PEMIKIRAN MODERN MUHAMMADIYAH

3y ago
39 Views
2 Downloads
317.03 KB
18 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Ophelia Arruda
Transcription

Pemikiran Modern MuhammadiyahPEMIKIRAN MODERN MUHAMMADIYAHDari Dialektika Historis ke Problem EpistemologisSokhi Huda*IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dpk di IKAHA Tebuireng JombangAbstract: The historical context of the birth of Muhammadiyah is theattention to the important issues of theology, Christian missionaryactivity, and behavior among anti-religious thinkers of Indonesia.Principles of modern thought of Muhammadiyah includes ninepoints: (1) Islamic purification associated with places of worship, (2)modernization in education, (3) the establishment of the LegalAffairs Committee, (4) purification of religious doctrine and practiceshirk syncretism , (5) active political ideas without getting involvedin politics, (6) the idea of a business establishment ukhuwahIslamiyah MUI, (7) strengthening the organizational base withraising the movement of pilgrims and religious congregations, (8)enjoining enforcement amar ma’ruf-nahy munkar, and (9) theologyof al-Ma 'u n. Principle problem triggers for the self-criticism of theMuhammadiyah boils epistemological problem, namely the questionof how to get back to the basic sources of Islam: the Qur'an andHadith. This problem is not solved by the Muhammadiyah until theage of one the century. Whereas on the other sides, Muhammadiyahis capable of displaying figures par excellence in the practicalrealism, especially in the field of education and human welfareservices. Therefore, there was no significance between"epistemological problem" and the figure par excellence.Keywords: Modern thought, Muhammadiyah, historical dialectics,epistemological problem.*Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dpk di Fakultas DakwahIKAHA Tebuireng HP: 08165425539; email: sokhihuda81@gmail.com.MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 20121digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sokhi HudaA. PENDAHULUANPada awalnya, sebutan modern bagi Muhammadiyah sudahlazim dalam kajian pemikiran Islam di Indonesia1. Akan tetapi, hal inimengalami kritik realitas historis seiring dengan dinamika perspektifyang berkembang. Dalam usia satu abad, Muhammadiyah dihadapkanpada dinamika internal dan eksternalnya sendiri. Hal ini dapat dilacakpada sumber Islam yang mengalami perkembangan dan perubahaninterpretasi pada wilayah-wilayah teologi, ideologi, dinamikapemikiran, sampai dinamika praksis.Taufik Abdullah menyatakan bahwa Islam itu satu dari sudutajaran pokoknya. Akan tetapi, setelah terlontar dalam konteks sosialpolitik tertentu pada tingkat perkembangan sejarah tertentu pula, Islamdapat memperlihatkan struktur interen yang berbeda-beda.2 Dalamkonteks ini, Andrew Rippin menjelaskan, jika dilihat dari masalahyang diperdebatkan di antara beberapa aliran, mereka berdebat bukantentang pokok-pokok ajaran Islam itu sendiri, tetapi caramemanifestasikan ajaran Islam di dalam sistem kehidupan social.3Tibi4 membuat istilah: antara Islam sebagai model of reality dan Islamsebagai models for reality, sehingga menciptakan minimal dua bentukkomunitas beragama: folk variant dan scholarly variant5. Dalamkonteks keindonesiaan, hal ini terwujud dalam bentuk komunitas NUdan komunitas Muhammadiyah. Komunitas pertama sering diklaim1Untuk hal ini, lihat Richard C. Martin (Ed. in Chief), Islam and the Muslim World,Vol. 1 A-L (New York: Macmillan Reference, 2004), h. 487; Fauzan Saleh, ModernTrend in Islamic Theological Discourse in 20th Century Indonesia: a Critical Survey(Leiden-Boston-Koln: Brill, 2001), h. 2-3.2Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat (Jakarta: LP3S, 1996), h. 11.3Andrew Rippin, Muslims: Their Religious Beliefs and Practices, 2d Ed. (London:Routledge, 2001), h. 35.4Model pertama mengisyaratkan bahwa Islam merupakan representasi dari realitas,sedang model kedua mengisyaratkan bahwa Islam merupakan konsep bagi realitas,seperti aktivitas manusia. Dalam pemahaman model kedua ini agama mencakupteori-teori dan dogma atau doktrin bagi realitas. Lihat Bassam Tibi, Islam and theCultural Accommodation of Social Change (Boulder, Colo: Westview Press, 1990),h. 8.5Ernest Gellner, Muslim Society (Cambridge: Cambridge University Press, 1984), h.5.2MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 2012digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pemikiran Modern Muhammadiyahsebagai kelompok tradisionalis, sedang komunitas kedua sebagaikelompok modernis.Kajian tentang pemikiran Muhammadiyah menarik jikadikaitkan dengan usia satu abadnya sebagai perspektif kritik. Padausia ini, Muhammadiyah mengalami perkembangan dan perubahan.Tulisan ini menentukan fokus pada persoalan “dialektika historis danproblem epistemologis pada satu abad usia Muhammadiyah”. Fokus iniditempatkan dalam kerangka studi kritis terkait dengan satu abad usiaMuhammadiyah, sampai data-data teraktual pada Agustus 2012.B. PEMBAHASAN1. Modernisme Islam IndonesiaMenurut Achmad Jainuri, dalam bidang intelektual, modernismeIslam muncul karena tantangan perkembangan yang dihadapi olehumat. Dalam abad ke-19 dan awal abad ke-20 tantangan politik yangdihadapi oleh umat Islam adalah bagaimana upaya membebaskan diridari penjajahan Barat. Tantangan kultural adalah masuknya nilai-nilaibaru akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern Barat. Tantangansosial-ekonomi adalah bagaimana mengentaskan kebodohan dankemiskinan umat. Sedang tantangan keagamaan adalah bagaimanameningkatkan wawasan pengetahuan agama serta mendorong umatuntuk dapat memahami ajaran agama secara mandiri.6Bagi muslim modernis, Islam memberikan dasar bagi semua aspekkehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat, dan yang dipandangselalu sesuai dengan semangat perkembangan. Oleh karena itu, bagikaum modernis, tugas setiap muslim adalah mengimplementasikansemua aspek ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Dasar pandanganini dibentuk oleh satu keyakinan bahwa Islam memiliki watak ajaranyang universal. Secara ideal, substansi universalitas ajaran Islam inimencakup semua dasar norma bagi semua aspek kehidupan, baik yangberkaitan dengan persoalan ritual maupun sosial.Secara historis, rumusan modernisme Islam paling awal munculdi Mesir oleh Rifa’ah Rafi’ al-Tahtawi, dilanjutkan oleh Jamaluddin6Achmad Jainuri, Orientasi Ideologi Gerakan Islam Modern (Surabaya: LPAM,2004), h. 94.MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 20123digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sokhi Hudaal-Afghani dan mengalami perkembangan yang luar biasa di tanganMuhammd ‘Abduh. Tokoh terakhir ini disebut inspirator gerakanpembaharuan dalam Islam yang sampai ke Indonesia. Kaum modernisdi Indonesia sering digolongkan kepada organisasi sosial keagamaanbernama Muhammadiyah, PERSIS, al-Irsyad, dan sejenisnya.7 Diantara ciri dari gerakan Islam modern adalah menghargai rasionalitasdan nilai demokratis. Semua anggota memiliki hak yang sama dansemua tingkat kepemimpinan dipilih, tidak diangkat. Tidak adaperbedaan antara warga biasa dan ulama menyangkut hak dankewajiban organisasi.8Gerakan modern Islam di Indonesia memiliki pengaruh kuat dikalangan kelas menengah kota.9 Modernisme Islam memiliki polapikir rasional,10 memiliki sikap untuk mengikuti model Barat dibidang pendidikan, teknologi, dan industri atau telah terbawa oleharus modernisasi.11 Pemikiran kaum modernis tidak hanya terbataspada bidang teknologi ataupun industri, tetapi juga merambahkedalam bidang pemikiran Islam. Tujuannya adalah mengharmonikankeyakinan agama dengan pemikiran modern.Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Arbiyah Lubis,ditemukan bahwa Muhammadiyah termasuk dalam kelompoktradisionalis modernis. Menurutnya, Muhammadiyah tampil sebagaimodernis hanya dalam dunia pendidikan, sedangkan dalam memahamiteks al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber ijtihad, Muhammadiyah beradadalam kelompok tradisionalis.12 Tradisionalisme yang dianut olehorganisasi Muhammadiyah, menurut Arbiyah Lubis, tercermin dalamteologi yang dianutnya, yaitu paham Jabariyah yang mengakuikehendak mutlak Tuhan, ketidakbebasan manusia dalam memilih7Zainuddin Maliki, Agama Priyayi (Yogyakarta: Pustaka Marwa 2004), h. 41.Ibid., h. 97.9Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3S, 1996).10Kacung Maridjan, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926 (Jakarta:Penerbit Erlangga, 1992).11Akbar S. Ahmed, Post Modernism and Islam (London: Routledge, 1992), h. 31.12Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh: Suatu StudiPerbandingan (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 185.84MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 2012digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pemikiran Modern Muhammadiyahperbuatannya dan memberikan daya yang kecil kepada akal untukmemahami masalah-masalah akidah.132. Pokok Pikiran MuhammadiyahMuhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H./8 November 1912di Yogyakarta dengan tokoh perintisnya K.H. Ahmad Dahlan. FauzanSaleh menjelaskan, bahwa emerjensi gerakan Muhammadiyah adalahrespons terhadap kebutuhan mendesak untuk melakukan purifikasiIslam dari pengaruh-pengaruh budaya populer lokal. Reformasikeagamaan Islam yang diperjuangkan oleh gerakan ini menekankanaspek-aspek kehidupan individu dan sosial. Meskipun demikian,perhatian utama yang diserukannya adalah isu-isu penting teologi,semisal ketidakmurnian kehidupan keagamaan, ketidakefisienanpendidikan keagamaan, aktivitas misionaris Kristen, dan perilaku antikeagamaan di kalangan para pemikir Indonesia.14Pemikiran agama, menurut Muhammadiyah, yang memilikiimplikasi sosial cukup besar, ialah pemurnian agama (purifikasi) dibidang akidah dan amaliah. Hal ini tercermin dalam pengajaran KiaiDahlan tentang tafsir al-Qur’an yang dirangkum oleh K.R.H. Hadjiddalam “Ajaran K.H.A. Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-Ayat alQur’an”. Esensi dari ajaran ke-17 ayat tersebut dapat disimpulkanmenjadi empat poin. Pertama, pemurnian akidah denganmembersihkan pribadi dari hawa nafsu yang hanya mengikutikebiasaan yang ada pada diri sendiri, dalam keluarga, dan dalammasyarakat. Karena kebiasaan itu tidak sesuai dengan al-Qur’an danSunnah, maka harus ditinggalkan dan kembali pada al-Qur’an danSunnah. Kedua, kepedulian sosial sebagai inti implementasi akidahyang benar. Ketiga, dakwah amar ma’ruf-nahi munkar. Keempat,jihad fi sabilillah dengan jiwa, raga, dan harta.15Dengan konteks historis di atas, Muhammadiyah menetapkan tujuhpokok pikiran sebagai berikut:13Ibid., h. 183.Fauzan Saleh, Modern Trend in Islamic Theological Discourse, h. 2-3.15K.R.H.Hadjid, Ajaran KHA. Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-Ayat al-Qur’an(Semarang: PWM. Jawa Tengah, tt), h. 8.14MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 20125digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sokhi Huda1.2.3.4.5.6.6Amma ba'du. Bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allahsemata-mata. Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan ta'at kepadaAllah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiapmakhluk, terutama manusia.Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat-iradat) Allahatas kehidupan manusia.Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagiahanyalah dapat diujudkan di atas dasar keadilan, kejujuran,persaudaraan dan gotong-royong bertolong-tolongan denganbersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari padapengaruh syaitan dan hawa nafsu. Agama Allah yang dibawa dandiajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalahsatu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dansebaik-baiknya.Menjunjung tinggi hukum Allah lebih dari pada hukum yangmanapun juga, adalah kawajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yangmengaku ber-Tuhan kepada Allah. Agama Islam adalah agama Allahyang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai NabiMuhammad saw dan diajarkan kepada unmatnya masing-masinguntuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosasebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama ummat Islam,ummat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblahmengikuti jejak sekalian Nabi yang suci itu; beribadah kepada Allahdan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan danmempergunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia ini,dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-matadan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridla-Nya belaka sertamempunyai rasa tanggung-jawab di hadlirat Allah atas segalaperbuatannya; lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hatimenghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya,atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya dengan penuhpengharapan akan perlindungan dan pertolongan Allah Yang MahaKuasa.Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu,maka dengan berkat dan rahmat Allah dan didirong oleh firmanAllah dalam al-Qur'an:"Adakanlah dari kamu sekalian golongan yang mengajak kepadakeIslaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari padakeburukan. Mereka itulah-golongan yang beruntung berbahagia".(al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 104)”.Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912Miladiyah oleh Almarhum K.H.A. Dahlan didirikanlah suatuPersyarikatan sebagai "GERAKAN ISLAM” dengan namaMENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 2012digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pemikiran Modern Muhammadiyah7."MUHAMMADIYAH" yang disusun dengan majlis-majlis (bagianbagian)-nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura"yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratanatau Muktamar.Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkanperintah-perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya, NabiMuhamnad saw, guna mendapatkan karunia dan ridla-Nya, di duniadan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa danbahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah,sehingga merupakan: baldatun tayyibatun warabbun ghafur, artinya:suatu negeri yang indah, bersih, suci, dan makmur di bawahperlindungan Tuhan yang Maha Pengampun. Maka denganMuhammadiyah ini mudah-mudahan umat Islam diantar ke pintugerbang syorga jannatun na’im dengan keridloan Allah yang16Rahman dan Rahim.Tujuh pokok pikiran di atas mencermikan substansi yang bersifattawhidic sampai dengan eskatologis yang bersumber dari MukaddimahAnggaran Dasar Muhammadiyah, dengan penekanan pada pelaksanaanajaran Islam secara murni dan pentingnya dakwah.3. Epistemologi Pemikiran Modern MuhamadiyahEpistemologi pemikiran Muhammadiyah terkonstruksi atas tigapilar, yaitu: (1) ideologi Wahhabi-Salafi, (2) konsep pembaruan dibidang pendidikan dari Muhammad ‘Abduh, dan (3) dasar teologi dariKiai Dahlan. Di kalangan Muhammadiyah, spirit kemodernan dapatdilacak dari anjuran Kiai Dahlan; “dadiyo kyai sing kemajuan” (jadilahkiyai/ulama’ yang berpandangan maju).M. Dawam Raharjo menjelaskan, bahwa berdirinya Muhammadiyah itu dilatarbelakangi oleh pemikiran pembaruan MuhammadAbdul Wahhab yang berorientasi kepada pemurnian ajaran-ajaran Islamdari pengaruh-pengaruh budaya lokal, yang melahirkan TBC(takhayul, bid’ah, dan churafat).17 Penjelasan Raharjo ini diperkuat16Djindar Tamimy, Penjelasan Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah(Yogyakarta: Sekretariat Pusat Muhammadiyah, 1970), h. 3-34.17M. Dawam Rahardjo, Satu Abad Muhammadiyah: Mengkaji Ulang ArahPembaruan, ed. Taufik Hidayat dan Iqbal Hasanuddin (Jakarta: Paramadina &LSAF, 2010), h. 2-16.MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 20127digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sokhi Hudaoleh penjelasan M. Din Syamsuddin (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) sebagai berikut:Secara teologis, Muhammadiyah kadang-kadang menyebut diri sebagaigerakan yang secara teologis berada pada kategori salafi yah atausalafisme. Hal itu juga yang menjadi landasan KHA. Dahlan dalampendirian Muhammadiyah, salah satu referensinya adalah Tafsi r alMana r dari Rasyid Ridla, tokoh salafiyah abad 20. Itupun juga adareferensi lain, dan pada bidang-bidang tertentu bersatu dengan gerakanSalafiyah. Tapi ketika muncul gerakan salafi sekarang ini, yaitu gerakanyang cara berpakaiannya harus memakai jubah, di atas matanya memakaicelak, celananya di atas tumit, tata cara shalatnya berbeda, dan jumlahvariannya juga banyak. Apakah Muhammadiyah bagian dari salafi yangseperti ini?Ada lagi titik-titik kategoris salafi lain yang juga tampil di Indonesia,sehingga kita sadar bahwa varian Islam Indonesia itu sangat banyak. Ketikasaya ditanya “Apa Muhammadiyah itu salafi?”, saya jawab: “Ya,Muhammadiyah salafi juga”. Ada lembaga luar negeri yang tidak maubekerja sama dengan kita, kecuali di dalam berita acara ditulis bahwaMuhammadiyah adalah gerakan yang berpegang pada aqidah salafi, yaitusalafus-saleh. Saya juga bilang “Ya”, tapi mungkin kita sadari salafi-nya,yaitu salafi tengahan.18Dari dua penjelasan tersebut di atas, jika dilakukan pelacakanlebih jauh, istilah Wahhabi-Salafi berasal dari gerakan Wahhabi ArabSaudi yang berkolaborasi dengan gerakan Salafi di Mesir. Oleh karenasemangat ideologis dan substansi ajaran kedua gerakan ini sama, makakeduanya menyatu dalam satu atribut gerakan, yakni Wahhabi-Salafi.19Raharjo juga mengemukakan bahwa Muhammadiyah diilhamioleh pemikiran pembaruan Islam yang dilancarkan oleh MuhammadAbduh yang lebih menekankan modernisasi pemikiran danpendidikan, terutama pada penerimaan terhadap ilmu pengetahuanBarat yang kemudian dikembangkan melalui jalur pendidikan. Sejaksaat itu Muhammadiyah berkembang menjadi lembaga pendidikanyang sangat luas.2018M. Din Syamsuddin, “Muhammadiyah dan Dialog Pemikiran”, dalamhttp://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost 92 (22/04/2008), diakses 29-4-2012.19Lihat Roel Meijer, Global Salafism: Islam’s New Religious Movement (London: C.Hurst Company, 2009), 4, 18.20Rahardjo, Satu Abad Muhammadiyah, h. 2.8MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 2012digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pemikiran Modern Muhammadiyah4. Pokok-Pokok Pemikiran Modern MuhammadiyahTerdapat delapan poin pokok pemikiran modern Muhammadiyah,yaitu:a. pemurnian ajaran Islam (purifikasi) terkait dengan sarana ibadahdengan rintisan K.H. Ahmad Dahlan (mulai tahun 1897);b. modernisasi dalam dunia pendidikan;c. pembentukan Majelis Tarjih (1927 atas usulan K.H. Mas Mansur);d. purifikasi ajaran agama dari praktik syirik dan sinkretisme;e. gagasan politik aktif tanpa terlibat dalam politik praktis (hasilTanwir Ponorogo 1969 dan Muktamar Ujung Pandang 1971);f. gagasan ukhuwah Islamiyah dengan usaha pembentukan MUI(1970) yang dimanifestasikan oleh Buya Hamka;g. penguatan basis organisasi dengan penggalangan gerakan jamaahdan dakwah jamaah (GJDJ);h. penegakan amar ma’ru f-nahy munkar (pasca 1985).21Dari kedelapan poin pemikiran modern Muhammadiyah tersebut,menurut penulis, hanya tiga poin yang merupakan isi pokokpembaruan sosial-keagamaan Muhammadiyah. Sedang poin-poinlainnya bersifat instrumental-strategis, interpretasi aksi danpenguatannya, serta relasi sosial dan kepolitikan. Klasifikasi untuk halini dipaparkan pada tabel di bawah ini.Tabel 1. Klasifikasi Pemikiran Modern MuhammadiyahNo.12Isi PokokPemikiranModernPurifikasiajaran agamadari praktiksyirik dansinkretismeModernisasidalam duniapendidikanInterpretasiInstrumenAksi n IslamMajelis Tarjihterkait dengansarana ibadahRelasi anamar ma’rufnahy munkarGagasanpolitik aktiftanpa terlibatPenguatan basisorganisasidengan21Jurdi (Eds.), 1 Abad Muhammadiyah, xiv-xvii.MENARA TEBUIRENG, Vol.08, No.01, September 20129digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sokhi Hudapenggalangangerakan jamaahdan dakwahjamaah (GJDJ)dalam politikpraktisDalam hemat penulis, ada satu poin yang perlu diin

Pada awalnya, sebutan modern bagi Muhammadiyah sudah lazim dalam kajian pemikiran Islam di Indonesia1. Akan tetapi, hal ini mengalami kritik realitas historis seiring dengan dinamika perspektif yang berkembang. Dalam usia satu abad, Muhammadiyah dihadapkan pada dinamika internal dan eksternalnya sendiri. Hal ini dapat dilacak

Related Documents:

A. Pemikiran Pendidikan Tan Malaka Pemikiran-pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan kaum tertindas, menjadi perenungan masyarakat dewasa ini. Minimnya ulasan mengenai aktivitas politik Tan Malaka dalam dunia pendidikan, menjadi suatu ironi tersendiri dalam perkembangan sejarah pendidikan Indonesia modern.

tentang pemikiran tasawuf KH. Mahmud Hasil dalam kitab Simpanan Berharga. Buku ini berupaya untuk memaparkan dua hal yakni pemikiran tasawuf KH. Mahmud Hasil dan corak pemikiran tasawuf seperti apa yang menjadi penekanannya. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang hazanah

Lampiran 2. Penilaian Seleksi, Monitoring, dan Evaluasi Hasil .27 . HIBAH PENELITIAN TENTANG MUHAMMADIYAH BATCH 3 4 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG . JENIS PENDANAAN HIBAH PENELITIAN TENTANG MUHAMMADIYAH Terdapat 2 (dua) skema dalam Hibah Penelitian Muhammadiyah 2019 ini meliputi: 1. Skim Penelitian DASAR diperuntukkan bagi penelitian .

Lampiran 2. Pembukuan Keuangan Sekolah Muhammadiyah Malang Raya . xv Lampiran 3. Posisi Keuangan Sekolah Muhammadiyah Tiga Tahun Terakhir. xvi Lampiran 4. Jumlah Peserta Didik Sekolah Muhammadiyah Malang Raya . xvii Lampiran 5. Status Sekolah dan Status Akreditasi Sekolah Muhammadiyah . xviii Lampiran 6.

Universitas Muhammadiyah Surabaya pada awalnya terdiri atas beberapa lembaga pendidikan tinggi muhammadiyah, diantaranya Fakultas Ilmu Agama Jurusan Da'wah (FIAD) yang berdiri sejak 15 September 1964, Fakultas Tarbiyah Surabaya berdiri pada 1975, IKIP Muhammadiyah

penetian dengan Judul “Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep Tasawuf Modern menurut Nasaruddin Umar? 2. Bagaimana implikasi Tasawuf perspektif Nasaruddin Umar di era modern ini? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peniliti memiliki tujuan

PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG STRATEGI KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH DAN HAM PBB . Dan data-data lainnya yang berkaitan dengan Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Konsep Kemerdekaan Indonesia. . Adapun riwayat pendidikan adalah sebagai berikut: 1. SDN 2 Tanjung Baru (Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung .

The American Revolution, 1763-1783 By Pauline Maier This essay excerpt is provided courtesy of the Gilder Lehrman Institute of American History. INDEPENDENCE The Seven Years’ War had left Great Britain with a huge debt by the standards of the day. Moreover, thanks in part to Pontiac’s Rebellion, a massive American Indian uprising in the territories won from France, the British decided to .