dalam Jurusan Aqidah Filsafat (dengan beberapa perbaikan).*Makassar, .15 Februari 201606 Rabiul Awal2016 M1437 HDEWAN PENGUJIKetua: Dr. Tasmin, M. Ag(.)Sekretaris: Darmawaty H, M. HI(.)Munaqisy I: Prof. Dr. H. Moch. Qasim Mathar, M A (.)Munaqisy II: Drs. H. Burhanuddin Yusuf, M. Ag(.)Pembimbing I: Dra. Hj. Marhaeni Saleh, M. Pd(.)Pembimbing II : Drs. H. Abd. Kadir Saile, M. Th. I(.)Diketahui Oleh:Dekan Fakultas Uhuluddin, Filsafat dan PolitikUIN Alauddin MakassarProf. Dr. Arifuddin Ahmad, M. AgNIP: 19691205 1993 03 001

4KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمن الرحيم ُ ص َحاِه هه اَْْ َم هع ْين َّ صالَة ُ َوال ف اْالَنبهيَ ه لى ا َ ْش َر ه ْ َ لى اهل هه َوا َّ ب اْلعَلَ هميْنَ َوال اْل َح ْمد ُ هلِله َر ه َ َ س هليْن َ اء َواْل ُم ْر َ سيه هدنَا ُم َح َّمدً َو َع َ سالَ ُم َع ُ ا َ َّما َِ ْعد Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa syukur kepada Allah Swt,karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis bisamenyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula Shalawat dan salam mudahmudahan senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw, Pembawaamanat mulia dari Allah Swt untuk membimbing manusia kejalan yang penuh berkah,kedamaian dan segala kesejahteraan salam naungan iman dan Islam, Amin.Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan orang-orangterdekat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan ini penulismengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak/Ibu :1. Kedua orang tua tercinta yang selalu ada dalam suka maupun duka, dengan takhenti-hentinya memberikan pengarahan-pengarahan yang penuh semangat,harapan dan cinta kasih sejak kecil hingga saat ini dapat menyelesaikan studi diperguruan tinggi, ini tidak terlepas dari doa-doa mereka.2. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor beserta Wakil Rektor I, II, danIII UIN Alauddin Makassar, dengan penuh tanggungjawab memimpin danmembina universitas ini.3. Prof. Dr. Muh. Natsir, M.A, selaku Dekan beserta wakil Dekan FakultasUshuluddin, Filsafat dan Politik.

54. Dr. Abdullah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin,Filsafat dan Politik5. Dra. Hj. Marhaeni Shaleh, M. Pd, selaku Dosen pembimbing Satu.6. Drs. H. Abdul Kadir Saile, M. Th. I, selaku Dosen pembimbing Dua.7. Kepala perpustakaan pusat UIN Alauddin Makassar beserta seluruh jajarannya,karena melalui lembaga yang dipimpinnya penulis telah banyak memperoleh ilmubaik sebelum penulisan skripsi ini maupun dalam pengumpulan bahan-bahankepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini.8. Para Dosen dan staf di Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, yang telah ikutserta membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.9. Kepada semua rekan/ teman-teman yang telah memberikan bantuan dandukungannya pada penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.Akhirnya hanya kepada Allah jugalah penulis mengharapkan agarkeikhlasan atas bantuan dari berbagai pihak dapat bernilai ibadah. Penulis menyadaribahwasanya skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga kritik dan saran terhadapskripsi ini sangat diharapakan agar dapat disempurnakan. Semoga karya tulis ilmiahini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya begitupun dengan penulis.Makassar, 15 Februari 2016Penulis

6DAFTAR ISIJUDUL .iPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .iiPERSETUJUAN PEMBIMBING. . iiiPENGESAHAN SKRIPSI . ivKATA PENGANTAR .vDAFTAR ISI . viiABSTRAK . ixBAB I PENDAHULUANA.Latar Belakang Masalah.1B.Rumusan Masalah .6C.Defenisi Oprasional dan Ruang Lingkup Penelitian .7D.Kajian Pustaka .8E.Jenis Penelitian . . 11F.Tujuan dan Kegunaan Penelitian . . 13BAB II TINJAUAN TEORITISA.Etika Secara Umum . 14B.Etika Islam (Akhlak) . 20C.Konsep Etika Menurut Para Filosof Muslim. . 29BAB III KONSEP ETIKA MENURUT FILOSOF MUSLIM

7A.Etika Menurut Filosof Yunani Klasik .29B.Etika Menurut Filosof Muslim .30BAB IV PANDANGAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH TENTANGETIKA ISLAM (AKHLAK)A. Geneologi Pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah . . 46B.Konsep Etika Islam (Akhlak). . 52C.Perbedaan Etika Islam Ibnu Qayyim dan Para Filosof Muslim . . 66BAB VI PENUTUPA. Kesimpulan . 73B. Implikasi . . 75DAFTAR PUSTAKA. 76RIWAYAT HIDUP . .79

8ABSTRAKNama : AmrinNIM : 30100110001Judul : Etika Islam Dalam Pandangan Ibnu Qayyim Al-JauziyahFokus penelitian ini menjelaskan pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentangetika Islam. Adapun pokok-pokok masalah yang ingin diungkapkan dalam penulisanskripsi ini adalah, pertama, bagaimana pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentangetika Islam?, dan kedua, apa cirri khas yang membedakan antara pandangan IbnuQayyim al-Jauziyah dengan pandangan para filosof Muslim tentang etika Islam?Tujuan dari penelitian ini menjelaskan pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyahtentang etika Islam dan perbedaan antara pandangannya dengan para filosof Muslimtentang etika Islam (akhlak). Kegunaannya mencakup dua hal, pertama, secara teoritisdiharapkan dari hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dalam mengkaji masalahetika Islam bagi mahasiswa Aqidah Filsafat khususnya dan mahasiswa UIN padaumumnya, dan kedua, secara praktis diharapkan dapat menambah khazanah dancakrawala berpikir serta menambah pemahaman tentang etika Islam (akhlak).Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,dengan mempelajari dan menelaah buku-buku dan topik yang berkaitan dengan judulserta menjadikan tulisan Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagai referensi utama (primer)dan juga karya orang lain yang berbicara tentang etika Islam sebagai referensitambahan (sekunder).Dalam pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang konsep etika Islam(akhlak), ia membagi keutamaan akhlak menjadi empat bagian. Pertama, al-jahl(kebodohan), yaitu menampakkan kebaikan dalam rupa keburukan dan sebaliknyamenampakkan keburukan dalam rupa kebaikan, menampakkan kekurangan dalamrupa kesempurnaan dan menampakkan kesempurnaan dalam rupa kekurangan.Kedua, ad-dhalm (kedzaliman), yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya,memarahi perkara yang mestinya diridhai, meridhai sesuatu yang mestinya dimarahidan lain sebagainya dari tindakan-tindakan yang tidak proporsional. Ketiga, alsyahwah (syahwat), yaitu yang mendorong seseorang memiliki sesuatu, kikir, bakhil,tidak menjaga kehormatan, rakus dan hina. Keempat, al-ghadb (marah), yaitu yangmendorong seseorang bersikap takabbur, dengki, dan iri, mengadakan permusuhandan menganggap orang lain bodoh.Implikasi dari penelitian ini diharapkan dengan penulisan konsep etika Islam(akhlak) memiliki manfaat bagi kehidupan umat manusia yang dijadikan sebagaituntunan perilaku, tata aturan dalam kehidupan sehari-hari yang dengan itukeharmonisan dalam kehidupan ini akan dapat tercipta dengan baik sehingga dapatmempengaruhi beragam aktifitas yang dilakukan manusia pada dewasa ini.

9BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTidak ada sumber yang memancarkan sifat luhur dan akhlak yang mulia selainagama, dan tidak ada agama kecuali agama Islam yang sanggup membekali pergaulanhidup dengan moral yang tinggi dan akhlak yang luhur. Pendapat ini merupakanpendapat yang telah diutarakan oleh para sarjana Barat yang telah berkesempatanmempelajari dan mendalami studinya tentang ajaran-ajaran Islam dan hukumhukumnya.1Islam dengan ajaran tauhid dan syariatnya serta tuntunan moral danakhlaknya, telah menghidupkan jiwa-jiwa yang beku, menggugah hati yang layumembangkitkan rasa dan naluri kebajikan pada diri seseorang agar memiliki dadayang lapang dalam hubungan baik dan pergaulan yang rukun dan damai. Disampingitu Islam melarang kezaliman, penindasan serta segala bentuk pemerkosaan danpaksaan, agar jangan ada kehormatan dan hak seseorang terlanggar serta tidak adayang lemah, miskin selalu terhina dan teraniaya, hak milik seseorang dirampas daripadanya secara sewenang-wenang.Persoalan etika selalu dibentuk oleh komunitas masyarakatsepanjangsejarahnya dalam rangka menciptakan suatu interaksi sosial yang lebih tertib, lebihteratur dan agar berhasil. Nilai etika diterima oleh generasi pendahulunya yangdisertai dengan adanya perubahan-perubahan dalam bentuk proses penyesuaian,1Sayyid Sabiq, Islamuna, terj. Prodjodikoro dkk, Nilai-Nilai Islami (Yogyakarta: SumbangsihOffset, 1998), h. 19.1

10penggantian dan penambahan nilai-nilai etika (moral atau akhlak) yang menyesuaikandengan kondisi dan situasi pada zamannya yang nilai tersebut diberlakukan.Faktor lingkungan dan tatanan sosial budaya masyarakat juga akanmempengaruhi suatu proses usaha pembentukan nilai-nilai etika yang berlaku padasebuah komunitas masyarakat. Maka selain akan terjadinya sebuah persamaanpersamaan nilai etika pada kelompok tersebut juga akan terjadi adanyaketidaksesuaian atau adanya perbedaan terhadap nilai yang berlaku.Demikian pula seoarang ulama kenamaan , Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalammembahas tentang nilai etika Islam, dipengaruhi oleh lingkungan sosial, politik danbudaya pada zamannya. Dia merupakan salah seorang pendiri dari neo-sufisme,dimana ciri-cirinya adalah berupaya melakukan penekanan pembahasaan terhadapmotif moral dan penetapan dari metode dzikir dan melakukan pemusatan pemikiranmaupun hati serta adanya upaya pendekatan kepada Allah, yang mana sasaran dan isikonsentrasi tersebut disejajarkan dengan doktrin salafi dan mempunyai tujuan untukmemantapkan keyakinan tentang konsep iman dan pemurnian nila-nilai moral danjiwa manusia.2Banyak orang mempercayai jika salah satu masalah yang mendesak dewasaini yang seharusnya segera diatasi adalah bagaimana manusia dengan segalakelebihan dan kekurangan yang ada mampu hidup bersama, berdampingan secaraharmonis yang berada dalam satu naungan norma dan aturan yang berlaku dalamkehidupan sehari-hari.2Husen Bahresy, Tasawuf Murni Moral Islam Menuju Pembangunan dan Hidup Bahagiadengan Landasan al-Qur’an dan al-Hadits (Surabaya : al-Ihsan, 1990), h. 69.

11Dewasa ini, umat Islam mencoba membuka sebuah cakrawala wawasanpengetahuan baru mengenai nilai-nilai dan norma Islam, yang mulai terabaikan,padahal nilai dan norma Islam yang berlaku akan sedikit banyak membantumemecahkan permasalahan yang sedang dialami oleh umat Islam, bukan malahsebaliknya.Dalam keadaan yang demikian, secara otomatis umat Islam akan berpikirtentang nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam masyarakat tersebutnilai dan norma hanya implisit saja, setiap saat dapat menjadi eksplisit, terutama bilanilai dan norma Islam ditantang atau dilanggar karena perkembangan baru. Umatmanusia menyadari bahwa nilai dan norma yang tadinya terpendam dalam hiduprutin, dengan agak mendadak tampil ke permukaan.Banyak nilai dan norma Islam berasal dari al-Quran dan al-Hadis dan tidakbisa diragukan lagi jika keduanya merupakan sumber yang paling penting. Sebagaicontoh, akhlak merupakan ajaran agama Islam yang juga terdapat dalam al-Quran danal-Hadis. Hal disebabkan karena memang Rasululluh diutus untuk menyempurnakanakhlak. Demikian pula etika Islam tidak akan terlepas dari sumber utama yaitu alQuran dan al-Hadis. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. 33/ al-Ahzab 21:

12Terjemahannya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”3Dalam posisi inilah makna etika Islam dan akhlak disejajarkan dalampenggunaan istilah.Maka, dalam karya ini, pemakaian makna dan istilah etika Islam mempunyaiarti yang sama dengan istilah akhlak, dimana diantara keduanya mempunyaipersamaan yang berasal dari sumber yang sama pula, yaitu al-Quran dan al-Hadisatau nilai-nilai akhlak yang harus dikedepankan dalam kehidupan sehari-hari.Persoalan nilai dan norma adalah persoalan manusia, dimana setiap gerakaktif manusia selalu beriringan dengan aturan norma dan nilai yang berlaku dalammasyarakat. Demikian pula umat manusia tidak kuasa menolak jika agamamemerintahkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama manusia atau bersifat etiskepada Tuhan, karena manusia adalah makhluk yang diciptakan-Nya. Oleh karenanyamanusia harus mengakui bersama bahwa, hanya Tuhanlah yang mampu dan dapatmenyediakan dasar mutlak bagi ruang lingkup “tata aturan universal” etika. Berkatkemurahan-Nya manusia diberi kesempatan yang luas untuk memilih tingkah lakunyadengan diiringi oleh kesadaran bahwa semua itu akan bermanfaat bagi dirinya. Prosestersebut akan lebih mudah jika manusia tidak meninggalkan peran akal pikiran.Adalah sangat naif jika pada era globalisasi seperti saat ini peran akal didalammengunyah dan menginternalisasikan aturan dan tata nilai moral keagamaanDepartemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya( Bogor: Lembaga Percetakan Al-Qur’anKementerian Agama RI, 2010), h. 596.3

13dieliminasi. Kegelisahan anak muda era globalisasi yang mencari bentuk spritualitas“baru” jangan-jangan disebabkan oleh adanya penyempitan ventilasi ruang gerak akaluntuk merumuskan etika keagamaan mereka yang sesuai dengan tantangan yangdihadapi. Dalam era globalisasi, ilmu dan budaya berpengaruh besar dalam sikapkeberagamaan manusia kontemporer.4Ibnu Qayyim al-Jauziyah memandang bahwa persoalan etika adalah persoalanyang seiring sejalan dengan syariat, tanpa terikat dengan waktu dan tempat.Keduanya merupakan kombinasi yang tidak boleh terpisahkan.Syariat merupakan ketentuan yang telah ditetapkan untuk kemudiandiamalkan, sedangkan nilai etika Islam (akhlak) dijadikan sebagai sebuah gambarantentang ketaatan manusia dalam menjalankan perintah Allah, yang semuanya telahtermaktub dalam al-Quran dan al-Hadis. Sebagai ibadah, maka konsekuaensinyaadalah kewajiban umat manusia yang harus mentaati dan mensyukurinya.Sebaik-baiknya cara bersyukur kepada Allah adalah tunduk kepada aturanaturan akhlak (etika Islam) dan berbuat menurut peraturan-Nya, karena Dia-lah yangmenciptakan alam raya ini, menjadikan kebahagiaan, yang berhubungan dengan sifatjujur, adil dan taat. Dalam aturan tersebut terdapat peraturan akhlak, maka barangsiapa yang menyalahinya, berarti durhaka kepada Allah. Apabila hati manusiamenyakini bahwa peraturan-peraturan tersebut adalah peraturan-Nya, niscaya akantimbul perbuatan dengan kekuatan yang menjadikan lebih kuat pengaruh dan lebihbanyak gunanya.54Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Post Modernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1994), h. 152-153.Ahmad Amin, Al-Akhlaaq, terj. Farid ma’ruf , Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang,1993), h. 199.5

14Etika Islam (akhlak) merupakan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalamagama Islam. Sebagai agama universal, ajaran yang disampaikanpun bersifatuniversal dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Demikian pula tujuanakhir yang ingin dicapai adalah hidup bahagia, aman, sejahtera dengan penerapanaturan nilai etika Islam dalam kesehariannya.Dalam diri manusia yang masih hidup, tidaklah mudah baginya untuk bisa“keluar” dari lingkaran hawa nafsu, karena ia merupakan bagian ari manusia itusendiri. Oleh karenanya, langkah yang tepat adalah dengan menjadikan nafsu menjadibagian dari diri manusia, bukan sebaliknya manusia bagian dari nafsu. Dalampermasalahan ini titik tekan yang akan dikedepankan bagaimana nilai-nilai dan ajaranmoiralitas manusia mampu menjadi solusi dari permasalahan yang ditimbulkanmanusia.Dari sinilah etika Islam (akhlak) menjadi penting untuk kemudiandikedepankan dalam kehidupan umat Islam, sehingga kemaslahatan sosial dapat terusterbentuk, keadilan dapat merata, dan yang tidak kalah pentingnya adalahterealisasinya tujuan-tujuan moral Islam dalam kehidupan dan dalam berinteraksiantara sesamanya.B. Rumusan skanduapermasalahan sebagai berikut:1. Bagaimana pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang etika Islam?2. Apa ciri khas yang membedakan antara pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyahdengan pandangan para filosof Muslim tentang etika Islam?

15C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup PenelitianDalam penelitian ini berjudul: “Etika Islam dalam Pandangan Ibnu Qayyimal-Jauziyah” ini perlu dibatasi sebagai pegangan dan kajian selanjutnya sekaligusmemperjelas arah penelitian ini.Etika secara etimologi, berasal dari perkataan Yunani “Ethos” yang berartiwatak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral, susila dan akhlak.6Sedangkan secara terminologi etika bisa jabarkan sebagai suatu ilmu yangmenjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan olehsetengah manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusiadalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harusdiperbuat.7 Namun, etika yang ingin dibahas oleh

serta menjadikan tulisan Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagai referensi utama (primer) dan juga karya orang lain yang berbicara tentang etika Islam sebagai referensi tambahan (sekunder). Dalam pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang konsep etika Islam (akhlak), ia membagi keutamaan akhlak menjadi empat bagian. Pertama, al-jahl

Related Documents:

Etika Bisnis Etika Etika Umum Etika Khusus Etika Individual Etika Sosial Etika Lingkungan Hidup Etika terhadap sesama Etika Keluarga Etika Politik Etika Profesi . Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius 2. Muslich. 1998. Etika Bisnis, Pendeka

Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika individual sendiri. Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu : a. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati atau niat. b.

etika politik, Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara Re-publik Indonesia, nilai-nilai Pancasila seba-gai sumber etika, dan tulisan akan diakhiri dengan pelaksanaan etika politik Pancasila. Pengertian Etika, Nilai, Moral, dan N. orma 1. Etika. Etika secara etimologi berasal dari kata Yu-nani . ethos. yang berarti watak .

Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim mencakup enam aspek, yaitu ilmu pengetahuan, pendidikan, metode pendidikan, sumber ilmu pengetahuan, guru dan siswa pembelajar, dan urgensi ilmu pengetahuan. Persamaan pandangan Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim yaitu ilmu adalah sesuatu yang diterima oleh akal dan selanjutnya

Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah (1292-1350), waxa uu ka mid ahaa aqoon yahanada islaamka u kacay xiligaas aan kor ku soo sheegnay, magaciisa dhamaystirani waxa uu ahaa Maxamed Ibnu Bakr Ibnu Ayuub Ibnu Sacad Assari, kunyadiisuna waxa ay ahayd Abu Abdulaah Shams Al-diin, waxase loogu yeedhi jiray inta badan Ibnu Qayim Al-Jawziyyah.

BAB VI. PEMBELAJARAN ETIKA LINGKUNGAN 111 A. Rambu-Rambu Membelajarkan Etika Lingkungan 111 B. Pembelajaran Etika Lingkungan Melalui Model Pembelajaran OIDDE 121 C. Pengambilan Keputusan Etik dalam Kasus Etika Lingkungan 131 D. Pembelajaran Etika Lingkungan (Pengalaman di Beberapa Negara) 133 DAFTAR FUSTAKA 145 GLOSARIUM 159

Etika secara umum dibagi menjadi sebagai berikut: a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar cara manusia bertindak secara etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moraldasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika

Alex Rider: Never say Die by Anthony Horowitz Below are the complete reviews, written by the Lovereading4kids members. George Hutton - Dormston Secondary School Alex Rider receives a suspicious email from who could be Jack Starbright who was kidnapped on his previous mission. However, whilst trying to locate Jack, he accidentally manages to get tangled up in another MI6 Mission which could put .