MODEL PENGELOLAAN SAMPAH OLEH MASYARAKAT UNTUK MENDUKUNG .

3y ago
33 Views
3 Downloads
528.34 KB
12 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Hayden Brunner
Transcription

Model Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat untuk La Ode Asier dan Muhammad SaadMODEL PENGELOLAAN SAMPAH OLEH MASYARAKAT UNTUKMENDUKUNG URBAN FARMING DI KOTA MAKASSARLa Ode Asier dan Muhammad SaadBalai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan MakassarJl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, Sulawesi Selatan, Kodepos 90243Telp. (0411) 554049, Fax (0411) 554058E-mail: asier kawanua@rocketmail.comABSTRAKMeningkatnya jumlah penduduk berkorelasi langsung terhadap besarnyajumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Kesadaran masyarakat sangatpenting dalam pengendalian sampah agar tidak menimbulkan masalahlingkungan. Tulisan ini adalah untuk memberikan informasi tentangmembangun model pengelolaan sampah oleh masyarakat secara mandiridalam upaya mendukung urban farming dan ruang terbuka hijau di KotaMakassar. Penanganan masalah sampah yang telah dilakukan olehpemerintah Kota Makassar begitu gencar sehingga program RevolusiKebersihan yang dicanangkan oleh Walikota Makassar pada tanggal 15 Juni2014 “Gemar Makassar tidak Rantasa” terus dikawal dengan berbagai upayaseperti peningkatan jumlah armada pengangkutan sampah, penambahanTempat Penimbunan Akhir (TPA) dan upaya pembinaan masyarakat untukmengelola sampah secara mandiri, Balai Litbang Lingkungan Hidup danKehutanan Makassar sebagai lembaga riset yang membidangi masalahlingkungan dan kehutanan, mencoba menginisiasi model penanganansampah organik oleh masyarakat secara mandiri. Model pengelolaan sampahyang ditawarkan adalah pengelolaan sampah organik berbasis kelompokmasyarakat. Hasil akhir dari pengolahan sampah organik ini adalah komposyang dapat digunakan sendiri oleh kelompok masyarakat pengelola sampahsecara mandiri. Diharapkan informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangandalam mendukung program pengelolaan sampah berbasis masyarakat gunabertambahnya ruang terbuka hijau di Kota Makassar.Kata kunci: Sampah, kompos, berbasis masyarakat, urban farming,terbuka hijau.I.PENDAHULUANKota Makassar merupakan salah satu kota metropolitan diIndonesia dengan luas 177.557 ha. Pada tahun 2012 volume45

Info Teknis EBONIVol. 13 No. 1, Juni 2016 : 45 - 55timbulan sampah yang dapat terangkut ke salah satu TPA(Tamangapa) dengan komposisi fisik sampah organik 80,71%, plastik9,23%, kertas 7,03%, kain 0,03%, kayu 0,17%, kaca 0,22%,kaleng/besi 2,12% dan karet 0,50%. Sedangkan densitas ataupemadatan sampah yakni 0,19 kg/ltr (Zubair, 2012).Data terakhir dari Dinas Kependudukan Provinsi SulawesiSelatan menunjukkan bahwa pada tahun 2013, jumlah pendudukKota Makassar 1,7 juta jiwa (Hasanuddin, 2014), sedangkan produksisampah telah mencapai hingga 550 ton atau sekitar 4.000 meterkubik per hari dalam kondisi normal, ketika tiba musim buah-buahankondisi ini dapat meningkat hingga 100% (Amir, 2013). MenurutRiswan (2011), dalam setiap rumah tangga menghasilkan sampah1,46 liter/orang/hari atau 0,38 kg/orang/hari, yang terdiri dari 47%sampah organik, 15% kertas, 22% plastik, serta 16% logam dansebagainya. Besarnya jumlah penduduk berkorelasi langsungterhadap volume sampah yang dihasilkan, sebaliknya peningkatanpenduduk tidak dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakatakan pentingnya pengendalian sampah.Selain tingkat kepedulian masyarakat yang masih rendah,masalah pengangkutan sampah ke TPA belum maksimal disebabkanjumlah kendaraan pengangkut sampah yang disediakan olehpemerintah kota (Dinas Kebersihan) baru 151 armada pengangkutyang rata-rata kapasitas muatnya antara 3-6 m3, 43 kendaraandiantaranya mengalami kerusakan karena termakan usia (Amir,2013). Kalau melihat jumlah sampah yang dihasilkan oleh pendudukKota Makassar maka kendaraan angkutan sampah yang seharusnyadisediakan oleh pemerintah kota berjumlah 650 unit trukberkapasitas 6 m3 yang dilengkapi dengan penambahan tenaga sopirdan pembantunya.Untuk mewujudkan kota bersih dan hijau, pemerintah telahmencanangkan berbagai program yang pada dasarnya bertujuanuntuk mendorong dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalampengelolaan sampah. Apresiasi pemerintah dan masyarakat selaludituntut untuk melakukan pengelolaan sampah sehingga padagilirannya sampah dapat diolah secara mandiri dan menjadisumberdaya yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan danpendapatan masyarakat secara ekonomi. Mencermati fenomena diatas maka sangat diperlukan model pengelolaan sampah olehmasyarakat secara mandiri dalam upaya mendukung urban farmingdan ruang terbuka hijau di Kota Makassar.46

Model Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat untuk La Ode Asier dan Muhammad SaadII. PERMASALAHAN SAMPAH DI KOTA MAKASSARKota Makassar sedang merangkak menjadi kota modernmetropolis di antara jargon-jargon “Water front City”, “GreatExpectation”, “Save Our City”, “Makassar untuk Semua”, “Kota Dunia2025”, dan semacamnya. Jargon-jargon itu sesungguhnyamempertegas bahwa Kota Makassar adalah wilayah yang menarikbagi siapa saja untuk datang mengadu keberuntungan (Nawir, 2010).Investor dan kaum urban berkompetisi di dalam ruang kota yangluasnya hanya 177,577 km, hal ini membawa implikasi langsung padaproduksi sampah (limbah).Perkembangan kota akan diikuti pertambahan jumlahpenduduk, yang juga akan di ikuti oleh masalah-masalah sosial danlingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang muncul adalahmasalah persampahan (Alkadri et al., 1999). Berbagai permasalahanyang terjadi dalam penanganan masalah sampah di Makassarmenyebabkan program Revolusi Kebersihan yang dicanangkan olehWalikota Makassar pada tanggal 15 Juni 2014 “Gemar Makassar tidakRantassa” (Makassar tidak Kotor) (Ilham,2015), memerlukan kerjakeras antara masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan sepertiapa yang diharapkan. Upaya peningkatkan armada angkutan sampahdan penambahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir ), telah dilakukanoleh pemerintah, namun jika partisipasi masyarakat tidak terciptamaka petugas kebersihan yang dikerahkan oleh pemerintah kotamenjadi tidak berimbang antara jumlah petugas dengan jumlahsampah yang harus ditangani (Subekti, 2010).Sebahagian kelompok masyarakat telah melakukan upayapengurangan potensi sampah yang harus diangkut dan dibuang keTPA melalui pengelolaan sampah mandiri. Beberapa kegiatan yangdiinisiasi pemerintah maupun LSM dan kelompok masyarakat adalahmemilah sampah antara sampah organik dengan anorganik. Sampahanorganik (plastik, kertas/kardus, kaca, besi dll) dikelola menjadibarang kerajinan atau daur ulang, sedangkan sampah organikdikelola menjadi kompos, namun berbagai upaya tersebut belumberkembang karena rendahnya tingkat kesadaran. Problematikaumum yang terjadi di Kota Makassar adalah pemerintah daerahmasih kurang memberikan reward terhadap masyarakat yang telahmelakukan pemilahan sampah, penerapan kebijakan pengelolaansampah berbasis masyarakat dengan prinsip Reduce, Recycle, andReuse (3R) tidak diikuti dengan system yang menguntungkan bagi47

Info Teknis EBONIVol. 13 No. 1, Juni 2016 : 45 - 55pengelolanya, kurang terbangunnya kaderisasi untuk mencaripengurus baru yang memiliki kapabilitas dan integritas (militantcadres).Timbulan sampah di Kota Makassar seperti pada pinggir jalanporos, saluran air, tanah-tanah kosong, merupakan pemandanganyang rutin di sebahagian daerah dalam wilayah kota terutama diwilayah yang memiliki jarak yang sulit terjangkau dengan armadaangkutan sampah. Hal ini merupakan indikator persoalan sampahyang buruk terhadap lingkungan dan estetika sebuah kota yangberproses menuju “Kota Dunia 2025”.Untuk penganggaran dalam mengatasi sampah di KotaMakassar masih relatif kecil dibandingkan kota lainnya, sebagaipembanding, anggaran kebersihan di Kota Surabaya mencapai Rp200 miliar pertahun sementara Kota Makassar anggaran yangtersedia sebesar Rp 20 miliar pertahun termasuk biaya operasional,gaji, hingga pemeliharaan peralatan, dan prasarana angkutansampah (Amir, 2013). Berikut rumusan masalah pengelolaan sampahdi Kota MakassarGambar 1. Rumusan masalah pengelolaan sampah di Kota Makassar48

Model Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat untuk La Ode Asier dan Muhammad SaadPengelolaan sampah di Kota Makassar masih menerapkan polakonvensional yaitu kumpul-angkut-buang, belum ada prosespemilahan dan pemrosesan sampah. Pola ini belum maksimal untukmengatasi persoalan sampah. Menurut Salipadang (2011), terjadinyapenumpukan sampah berkaitan langsung dengan keterbatasanjumlah dump truck untuk mengangkut dan membuang di TPA yangtersedia, karena biaya yang tersedia untuk bahan bakar, dan rutepengangkutan yang kurang efektif dan efisien. Menurut Faizah(2008), problem yang sama dihadapi oleh masyarakat KotaYokyakarta adalah : (1) pemerintah daerah belum memberikanapresiasi terhadap masyarakat yang telah melakukan pemilahansampah; (2) tidak ada mekanisme dan person yang memantau danmengevaluasi kegiatan; (3) penerapan kebijakan pengelolaansampah berbasis masyarakat dengan prinsip 3R tidak diikutipenyediaan sarana dan prasarana penunjang; (4) pemilahan sampahdi rumah tangga kurang tuntas; (5) tidak ada kaderisasi untukmencari pengurus baru yang memiliki kapabilitas dan integritas.Permasalahan ini merupakan permasalahan umum bagi kota-kotabesar di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk berlatar belakangsangat beragam dengan tingkat kepedulian yang masih rendahterhadap kondisi lingkungannya.Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang PengelolaanSampah, pasal 20 dan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tanggadan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pasal 11 tentangperlunya perubahan pola pengelolaan sampah konvensional menjadipengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan danpenanganan masalah sampah. Pengurangan sampah dapat dilakukandengan kegiatan pembatasan timbulan sampah, mendaur ulang danmemanfaatkan kembali sampah atau dikenal dengan 3R. Penerapankegiatan ini di masyarakat masih terkendala terutama oleh kurangnyakesadaran masyarakat untuk memilah sampah.III. UPAYA PENANGANAN SAMPAH DI KOTA MAKASSARSampah adalah limbah padat (solid waste) yang terdiri atassampah organik dan anorganik, pada umumnya berasal dari kegiatanrumah tangga (domestik), kegiatan industri, kegiatan perkantoran,dan lain-lain (Djajanagara, 2004; Krisnandar, 2013). Permasalahansampah jika tidak dikelola dengan rasa peduli akan berakibat49

Info Teknis EBONIVol. 13 No. 1, Juni 2016 : 45 - 55menurunnya kualitas dan arsitektur lingkungan yang tidakmemberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga akan menurunkankualitas kesehatan masyarakat. Degradasi tersebut lebih dipicu olehpola perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan, sepertimembuang sampah di saluran-saluran air (Alkadri et al., 1999).Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatanmasyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampahsebagai sumberdaya dari aspek ekonomi. Dari sudut pandangkesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jikasampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibitpenyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantaramenyebarluasnya suatu penyakit (Suarna, 2008).Pengelolaan sampah di beberapa kota di Indonesia telahmengalami kemajuan, dibangun dengan menciptakan pola yangbersifat integral dan terpadu antara pemerintah dan masyarakatdengan urutan yang berkesinambungan yaitu ngkutan,pembuangan/pengolahan (Artiningsih, 2008), namun di tempatlainnya seperti perumahan, perkampungan, sekolahan yang memilikiasrama, persampahan masih merupakan permasalahan, yangdiperparah lagi dengan tingkat kesadaran masyarakat yang sangatminim terhadap sampah.Salah satu upaya pemerintah Kota Makassar dalammembangun kesadaran masyarakat dalam mendukung programadalah mendorong dan memfasilitasi pembangunan Bank-banksampah oleh kelompok masyarakat hingga pemasarannya(marketing). Kelompok-kelompok ini menerima setoran sampah yangtelah dipilah antara yang organik dan non organik. Hasilnya diolahuntuk kompos (pupuk organik), dan berbagai kreasi kerajinantangan, rumah tangga, dll. Hasilnya selain mempunyai nilai jual yangmenguntungkan (peningkatan pendapatan), juga kompos maupunpupuk cair yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk taman-tamandi halaman maupun taman-taman kota.Penyuluhan dari instansi terkait tentang berbagai keuntunganmengenai pengelolaan sampah dalam meningkatkan kualitaslingkungan pada kelompok masyarakat (organisasi kaum ibu),menambahkan muatan lokal/pembelajaran tentang sadar lingkungan(bebas sampah) di tingkat sekolah dasar dan menengah,pembentukan kaderisasi-kaderisasi baru yang memiliki kapabilitasdan integritas yang tinggi dan menyediakan pasar untuk hasil-hasil50

Model Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat untuk La Ode Asier dan Muhammad Saadkerajinan tangan hasil daur ulang sampah non organik. Berikutgambar proses sampah masuk ke bank sampahGambar 2. Bank Sampah (Sumber Foto: www.antarafoto.com, 2011 danwww.ksmtunasharapan.wordpress.com, 2016)IV. TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAHPola pengelolaan sampah di Kota Makassar berbasismasyarakat dapat terbangun jika dilakukan secara sinergis (terpadu)dengan berbagai elemen terkait (Masyarakat, Pemerintah, LSM,Swasta/Perusahaan) dengan menjadikan komunitas lokal sebagaiobyek dan subyek pembangunan, khususnya dalam pengelolaansampah untuk menciptakan lingkungan bersih, aman, sehat danlestari serta untuk mendukung sistem pertanian kota (UrbanFarming).Dalam penerapannya pengelolaan sampah merupakan tahappertama sebelum diadakan pengolahan sampah. Oleh karena itu,perlunya perancangan yang baik dalam membuat sistem pengelolaandan pengolahan sampah. Perancangan sistem pengelolaan sampah :1. Observasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat,2. Diskusi dengan para penggerak pengelolaan sampah (pemudapemudi),3. Diskusi dengan ketua RW dan RT dalam kelurahan (tokohmasyarakat)4. Sosialisasi dan pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah padamasyarakat,5. Perancangan sistem pengelolaan sampah oleh penggerak,6. Pelaksanaan perancangan oleh masyarakat.51

Info Teknis EBONIVol. 13 No. 1, Juni 2016 : 45 - 55Gambar 3. Model Alat Pengolahan Sampah Sederhana(Foto: Hunggul, 2013)Perancangan sistem pengelolaan sampah:1. Evaluasi hasil sistem pengolahan sampah,2. Diskusi dengan para penggerak ketua RW dan RT dalamKelurahan (tokoh masyarakat)3. Perancangan sistem pengelolaan sampah oleh penggerak,4. Pelaksanaan perancangan oleh masyarakat.Pengelolaan sampah dilakukan dengan pemilahan sampaiproses pengomposan, dimana pemilahan dilakukan dari sampahrumah tangga yaitu tiap-tiap kepala keluarga melakukan pemilahandengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik. BerikutTeknik pengolahan sampah organik yang telah dilakukan di DesaParakannyasang, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya, (Krisnandar,2013).a. Untuk mempercepat kompos perlu menggunakan biang komposberupa cairan activator, EM4 (Effective Microorganism 4) yangbanyak dijual di toko-toko/kios pertanian atauMOL (MicroOrganisms Local), dapat dibuat dengan menggunakan bahanbahan antara lain :- Pisang (Musa paradisiaca)- Nanas (Ananas comosus L. Merr.)- Tempe Busuk (Rhizopus oligosporus)- Pepaya (Carica papaya)- Hati batang pisang (pelepah bagian dalam)- Air matang jangan terlalu panas- Air Gula 5 %52

Model Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat untuk La Ode Asier dan Muhammad SaadTahapannya:- Lumatkan atau blender bahan biang untuk mendapatkan cairanactivator MOL (Micro Organisms Local)- Sediakan botol 1 liter- Masukkan bahan biang kompos 50% dari volume botol- Campurkan larutan gula 5 % sebanyak 2 sendok makan (untukbotol 1 liter)- Kemudian air matang dimasukkan- Tunggu 2 x 24 jam sehingga menjadi biang komposb. Cara membuat kompos- Sampah daun-daunan terlebih dahulu di iris jadi bagian-bagiankecil, tujuannya untuk mempercepat pembusukan.- Beri cairan activator MOL (Micro Organisms Local) pada sampahyang sudah di iris untuk mempercepat pembusukan sertamengaktifkan bakteri-bakteri supaya sampah cepat busuk.- Masukkan sampah yang sudah dicampur cairan MOL ke dalamkomposter aerob.- Minimal 1 minggu sekali aduk sampah yang berada dikomposter aerob sambil disemprotkan lagi cairan MOL, kuranglebih 1 bulan proses pembuatan kompos dengan komposteraerob.- Kompos yang sudah jadi kemudian dikeluarkan dari komposteraerob untuk kemudian dijemur (dikeringkan) dengan bantuansinar matahari.- Setelah kering kemudian kompos disaring, serta siap untukdimanfaatkan.Untuk menentukan apakah kompos itu matang bisa dengancara diremas-remas atau dicium apa sudah jadi tanah atau belum.Berikut gambar sistem pengelolaan dan FGD pada kelompokmasyarakat binaanGambar 4. Sistem pengolahan sampah dan FGD pada kelompokmasyarakat binaan (Sumber foto: Siti Sulistiyaningsih, 2012)53

Info Teknis EBONIVol. 13 No. 1, Juni 2016 : 45 - 55Dalam pengelolaan sampah rumah tangga harus ada kerjasamaantara pemerintah dan masyarakat, agar tujuan pengelolaan dapatberhasil sesuai yang diharapkan dalam mendukung terciptanyalingkungan yang sehat. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintahtidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal.Diharapkan dengan adanya kerjasama antar elemenmasyarakat dan pemerintah permasalahan sampah mampu dikeloladengan mandiri, sehingga dapat tercipta kelompok pengelola sampahmandiri yang merupakan model dalam mendukung terciptanyalingkungan yang sehat dan terbangunnya urban farming di KotaMakassar.V. KESIMPULANPermasalahan sampah di Kota Makassar hanya dapat teratasijika terwujud partisipasi masyarakat dalam mendukung berbagaiprogram yang telah dicanangkan dan telah dilaksanakan olehpemerintah. Kesadaran akan pentingnya mengelola sampah secaramandiri perlu dibangun melalui lembaga/kelompok masyarakatpengelola sampah mandiri dengan bantuan dari berbagai pihak baikpemerintah maupun lembaga terkait lainnya melalui pemberianreward dan menciptakan kader-kader yang militant. Terbangunnyakelompok pengelola sampah mandiri yang sekaligus merupakanmodel dalam mendukung tewujudnya lingkungan yang sehat danterbangunnya urban farming di Kota Makassar.DAFTAR PUSTAKAAlkadri, Muchdie, Suhandoyo. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah,Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT,Jakarta.Amir Herni, A. 2013. Sehari, volume sampah di Kota Makassar capai 550ton. http://daerah.sindonews.com Sabtu, 29 Juni 2013Artiningsih, AK. 2008. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan SampahRumah Tangga (Studi kasus di Sampangan dan Jombang, KotaSemarang). Tesis Program Studi ilmu Lingkungan. UniversitasDipenogoro Semarang.54

Model Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat untuk La Ode Asier dan Muhammad SaadDjajanagara, S. 2004, Kajian Pengelolaan Sampah di Jawa Barat , BadanPenelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Barat, Bandung.Faizah, 2008. Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studikasus di Kota Yogyakarta) Thesis. Program Pasca Sarjana IlmuLingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.Hasanuddin, M. 2014. Jumlah Penduduk Makassar Tumbuh 1,7 Juta.http://antarasulsel.com 12 September 2014.Krisnandar, H. 2013. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara MandiriBerbasis Masyarakat (Studi Kasus di Rukun Warga 01 KelurahanParakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya). JurnalUniversitas Siliwangi Tasikmalaya.Ilham. 2015. Gerakan Makassar tak Rantasa Mulai 15 Juni 2014http://www.tribunnews.com. 14 Mei 2014.Nawir, M, 2010. Soal Pengelolaan Sampah di Makassar. (Materi h-di-makassar.htmlRiswan. 2011. Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat StudiKasus di Kampung Banjarsari, Cilandak - Jakarta Selatan. JurnalTeknologi Lingkungan, Vol.3, No. 1 Januari 2002: 7-12.Salipadang, JC. 2011. Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota Makassardengan Metode Penyelesaian Vehicle Routing Problem (Vrp) (StudiKasus: Kecamatan Mamajang). Tugas Akhir (Skripsi). Program StudiTeknik Industri Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.MakassarSuarna I W, 2008. Model Penanggulangan Masalah Sampah Perkotaan danPerdesaan. Makalah Pertemuan Ilmiah Pusat Penelitian LingkunganHidup Universitas Udayana.Subekti, S. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3r BerbasisMasy

pemerintah kota (Dinas Kebersihan) baru 151 armada pengangkut . pembanding, anggaran kebersihan di Kota Surabaya mencapai Rp . lestari serta untuk mendukung sistem pertanian kota (Urban Farming). Dalam penerapannya pengelolaan sampah merupakan tahap pertama sebelum diadakan pengolahan sampah. .

Related Documents:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengelolaan Sampah Menjadi Barang Yang Bernilai Ekonomis. a. Mekanisme Pegelolaan sampah: Mekanisme pengelolaan sampah di Bank Sampah Jati Asri dengan penerapan extended producer Responsibility yang merupakan strategi yang didisain dalam upaya mengintegrasikan biaya lingkungan ke .

lingkungan sekitar dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah rumah tangga di sekitar rumah bahkan aliran sungai yang akan menyebabkan lingkungan menjadi tercemar. E. Batasan Penelitian Agar penelitian ini tidak meluas, maka peneliti pada membatasi penelitian ini yang meliputi: 1.

Dari analisis komparatif persepsi masyarakat Urban (Kelurahan Pelabuhan Baru) dan masyarakat Rural (Desa Kayu Mani) terhadap Perbankan Syariah dari segi persamaan di mana ke 2 masyarakat ada keinginan untuk menabung di Bank Syariah, dan perbedaan terletak pada pengetahuan masyarakat Urban dan masyarakat Rural terhadap Perbankan Syariah (B ank .

pertanian, rumah makan, dan lain-lain. Jumlah sampah domestik di Kota Kepahiang dan wilayah lainnya di Kabupaten Kepahiang cenderung meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepahiang, pada tahun 2007, rata-rata timbunan sampah Kota Kepahiang adalah sekitar 50 m3/hari atau sekitar 25 ton per hari .

berdasarkan ASTM D5231-92 dengan metode cluster sampling. Selain itu, jumlah sampah yang masuk untuk perencanaan termal diproyeksikan menggunakan proyeksi penduduk. Analisis karakteristik sampah yait

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BANK SAMPAH UNIT PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP Restiani 1, Cahyo Darujati 2,Immah Inayati3 1,2 Jurusan Sistem Informasi, Dekan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Narotama Surabaya 1restiani41@gmail.com, 2cahyod@gmail.com, 3immah.inayati@narotama.ac.id Abstrak Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan

2 ABSTRAK Ismail Putra Munthe, Kontribusi Bank Sampah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Kolam. Pembimbing I, Dr. Yenni Samri Juliati Nst, MA dan Pembimbing II, Dr. Muhammad Arif, MA Salah satu persoalan lingkungan yang sampai saat ini belum terselesaikan

he American Revolution simulation is designed to teach students about this important period of history by inviting them to relive that event . Over the course of five days, they will recreate some of the experiences of the people who were beginning a new nation . By taking the perspective of a historical character living through the event, students will begin to see that history is so much .