NU Dan Nasionalisme - Suara Nahdliyin

3y ago
31 Views
2 Downloads
2.00 MB
12 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kaydence Vann
Transcription

Edisi 04 Tahun PertamaTERBIT TIAP BULANInfo iklan :085-726-940-489 (Adib)Layanan Pelanggan :085-667-728-852 (Salam)NOVEMBER 2017Infaq: Rp. 1.500IFTITAHPahlawan SejatiAda pahlawanyang tercatatdalam sejarah. Tapi tidak sedikit yangtak tercatat, termasuk ulama dan santridari kalangan Nahdlatul Ulama (NU),yang telah ikut mengorbankan jiwa danraganya demi bangsa ini.Akan tetapi, yang perlu dipahamiadalah, bahwa tercatat dalam sejarahbukanlah target dari para ulamadan santri berjuang. Bagi mereka,perjuangan membela tanah air daritangan penjajah, adalah sebuah‘kewajiban’.‘’Hubbul wathan min al-iman,’’demikian kiranya salah satu motivasisecara teologis yang banyak dipahamiulama, santri, dan warga Nahdliyin,yang sekaligus menguatkan tekadmereka berjuang. Harta dan nyawadipertaruhkan untuk kemerdekaan dankejayaan Indonesia.Dan kendati tidak tercatat, parapahlawan negeri itu akan senantiasadikenang dan dihormati oleh anak-anaknegeri. Doa-doa selalu dipanjatkan,agar Allah SWT., Tuhan Yang MahaKuasa, memberikan tempat terbaikbagi para syuhada bangsa di sisi-Nya.Para pahlawan itu, adalah parapahlawan sejati, yang akan senantiasaterpatri jasa dan perjuangannya dalamingatan para generasi bangsa ini,bahkan meski namanya tak tercatatdalam sejarah sekalipun. Salam hormatdari kami anak generasi bangsa ini.Alfatihah. (*)PAHLAWAN LEWAT SYAIR : KHR Asnawi Kudus menyiarkan Islam dengan tembang yang sudah terkenal yaitu Shalawat Asnawiyah dengansedikit bumbu cinta negara pada salah satu liriknya.PNU dan Nasionalismeerlumenjadipertanyaanbesar, manakala ada yangmempertanyakannasionalismewarga Nahdliyin. Sebab, wargaNahdliyin dengan kiai dan santri sebagaimotor penggeraknya, telah mengambilperanan besar dalam rnalis senior, Prayitno, dalamdiskusi kecil ‘dadakan’ bersamaSuara Nahdliyin, belum lama ini,mengatakan, peran Nahdlatul Ulama(NU) bagi bangsa ini memang sangatbesar. ‘’Resolusi jihad yang dikeluarkanHadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, adalahmaklumat penting yang menggerakkanwarga Nahdliyin untuk melawanpenjajahdanmempertahankankemerdekaan Republik Indonesia (RI),’’ujarnya.Dalam pandangannya, nasionalismewarga Nahdliyin itu, bahkan tidaksekadardiwujudkandenganmengangkat senjata melawan parapenjajah, juga melalui syair-syair karyapara kiai. ‘’Salah satu yang populer yaituShalawat Asnawiyah. Aman, aman,Indonesia Raya aman dalam shalawattersebut, sangat luar biasa. Itu wujudnasionalisme NU,’’ ungkapnya.Sedang dalam hal mengangkatsenjata melawan penjajah, banyakketerangan baik dari pelaku serta saksisejarah yang masih, juga buku-bukuyang bisa ditemukan. Salah satu bukuyang cukup menarik terkait perjuanganulama dan santri, adalah ‘’Perlawanandari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas,Pesantren Buntet dan Bela Negara’’karya Ahmad Zaini Hasan.Hanya saja, menurut Prayitno,masih banyak juga warga Nahdliyinyang belum mengetahui kiprah danperjuangan kiai dan satri bagi republikini. Sementara buku-buku sejarahyang banyak ditulis, tidak banyakyang mengulas kepahlawanan danperjuangan kiai-santri dalam merebutdan mempertahankan Indonesia.‘’Tugas kaum muda NU saat ini,antara lain adalah agar perjuangan parakiai dan santri bisa lebih membumidan dipahami generasi bangsa di masasekarang melalui dunia literasi. Sebab,banyak perjuangan kiai-kiai dan santriyang terlupakan, atau malah sengajadilupakan,’’ katanya. (Tim SuaraNahdliyin)Suara Nahdliyin, edisi 4, November 20171

LAPORAN UTAMALanjutkan Perjuangan UlamaKHR. As'ad SyamsulArifinPAHLAWAN : Tokoh NU yang dinobatkanmenjadi pahlawan nasional pada 3November 2016 oleh Presiden Jokowi.Tak bisa dimungkiri, tugas dantanggung jawab seorang ulama,teramat berat. Tidak sekadarmenjadi teladan bagi umat danmengajar agama saja, tetapi jugaberada di garda depan dalam merebut,menjagadanmempertahankannNegara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).Peristiwa 10 November 1945 diSurabaya,adalahsedikitfakta sejarah di republik ini, betapapara ulama -bersama para santri- telahmengambil peranan yang sangat besardalam mempertahankan kemerdekaanIndonesia. Untuk itu, November menjadimomentum penting mengingat danmeneladani perjauangan para ulamadan santri.Wakil Sekretaris Lajnah Ta’lif wa NasyrPengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTNPBNU), Munawwir Aziz, menjelaskan,November merupakan bulannya SantriPahlawan. Pada November itulah, lebihdari tujuh dasawarsa lalu, resolusijihad diserukan oleh HasratusySyaikh Hasyim Asy’ari. Resolusi jihaditulah yang menggerakkan santri diNusantara ini, mengangkat senjata,mengusir penjajah di berbagai daerah.“Di segenap narasi sejarah,kisah-kisah tentang pejuang dan2perjuangan dari komunitas pesantren,jarang dimunculkan. Terakhir KH.A. Wahab Chasbullah dan KH. As’adSyamsul Arifin ditahbiskan sebagaiPahlawan Nasional,’’ katanya.Namun harus diingat, lanjutMunawir Aziz menambahkan, kiai yangberjuang untuk tegaknya RepublikIndonesia, tidak hanya KH. A. WahabChasbullah dan KH. As’ad SyamsulArifin saja.‘’Ada ratusan nama yang memilikiperjuagan serupa di setiap daerah.Kiai (ulama) adalah simpul perjuangankemerdekaan.Merekamenjadirumah bagi bermacam komunitasuntuk membangun pergerakan danmenyusun ritme pergerakan,” katanyayang dihubungi Suara Nahdliyin melaluiponselnya.KH. Umar Bahrudin, adalah salahsatu kiai asal Desa Tanjungkarang,Kecamatan Jati, Kudus yang ikutberjuang dalam mempertahankankemerdekaan Indonesia pada masanya.Santri KH. R. Asnawi yang akrab dikenaldengan Mbah Bakrun, ini melakukanperlawanan kepada penjajah dengansangat gigih.‘’Dalam berjuang, Mbah Bakrunpernah beberapa kali tertangkappenjajah. Ia pun disiksa, antara lainSuara Nahdliyin, edisi 4, November 2017dengan cara disetrum listrik, lalu diikatdan kemudian dimasukkan ke sumurberulang kali, bahkan pernah dijadikanpijakan para penjajah untuk naik ketruk untuk membawa para tahananoleh penjajah,’’ jelas Munawaroh, anakke-5 Bakrun.Kendatibeberapakaliditangkap penjajah, berkali-kali MbahBakrun berhasil lolos. Berbekal ilmuhikmah dari para kiainya, MbahBakrun berhasil keluar dari penjara dankembali mengajar ngaji di madrasahdiniyah dan majelis-majelis taklim ditengah-tengah masyarakat.Menurut dosen IAIN Salatiga,Muhamad Rozikan, kisah perjuanganulama sangat penting diditeladani parasantri dan generasi penerus bangsasecara luas di masa sekarang, terlebihlagi warga Nahdliyin.‘’Warga Nahdliyin wajib melanjutkanperjuangan para ulama dengan caradan bidang (kompetensi) masingmasing. Namun secara itu, melanjutkanperjuangan ulama itu antara lain ditandaidengankomitmenmewujudkanIndonesia yang damai, adil, toleran,sejahtera, dan demokratis, sehinggaterwujud baldatun thoyyibatun warobbun ghofur,’’ katanya. (salam, farid/ros)

LAPORAN UTAMAAda Kiprah Perempuan di BalikPerjuangan Kiai – SantriDi sela waktu mengenangkepahlawanan KH. R.As’ad Syamsul ArifinSitubondo, dengan lantang WakilGubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf,menyeru kepada ribuan jamaahyang hadir, agar tidak melupakanperjuangan kaum perempuan dalamperjuangan merebut kemerdekaanRepublik Indonesia (RI).“Terutama untuk para Bu Nyai,mereka adalah penyokong perjuanganpara kiai dan santri. Dengan sekuatraga mereka menyiapkan bekal bagikiai dan santri, untuk memenangkanpertempuran melawan penjajah. Makajangan sampai kita lupa pengorbanandan jasa mulia itu,” tegasnya.Hal itu ditegaskannya dari ataspanggung ‘’Dzikir dan ShalawatKebangsaan: MengenangKepahlawanan KHR. As’ad SyamsulArifin’’ di Pondok Pesantren AsSalafiyah Situbondo, Jawa Timur, Kamis(9/11/2017).Ya, ada peran perempuan dibalik perjuangan kiai – santri dalammemerdekaan Indonesia. Hanya saja,kepribadian kaum perempuan yangcenderung tertutup, sehingga tidakbanyak orang yang mengetahui peranbesar yang diambil dalam perjuanganmelawan para penjajah.‘’Kaum perempuan hendaknyaselalu dihormati dan diperhitungkanperanannya dalam membangunnegeri,’’ ujar Gus Ipul -sapaan akrabSaifullah Yusuf dalam Dzikir danShalawat Kebangsaan itu.Sedikit nama yang bisadikemukakan di sini, yaitu NyaiNafiqoh Hasyim Asy’ari dan NyaiSholichah Wahid Hasyim, yang samasama memiliki kesadaran, bahwaE-mail :sn.redaksi@gmail.comPERAN : Ibu SholichahMunawwarah (Isttri KH. WahidHasyim) atau Ibunda KHAbdurram Wahid (Gus Dur) adalahsalah satu contoh kegigihan peranseoarng wanita. Ditinggal sangsuami saat suami masih berumur39 tahun, Bu Nyai tetap sabarmendidik Abdurrahman Wahiddan Sholahuddin Wahid hinggakeduanya menjadi orang-orangbesar.suami mereka bukan sekadar milikkeluarganya semata, tetapi juga milikumat.Di luar itu, keduanya adalahperempuan yang senantiasamelakukan tirakat dalammembesarkan anak-anaknya, hinggaanak-anak mereka berhasil menjaditokoh Nahdlatul Ulama (NU) maupunNegara Kesatuan Republik Indonesia(Aguk Irawan, 2016).Terkait memberikan posisiterhormat kepada perempuan, ketuaLajnah Ta’lif wa Nasyr Nahdlatul Ulama(LTN NU) Kabupaten Kudus, Nur Said,pernah berujar mengenai pentingnyamendengar aspirasi kaum perempuan.Sebab, tidak sedikit perempuan didunia yang sangat berpengaruh,berkat kreativitas dan pemikirannya.“Kita harus adil memperlakukanperempuan. Mereka jugabanyak memiliki pemikirankritis dan kreativitas mumpunidalam upaya mengembangkanperadaban bangsa. Maka tidakada salahnya, bahkan menjadikeniscayaan, mendengarkancurhatan (aspirasi) mereka,’’ungkapnya berbicara dalamsebuah forum diskusi di PondokPesantren Entrepreneur AlMawaddah, Honggosoco, Jekulo,Kudus di penghujung Oktober lalu.Di luar itu, katanya, belum lamaini diselenggarakan Konferensi UlamaPerempuan Indonesia (KUPI), yangmengemban visi untuk meneruskanperjuangan ulama perempuanzaman dahulu. Banyak perempuanyang ‘alim di bidang agama,namun biasanya tertutupioleh power (wibawa) suaminya.“Perjuangan ulama perempuanzaman dulu, penting diteruskan.Perjuangan ulama perempuan danketeladanannya yang gigih dalammempelajari ilmu-ilmu agama itu,sehingga memunculkan angin segarbagi lahirnya para generasi penerusuntuk menjaga keseimbangan hidup,’’tuturnya. (farid/ ros)Pemimpin Umum: Qomarul Adib I Pemimpin Redaksi: Rosidi I Sekretaris Redaksi: Septi IRedaktur Pelaksana: Muhammad Farid I Staf Redaksi: Rochim, Istahiyah, Sugiyono, Masluh JamilI Layout: Ismail & Yaumis S. I Keuangan/ Iklan: Abdus Salam I IT: Masluh, Miftahur RidloDiterbitkan oleh Ikatan Jurnalis Nahdlatul Ulama (IJNU) Kabupaten Kudus.Sekretariat: Pondok Paris Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus.Suara Nahdliyin, edisi 4, November 20173

KAJIANPerihal MerayakanMaulid NabiOleh : M. Islahul Umam*Rabiul Awwal (Jawa: Mulud),merupakan bulan bersejarah bagiumat Islam. Karena pada tanggal12 di bulan itu, Nabi sekaligus Rasulyang menjadi panutan dan rahmat bagiseluruh alam (rahmatan li al-‘alamin),Muhammad SAW., dilahirkan.UmatIslamdiIndonesia,memperingati kelahiran RasulullahMuhammad SAW. itu, denganmenggelar pembacaan Maulid AlBarzanji di masjid-masjid dan mushallamushalla, juga pengajian-pengajianmemperingati kelahiran an Maulidur Rasul itu,ada berbagai macam pandangan.Imam as-Suyuthi (w. 911 H) dalamHusnu al-Maqshid fi Amal al-Maulid,menjelaskan, orang yang pertama kalimenggelar perayaan maulid adalahRaja Mudhaffaruddin Abu Said Kukburibin Ali bin Buktikin (w. 630 H), penguasaIrbil -sebuah wilayah di Irak bagianutara- yang terkenal dengan kesalehandan kedermawanannya.Mudhaffaruddin Abu Said Kukburiadalah ipar Raja Shalahuddin al-Ayyubi.Ia menggelar perayaan maulid setiapRabiul Awwal, yang dihadiri oleh paraulama dan sufi. Sebanyak 300.000dinar ia kucurkan, untuk mendanaikegiatan memperingati Maulid Nabisetiap tahun.Boleh atau tidakkah menggelarperayaan Maulid Nabi? Mayoritasulama memperbolehkan perayaanmaulid, karena berisi pembacaanayat-ayat suci al-Quran, pembacaankisah Nabi SAW, shalawat, dan jugasedekah. Ini termasuk bid’ah hasanah.Diperbolehkannya perayaan MaulidNabi ini, dengan syarat tidak adamaksiatdalampelaksanaannya,seperti bercampurnya laki-laki danperempuan.Imam Abu Syamah (w. 665 H), guruimam an-Nawawi, berkata: “Di antaraperkara baru yang paling baik di masakami adalah apa yang dilakukan tiaptahun pada hari kelahiran Nabi SAW,4BERSERU : Acara Maulidurrasul atau merayakan maulid Nabi Muhammad Shallahu'alaihi Wasallam sudah ada sejak zamanpara sufi sufi arab terdahulu.yaitu berupa bersedekah, memakaipakaian bagus dan menampakkankegembiraan. Di samping membantufakir miskin, ini juga menunjukkanrasa cinta dan ta’dhim kepada Nabidan bentuk rasa syukur kepada AllahSWT. atas anugerah-Nya, yakni lahirnyaNabi yang diutus sebagai rahmat untukseluruh alam.”Pendapat sama dikemukakan alHafizh al-Iraqi (w. 806 H), al-HafizhIbnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H),as-Suyuthi (w. 911 H), Ibnu Hajar alHaitami (w. 974 H) dan ulama lainnya.Ini juga didukung antara lain oleh fatwayang dikeluarkan Haiah Ulama Sudan,Darul Ifta’ Mesir, Darul Ifta’ Yordania,Kementerian Wakaf dan Urusan IslamKuwait, Darul Ifta’ Palestina, danKementerian Urusan Agama dan WakafAljazair.Namun ada juga yang tidaksependapat dengan adanya perayaanmemperingati Maulid Nabi, antara lainIbnu Taimiyah (w. 728 H) dan Tajuddinal-Fakihani (w. 734 H). Pendapat IbnuTaimiyah dan Tajuddin al-Fakihani, inididukung oleh fatwa yang dikeluarkanLajnah Daimah Saudi Arabia.Adabeberapaalasanyangdikemukakan oleh kalangan yangSuara Nahdliyin, edisi 4, November 2017tidak sependapat dengan perayaanmaulid. Pertama, termasuk bid’ahyang dilarang dalam hadits. Mayoritasulama menjawab alasan ini denganmengatakan, bahwa bid’ah yangdilarang dalam hadits adalah bid’ahyang tidak didukung oleh dalil ataukaidah agama.Buktinya, dalam salah satu haditsshahih Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mengada-adakan dalam agamakami apa yang tidak termasuk darinya(tidak termasuk bagian dari agama),maka hal itu ditolak.”Inimenunjukkan,mengadaadakan sesuatu yang termasukbagian dari agama karena didukungoleh dalil (kaidah), diperbolehkan.Telah maklum, acara yang ada dalamperayaan maulid, seperti membaca alQuran, membaca shalawat dan memujiNabi Saw, didukung oleh banyak dalil.Mengadakan majlis dzikir bersamasama telah dicontohkan oleh paraSahabat Nabi, seperti disebutkanRabiul,. bersambung hal. 8Rubrik ini diasuh oleh Tim AswajaCenter Kabupaten Kudus.

SOSOKKH. Husnul Khitami;Berdakwah Melalui SilatTak habis dikira ternyata olahragatidak sekadar berguna bagikesehatan raga. Tetapi jugabermanfaat bagi ketentraman jiwadan internalisasi nilai-nilai Islamala ahlussunnah wal jamaah annahdliyah. Demikian itu dilakoni olehKH. Husnul Khitami, Ketua Pagar NusaCabang Kudus.Selain mengejar prestasi pencaksilat di berbagai kejuaraan, PagarNusa cabang Kudus juga mengajarkanamaliah dan ilmu agama semisal Fiqih,Tauhid dan Tasawuf. Sebab itu, KiaiHusnul seringkali mendatangkan guruagama dari berbagai daerah untukmengajar di padepokan silat miliknya.Kitab-kitab yang dikaji berasal daripara ulama salaf “langganan” kaumNahdliyin, seperti Imam Ghazali, SyaikhAbdul Qadir Al-Jailani dan lainnya.“Di Pagar Nusa kami tidak hanyamengajarkan silat sebagai salah satucabang olahraga. Tetapi juga ajaranagama yang pada intinya akan semakinmendekatkan diri pada Allah SWT,”tutur Kiai Husnul.PriaasalDesaTanjungrejo,Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudusitu ingin menghapus stigma negatiftentang silat. Menurut Husnul, selamaini dunia silat masih identik dengandunia perdukunan atau pribadiyang suka menantang orang lainuntuk berkelahi atau tawuran.Padahal jika ditelisik orang-orangyang mendalami silat justruhatinya akan lebih tertata dan tidakarogan.“Kadang banyak juga yang mengiramengaji kitab-kitab semacam SyamsulMa’arif itu bertujuan menjadi dukun.Padahal dalam kitab-kitab semacamitu justru banyak pelajaran untukmendekatkan diri pada Allah. Stigmasemacam itu yang ingin kamihapuskan,” ujar pria kelahiran KajenKecamatan Tayu Kabupaten Pati itu.Kiai Husnul menambahkan,mendalami ilmu silat juga akanmemberi ketentraman dan stabilitasemosi seseorang. Terlebih di PagarNusa yang ajaran-ajarannya syaratdengan perbaikan karakter pada anakdidik. Seperti halnya Salam Aswajaatau Salam Pagar Nusa, di dalamnyamemuat nilai saling menghormati baikantar sesama maupun murid kepadagurunya.“Internalisasi nilai semacam itu jugaada di setiap gerakan yang diajarkandi Pagar Nusa kepada anak didik.Mereka juga kami tekankan untukmengamalkan nilai baik semacam itudimanapun dan kapanpun serta kepadasiapapun,” imbuh alumni Ponpes AlFalah, Ploso, Kediri itu.Meski begitu ia menyesalkan sebabmasih banyakya warga yang tidak tahumenahu soal Pagar Nusa. Terlebihwarga Nahdliyin yang jarang tahubahwa Pagar Nusa juga merupakanBadan Otonom (Banom) di strukturalNahdlatul Ulama (NU).“Pagar Nusa dibentuk dan menjadiBanomNUsejaktahun1 9 8 6 ,sayangnyat i d a kbanyakmasyarakatyang tahu.P u ndenganwargaNahdliyinj u g ab a nya ky a n gtidak tahu,”sesalnya.Kadang banyakjuga yang mengiramengaji kitabkitab semacamSyamsul Ma’arif itubertujuan menjadidukun.Kedepannya ia berharap akanbanyak apresiasi dan dukungan darimasyarakat, utamanya struktural NU,untuk mengembangkan Pagar Nusa.Salah satunya dengan cara melibatkanPagar Nusa di berbagai event yangdigelar NU.“Bagaimanapun juga Pagar Nusaadalah milik NU sekaligus juru dakwahbahkan kepada orang-orang yangtidak bisa dirangkul oleh Banom yanglain. Kami akan sangat terbuka biladilibatkan disetiap event oleh wargaNahdliyin,” katanya. (Farid)Suara Nahdliyin, edisi 4, November 20175

JEJAKRaden Syarief dan Tradisi Maulidan Jawiyan yangTetap LestariKHIDMAT: Pembacaan Tahlil yang dipimpin Kiai setempat menjadi salah satu rangkaian acara Haul Raden Muhammad Syarif diDesa Padurenan Gebog Kudus.Keberadaan Desa Padurenan diKecamatan Gebog, KabupatenKudus tidak bisa dilepaskan dariRaden Muhammad Syarif, pemukaagama pada zamannya yang sekaliguspenanda cikal bakal desa tersebut.Sebagai penghormatan, warga desamenggelar haul Raden MuhammadSyarif setiap pasaran Legi pada akhirMuharram (Suro).Pada pasaran Legi di akhir Surobeberapa waktu lalu, kembali wargaDesa Padurenan dan sekitarnyamenggelar haul Raden MuhammadSyarif. Beragam kegiatan keagamaandigelar, antara lain khotmil Quran,ziarah dan tahlil bersama, serta gantiluwur di kompleks makam. Ada jugapembagian nasi berkat dan pengajianumum yang menghadirkan KH. AminBudi Harjono (Semarang).Siapa Raden Muhammad Syarief?Mbah Syarif –demikian masyarakatbiasa menyebut- merupakan pemukaagama asal Madura. Ia berdakwahmengembangkan ajaran Islam dipelosok pedesaan Kudus Utara.Ketika wafat, Mbah Syarif6dimakamkan di kompleks makamDesa Padurenan. Di situ terdapatpula makam para santrinya,yang menemani dan membantuperjuangannya dalam mensyiarkanIslam di wilayah Kudus Utara, sepertiKH. Zaenal dan K. Mawardi (putraK. Maslani) yang sangat dihormatidan disegani di penjuru Kudusdan sekitarnya karena karomahkaromahnya yang banyak sekalimenolong masyarakat.Tokoh Desa Padurenan, KH.Aminuddin Mawardi, dalam salahsatu kesempatan, menjelaskan, MbahSyarief adalah putra dari AdipatiSumenep, Pangeran Yudhonegoroatau lebih dikenal dengan MacanWulung Yudhonegoro. Ia seorang waliyang menyebarkan Islam pada masakerajaan Sultan Agung, sekitar abadke-16.“Mbah Syarif memiliki semangatmemperjuangkan Islam danmengikuti ajaran yang dicontohkanRasulullah, sehingga apapun yangada di desa asalnya ditinggalkan.Tujuannya, menyiapkan generasi yangSuara Nahdliyin, edisi 4, November 2017berpendidikan Islam,” jelasnya.Dalam berdakwah, Raden Syariefselalu berpindah dari satu desa kedesa lain seperti Gebog, Jurang , danManisan. Sedang untuk kabupatenJepara, dakwah dilakukan antara laindi Mayong, Tunggul dan Buloh. DesaPadurenan menjadi tempat dakwahterakhir hingga akhir hayatnya.“Desa yang pernah disinggahiMbah Syarif, tidak sedikit yangmenyantumkan nama MbahSyarif sebagai nama desa untukmengenangnya. Seperti Gebog siripanmaupun Siripan mayong,” Kiai Aminmenambahkan.Mengenai nama Desa Padurenan,lanjutnya, ditengarai diambil daridaerah asal Raden Syarief dari Madura(Maduranan). Menurut cerita, waktuitu terdapat sesuatu mengenaihukum agama yang diperbincangkandi daerah lain belum diselesaikan,setelah sampai Padurenan akhirnyaterpecahkan.“Padurenan merupakan olehMbah Syarif dijadikan sebag

Nahdliyin dengan kiai dan santri sebagai motor penggeraknya, telah mengambil . Tokoh NU yang dinobatkan menjadi pahlawan nasional pada 3 November 2016 oleh Presiden Jokowi. 4 2017 3 . ayat-ayat suci al-Quran, pembacaan kisah Nabi SAW, shalawat, dan juga sedekah. Ini termasuk bid’ah hasanah.

Related Documents:

JUDUL : Nilai Nasionalisme dalam Film Nasional (An alisis Semiotik Barthes terhadap Film 5 Cm) _ Penelitian ini mengkaji makna yang ada di balik adegan-adegan dalam film ”5 cm”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemaknaan pesan nilai nasionalisme, menggunakan metode kualitatif deskriptif. Bentuk analisis yang digunakan adalah

Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd. mengungkapkan dalam bukunya bahwa terdapat 8 klasifikasi media yaitu : a. Media audio visual gerak Televisi (TV), gambar (suara), film (suara), pita video, film TV, holografi b.

MODUL #1 Mengolah Suara dengan Adobe Audition Tampilan tipikal Edit View 2. Memainkan file suara Untuk memulai latihan bukalah dokumen dengan nama Saleen_Ambient_Bed.wav menggunakan menu File Open. Karena stereo maka pada Waveform Display akan terlihat bentuk waveform yang terdiri dari dua bagian. Bagian atas menunjukkan channel kiri dan bawah

Nasionalisme Indonesia menurut Benedict Anderson (1999:156), memang sedang diuji dan dipertanyakan. Masyarakat yang dibayangkan (Imagined Community) mengenai negara bangsa, mengalami pengaburan karena berbagai krisis dan kesenjangan sosial kultural yang kontraproduktif. Di beberapa daerah

Peraturan KPU No. 03/2013Tentang Pembentukan dan Tata Kerja PPK, PPS dan KPPS dalam Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2013. Peraturan KPU No. 26/2013 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam

Hal apa saja yang dipantau terhadap subyek/pelaku di TPS dan PPS ? 21 3. Apa yang menjadi fokus pemantauan pada H -1 Pemungutan dan Penghitungan Suara ? . pemungutan dan penghitungan suara. 6 Buku Panduan Pemantauan Pemilu 2014. 3. Apakah Kemitraan sudah terakreditasi sebagai pemantau? . Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang .

SPM SEJARAH KERTAS 2 SOALAN-SOALAN SPM BERPOTENSI (TINGKATAN 5) dari MRSM 2012 - 2016 TINGKATAN 5 – BAB 1: KEMUNCULAN & PERKEMBANGAN NASIONALISME DI ASIA TENGGARA SOALAN 1 - MRSM 2014 BHGN B Dasar imperialisme Barat telah mencetuskan semangat nasionalisme dalam kalangan masyarakat di Asia Tenggara.

English language and the varieties of dialects/ differences within. The final segment of this course will explore the description and transcription of disordered speech. Required Textbook (Rental): Small, L. H. (2015). Fundamentals of phonetics: A practical guide for students, Fourth edition. Pearson. Audio CDs that accompany the textbook.