Pendayagunaan Sagu Baruk Sebagai Tanaman Konservasi .

3y ago
37 Views
4 Downloads
715.77 KB
14 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jamie Paz
Transcription

Pendayagunaan Sagu BarukSebagai Tanaman Konservasi Produksi Pangandan Pakan Ternak¹Abner Lay²²Peneliti Utama pada Balai Penelitian Tanaman Palma Manado.RINGKASANSagu baruk dapat berperan sebagai tanaman perkebunan, tanaman pangan dan tanaman kehutanan,tumbuh baik pada berbagai habitat, topografi lahan miring/curam dan musim kemarau panjang.Penanganan sagu baruk di areal kehutanan yang dilakukan secara terencana dan intensif akanmemberi manfaat bagi konservasi untuk pengendalian tata air tanah, penyediaan pangan, pakanternak, pupuk organik dan kayu, yang akan berdampak pada perluasan lapangan kerja, pelestarianlingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat, terutama yang bermukim sekitar hutan.Kata Kunci: Sagu baruk, konservasi tanah dan air, tepung sagu, pakan, pupuk organik.I. PENDAHULUANKelimpahan sumber daya kehutanan Indonesia mengalami kemerosatan yang sangat cepat dansangat luas, sehingga saat ini, sulit untuk mengharapkan potensi ekonomi kehutanan sebagaipenyumbang devisa, ekspor serta lapangan pekerjaan. Penebangan hutan secara liar dan ilegal,eksploitasi sumber daya kehutanan berlebihan, penyeludupan hasil dan produksi kehutanan yangtidak terkendali menjadi penyebab utama rusaknya sumber daya, ekosistem, termasuk kerusakanlingkungan. Sementara itu, masih membutuhkan sumbangan hasil produk hutan sebagai salah satukomoditas ekspor unggulan, penciptaan lapangan kerja serta sumber pendapatan bagi penduduk disekitar hutan.Pada masa mendatang, pengelolaan pembangunan sektor kehutanan sudah tidak dapat lagidipisahkan dengan pembangunan sektor lingkungan hidup. Pengelolaan sumber daya kehutananharus diarahkan agar tetap dapat ditingkatkan produksinya secara berkesinambungan dan selarasdengan daya dukung alam yang lestari, yang dapat memberi kemakmuran dan kesempatanseluasluasnya kepada masyarakat untuk mengusahakan hutan secara lestari, sebagai sumber pangandan membantu mengatasi perubahan iklim --------¹Disampaikan pada Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian KehutananManado, 23-24 Oktober 2012.²Peneliti Utama pada Balai Penelitian Tanaman Palma Manado.93

Peningkatan produksi kehutanan diharapkan dapat dicapai dengan pengelolaan hutan alamisecara lestari, yang dibarengi dengan optimalisasi pengembangan hutan tanaman industri sertapengembangan lahan hutan potensial untuk kombinasi budidaya komoditas pangan. Aren dapatditanam di lahan yang kurang subur atau bahkan lahan kritis, karena tanaman ini relatif tidakmembutuhkan air yang banyak, justru sebaliknya aren mampu menyimpan, mempertahankankondisi air tanah tepat tumbuhnya. Dengan sifat ini, aren dapat berfungsi sebagai tanamankonservasi tanah dan air serta dapat menjadi tanaman reboisasi. Aren dapat ditanam dandikembangkan pada lahan-lahan yang justru tanaman pangan lainnya sulit tumbuh dengan baik.Lahan-lahan potensial untuk pengembangan aren banyak terdapat di Pulau Kalimantan, Sulawesi danPapua yang secara relatif bukan lumbung pangan nasional (Probowo, et al, 2009).Sagu baruk (Arenga microcarpa Beccari) yang semarga dengan aren (Arenga pinnata ) dapatdimanfaatkan sebagaI tanaman konservasi. Selain itu, sagu baruk dapat menghasilkan pangankarbohidrat berupa tepung, yang dalam pengembangannya tidak bersaing dengan tanaman semusimsebagai penghasil pangan. Sagu baruk tumbuh membentuk rumpun dengan perakaran memilikiprorositas cukup tinggi yang dapat mencengkeram lapisan tanah, sehingga penghanyutan lapisantanah aliran air permukaan dapat diperkecil.Sagu baruk merupakan tanaman perkebunan, tanaman pangan, dan tanaman hutan. DiKabupaten Sangihe, sagu baruk merupakan tanaman penghasil pangan karbohidrat berupa tepungsagu. Selain itu, hijauan tanaman berupa daun dan anakan dapat dimanfaatkan sebagai pakanternak, kayu digunakan sebagai bahan bangunan dan sisa empulur sagu dimanfaatkan sebagai pupukorganik.Di Kepulauan Sangihe, sagu baruk diusahakan dalantuk pola tanam campuran, pohon siappanen 105,5 pohon/Ha/tahun. Tanaman campuran dengan sagu baruk adalah tanaman cengkih,kelapa, pala, pisang dan tanaman perkebunan lainnya, yang menempati areal dengan proporsisekitar 33-50 %. Usaha pengolahan tepung sagu baruk dilakukan secara perorangan oleh keluargapemilik dan penyawa lahan sagu, dengan pemilikan lahan petani berkisar 1,0-2,0 Ha,48,5 %,yang terdiri dari 44 % pemilik, pemilik sekaligus pengolah 48,5 % dan pengolah/penyewa 7,5 %.Jumlah yang ditebang rata-rata 20 pohon/ bulan, dengan produksi. Produksi sagu yang yang dijualrata-rata 450 kg/bulan. Konsumsi sagu dan beras pada daerah studi menunjukkan bahwa petanimengkonsumsi beras sebesar 61 % beras dan 39 % sagu (Lay, et al, 1998).Dilaporkan Miftahoracman (2009) bahwa sagu baruk sebagai tanaman penghasil karbohidratdapat menghasilkan tepung sebanyak 20-30 kg/batang. Apabila kebutuhan sagu/kapita/tahun setaradengan beras yaitu 60 kg/kapita/ tahun, maka kebutuhan konsumsi sagu bagi penduduk PulauSangihe 66,8 % dari konsumsi beras, sehingga sagu baruk memberi peran yang sangat besar bagiketahanan pangan bagi daerah Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara, dan berpeluangpengembangannya bagi daerah lain.94

II.KARAKTERISTIK TANAMAN SAGU BARUKHabitatDilaporkan Mogea (1991) bahwa sagu baruk banyak dijumpai di Kepulauan Sangihe, Maluku,Irian dan Papua New Guinea. Sagu baruk tumbuh baik pada ketinggian 0-700 m dpl, dengankemiringan lereng 40-60 %, curah hujan 2.500-4.000 mm. Di Pulau Sangihe Sulawesi utara, sagubaruk umumnya tumbuh pada ketinggian 0-400 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan padadaerah dengan topografi lereng yang terjal, tumbuh dalam bentuk rumpun (Maliangkay dan Matana,2005). Keadaan tegakan dan rumpun sagu baruk umur 6 tahun dan tanaman dewasa umur 10 tahunyang siap panen tertera pada Gambar 1 dan 2.Gambar 1. Sagu baruk umur 6 tahun Gambar 2. Sagu baruk dewasa siap panenSagu baruk tumbuh baik pada lahan kering bahkan pada lereng-lereng dimana tanamanperkebunan lain sulit tumbuh. Di Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe sagu baruk menyebarmulai dari tepi pantai sampai ke pegunungan yang curam pada ketinggian 500 m dpl dengankemiringan lereng diatas 40 . Sampai dengan tahun 2004, masalah erosi pada wilayah ini kecil sekalikarena kondisi populasi sagu baruk tetap dipertahankan secara alami (Miftahorachman, 2009).Perkembangan anakan dan pohonPengamatan terhadap populasi sagu baruk di Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten KapulauanSangihe Sulawesi Utara, menunjukkan bahwa dari 9 plot dengan luas rata-rata areal 400 m²diperoleh sebaran keadaan tanaman sagu baruk sebagai berikut:(a) Jumlah rumpun: 11,16 rumpun (290 rumpun/Ha)(b) Jumlah anakan: 112,05 anakan(c) Jumlah anakan yang berbatang: 48,72 anakan(d) Jumlah pohon siap panen: 4,22 pohon(e) Jumlah pohon lewat panen: 0,05 pohon95

Umur pohon sagu baruk layak panen berkisar 7-10 tahun, yang ditandai dengan tinggi pohonyang beragam dari 7-12 m. Umur sagu baruk yang dikategorikan lewat panen adalah telahterbentuknya bunga, menandakan sebagian kandungan pati telah disintesis menjadi energi untukpembentukan bunga dan biji. Penanganan panen sagu baruk di Kepulauan Sangihe dikategorikanefisien, ditandai dengan tanaman yang lewat panen sangat kecil yakni 0,1 %.Umumnya masyarakat melakukan panen sagu baruk berdasarkan tinggi pohon. Pengamatanterhadap tinggi tanaman pada populasi sagu baruk dari 9 plot dengan luas rata-rata 400 m² sebagaiberikut:(a) Tinggi 1- 2 m: 16,5 pohon(b) Tinggi 3- 4 m: 20,1 pohon(c) Tinggi 5- 6 m: 12,7 pohon(d) Tinggi 7- 8 m: 3,2 pohon(e) Tinggi 9-10 m: 0,9 pohon(f) Tinggi 11-12 m: 0,1 pohonUmumnya penebangan untuk pengambilan tepung dari empulur batang dilakukan petanisebelum sagu baruk berbunga, yakni pada ketinggian pohon lebih dari 7 m. Kondisi ini,menyebabkan sulit memperoleh biji matang untuk perbanyakan tanaman. Penebangan yangdilakukan setelah sagu baruk berbunga kurang efektif karena tepung yang dikandung pada empulurtelah dikonversi menjadi energi.Pengamatan di Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara, menunjukkan bahwa karakteristik tinggipohon, diameter batang dan komponen hasil sagu baruk yang meliputi berat batang, berat empulur,berat sagu dan rendemen sagu cenderung seragam pada variasi ketinggian tempat tumbuh dari 200600 m dpl (Tabel 1)Tabel 1. Karakteristik pohon dan komponen hasil sagu baruk pada variasiketinggian tempat tumbuh di Pulau Sangihe Sulawesi UtaraNo.1.UraianTinggi pohon (m)200 m dpl11,0400 m dpl9,7600 dpl11,0Rata-rata10,62.3.Diameter batang ( cm)Berat batang (kg)14,3199,015,7196,715,0205,015,0200,24.Berat empulur (kg)132,7121,7122,7125,75.Berat sagu basah (kg)44,342,044,043,46.Rendemen sagu (%)33,434,535,934,6Sumber: Marianus (2011)III. KEUNGGULAN SAGU BARUKTanaman konservasiDalam pelaksanaan konservasi, perlu dipertimbangkan kondisi kesuburan tanah dan jenistanaman yang adaptif terhadap tempat tumbuh. Kondisi tanah yang menjadi prioritas adalah lahan96

dengan kesuburan rendah antara lain tanah kritis, tanah marginal seperti tanah Posolik MerahKuning, Organosol dan Entisol. Jenis tanaman yang dapat tumbuh tanah marjinal adalah pohonpohon yang mampu tumbuh pada kondisi pada tanah marginal/kritis yang berpotensi untukperbaikan sumber daya tanah, pertumbuhan yang baik pada musim kekeringan, tajuk ringan, dantahan kebakaran (Purwanto dan Singoringo, 1999).Pemanfaatan tanaman kayu, pada rehabilitas lahan dalam rangka konservasi seperti Akasia(Acasia mearensii), pada umur tanaman 10-15 tahun, sangat menarik minal petani untuk melakukanpenebangan untuk dimanfaatkan kayunya, yang menyebabkan hutan terbuka. Selain itu, pohonAcasia mudah terbakar pada musim kemarau.Tanaman konservasi tidak membutuhkanpemeliharaan yang intensif dan perbanyakan alami oleh tanaman itu sendiri, seperti pada sagu barukperbasnyakan melalui tunas dalam bentuk rumpun. Untuk optimal produksi tepung sagu aren,penanganannya adalah penjarangan anakan, agar setiap rumpun tumbuh 4-5 tegakan sagu baruk,dan pembersihan sekitar rumpun untuk memudahkan pengambilan hasil.Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang dinamis dengan sub-ekologis dan subsistem pengelolaan. Sub sistem ekologis berkaiatan dengan sumber daya alam (lahan, hutan,estetika alam, fauna), sedangkan sub-sistem pengelolaan berkaitan dengan masyarakat danpemanfaatan sumber daya alam.Tujuan pengelolaan daerah aliran sungai adalah mencapai keseimbangan dalam pemanfaatandan pelestarian sumberdaya alam berupa vegetasi, tanah dan air. Sasaran adalah meningkatkanproduksi, mutu dan keteraturan pengendalian air, mengurangi bahaya erosi, banjir, kekeringan, danmeningkatkan kulitas lingkungan, sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalamdan sekitar hutan (Pratiwi, 1999).Pada pelaksanaan konservasi, perlu dipertimbangkan kondisi kesuburan tanah dan jenistanaman yang adaptif terhadap tempat tumbuh. Kondisi tanah yang menjadi prioritas adalah lahandengan kesuburan rendah antara lain tanah kritis, ,tanah marginal seperti tanah Podsolik merahkuning, Organosol dan Entisol. Sedangkan jenis yang adapting dengan tanah marjinal adalah pohonpohon yang mampu tumbuh pada kondisi pada tanah marginal/kritis yang berpotensi untukperbaikan sumber daya tanah, pertumbuhan yang baik pada musim kekeringan, tajuk ringan, dantahan kebakaran (Purwanto dan Singoringo, 1999).Bertambahnya luas kawasan hutan kritis di Indonesia, berpeluang terjadinya erosi danbencana alam, terutama di daerah aliran sungai. Sagu baruk dapat dijadikan tanaman konservasi.Pola pemungutan hasil relatif sedikit dengan penebangan yang selektif yakni yang layak tebang,sehingga penebangannya kurang mempengaruhi terbukanya lahan konservasi.Berdasarkan karakteristik tanaman dan kesesuai tumbuh pada tanah marginal/kritis, sagubaruk dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Pendayagunaan tanaman ini sebagai tanamankonservasi tidak membutuhkan pemeliharaan intensif dan perbanyakan oleh tanaman itu sendiridalam bentuk berkembangnya tunas berupa rumpun sagu baruk. Untuk optimal produksi dilakukanpenjarangan anakan, agar setiap rumpun tumbuh 5-6 batang pohon, dan pembersihan sekitarrumpun untuk memudahkan pengambilan hasil.97

Sagu baruk adalah tipe tanaman keras yang tumbuh membentuk rumpun dengan perakaranmemiliki prorositas cukup tinggi yang dapat mencengkeram lapisan tanah, sehingga penghanyutanlapisan tanah permukaan dapat ditekan dan aliran permukaan dapat diperkecil. Sagu barukmemmiliki keistimewaan yakni dapat tumbuh dengan baik pada lahan terjal dengan kemiringanmencapai 70 . Sagu baruk mempunyai kemampuan untuk menahan air hujan, antara blain dapatdilihat di lapang bahwa mata air yang muncul berada sekitar pohon sagu baruk, dan dapatmenwahan air dalam waktu yang cukup lama yang ditandai dengan pada musim kemarau panjang,serta rendahnya erosi sekitar lahan yang ditumbuhi sagu baruk. Tanaman ini resisten terhadapperubahan iklim, yang ditandai pada musim kemarau panjang, di mana tanaman lain sulit tumbuh,namun sagu baruk tetap tumbuh normal dan berproduksi Dengan kondisi ini, sagu baruk mampumenutup tanah dengan cukup cepat, sehingga mampu mengurangi dampak dari bahaya erosi(Marianus, 2011).Sagu baruk memiliki keistimewaan, yaitu dapat tumbuh dengan baik pada lahan kering bahkanpada lereng-lereng dimana tanaman perkebunan lain sulit tumbuh dan berkembang. Di KecamatanManganitu Kabupaten Sangihe sagu baruk menyebar mulai dari tepi pantai sampai ke wilayahpegunungan yang curam pada ketinggian 500 m dpl dengan kemiringan lereng diatas 40 %. Sampaidengan tahun 2004 masalah erosi kecil sekali karena kondisi populasi sagu baruk tetapdipertahankan secara alami (Miftahorachman, 2009).Pada pemulihan lahan kritis bekas pertambangan batubara pada Perusahaan PT Kaltim PrimaCoal di Sanggata Kalimantan Timur luas 1 Ha, yang dilaksanakan pada tahun 2010-2011, ternyatapertumbuhan anakan sagu baruk selama satu tahun dengan penampakan pertumbuhan vegetatifyang baik (Mashud, 2012). Pada daerah bekas letusan gunung api seperti di sekitar Gunung MerapiYogyakarta, yang sekarang gundul dan hanya sebagian ditumbuhi rerumputan dan semak-semak,mudah lonsor dan banjir (hanyutan lahar dingin) pada musim penghujan. Areal lereng GunungMerapi yang merupakan tanah vulkanis, sangat efektif dibudidayakan sagu baruk, baik untuktanaman reboisasi maupun sebagai sumber bahan pangan masyarakat. Tanah di Gunung Merapisebagai tanah vulkanis yang subur di banding dengan tanah di Pulau Sangihe Besar.Budidaya sagu baruk memungkinkan dikembangkan pada daerah yang sering mengalami masapaceklik pangan seperti di Pulau Rote, Pulau Sabu Kabupaten Rotendau NTT dan wilayah rawanbanjir dan kekeringan antara lain DAS Bengawan Solo, Kabupaten Gunung Kidul dan Gunung MerapiYogyakarta, wilayah perbukitan yang kritis di Jawa Barat, Banten, Maluku, Papua, Sulawesi, Sumateradll.Produksi panganProses pengolahan tepung sagu dari sagu baruk di Pulau Sangihe, dimulai dari pemarutansampai ekstraksi sagu basah, dengan 2 orang tenaga kerja yang berkerja selama 8 jam kerja, denganpemarut mekanis daya 3,5 Hp dapat mengolah sebanyak 720 kg empulur/ hari, menghasilkan sagubasah 216-237 kg sagu basah (Widardo dan Tumbel, 1998).Dalam upaya meningkatakan efisiensi pengolahan sagu baruk untuk menghasilkan tepung sagubasah, dapat menggunakan alat pengolahan sagu mekanis sistem terpadu (Gambar 3), yang98

digunakan pada sagu rumbia (Metroxylon sp) kapasitas olah 190 kg empulur/jam atau 1.520 kg/hari(Lay, 2002) yang setara dengan 12 pohon sagu baruk/hari.Alat pengolahan sagu mekanis sistem terpadu, terdiri dari tiga komponen utama, yakni unitpemarut, unit ekstrasi dan unit pengendap yang dirancang terpadu dalam satu sistem proses, yangmenggunakan motor penggerak dengan daya 10 Hp. Pada penggunaan alat ini, tidak dilakukanpengupasan kulit batang, hanya batang sagu baruk dipotong sepanjang 1 m dan dibelah menjadiempat bagian untuk memudahkan pemarutan empulur sagu. Proses pemarutan empulur sagu,ekstraksi hancuran empulur dan pengendapan berlangsung simultan. Pada penggunaan alat ini, perludiperhatikan kontinuitas aliran air ekstraksi dari sumbernya, dengan debit air berkisar 4-5 L/kghancuran empulur.Penggunaan alat pemarut mekanis untuk proses ekstraksi membutuhkan air lebih sekit (4-5L/kg. Empulur), sedangkan ekstraksi manual membutuhkan air ekstraksi sebanyak 20-22 L/ kg.hancuran empulur. Pengolahan tepung sagu secara mekanis kurang praktis dilakukan secaraperorangan, karena kapasitasnya cukup tinggi, sehingga membutuhkan cukup banyak bahan baku.Untuk efektifnya proses pengolahan, sebaiknya pengunaan alat pengolahan sagu mekanis sistemterpadu dalam bentuk usaha kelompok tani/gabungan kelompok tani atau UKM.Gambar 3. Alat pengolahan sagu mekanis sistem terpaduPengolahan tepung sagu baruk dengan menggunakan alat pengolahan sistem terpadu (Lay,1998), dengan cara pengolahan sebagai berikut:(a) Penebangan tegakan sagu dan pemotongan gelondongan batang sagu dengan ukuran panjang80-100 cm (disesuaikan dengan penggunaan kulit batang sebagai bahan bangunan), tanpadilakukan npengupasan kulit batang.(b) Batang sagu dibelah menjadi empat bagian, agar memudahkan dalam proses pemarutan.Pemarutan menggunakan sistem pemegangan, yang dilakukan pemaruant empulur sagu barukpada arah sejajar dengan gerigi pemarut, proses pemarutan selesai, jika empulur seluruhnyatelah terparut, ditandai ketebalan kulit batang berkisar 1,00-1,25 cm.(c) Bersamaan dengan proses pemarutan, air ektraksi dialirkan ke unit pengolahan, agar airekstraksi dapat membantu menahan hancuran empulur dan mengalirkan ke unit ekstraksi, air99

yang diperlukan sekitar 4-5 L/kg empulur sagu, jika kapasitas pengolahan sebesar 190 kgempulur/jam diperlukan air sebanyak 760-950 L/jam atau debit air 12,7-15,8 L/menit, airekstraksi mengalir secara kontinu selama proses pengolahan berlangsung.(d) Pada proses ekstraksi, suspensi sagu (cairan yang mengandung sagu) akan terpisah denganserat, ampas kasar dan ampas halus secara mekanis di dalam ekstraktor dan saringan getar,selanjutnya suspensi sagu mengalir ke unit pengendap dan sagu akan mengendap pada unitpengendap.(e) Proses pencucian sagu, dilakukan setelah selesai satu periode proses atau satu hari pengolahan.Pati sagu yang telah mengendap dipermukaanya terdapat sisa air proses, air proses dialirkankeluar, kemudian dimasukan air proses ke dalam bak pengendap dan dilakukan pengadukan patisagu basah dengan air proses secara manual untuk mengeluarkan asam-asam dan zat warna daripati sagu.(f) Pati sagu diendapkan selama 30 menit, apabila endapan pati sagu sagu telah menjadi padat, airsisa proses yang ditambahkan sebelumnya dikeluarkan dengan hati-hati agar pati sagu tidakterikut pada pengaliran air sisa proses.(g) Pada pengeluaran sisa air proses, yang tertinggal adalah pati sagu basah. Pati sagu basahdikeluarkan dari bak pengendap, dan dimasukan ke dalam wadah penampung, yang dapatdikonsumsi langsung sebagai bahan pangan atau diolah menjadi tepung sagu.Tepung sagu baruk yang dihasilkan berwarna putih agak kelabu, jika akan diolah menjadisowan dan produk industri lainnya, perlu dilakukan pemutihan. Pemutihan adalah menghilangkanwarna-warna yang ada pada bahan karena pigmen-pigmen alam ata zat lain, sehingga diperolehbahan yang lebih putih. Untuk proses pemutihan dapat mengunakan Kalium Bromat 30 ppm danAsam Askorbat 100 ppm. Peningkatan derajat putih dengan menggunakan Kalium bromat dan AsamAskorbat, ditinjau dari segi biaya produksi adalah ekonomis. Mutu tepung sagu baruk yangmenggunakan pemutih kalium Bromat, Asam Askorbat dan tanpa pemutihan, memenuhi syaratmutu sesuai Standar Nasional Indonesia (Tabel 2).Tabel 2. Analisis mutu tepung sagu barukNo.ParameterKalium Bromat30 ppm12,24Asam Askorbat100 ppm13,02TanpaPemutih12,541.Kadar air (%)2.3.Kadar abu (%)Serat kasar (%)0,260,180,310,190,320,184.Derajat asam (ml NaOH1 n/100 g2,022,582,965.Kadar pati (%)88,0084,0082,006.Derajat Kehalusan (80 mesh)Lolos ayakanLolos ayakanLolos ayakan9.Logam berbahayaNegatifNegatifNegatifSumber: Widardo dan

pengembangan lahan hutan potensial untuk kombinasi budidaya komoditas pangan. Aren dapat ditanam di lahan yang kurang subur atau bahkan lahan kritis, karena tanaman ini relatif tidak membutuhkan air yang banyak, justru sebaliknya aren mampu menyimpan, mempertahankan kondisi air tanah tepat tumbuhnya.

Related Documents:

2.1.Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut (Estu dkk., 2007). . Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi, hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air

Pertanian–Bioindustri Berbasis Pangan Sagu di Kabupaten Sorong Selatan Otto Ihalauw 15 . persemaian, pemupukan, pengendalian gulma, penjarangan anakan, . 4. Membangun industri pengolahan sagu semi mekanis skala kecil. REKOMENDASI 1. Perlu adanya regulasi yang men

Hortikultura 2015-2019 sebagai acuan dalam penyusunan kegiatan penelitian tanaman hias yang terangkum di dalam Renstra Balithi 2015-2019. Kegiatan penelitian tanaman hias diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut, khususnya pada komoditas tanaman hias. Rencana Strategis Balai Penelitian Tanaman Hias merupakan dokumen

tanaman yang sehat (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/MENHUT- V/2004 Bagian Kedua tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan . tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Sedangkan tanaman yang tidak sehat adalah apabila tanaman tersebut . T U G A S M . K . T E K N O L O G I P E R L I N D U N G A N H U T A N Page 4

Jenderal Tanaman Pangan maupun stakeholder pembangunan pertanian tanaman pangan dalam mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2015-2019 di bidang tanaman pangan. Jakarta, April 2015 Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dr. Ir

menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik indonesia peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik .

Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim berumur pendek kurang satu . toleran terhadap hama dan penyakit dan tahan rebah. Dalam pemilihan varietas perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: pergiliran varietas pada pola tanam padi-padi-palawija untuk mencegah ledakan hama dan penyakit, pada musim hujan (MH) dipilih varietas .

For details, see Auto Scaling User Guide. 1.2 API Calling AS supports Representational State Transfer (REST) APIs, allowing you to call APIs using HTTPS. For details about API calling, see Calling APIs. 1.3 Endpoints Region and endpoint are the request address for calling an API. Endpoints vary depending on services and regions. For the endpoints of the AS service, see Regions and Endpoints. 1 .