PERANCANGAN MOTION COMIC ASAL NAMA SALATIGA SEBAGAI MEDIA .

3y ago
74 Views
7 Downloads
2.52 MB
14 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Eli Jorgenson
Transcription

PERANCANGAN MOTION COMIC ASAL NAMA SALATIGASEBAGAI MEDIA EDUKASI UNTUK ANAKJURNAL KARYA DESAINOleh:Bangkit Dandy Yanuarta091 1928 024PROGRAM STUDI DISAIN KOMUNIKASI VISUALJURUSAN DISAIN FAKULTAS SENI RUPAINSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA2016UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Jurnal Tugas Akhir Desain berjudul :PERANCANGAN MOTION COMIC ASAL NAMA SALATIGA SEBAGAIEDUKASI UNTUK ANAK diajukan oleh Bangkit Dandy Yanuarta, NIM0911928024, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni RupaInstitut Seni Indonesia YogyakartaUPT Perpustakaan ISI YogyakartaKetua Program StudiDesain Komunikasi VisualDrs. Hartono Karnadi, M.Sn.NIP.19650209 199512 1 001

A. JUDULPerancangan Motion Comic Asal Nama Salatiga Sebagai Media EdukasiUntuk AnakB. ABSTRAKPerancangan Motion Comic Asal Nama Salatiga Sebagai media EdukasiUntuk AnakSalatiga memiliki berbagai potensi yang belum dioptimalkan denganbaik, salah satunya cerita rakyat asal nama Salatiga yang biasanya diceritakansecara lisan dari orang tua kepada anaknya sebagai pengantar tidur. Ceritarakyat ini memuat nilai-nilai moral yang baik dan dapat menjadi tuntunan.Namun cerita rakyat tentang Asal Nama Salatiga masih kurang dalampenyajiannya untuk anak-anak, selain itu budaya cerita sebelum tidur tak laginampak. Zaman yang makin modern menuntut orang tua semakin sibuk,hingga akhirnya peran pencerita tergantikan oleh perangkat pintar.Perancangan motion comic ini diharapkan dapat menjadi solusi darikedua masalah tersebut, menyajikan cerita dengan nuansa yang lebih segarmelalui platform yang sesuai di era modern. Metode perancangan sangatdiperlukan dalam motion comic ini, dengan mengumpulkan data mengenaiberbagai hal yang berkaitan dengan cerita untuk kemudian dianalisa secarawujud, bentuk, susunan, dan isi yang meliputi: suasana; gagasan; pesan; dan;penampilan.Kata kunci:Cerita rakyat, Asal nama Salatiga, Motion comic, Perangkat pintarABSTRACTa Motion Comic design about “Asal Nama Salatiga” as an education mediafor KidsSalatiga have several potential that not optimized yet, such as folkloreabout the beginning of Salatiga that ussualy told by words from parrent totheir children as a lullaby. This folklore has a good morale value that couldbe a guide. But floklore about the beginning of Salatiga have not well servedfor nowadays kids, biside of the modern age that push the parrents becomemore busy, so that’s why the person who tell the lullaby replaced by gadget.This motion comic design is mean to be a solution for both problem, toserve this folklore in a brand new story and visually through modern ageplatform. The design method is needed in this motion comic, collecting dataabout everything that related with the story then analized it into shape, form,flow, and content that contain: the atmosphere; idea; message; and;appearance.Keywords:Folklore, the Beginning of Salatiga Name, Motion comic, GadgetUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

C. PENDAHULUAN1. Latar BelakangSalatiga merupakan salah satu kota kecil di Indonesia yang terletakdi Propinsi Jawa Tengan. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengankabupaten Semarang dan terdiri dari empat kecamatan yaitu Argomulyo,Sidomukti, Sidorejo, dan Tingkir. Terletak 40 km di sebelah selatan KotaSemarang, dan berada di jalan negara yang menghubungkan SemarangSurakarta. Dengan ketinggian mencapai 800m di atas permukaan air lautdan terletak di kaki gunung Merbabu (3,142 m) dan Telomoyo, Salatigamempunyai iklim yang cukup sejuk. Pada masa pemerintahan kolonial,Salatiga berhasil mengembangkan perencanaan tata kelola dengan baik,sehingga pada tahun 1919 Salatiga dinobatkan sebagai “de Schoonste Stadvan Midden-Java” yang berarti kota terindah di Jawa Tengah (Supangkat,2007,40)Kini Salatiga adalah kota yang ramai dan ditinggali berbagai etnisdan agama. Adanya beberapa universitas, menjadikan Salatiga berpredikatsebagai kota pendidikan. Salah satu universitas yang cukup dikenal ialahUniversitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Rektor UKSW, Prof. Pdt.John A. Titaley, Th.D pada sambutan mahasiswa baru 2010 lalumenjulukan UKSW sebagai “Indonesia Mini” dikarenakan mahasiswanyayang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Salatiga juga memilikibeberapa bangunan bersejarah peninggalan masa kolonial yang masihkokoh berdiri dan dimanfaatkan sebagai sekolah, gedung pemerintahan,dan atau rumah tinggal. Berbagai destinasi wisata mengelilingi kotaSalatiga, sehingga kota ini juga dikenal sebagai kota transit pariwisata.Tidak ketinggalan, Salatiga juga mendapat predikat kota olah ragadikarenakan banyak atlet profesional yang lahir di kota ini sepertiBambang Pamungkas, Kurniawan, dan Gendut Doni yang menjadi bintanglapangan sepak bola.Salah satu yang cukup unik dari kota ini ialah namanya. Seringorang memelestkan Salatiga menjadi “salah tiga” baik orang yang tahu –tentang legenda Salatiga – maupun yang tidak tahu, karena kedua katatersebut memiliki homofon yang sama. Berbagai penelitian telah dilakukanuntuk mencari asal nama Salatiga, diantaranya ditemukannya Staatblad1917 No. 266 mulai 1 Juli 1917 pada masa kolonial yang menyatakanStood Gemente Salatiga atau ketentuan luas daerah Salatiga(http://salatigakota.go.id /TentangSejarah.php), namun nama Salatigasendiri telah ada sebelum itu. Temuan terakhir yaitu saat ditemukannyaPrasasti Plumpungan yang setelah diteliti, daerah asal prasasti tersebutberdiri pada 750 Masehi. batu bertulis tersebut menjelaskan ketetapanhukum daerah bernama Hampra yang diberikan keistimewaan danmenjadikannya daerah perdikan karena telah berjasa pada kerajaan padawaktu itu (http://salatigakota.go.id /TentangSejarah.php). Walau akhirnyaprasasti Plumpungan diresmikan sebagai awal berdirinya kota Salatiga,namun tetap tidak dijelakan bagaiman daerah yang dulunya bernamaHampra tersebut bisa menjadi Salatiga. Satu-satunya sumber yangUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

menyatakan daerah tersebut bernama Salatiga berasal dari cerita rakyatyang diceritakan secara turun temurun, legenda yang menceritakan kisahperjalanan Ki Ageng Pandanaran II menuju gunung Jabalkat untuk belajaragama kepada Sunan Kalijaga.2. Rumusan MasalahDari penjelasan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalahdalam perancangan ini adalah, bagaimana merancang motion comictentang “Asal nama Salatiga” untuk mengedukasi generasi muda diSalatiga.3. Teori dan Metode- Mencari dan mengumpulkan data verbal dan visualyangberhubungan dengan legenda Salatiga, serta memahami informasiyang dapat dijadikan sebagai bahan dalam perancangan motion comic.- Mencari referensi sebanyak-banyaknya guna mendukung prosesperancangan pra produksi, produksi, dan pasca produksi.- Setelah data terkumpul, masuk pada tahap produksi yang diantaranyaBrainstorming dan mind maping, scriptwriting, sketsa karakter, danstoryboard.- Setelah proses pra produksi maka akan dilanjutkan dalam tahapproduksi yang dimulai dengan memvisualkan sketsa karakter dansetting dengan menambahkan warna dan shading untuk kemudiandianimasikan.- Proses terakhir adalah pasca produksi, yaitu compositing dan editing.Dalam proses ini, hasil render akan dimaksimalkan dengan beberapatambahan efek ataupun suara.D. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN1. Tahap RisetLegenda asal mula nama Salatiga ini tidak memiliki cerita yangbaku, dikarenakan legenda ini diceritakan secara lisan dan turuntemurun. Walau terdapat versi yang beragam namun inti cerita darimasing-masing sumber tidak jauh berbeda. Berbagai nilai-nilai masihtetap tersirat dalam tiap versi cerita, seperti nilai religi, nilai sosial, nilaimoral, dan nilai budaya yang terasa ringan untuk diperdengarkan dandiceritakan. Selain itu kisah ini juga mengenalkan tokoh-tokoh nyatayang berasal dari sejarah abad ke-15, seperti Ki Ageng Pandanaran II danSunan Kalijaga. Kisah tokoh-tokoh tersebut dapat memberikan gambarantentang watak manusia dan menjadi panutan dan tuntunan dalamkehidupan, terutama bagi generasi muda yang kelak akan menjadipenerus keluarga dan bangsa.Beberapa media seperti buku cergam sempat dibuat namunpublikasi dan penyebarannya hanya sampai ke sekolah-sekolah dasar danperpustakaan daerah. Ada pula yang sempat dijual di toko buku namundari layout dan penceritaan kurang menarik, karena hanya ada satuUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

gambar ilustrasi dan tulisan yang dikemas dalam satu lembar jugasehingga penggambarannya kurang detail. Ada beberapa website rakyatnusantara.com namun hanya berupa tulisan, sehinggakurang menarik bagi anak-anak.Menurut Mahyudin Al Mudra, SH., MM. selaku Pendiri danPemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM),Yogyakarta, menyatakan “Secara garis besar, terdapat tiga bentukmasyarakat yang menyikapi dongeng secara berbeda-beda. Yang pertamaadalah masyarakat tradisional; kedua masyarakat transisional; dan ketigamasyarakat modern.”Bagi masyarakat tradisional yang masih memiliki pola pikirsederhana karena belum terjamah peralatan canggih, masih efektif bilamenggunakan buku sebagai media bercerita. Sementara masyarakatadalah masyarakat yang mengalami pergeseran ciri-ciri lokalnya seiringdengan melebarnya batas-batas interaksi dan batas pengetahuan mereka.Intensitas hubungan sosial yang semakin meningkat memacu perubahanbentuk-bentuk kewajiban sosial antaranggota masyarakat akibatmeluasnya batas-batas solidaritas sosial. Meskipun kepemimpinan lokalmasih dianggap penting, hubungan dengan dunia luar telah menyebabkanmelemahnya keyakinan tentang sesuatu yang bersifat magis dan supernatural (Abdullah, 2006: 173).Terakhir masyarakat modern adalah masyarakat yangmenempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat pentingdalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dannorma-norma. Hubungan antarorang telah digantikan dengan kehadiranmedia dan barang-barang elektronik. Dalam sebuah keluarga modern,bisa jadi anak bukan merupakan pewaris tradisi keluarganya, tetapi diamewakili tradisi yang jauh lebih besar yang datang dari negara maju,seperti Amerika atau Jepang. Hal itu terjadi karena pusat pembentukankarakter dan orientasi anak tidak lagi pada orang tua, tetapi pada pusatpusat kekuasaan baru yang mengendalikan sistem sosial dan moral,seperti televisi, internet, dan handphone (Abdullah, 2006: 59). Melihatdari teori diatas, keadaan di kota Salatiga merupakan kota yang dihunioleh masyarakat transisional dan modern. Salatiga juga memilikiberagam etnis dengan latar belakang yang beragam yang salingbersinggungan dalam kehidupan sehari-hari.Masyarakat dengan corak multietnis mengalami problematikadalam interaksi sosial karena bermukim di suatu tempat di manapenduduknya berasal dari daerah-daerah yang berbeda. Tiap-tiap orangmemiliki masa lalu yang berbeda-beda dan ikatan-ikatan tradisionalcenderung tidak berlaku karena pengalaman tradisional antaretnis tidakdapat dikomunikasikan. Dengan demikian, masyarakat modern membutuhkan simbol universal dari tata nilai yang pernah diimajinasikanbersama. Di sinilah cerita rakyat mendapatkan ruangnya kembali danberperan mendorong pembauran, mengingat karya sastra ini mempunyaiUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

potensi yang sangat besar sebagai medium imajinasi untuk pemahamanlintas budaya (Budianta, 2003: 137).Melihat perkembangan jaman yang berubah, khususnya di kotaSalatiga, perlu adanya media bercerita yang sesuai untuk menyampaikankisah legenda ini agar dapat diterima dan diserap secara baik bagimasyarakat, khususnya anak-anak. Selain agar dapat mengenal tentangkota Salatiga, juga dapat menyerap nilai-nilai moral yang tersirat padakisah legenda ini.Legenda asal nama Salatiga ini menjadi penting tidak hanyadikarenakan kisah ini menjadi salah satu sumber dimana nama Salatigatercetus, namun juga merupakan khasanah budaya dari Salatiga yanghampir tidak lagi terdengar oleh telinga-telinga anak-anak Indonesiakhususnya kota Salatiga. Selain itu legenda merupakan cara pendahulumenyampaikan konsep kehidupan yang menjadi tuntunan. CliffordGeertz mengatakan bahwa sistem pewarisan konsepsi dalam bentuksimbolik merupakan cara bagaimana manusia dapat berkomunikasi,melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadapkehidupan (Geertz, 1973: 89). Menyadari akan potensi dari cerita rakyattersebut, Pemerintah kota Salatiga ingin mencoba mendokumentasikannya dengan lebih menarik, agar dapat menarik antusias masyarakat.Hal ini sesuai dengan salah satu misi pemerintah Kota Salatiga pada butirke-5 yang berbunyi “Melestarikan nilai-nilai kearifan lokal dalam rangkamemperkuat identitas dan jati diri daerah.” Media yang dipilih untukmenyampaikan kisah legenda ini berupa motion comic. Sebuah mediaaudio visual yang berangkat dari komik dan digerakan dengan teknologikomputer, lalu disajikan seperti layaknya video dengan berbagai efeksuara dan musik. Motion comic dipilih karena dianggap sesuai dengantarget audience yang memiliki rentang umur 6-15 tahun, dimana padamasa ini media berupa audio visual sangat digemari dan populer. Jugasesuai dengan keadaan masyarakat yang tinggal di kota Salatiga itusendiri.Sebagai dasar analisis data didalam perancangan motion comicasal nama Salatiga ini digunakan enam pertanyaan mendasar yang jugadisebut 5W 1H yang terdiri dari What (apa), When (kapan), Who(siapa), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Berikutenam pertanyaan tersebut :a. What (Apa)Bentuk pesan seperti apa yang akan disampaiakan dalam perancanganini?Pesan yang ingin disampaiakn dalam perancangan motion comic iniialah untuk mengedukasi masyarakat khususnya generasi mudatentang Legenda “Asal Nama Salatiga”UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

b. Who (Siapa)Siapa target audience dalam perancangan ini?Perancangan ini di tergetkan bagi anak-anak usia 6-15 tahun.c. When (Kapan)Kapan perancangan ini akan dipublikasikan?Karya perancangan ini akan dipublikasikan pada acara hari jadi kotaSalatiga.d. Where (Dimana)Dimana karya perncangan ini akan dipublikasikan?Karya perancangan ini akan dipublikasikan melalui media sosial.e. Why (Mengapa)Mengapa perancangan ini perlu dibuat?Perancangan ini perlu untuk dibuat dikarenakan kisah ini merupakansalah satu khasanah budaya Salatiga, sehingga perlu direkonstruksilagi agar dapat tampil lebih menarik sehingga dapat diterima dandinikmati oleh generasi baru.f. How (Bagaimana)Bagaimana tahapan merancang motion comic?Dalam perancangan ini nantinya akan dibagi dalam tiga tahap, yaitupra produksi, masa produksi, dan pasca produksi. Dalam tahapan praproduksi meliputi pengumpulan data dan referensi yang kemudiandijadikan acuan dalam perancangan ide, storyline, sket karakter,suasana, dlsb. Masuk pada tahap produksi, akan dirancang tokohkarakter, seting background, paneling. Kemudian masuk padadigitalisasi menggabungkan bahan produksi, musik, dan efek padatahapan pasca produksi.2. Tahap Perancangana. Konsep KomunikasiAdapun tujuan komunikasi dari perancangan motion comic ini inginmerekonstruksi kembali Legenda tersebut pada media baru, selainsebagai salah satu cara mendokumentasi khasanah budaya ini denganmengacu pada target audience, juga untuk mengedukasi nilai-nilaiyang terkandung dalam legenda tersebut.Yang menjadi target audience adalah masyarakat rentang umur dari 615 tahun, maka strategi komunikasi dalam perancangan ini menerapkan 3 jenis komunikasi, antara lain Pesan verbal dengan bahasayang digunakan akan disederhanakan sesuai dengan ejaan yangdisempurnakan sehingga mudah diserap dengan baik. Pesan Nonverbal dengan gerakan, isyarat, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah danPesan visual dengan menerapkan gaya desain ilustrasi yang menarikUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

pada desain karakter juga background diharapkan dapat menarikantusias anak-anak untuk menikmati motion comic ini.b. Konsep KreatifTujuan dari perancangan ini ialah menciptakan motion comic yangdapat menarik antusias target audience, sehingga dapat mengenalsalah satu khasanah budaya Salatiga berupa cerita legenda sertadiharapkan dapat menyerap nilai-nilai yang terkandung didalamnya.Dalam upaya merepresentasikan tujuan kreatif dalam motion comicini, strategi kreatif dibagi menjadi dua bagian yaitu isi pesan danbentuk pesan. Isi pesan berisi tema tentang konsep ke-Tuhanan danbudi pekerti, bagaimana kita para manusia seharusnya hanya tundukpada sang pencipta bukannya harta atau benda duniawi yang kelak takakan dibawa mati. Selain itu perancangan motion comic ini ingin agaranak-anak juga dapat memiliki kebebasan berpendapat (tentunyadengan pendampingan orang tua atau guru) tentang bagaimana isicerita sehingga memancing otak meraka agar tetap aktif untuk berfikir.Sedangkan dari bentuk pesan diharapkan dengan menerapkan gayailustrasi yang sesuai dengan target audience, dapat menyukai terlebihdahulu baru kemudian dapat menyerap nilai-nilai yang terkandungdalam cerita.Video ini nantinya akan berdurasi total 15 menit yang akan di bagimenjadi 5 bagian untuk nantinya di upload pada media sosialFacebook. Gaya visual yang kelam akan menjadi dasar pada perancangan motion comic ini. Gaya ini dipilih untuk memberi rasapenasaran dan melatih anak untuk tidak takut pada nuansa-nuansayang gelap. Pewarnaannya menggunakan gaya cat air dan garis yangtidak terlalu rapi. Dari desain karakter hingga environment akan adabeberapa modifikasi bentuk ke arah kontemporer, terutama desainbusana yang menggabungkan nuansa barat dan oriental agar takmonoton.c. Konsep MediaTujuan dari perancangan ini ialah untuk memberikan edukasi kepadaanak-anak tentang legenda Asal Nama Salatiga, dan diharapkanmereka dapat menyerap nilai-nilai yang terkandung atas bimbinganorang tua, wali, dan atau guru di sekolah. Motion comic bersifat audiovisual, sehingga penyerapan informasi dapat dengan mudah ditangkapanak-anak. Video animasi membuat anak-anak memiliki ruang untukberimajinasi dikarenakan gerakan animasi yang terbatas, sehinggaotak anak-anak ikut aktif. Selain itu output yang berupa data digitalUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

dapat memudahkan dalam pendistribusian dan mudah diunggahmelalui media sosial. , sehingga tidak memakan banyak biaya.Output dar video animasi digital 2 dimensi berformat .mp4, dengandimensi 1280 720 pixel. Pengolahan motion comic menggunakanprogram digital produksi Adobe, yaitu Adobe Photoshop dan AfterEffect.Media Pendukung yang digunakan berupa Fanspage Facebook yangdipilih karena memiliki fitur paling lengkap diantara media sosiallainnya, dari teks, gambar hingga video dengan durasi panjang dapatdiunggah dan disebar sesuai keinginan. Media pendukung lain adalahPoster yang masih cukup dapat diandalkan untuk menarik perhatiantarget audience. Walau jangkauannya tidak seluas media sosial namunposter dapat mentrigger target menuju ke Fanspage Asal NamaSalatiga. Selain itu juga didukung media seperti X-Banner yangberfungsi sebagai atribut disaat screening film dimana siapapun dapatmenjadi atribut untuk berfoto yang akan diunggah ke media sosialsehingga dapat menarik perhatian target lainnya. Pin menjadimerchandise yang cukup efisien, dimana pastinya akan dikenakan diarea dimana orang lain dapat melihatnya. Gantungan kunci menjadimerchandise yang menarik dimana menampilkan karakter-karakterAsal Nama Salatiga. Dan yang terakhir adalah T-Shirt yang di bagianbelakangnya akan dicetak QR code yang menautkan alaman fanspagebegitu di scan.UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

3. Hasil Penelitiana. Media UtamaGambar 01. Screenshoot motion comis Asal Nama SalatigaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

b. Media PendukungGambar 02. Desain poster dan X-BannerGambar 03. Desain gantungan kunciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Gambar 04. Desain PinGambar 05. T-ShirtGambar 06. Fanspage FacebookUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

E. KESIMPULANIndonesia menjadi negara yang luar biasa salah satunya karenakekayaan budayanya, banyak dari kekayaan budaya tersebut tak terarsip ataudidokumantasikan dengan baik, seperti legenda atau cerita rakyat yangbiasanya di wariskan secara lisan. Budaya lisan tersebut menjadikan ceritarakyat riskan untuk terlupakan, terutama cerita rakyat dari daerah-daerahyang tak sebesar Ace

Cerita rakyat, Asal nama Salatiga, Motion comic, Perangkat pintar . ABSTRACT . a . Motion Comic design about “Asal Nama Salatiga” as an education media for Kids . Salatiga have several potential that not optimized yet, such as folklore about the beginning of Salatiga that ussualy told by words from parrent to their children as a lullaby.

Related Documents:

laporan praktikum meteorologi laut disusun oleh: kelompok nama nama nama nama nim nama nim nama nama nama nama nim nim nim nim nim nim nim ukuran 5x5 cm jurusan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan ilmu kelautan fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas brawijaya malang 2019.

penyampaian yang digunakan pun semakin berkembang seperti halnya buku cerita bergambar yang menyajikan sebuah cerita dengan tampilan ilustrasi, sehingga kita dapat membayangkan isi cerita tersebut Perancangan buku cergam Asal Mula Danau Toba ini akan di buat dalam bentuk digital dikarenakan kemudahannya dalam mengakses dan menyebarakn cergam.

make a second drawing that converts the same image to a comic-style drawing using exaggerated proportions such as manga or comic-hero proportions. Quick Tips for Drawing Comic Characters The average male figure is 7 heads tall, whereas a male comic hero is 8 – 8 1/2 heads tall. The average female comic hero is 6 1/2 – 7 heads tall

The study presented in this article examines the use of comic books, TOON comic books, during guided reading. The TOON book concept was created by Françoise Mouly, an art editor of The New Yorker magazine, and her husband, Art Spiegelman, a prizewinning comic book artist, and author of Maus: A survivor's tale (1986). On the official TOON comic .

Task 1 - Understanding comic strips and their creation Learning Outcome (LO) 1 is assessed in this task. Before creating your multipage comic strip, you need to understand comic strips, comic strip characters, the software used to construct a multipage comic strip and how panels are used.

Perancangan . buku cerita bergambar. legenda . Poso Lasaeo dan Rumongi ini, memiliki beberapa tahap perancangan yang harus dilakukan yaitu, 1) Perancangan alur cerita meliputi pembuatan naskah, penentuan teks dan gambar yang akan digunakan. Selanjutnya 2) Tahap sketsa, proses pengambaran awal karakter dan . setting . tempat.

A. Pengertian Rancang Bangun 1. Rancang Perancangan merupakan salah satu hal yang penting dalam membuat program. Adapun tujuan dari perancangan ialah untuk memberi gambaran yang jelas lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik yang terlibat. Perancangan harus berguna dan mudah dipahami sehingga mudah digunakan.

Safety Code for Elevators and Escalators, ASME A17.1-2013, as amended in this ordinance and Appendices A through D, F through J, L, M and P through V. Exceptions: 1.1. ASME A17.1 Sections 5.4, 5.5, 5.10 ((and)) , 5.11, and 5.12 are not adopted. 1.2. ASME A17.1 Section 1.2.1, Purpose, is not adopted. 2015 SEATTLE BUILDING CODE 639 . ELEVATORS AND CONVEYING SYSTEMS . 2. Safety Standard for .