BAB III PEMBAHASAN A. Pemikiran Pendidikan Tan Malaka

3y ago
43 Views
2 Downloads
638.53 KB
61 Pages
Last View : 28d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Bria Koontz
Transcription

BAB IIIPEMBAHASANA. Pemikiran Pendidikan Tan MalakaPemikiran-pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan kaum tertindas, menjadiperenungan masyarakat dewasa ini. Minimnya ulasan mengenai aktivitas politik Tan Malakadalam dunia pendidikan, menjadi suatu ironi tersendiri dalam perkembangan sejarahpendidikan Indonesia modern.Sebelum datang orang Belanda, bangsa Indonesia telah mengenal pendidikan, meskidilakukan dengan cara tradisional. Pendidikan pada anak-anak dilakukan dengan jalanberaneka ragam, mulai dengan permainan hingga membajak sawah.Bahkan, wayang dan gamelan ikut mendidik mereka. Hingga tahun 1600 an, melaluiberbagai pendidikan itu, orang Jawa telah berlayar jauh hingga ke Persia dan Peking. Jeparadan Gresik bahkan punya galangan kapal dan industri1. Namun, semua galangan kapal danindustri itu dihancurkan Belanda. Dengan hilangnya perindustrian, maka hancurlahpendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi bergantungpada keadaan sosial.Kejayaan masa lalu tersebut mulai menemui ajalnya setelah masuknya kapitalisme diIndonesia. Pabrik, perkebunan, dan lembaga pemerintah kolonial membutuhkan pegawairendahan. Untuk itulah orang Indonesia dididik oleh Belanda. Pendidikan yang hanyamencetak keset atau alas kaki Pemerintah Kolonial Hindia Belanda inilah yang ditentang olehTan das1462565478/22 diakses 22 oktober 2017i

Tan Malaka merumuskan Tiga tujuan pendidikan yang menjadi dasar perjuanganpendidikannya yang tak pernah terlepas dari prinsip kerakyatan:21. Memberi senjata cukup, buatpencarian penghidupan dalam dunia kemodalan (berhitung,menulis, ilmu bumi, Bahasa Belanda, Jawa, Melayu)2. Memberi haknya murid-murid yakni kesukaan hidup, dengan jalan pergaulan(verenigging).3. Menunjukkan kewajiban kelak, terhadap berjuta-juta Kaum KromoKetiga tujuan diatas telah diterapkan pada sekolah Sarekat Islam (Sekolah SI) yangdidirikannya di Semarang. Namun sangat disayangkan usaha ini tidak dapat diteruskan karenabeberapa bulan setelah sekolah ini berkembang Tan Malaka harus meninggalkannya karenadihukum buang pemerintah kolonial Belanda.Belakangan, sekolah ini dikenal dengan nama sekolahTan Malaka. Secara singkatmenurut Tan Malaka yang dituturkannya dalam tulisan SI Semarang dan Onderwisj adalah :31. Disekolah anak-anak SI mendirikan dan mengurus sendiri berbagi-bagai vereeniging,yang berguna buat lahir batin (kekuatan badan dan otak).2. Disekolah diceritakan nasib kaum melarat di Hindia Belanda dan dunia lain, dan jugasebab-sebab yang mendatangkan kemelaratanitu. Selainnya dari pada itu kitamembangunkan hati belas kasihan pada kaum terhina, dan berhubungan dengan hal ini,kita menujukkan akan kewajiban kelak kalau ia balik, ialah akan membela berjuta-jutakaum Proletar.2Tan Malaka,Serikat Islam Semarang dan Ownderwijs. (Jakarta: pustaka kaji. 2011) h.21Syahrul Ahan, 2012, Konsep Pendidikan Tan Malaka. Dari http://kritis-pendidikan. .com/2012/12/konseppendidikan-tan-malaka.html. Diakses tangga 30 Juli 20173ii

3. Dalam Vereeniging SI dan Buruh, murid-murid yang sudah bisa mengerti diajakmenyaksikan dengan mata sendiri suara kaum Kromo, dan diajak mengeluarkan pikiranatau perasaan yang sepadan dengan usia (umur), pendeknya diajak berpidato.Dalam membangun arah pembangunan bangsa melalui pendidikTan Malaka 3 MinimumProgramnya, yaitu: 41. Wajib belajar bagi anak-anak semua warga negara Indonesia dengan cuma-cuma sampaiumur 17 tahun dengan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar dan Bahasa Inggrissebagai Bahasa asing yang terutama.2. Menghapuskan sistem pelajaran sekarang dan menyusun sistem yang langsungberdasarkan atas kepentingan-kepentingan Indonesia yang sudah ada dan yang akandibangun.3. Memperbaiki dan memperbanyak jumlah sekolah-sekolah kejuruan, pertanian, danperdagangan dan memperbaiki dan memperbanyak jumlah sekolah-sekolah bagipegawai-pegawai tinggi di lapangan teknik dan administrasi.Selain beberapa rumusan diatas berikut adalah beberapa pemikiran Tan Malaka di bidangPendidikan:1. Religius- revolusionerPada perkembangan kehidupanya Tan Malaka memiliki pandangan bahwa Islammemiliki kekuatan revolusioner dan dapat menjadi alat untuk melawan kolonialismedan imperialisme. Religiusitas ini tidak terlepas dari pengaruh kehidupan masa kecilnyadi Suliki danpergaulannya dengan para tokoh nadhliyin.4Wahyu. Seri Pemikiran Tan Malaka dan Pendidikan Transformasi. Majalah pendidikan Online IndonesisaMjeducation.com. Dari malaka-dan-pendidikan-transformatif/.Diakses tanggal 12 Agustus 2017iii

Apabila dilihat visi pendidikan Tan Malaka sangat mendekati tujuan pendidikanIslam dimana tujuan pendidikan Islam yaitu pendidikan harus sebagai proses untukmewujudkan peserta didik menjadi orang yang baik dan bajik. Karena itulah menurutTan Malaka pendidikan akhlak harus menjadi tujuan utama.5Dorongan yang kuat untuk memerdekakan rakyat Indonesia dari penjajahan menjadipenggerak bagi Tan Malaka untuk melakukan apa saja, semisal dalam hal pendidikan.Maka dinyatakan bahwa keikutsertaanya dalam perjuangan pendidikan tidak terlepasdari perjuangan memerdekakan bangsa Indonesia.Tan Malaka beranggapan bahwa rakyat terdidik, rakyat jelata dan kaum kromoharus dididik, seirama dengan Islam juga sangat menjunjung tingi nilai-nilai persamaanhak, terlebih dengan adanya Nabi yang membawa misi membebaskan kaum lemah dantertindas, memproklamirkan kebenaran, dan membangun orde-orde sosial atas dasarkesamaan hak, keadilan sosial, dan persaudaraan.6Hal ini berarti bahwa tujuan utama para Nabi adalah sama dengan tujuanrevolusioner modern, yaitu membebaskan kaum lemah dan tertindas. Muhammadsebagai Nabi umat Islamhadir di tengah mayarakat bukan sekedar mengajarkankepatuhan kepada Allah atas wahyu yang dibawakannya, lebih dari itu beliaumemobilisasi dan memimpin masyarakat untuk melawan ketimpangan sosial.2. EgaliterTan Malaka mengingingkan pendidikan tanpa kelas yang pada suatu saat nanti akanmelahirkan masyarakat tanpa kelas. Untuk itu,sekolah bagaikan laboratorium sosialyang membelajarkan peserta didik untuk hidup bersosial tanpa stratifikasi serta56Lihat di Harry A. Poeze. Pergulatan Menuju Republik 1897-1925.( Jakarta: Grafiti. 2000). h. 121lihat di http// Revolusi Islam di Bawah Bendera Laailaaha Illa Allah di akses pada tanggal 20 Nopember2015iv

dalamduniakemodalan.7 Tan Malaka mengungkapkan spirit pendidikan kolektivitas tersebutdalam Keterangan Ringkas dalam Program Maksimum yang ditulisTan pada tahun1948:Pendidikan kemurbaan haruslah didasarkan atas kemauan mengadakan kemakmuranbersama oleh kerjasama, buka kemakmuran buat perseorangan (individu).Kemakmuran bersama ialah ialah kemakmuran buat tiap-tiap anggota yang sukabekerja untuk masyarakat itu (sosialisme).Kemakmuran yang setinggi tingginyadapat diperoleh cuma dengan jalan mekanisasi (pemakaian mesin semodernmodernnya). Pemakaian mesin yang palingefisien cuma dapat diperoleh dengan kerjagotong-royong yang teratur rapi (kolektifisasi).8Dalam iklim masyarakat yang kapitalistik-eksploratif, beliau mengajak masyarakatuntuk berjuang bersama menyuarakan persamaan, persaudaran, dan keadilan. Islamsendiri, menegaskan bahwa terjadinya praktek penindasan merupakan tanggung jawabseluruh komponen masyarakat, baik penindas dan yang tertindas. Dan dalam mencapaiperubahan sosial, al-Qur‟an menekankan kesadaran humanistik yang berdiri di atasegalitarianisme. Oleh sebab itu, mereka sama-sama bertanggung jawab atas prakteksistem ketidakadilan dan ketertindasan.9 Harapan Tan Malaka tidak hanya sebagaisosialisasi saja tetapi melainkan menjadi watak dan kebiasan masing-masing muriduntuk suka menolong rakyat.Praktik pendidikan dalam imaji Tan Malaka. Tidak ada diskriminasi antar kaumdalampraktik pendidikan. Dalam kerangka pendidikan tersebut, potensi anak7Lihat SI Semarang dan Onderwijs mengenai “Memberi haknya murid-murid, yakni kesukaan hidup, denganjalan pergaulan, Tan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011), h. 258Wacana kolektivitas dalam pendidikan juga ditemukan dalam tulisan Tan Malaka. Serikat Islam Semarangdan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011) hal 229Penindas bersalah karena arogansi dan kekuasaannya, tertindas akan bersalah jika mereka hanya diam tidakmelakukan perlawanan. Lebih jelas lihat dalam Eko Prasetyo, Islam Kiri, Melawan Kapitalisme Modal dariWacana Menuju Gerakan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h.viv

mendapatkan perhatian lebih. Cita-cita Tan Malaka untuk mendirikan sekolah kaumproletar terwujud di Semarang. Dalam mensosialisasikan idenya soal pembangunansekolah rakyat itu, Tan Malaka menulis artikel yang disebarkan ke masyarakat. 10Praktek pendidikan egaliter ini bisa disebut sebagai pedagogik transformatif, yaituproses memanusiakan manusia untuk dapat membentuk masyarakat baru danpengetahuan baru yang diciptakan oleh keterlibatan mereka sendiri. Hal inimengusahakan agar pendidikan di posisikan supaya masyarakat mempunyai kesadarandari pendidikan yang tertindas dan tertinggal. Setelah sadar, diharapkan masyarakatdapat membongkar tatanan atau relasi sosial yang tidak adil dan mengembalikankemanusian manusia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Tan Malaka, “Jadijanganlah bimbang merampas kemerdekaan bila kamu ingin menjadi murid Barat”.11Juga jangan dilupakan bahwa kamu belum seorang murid, bahkan belum manusia bilatak ingin merdeka dan bekerja sendiri. Pedagogik transformatif menekankan padarefleksi atas segala sesuatu hal yang ada di dalam maupun diluar kelas realita.Alhasil, pendidikan merupakan bagian dari proses transformatif sosial yang berartiberupa kerja-kerja politik pembebasan. Pada konteks pendidikan Tan Malaka, sekolahSI dan sistemnya menjadi instrumen pembebasan manusia Indonesia yang tertindas.Dari Penjelasan diatas kelihatan belum merdekanya seorang murid atau bangsa kitasebelum menjadi manusia seutuhnya dan mandiri terbebas dari intervensi sehinggapendidikan merupakan suatu alat yang sangat penting dalam melepaskan penindasan-10Artikel tersebut diterbitkan melalui surat kabar Soeara Ra‟jat pada akhir tahun 1921 dan Masa-Baroe padabulan Oktober 1921. Pada bulan Desember 1921 artikel itu dikeluarkan sebagai brosur. Kemudian brosur tersebutdibukukan dan dijual dengan harga 80 sen.11Syahrul, Ahan, 2012, Konsep Pendidikan Tan Malaka. Dari http://kritis-pendidikan. .com/2012/12/konseppendidikan-tan-malaka.html. Diakses tangga 30 Juli 2013.vi

penindasan,dan alat dalammencapai kemajuan bangsa Indonesia yang sesuai ke-Indonesiaan seutuhnya.3. Kerakyatan dan berjati diri IndonesiaMenurut Tan Malaka, pendidikan untuk rakyat Indonesia harus berakar kepadabudaya Indonesia yang terus digali dan disampaikan dengan Bahasa Indonesia, dimanaprinsip kerakyatan adalah landasan filosofis dalam praksis pendidikan yang sesuaidengan jati diri bangsa Indonesia.Pendidikan tak dapat terpisah dalam mempelajari hakekat realita yang merupakanpusat dari setiap konsep pendidikan.12 Pentingnya hal tersebut mengingat programpendidikan sekolah didasarkan atas fakta dan realita, bukan atas keinginan menjadikaum pemodal dengan proses pendidikan yang didasarkan kemodalan.Tan Malaka ingin pendidikan semestinya mendahulukan kearifan a.Olehkarenaagaritu,pendidikankejuruan seperti: pertanian, perdagangan, teknik, dan administrasi harusdibenahi kualitasnya.Pendidikan praksis Tan Malaka tersebut diwujudkannya di sekolah SarekatIslamberprinsip bahwa hawa (geest)14 harus lebih sehat dan memiliki karakterketimuran yang membedakan dengan sekolah Eropa. Anak-anak didik dituntut kerasuntuk mencari kepandaianmembaca, menulis dan berhitung sebagai modalpenghidupan. Konsep pendidikan Tan Malaka ini sangat sederhana dalam kontekskekinian, hal yang luar biasa pada masa itu.12Lihat Tan Malaka. Naar De Republiek Indonesia. http://www.marxis.org/indonesia diakses pada tanggal12 November 201713Tan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011), h. 2714Ibid hal 22vii

Praktek pendidikan Tan Malaka bisa disebut sebagai pedagogik transformatif, yaituproses memanusiakanmanusia untuk dapat membentuk masyarakat baru danpengetahuan baru yang diciptakan oleh keterlibatan mereka sendiri. Hal inimengusahakan agar pendidikan di posisikan supaya masyarakat mempunyai kesadarandari pendidikan yang tertindas dan tertinggal. Setelah sadar, diharapkan masyarakatdapat membongkar tatanan atau relasi sosial yang tidak adil dan mengembalikankemanusian manusiaMenghapuskan pembelajaran berbau feodalis merupakan langkah revolusioner TanMalaka untuk memutus keterbelakangan dan mental kuli bagi pribumi. 15 Jika masapenjajahan mendidik pribumi hanya didasarkan kepentingan imprealis sendiri, dalamartian setelah menyelesaikan pendidikan mereka dipekerjakan sebagai rendahan saja.Menurut Tan Malaka, pendidikan untuk rakyat Indonesia yang berakar kepadabudaya Indonesia yang terus digali dan disampaikan dengan Bahasa Indonesia, 16dimana prinsip kerakyatan adalah landasan filosofis dalam praksis pendidikan yangsesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Pendidikan tak dapat terpisah dalammempelajari hakekat realita yang merupakan pusat dari setiap konsep pendidikan.Disekolah SI ini budaya Timur dirasakan peserta didik, tak seperti yang diterapkandi sekolah partikulier atau HIS Gouvernment. Peserta didik di sekolah SI dituntut untuksuka bekerja keras untuk mencari ilmu, karena itulah bekal bagi kehidupan mereka.Tan Malaka yang memang menyelami ilmu pendidikan sadar betul bahwa anak-anakdidik tak boleh tercerabut dalam masa yang seharusnya mereka alami, yaitu kesukaan15Eko Prsetyo, Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal Dari Wacana Menuju Gerakan, (Yogyakarta:INSIST PRESS, 2002),h.27116Tan Malaka dalam Indra Mulya Bhakti, Pemikiran Politik Tan Malaka, Suatu Penelusuran Awal. Artikelini termasuk dalam buku Apa, siapa dan Bagaimana Tan Malaka, (Jakarta: LPPM Tan Malaka. 2007). h. 159viii

bergaul sebagai anak-anak. Setidaknya terdapat 3 prinsip pendidikan yang dipegangoleh SI yakni: (1). Pendidikan sebagai bekal hidup; (2). Pendidikan sebagai ikan untuk rakyat Indonesia harus berakar kepada budayaIndonesia yang terusdigali dan disampaikan dengan bahasa Indonesia17.Dalamkonsep Tan Malaka, pendidikan bersifatkerakyatan. Pendidikan tidakditujukan untuk menghasilkan state apparatus kolonial, melainkan diarahkan sebagaidasar pemberdayaan dalam mengangkat derajat rakyat. Tan Malaka berpendapat:“Tujuan kami bukan mendidik murid menjadi juru tulis seperti sekolahgouvernement. Melainkan, selain untuk mencari nafkah diri sendiri dan keluarga,juga untuk membantu rakat dalam pergerakannya. Jelaslah, bahwa dasar yangdiapakai ialah kerakyatan dalam masa penjajahan, hidup bersama rakyat untukmengangkat derajat rakyat. Bukanlah untuk menjadi satu kelas yang terpisah darirakyat dan dipakai oleh pemerintah penindas bangsa sendiri. Sesuai dengan dasar dantujuan yang demikian, maka metodenya memajukan kecerdasan, perasaan dankemauan murid, disesuaikan dengan kepentingan rakyat jelata, pekerjaan rakyatsehari-hari, idaman rakyat dan pergerakan serta organisasi rakyat. ” 18Dalam setiap pelajaran, sekolah Tan Malaka selalu menyelipkan muatan tradisionaluntuk membangkitkan rasa bangga dan jiwa merdeka pada murid-muridnya kaumbumiputera, seperti menembang lagu Jawa dan menggambar tokoh wayang. Meskipunsekolahnya serba kekurangan, yang menjadi andalan sekolah SI Tan Malaka ialahkebebasan anak-anak kromo untuk bersekolah dan kultur sekolah dekat dengan sifatserta semangat ketimuran dibandingkan sekolah-sekolah ketimuran lainnya. Tan Malakadan kawan-kawanya berharap, sekolah yang didirikan ini bertujuan untuk menyiapkan17Pada masa pra kemerdekaan tentulah bahasa Indonesia sangat diperlukan sebagai pemersatu dan identitasdiri, karena Belanda mewajibkan dalam proses belajar mengajar menggunakan BahasaBelanda. Oleh karena ituTan Malaka memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia, namun bahasa Belanda dan Inggris tetap diajarkan18Tan Malaka, Dari Penjara Ke Penjara, (Jakarta: Teplok Press, 2000) h. 94ix

serta mencapai calon-calon pemimpin revolusioner masa depan dengan praktikpendidikan anti kolonial. Orang Indonesia harus belajar sebagai murid yang cerdas,harus bertindak dan berpikir secara rasional.19Tan tidak menyebut sekolah yang ia dirikan sebagai Sekolah Kerakyatan, tidaksama sekali. Analisa yang panjang dari para sejarawanlah yang menghasilkanterminologi Sekolah Kerakyatan (yang kita kenal sekarang). Sekolah khas Tan Malakahadir secara pragmatis untuk menjawab tantangan zaman di masanya. Maka, wajarlahyang diajarkan di sekolah adalah ilmu-ilmu taktis tanpa kurikulum yang tersusun secarasistematis. Namun, selain „cacat‟ pragmatis ini, namun gagasan Tan Malaka rtajamkecerdasandanmemperkokoh kemauan, serta memperhalus perasaan. Di samping itu juga menanamkankebiasaan berkarya yang tak kurang mulianya dari pekerjaan kantor.4. EzelbruggeetjeDalam mewujudkan konsep pendidikannya tersebut, Tan Malaka kemudianmerumuskan beberapa gagasan paedagogi bagi kaum pribumi diantaranya adalahezelbruggeetje ( Jembatan Keledai).20Jembatan keledai adalah sebuah konsep mengingatisi buku yang meringkas sebuah pemahaman akan buku dengan singkatan,tanpa harusmenghafal. Jembatan Keledai diciptakan dan diterapkan Tan Malaka, setelah dia merasakesulitan akan ketergantungannya kepada berpeti-peti buku yang harus terus dibawanya1920Tan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011), h. 22Tan Malaka, MADILOG: Materialisme, Dialektika, dan Logika.(Yogyakarta: Penerbit NARASI. 2002) h.3-4x

dalam pelarian, maka kata kuncinya adalah, harus menguasai buku-buku yang dibaca,selanjutnya tak menjadi masalah ketika buku tersebut hilang.Konsep belajar Jembatan Keledai sebenarnya direncanakan oleh Tan Malaka dituliske dalam buku yang lebih lengkap, agar bermanfaat bagi pelajar di sekolah dalammempelajari satu hal, terutama bagi pelarian politik, Jembatan Keledai akan sangatbermafaat.21Namun hal ini urung terlaksana. Pada perkembangannya Tan Malakamengatakan bahwa konsep menghafal tak menambah kecerdasan, malah membodohkandan memiskinkan yang membuat orang menjadi mekanis. Menghafal bukanmemberikan pemahaman terhadap sebuah materi, tetetapi hanya mengingat bunyi danhalaman dimana kalimat tersebut tertulis.5.KonstruktivistikSelain Jembatan Keledai, dalam memudahkan proses belajar, Murid-murid TanMalaka yang masih tergolong anak-anak tersebut umumnya adalah usia anak yangmasih suka berkumpul dan bermain, dalam permainan mereka juga membuat peraturan–tidak tertulis– tersendiri yang tidak mungkin mereka langgar, karena kalau merekamelanggar sendiri, mereka akan kena sangsi atau boikot oleh temannya. 22 Melihatrealita psikologi murid-muridnya yang masih suka bermain dan berkumpul, Tan Malakamemilih membiarkan mereka untuk melakukan kegemarannya itu, tanpa memberikanbatas antara kelas yang satu dengan lainnya, metode yang diterapkan Tan ini lebih21Mifta Rahman Afandi. Ideologi Pendidikan Tan Malaka : Rekonstruksi Konsep Madilog.Jurnal -15.www.researchgate.net/publication/320800237 IDEOLOGI PENDIDIKAN TAN MALAKA REKONSTRUKSI KONSEP MADILOG diakses 4 desember 201722LihatTan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011), h. 22xi

condongpadametodepembelajarankonstruktivisme. 23Pembiaranatautanpamemberikan batasan antara kelas yang satu dengan yang lain dengan niatan agar muridmurid tersebut dapat bersosialisasi dengan kawan lainnya. Jadi tidak selalu terkungkungdengan teman-teman yang ada dikelasnya saja.Tan Malaka mengutuk keras metode pendidikan kolonial yang ada saat itu.Menurutnya, murid-murid itu bukanlah mesin pabrik gula yang siang malam tidakberhenti be

A. Pemikiran Pendidikan Tan Malaka Pemikiran-pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan kaum tertindas, menjadi perenungan masyarakat dewasa ini. Minimnya ulasan mengenai aktivitas politik Tan Malaka dalam dunia pendidikan, menjadi suatu ironi tersendiri dalam perkembangan sejarah pendidikan Indonesia modern.

Related Documents:

Pembahasan Soal Ujian Profesi Aktuaris Persatuan Aktuaris Indonesia A20-Probabilitas dan Statistika Periode 2014-2019 Penyusun: Wawan Hafid Syaifudin, M.Si, MAct.Sc. 2019. DAFTAR ISI BAB 1 Pembahasan A20 Nopember 2014 2 BAB 2 Pembahasan A20 Maret 2015 33 BAB 3 Pembahasan A20 Juni 2015 60

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian kualitatif agak sulit untuk dibedakan dan dipisahkan, karena sifat dari informasi yang diperoleh, maka bagian hasil dan bagian pembahasan disatukan. Ada tiga pembahasan dalam penelitian ini yaitu bagaimana terjadinya limpahan pengetahuan pada klaster industri animasi di Cimahi.

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

bab iii. jenis-jenis perawatan 7 . bab iv. perawatan yang direncanakan 12 . bab v. faktor penunjang pada sistem perawatan 18 . bab vi. perawatan di industri 28 . bab vii. peningkatan jadwal kerja perawatan 32 . bab viii. penerapan jadwal kritis 41 . bab ix. perawatan preventif 46 . bab x. pengelolaan dan pengontrolan suku cadang 59 . bab xi.

Pembangunan Rusun ASN Pemkab Malang)" dengan membuat Bab I samapi Bab V. Bab I berisi Pendahuluan, Bab II berisi Tinjauan Pustaka, Bab III berisi Metodologi Penelitian, Bab IV berisi Analisa dan Pembahasan, Bab V berisi Kesimpulan dan Saran. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna.

Bab I Pendahuluan (latar belakang, tujuan, manfaat praktikum). Bab II Dasar Teori Bab III Metode Praktikum Bab IV Hasil dan Pembahasan (memuat tabel atau grafik, serta pembahasan). Bab V Kesimpulan dan Saran Initnya laporan disusun harus memenuhi metodologi penulisan ilmiah. Prosedur penulisan laporan

Astrophysics also receives tactical-level advice from the external science community via the Astrophysics Subcommittee of the NASA Advisory Council, and advice on cooperative activities from the Congressionally chartered, National Science Foundation (NSF)-managed Astronomy and Astrophysics Advisory Committee. NASA enables research to understand the structure, content, and evolution of the .