Makalah Studi Lapangan Organisasi Sosial Dan Kebudayaan . - Bnp2tki

1y ago
4 Views
2 Downloads
766.24 KB
102 Pages
Last View : 6d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Abby Duckworth
Transcription

MAKALAH STUDI LAPANGANORGANISASI SOSIAL DAN KEBUDAYAAN KELOMPOKMINORITAS INDONESIA:Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra(Orang Kubu Nomaden)THE SOCIAL ORGANISATION AND CULTURE OF AMINORITY GROUP IN INDONESIA:A Case Study of the Orang Rimba in Sumatra(The Nomadic Kubu Society)PUSAT STUDI KEBUDAYAAN UGMDisusun oleh :Johan WeintréUNE 201121789Studi Lapangan Dilakukan Untuk Memenuhi Persyaratan PendidikanUniversity of New England – AustraliaPROGRAM STUDI INDONESIAKERJASAMA PENDIDIKAN TERSIER INDONESIA – AUSTRALIAUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2003i

ORGANISASI SOSIAL DAN KEBUDAYAAN KELOMPOKMINORITAS INDONESIA:Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra(Orang Kubu Nomaden)THE SOCIAL ORGANISATION AND CULTURE OF AMINORITY GROUP IN INDONESIA:A Case Study of the Orang Rimba in Sumatra(The Nomadic Kubu Society)PUSAT STUDI KEBUDAYAANUNIVERSITAS GADJAH MADASebuah Laporan Studi Lapangan dari Sudut Sejarah dan AntropologiDisusun oleh :Johan Weintréikanperak@yahoo.comStudi lapangan dilakukan untuk memenuhi persyaratanPendidikan Tersier - University of New England, AustraliaDisetujui Oleh:Dr. Heddy Shri Ahimsa-PutraUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2003ii

KATA PENGANTARUntuk melengkapi studi lapangan beberapa pihak sudah banyak membantu padapenulis secara direk maupun indirek dalam bentuk moral atau materil. Karena itudalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih. Khususnya kepada stafdan dosen University of New England di Armidale NSW, IAIN Sulthan ThahaSyaifuddin Jambi, Universitas Jambi, LSM di Jambi, Perpustakaan Nasional diJakarta, Perpustakaan Antropologi UGM dan Pusat Studi Kebudayaan UGM.Juga saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Drs. Rizalman, Dr. Muntolib,Gaby dan Soedjatmoko dari SCTV. Amilda yang memberikan nasihat sebelumdan sesudah studi lapangan mengenai Orang Rimba dan Agustiawany yangmemberikan saran mengenai interpretasi kebudayaan Indonesia.Akhir penulis menyadari tulisan ini memiliki banyak kekurangan, karena itusangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi perbaikandan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini sebagai referensi.Yogyakarta Desember 2003Johan Weintréikanperak@yahoo.comiii

INTISARIMakalah ini mengenai kehidupan orang Rimba yang tinggal di tengahhutan propinsi Jambi, Sumatera, yang memiliki gaya hidup tradisional, yaituhunters and gatherers, serta hidup berpindah-pindah.Makalah ini menyajikan sejarah Sumatera pertengahan dan asal usul orangRimba, hubungan mereka dengan lingkungan, struktur sosial dan filosofi hiduporang Rimba serta menyajikan situasi dan kondisi orang Rimba dewasa ini.Makalah ini juga memasukkan beberapa hal yang berkaitan dengan kelompoktetangga orang Rimba, yaitu orang Batin Sembilan yang sudah dibina olehpemerintah beberapa tahun yang lalu.Penulis tertarik hipotesis antropologi sosial Radcliffe-Brown danMalinowski. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasipartisipasi, riwayat hidup (life-story), wawancara, penelitian arsip serta studipustaka. Studi lapangan yang dilakukan menggunakan metode diskriptif kualitatif.Struktur masyarakat dikepalai seorang Temunggung, yang posisinyadiwarisi dari orangtua. Akan tetapi masyarakat memiliki kesempatan untukmemilih Temenggung lain bila mereka tidak puas akan pemerintahannya.Menurut kosmologi orang Rimba, dunia dibagi dua, yaitu dunia orangRimba dan dunia luar yang ditempati oleh orang Melayu (Terang). Dunia yang dihormati atau dipuja adalah flora dan fauna tertentu dan daerah khusus. Merekamemiliki dewi kebaikan dan dewi keburukan. Lingkungan hutan tradisionaliv

adalah sumber material untuk bertahan secara fisik, maupun sumber filosofinya.Orang Melayu berkampung dan memelihara ternak yang tabu untuk orang Rimba.Pada saat pertama kali orang luar masuk daerahnya, beberapa dari merekaterkena penyakit cacar yang menular dan sebagian dijadikan budak. Padapertengahan abad terakhir terjadi banyak perubahan di sekitar Bukit Duabelas.Perubahan yang terjadi diantaranya kebijaksanaan transmigrasi pemerintah.Kedatangan sejumlah besar perantau menyebabkan persaingan tanah lebih ketat.Tanah tradisional orang Rimba menjadi lebih sempit, serta hasil perburuan yangmerupakan salah satu sumber makanan pokok orang Rimba juga menurun.Program pembinaan orang Rimba oleh Departemen Kesejahteraan danSosial berjalan kurang sesuai yang diinginkan. Walaupun ada kelompok yangsudah dibina, masih ada kelompok yang bertekad untuk melestarikan cara hiduptradisional mereka sebaik mungkin.2v

ABSTRACTThis paper concerns an ethnic group known as the Orang Rimba (ForestPeople), who are nomadic hunters and gatherers and live in the forest in Jambi,Sumatra.The author pays attention to the history of central Sumatra, the OrangRimba’s origin, their relationship with the environment, the social structure oftheir society and their philosophy on life. Furthermore, the author will addresstheir current circumstances and conditions together with those of the Orang BatinSembilan, a neighbouring ethnic group who recently have been acculturatedthrough government assisted programs.From a social anthropological perspective, the hypotheses of Malinowskiand Radcliffe-Brown, which analyse the social structure of a society, have beeninfluential in providing a basic framework for observation at the time of writingthis paper. Issues of factual and abstract nature were studied while on fieldresearch in the Bukit Duabelas National Park. Data collection included participantobservation, interviews, life-history, archival research and library studies. Thispaper is descriptive that is based on qualitative studies of the Orang Rimba.The Temunggung is the community leader and is usually passed on fromfather to son. Individual members have the opportunity to choose another leader,if they are not satisfied with the current leadership.The Orang Rimba cosmology divides the world in the world of the OrangRimba which is in contrast to the outside world inhabited by the Malays (Orangvi

Terang). Specific flora and fauna including prominent landscape features arerevered. The forest environment is the essence of physical and philosophical life.The Malays live in a village environment and are involved in animal husbandry.These practices are considered taboo according to the Orang Rimba.The first ethnographic notes described the Orang Kubu, a generic term fortraditional ethnic groups in Central Sumatra, as a group sufficiently satisfied withtheir environment with almost no need to interact with the outside world. Duringthe last half century many changes have taken place around Bukit Duabelas, themain survey area; like the influx of outsiders due to the transmigration policy ofthe government. Migrants have caused greater competition for land and thereduction of traditional hunting grounds with the result that their food catch hasbeen reduced. Although some have taken up the offer of acculturation, theresettlement programs by the department of social welfare does not meet theircomplete expectations of life. Some orang Rimba communities are determined topreserve their traditional way of life as much as possible.vii

DAFTAR ISIHalaman JuduliHalaman Pengesahan (Signatures)iiKATA PENGANTARiiiINTISARIivABSTRACTviDAFTAR ISIviiiDAFTAR TABELxDAFTAR PETAxiDAFTAR FOTOxiiBAB I PENDAHULAN11. Latar Belakang Pemasalahan12. Perumusan Masalah63. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian84. Tinjauan Pustaka105. Landasan Teori146. Metode Penelitian19A. Persiapkan Studi Lapangan19B. Lokasi Studi Lapangan21C. Informan27D. Teknik Kumpul Data28BAB II SEJARAH291. Prasejarah292. Sejarah313. Mitos dan Sejarah Lisan35viii

BAB III KEHIDUPAN ORANG RIMBA DAN BATIN SEMBILAN401. Pola Pemukiman dan Lingkungan412. Mata Pencarian44A. Makanan dan Hasil Hutan44B. Peralatan, Komunikasi & Seni48C. Pemunculan Inovasi503. Sistem Kekerabatan534. Kesehatan585. Kepercayaan dan Kosmos orang Rimba61BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN651. Kesimpulan652. Saran67DAFTAR PUSTAKA70LAMPIRAN74ix

DAFTAR TABELTabel 1.Jenis Tumbuhan Yang Bermanfaat Bagi Orang Rimba74Tabel 2.Jenis (Species) Buah-Buahan Yang Dimanfaatkan75Tabel 3.Jenis (Species) Tumbuhan Konssiae (Getah)Yang Dieksploitasi75Tabel 4.Kelompok Tumbuhan Tesie Hutan Komersial Yang Dieksploitasi 75Tabel 5.Kelompok Species Tumbuhan Papan (Bangunan) YangDimanfaatkan Untuk Rumah76Jenis (Species) Tumbuhan Yang Dimanfaatkan Untuk SumberPangan (Karbohidrat)76Tabel 7.Jenis (Species) Fauna Teristerial Yang Diburu dan Ditangkap76Tabel 8.Jenis (Species) Fauna Reptika dan Amphibie Yang Dimanfaatkan 77Tabel 9.Jenis (Species) Fauna Burung Yang DimanfaatkanTabel 6.Tabel 10a. Jenis (Species) Tumbuhan Obat-Obatan Yang DimanfaatkanOrang Rimba Sungai Keruh dan Sungai Serdang7777Tabel 10b. Jenis Tanaman Potensial di Taman Nasional Bukit Dua Belassebagai Bahan Baku Obat-Obatan (Hasil Penelitian Tim FakultasKehutanan IPB Tahun 2000)78x

DAFTAR PETAPeta 1 Sumatera79Peta 2 Sumatera Tengah80Peta 3 Lokasi Penelitian Orang Rimba dan Orang Batin IX81Peta 4 Teori Transmigrasi Prasejarah Menurut Peter Bellwood82Peta 5 Lokasi Transmigrasi di Jambi Tahun 198283xi

DAFTAR FOTOFoto 1 Tempat kediaman sampaeon, Orang Rimba di bukitDuabelas84Foto 2 Pohon dengan sarang tawon dengan tanda pemilikan84Foto 3 Sekolah Dasar khusus untuk orang Rimba di Air Hitam85Foto 4 Penulis duduk bersama dengan Tumenggung Tarip85Foto 5 Tempat Masak Orang Rimba86Foto 6 Kelompok Gera di Bukit Duabelas86Foto 7 Pemukiman Kelompok Gera di Bukit Duabelas87Foto 8 Pemukiman Kelompok Gera di Bukit Duabelas87Foto 9 Orang rimba menggarap ladangnya88Foto 10 Orang Rimba membagi hasil buruannya88Foto 11 Orang Koeboe di Ajer Itam Jambi tahun 191589Foto 12 Orang Koeboe di pemukimannya tahun 191589Foto 13 Laki-laki kelompok Orang Koeboe tahun 191590Foto 14 Foto bersama Penulis dengan Kelompok Gera tahun 200390xii

ORGANISASI SOSIAL DAN KEBUDAYAAN KELOMPOKMINORITAS INDONESIA:Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra(Orang Kubu Nomaden)BAB IPENDAHULAN1. Latar Belakang PermasalahanMenurut Herakleitos, seorang filsuf yang berasal dari Yunani, ruang danwaktu adalah bingkai, di dalamnya seluruh realitas kehidupan kita hadapi.Kita tidak bisa mengerti benda-benda nyata apapun tanpa meletakkannyapada bingkai ruang waktu (Cassirer, 1987: 63).Lingkungan kita terbatas dan ruang itu ternyata penuh dengan hal-halabstrak dan konkret yang ditemui dan dialami oleh manusia. Disamping haltersebut, ada juga unsur dan wujud yang diwarisi serta dipelajari dari nenekmoyang. Peradaban selalu dinamis dan mudah bereaksi terhadap kegiatanyang ada di lingkungan pada waktu tertentu. Kelompok manusia ataumasyarakat dan individu pribadi menginterpretasikan suatu peristiwa berbedadengan kelompok atau individu yang berlatar belakang lain atau yang berpolapikir berbeda. Maksudnya, kita hidup dalam suatu lingkungan yangmembentuk sikap individu, kebudayaan masyarakat, dan lingkungan alam.Pada saat seseorang lahir di dunia, dia memiliki kesempatan memilihribuan jalan kehidupan. Namun pada akhirnya dia hanya bisa memilih satujalan hidup saja. Pengalaman hidup manusia adalah sumber utama dalam1

filsafat manusia. Menurut Comte, filsuf modern: “Kondisi-kondisi sosialternyata memodifikasi bekerjanya hukum-hukum fisiologis, maka fisikasosial harus menyelenggarakan observasi-observasinya sendiri” (Cassirer,1987: 100).Di Indonesia terdapat tigaratus lebih kelompok suku bangsa yang sifathidupnya berbeda cukup signifikan dari kelompok lain. Disamping hal itumereka mempunyai identitas yang berbeda dan menggunakan lebih dari duaratus bahasa khas. Namun demikian menurut postulasi ahli bahasa RobertBlust, sebagian besar bahasa di Indonesia termasuk rumpun bahasa MelayuPolinesia.Kira-kira duaratus sepuluh juta penduduk Indonesia tersebar di lebih dariempat belas ribu pulau dan kira-kira 1,5 persen jumlah penduduknya hidupdengan cara tradisional. Aktivitas memenuhi kebutuhan hidup atau hiburanjauh berbeda dengan kelompok manusia lain.Masyarakat Indonesia menganut bermacam-macam agama dan sejumlahbesar kepercayaan tradisional yang dapat ditemui di daerah yang terpencil.Kepercayaan-kepercayaan tradisional sering diakulturasikan dengan ajaranagama Islam, Hindu atau Kristen. Juga ada jumlah penganut agama yangmemasukkan unsur-unsur kepercayaan nenek moyang. Misalnya di Jawaunsur-unsur Hindu dan animisme masuk agama Kristen dan Islam.Kelihatannya dengan akulturasi tersebut, agama dengan unsur-unsurkepercayaan tradisional, memyebabkan kemunculan kosmos baru.2

Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku-suku besaryang mempunyai ciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Aceh,Batak, Minangkabau dan Melayu. Juga adalah sejumlah suku-suku minoritasdi Sumatera sebelah timur di kawasan hutan luas diantara sungai-sungaibesar, maupun rawa-rawa pantai dan pulau-pulau lepas pantai. Kebanyakansuku minoritas di propinsi Jambi dan sekitarnya dikenal dengan nama umumorang Kubu yang benar-benar memiliki tradisi sendiri. Di kawasan pantaiterdapat orang Akit, orang Utan dan orang Kuala atau Duano. Di pulau-pulaulepas pantai terdapat orang Laut dan orang Darat dari kepulauan Riau danLinga. Ada orang Sekak di pesisir kepulauan Bangka dan Belitung dan orangLom disebelah utara pulau Bangka.Di pedalaman terdapat orang Sakai, yang berlokasi diantara sungaiRokan dan Siak. Orang Petalangan ada diantara sungai Siak dan Kampur dandiantara sungai Kampar dan Indragiri. Ada orang Talang Mamak diantarasungai Indragiri dan Batang Hari. Orang Batin Sembilan di daerah antarasungai Batang Hari dan Musi, tetapi khususnya di sisi perbatasan propinsiJambi. Orang Bonai, yang mendiami di kawasan berawa di pertengahanDaerah Aliran Sungai (DAS) sungai Rokan yang bersebelahan kawasan orangSakai.Dalam makalah ini penulis terutama memfokuskan pada salah satu sukulain, yang tidak ingin dikenal dengan nama orang Kubu tetapi orang Rimba,atau Kelam yang nama benar menurut salah seorang Rimba, kelompok Biringyang masih tinggal di lingkungan tradisional. Walaupun nama suku Kubu3

sudah digunakan sejak beberapa abad, arti nama berubah dan konotasi namaitu tidak selalu sesuai keinginan mereka lagi, supaya lebih cocok suku dikenaldengan nama disebut diatas, Orang Rimba. Kadang-kadang ada keperluanmereferensikan sebagai orang Kubu atau istilah yang digunakan olehpemerintah, Suku Anak Dalam (SAD). Dalam makalah ini beberapa data darisuku tetangga orang Rimba yakni suku orang Batin Sembilan, dijadikansebagai studi pembandingan, alasannya ada beberapa sifat terkait denganbudaya orang Rimba.Sampai sekarang, kebudayaan masyarakat tradisional orang Rimbabertahan dari tekanan hidup yang muncul dari pinggiran tanah tradisionalmereka. Kelihatannya, mau atau tidak mau, masyarakat transmigrasi danperantau baru yang mempunyai kebudayaan pasca tradisional masuk denganjumlah cukup besar dalam waktu 20 tahun terakhir. Hal ini berdampak padapencarian nafkah, kehidupan sosial dan aspek kehidupan lain orang Rimbasecara drastis. Misalnya, penebangan kayu resmi maupun liar dan pembukaanlahan untuk perkebunan karet dan kelapa sawit, adalah aktivitas yang tidakumum di kehidupan orang Rimba dan benar dirasakan oleh orang Rimba.Mereka merupakan suku yang tergolong defensif dan tidak terbiasamelakukan peperangan atau berjuang untuk mempertahankan hak adatnyayang tidak selalu diterima oleh institusi resmi pemerintah yang mengaturhukum.Pada bulan November 2001, penulis pertama kali bertemu kelompoktradisional, orang Batin Sembilan, di lokasi pembinaan di Silang Pungguk,4

yang termasuk desa Muara Singoan dekat Muara Bulian. Saat itu masih adabagian kelompok tradisional yang belum dibina dibawah supervisiDepartemen Kesejahteraan dan Sosial (DEPSOS). Penulis sangat tertarikgaya hidup mereka dan berencana kembali ke propinsi Jambi untukmelakukan studi di tingkat lebih lanjut.Pada tahun 2003, selama sekitar dua bulan, penulis melakukan risetdi propinsi Jambi. Pada kesempatan tersebut, penulis bertemu lagi dengankelompok orang Batin Sembilan di Sialang Pungguk yang kelihatannyaberadaptasi tahap pasca tradisional dengan bantuan pemerintah. Di lokasi laindi propinsi Jambi penulis bertemu dengan orang Rimba, yakni kelompokTemenggung Tarib dan kelompok Bering, yang keduanya berada di BukitDuabelas dekat pemukiman transmigran Paku Aji yang tidak terlalu jauh darikota Bangko. Walaupun hutannya sudah sempit di Bukit Duabelas adabeberapa kelompok yang tinggal disana yang ingin ikut pola kehidupan sosialyang diwarisi dari nenek moyangnya.Penulis tertarik pada bentuk kehidupan kelompok tersebut. Walaupunmereka menghadapi banyak kesulitan, mereka tetap bertahan sebab memilikicukup kepuasan, perselisihan minimal dan harmonis dengan lingkungansekitarnya. Mereka tidak dipaksa hidup di hutan, sejak waktu kolonial adakesempatan dan bantuan dari luar untuk pindah ke kampung, tetapikelihatannya perpindahan tersebut gagal dan mereka kembali ke hutan lagi.5

Perbedaan budaya lisan dan budaya pasca lisan (tulisan) tidak perlumenyebabkan prasangka. Budaya lisan lebih sederhana dibandingkan denganbudaya pasca lisan yang lebih kompleks dan cenderung konsumtif.Menurut informasi yang ada sampai sekarang, administrasi pusat maupunpropinsi mengetahui bahwa ada orang Kubu, tetapi mereka belum mendapatpengakuan hak uliyat atau mendapat sertifikat milik tanah nenek moyangyang diwariskan.2. Perumusan MasalahPenulis merumuskan masalah yang akan menjadi pedoman sekaligusarah dari penelitiannya. Dari pertanyaan pokok ini penulis merincikanmenjadi beberapa pertanyaan hipotesis yang merupakan penurunan daripertanyaan pokok. Pertanyaan tersebut adalah: Apakah sejarah atau asal usulorang Rimba, apakah struktur sosial masyarakat kelompok orang Rimba.Apakah lingkungan flora dan fauna cukup untuk memenuhi atau bermanfaatbagi kebutuhan hidup mereka. Apakah pola pikir orang Rimba danfilosofinya mengenai hidup atau terhadap pemandangan dunia. Apakahperubahan dari situasi kehidupan mereka pada zaman dahulu dan prospekpada masa depan. Apakah keadaan dewasa ini kelompok tradisional OrangBatin Sembilan setelah dibina oleh pemerintah beberapa tahun yang lalumengalami perubahan.Kelihatannya ada kecenderungan di dunia bahwa masyarakat pascatradisional, yang menggunakan bahasa tulis, menginginkan suatu pengelolaankelompok suku tradisional yang mempunyai tradisi lisan. Sebuah kelompok6

yang tidak hidup menurut tata tertib atau tidak berbudaya tulisan, diterimasebagai sekelompok yang susah, menurut masyarakat pasca tradisional. Sejakdahulu, orang buta-huruf disamaartikan dengan orang terbelakang, alasannyastruktur masyarakat tradisional sangat sederhana dibandingkan denganmasyarakat pasca tradisional.Apabila kita mengamati struktur sosial masyarakat akan menunjukkepada suatu jenis suasana dan aturan. Komponen tersebut adalah unit-unitstruktur sosial yang terdiri dari orang atau masyarakat yang memenuhikedudukan dalam struktur sosial (Radcliff-Brown 1980: xix). Misalnya, sejakkecil orang Rimba sadar bahwa struktur masyarakat memenuhi kebutuhanpangan, papan dan sandang, dan memenuhi kebutuhan abstrak termasukkebutuhan psikologis yang mewujudkan kosmologi atau pola pikir mereka.Kelihatannya bahwa untuk memenuhi kebutuhan materiil masyarakatpasca tradisional perlu mengakseskan hasil alam, yang terletak di kawasansuku tradisional. Daerah eksplorasi dibuka supaya bahan alam ditebang atauditambang dan diangkut keluar untuk memenuhi kepuasan pasar yang di luartanah tradisional. Demikian kelihatan kebutuhan masyarakat pasca tradisionaldiprioritaskan, sebenarnya eksploitasi tanah yang sebenarnya “Lebensraum”kelompok tradisional.Karena terjadi perubahan sosial kultural dan lintas budaya, dimanasuku tradisional memiliki sifat rendah hati dan tidak melawan, terpecah. Darimasalah-masalah yang disebutkan di atas, kelompok dibagi menjadi tiga.Kelompok pertama yang masih tradisional atau dengan perubahan minimal,7

yaitu kelompok yang mengikuti kebudayaan secara sebaik mungkin yangdiwariskan dari nenek moyang. Kelompok kedua, yang masih tinggal dipinggir daerah tradisional, yang kurang bisa mengadopsi semua ciri-ciri hiduppasca tradisional tetapi sudah masuk beberapa ide dari masyarakat pascatradisional. Ketiga, kelompok yang tidak mampu mengre-fokuskan ataumengorientasikan lagi untuk memenuhi kebutuhan primer sendiri dan hanyabertahan dengan bantuan dari masyarakat luar saja. Misalnya, kelompokketiga tersebut yang benar putus asa, bisa diamati di pinggir jalan raya, mintauang. Dengan menggunakan tali berseberangan jalan mereka membatasi jalan(seperti jalan tol) dan meminta uang. Pada umumnya stereotipe budaya orangKubu berasal dari pengamatan tindakan orang Kubu yang berada di pinggirjalan seperti contoh diatas. Padahal hidup di pinggir jalan bukan lingkunganasli mereka.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan PenelitianAlasan menulis makalah mengenai orang Rimba untuk mengetahuisejarah orang Kubu serta orang Rimba, termasuk prasejarah kawasan merekadari permulaan pertama. Untuk memahami budaya, ketindakan dan filosofimasyarakat orang Rimba tradisional yang tinggal di bagian selatan, CagarBiosfer, Taman Nasional Bukit Duabelas. Sebagai studi pembandingan,beberapa hari dihabiskan di tengah kelompok orang Batin Sembilan, untukmengukurkan kepuasannya setelah mereka ikut program pembinaan yangdikelola oleh Departemen Sosial dan Kesejahteraan.8

Penulis ingin mengetahui mengenai konsep atau pola pikir dankosmos orang Rimba dan keinginan mereka pada masa depan. Keteranganyang dapat dari studi ini supaya memahami masyarakat secara mendalam danholistik, mengenai prinsip kehidupan dan pengendalian sosial, agarkeseimbangan dengan menggunakan beberapa aspek teori antropologistruktur fungsional.Dengan keterangan dari teori dan pengalaman studi lapanganmenggambarkan peradabannya dan keterangan itu menjadi senjata untukmengatasi kesalahpahaman antar kelompok budaya tradisional dan budayapasca tradisional. Selanjutnya, supaya kebutuhan hidup orang Indonesiadimana-mana, dilihat dari sudut multi-kultur. Serta mengatasi masalahmengamati kebudayaan individu dari sudut etnosentris saja pada masa depan.Maknanya, penggunaan tanah tradisional, fakta sosial seperti moralitas,kepercayaan, pola pikir, pendapat umum orang tradisional sama dihormatioleh masyarakat pasca tradisional, yang sebetulnya juga ingin asyarakattradisional yang diserap kebudayaan pasca tradisional sering menjadi bagianmasyarakat lapisan terbawa. Kombinasi, unsur sakit-hati kelompokmasyarakat yang disteriotipe sebagai kelompok inferior, dan unsur kelompokyang merasa mandul secara politikal, adalah unsur-unsur yang bahaya padawaktu depan.Di Indonesia keanekaragaman penduduk, kadang-kadang menjadialasan kesalahpahaman yang menyebabkan friksi antar-kelompok yang cepat9

meletus seperti gunung berapi. Gangguan itu, dan perubahan lain yang asaldari dalam negeri maupun luar, mengancam stabilitas struktur dan bisamenghancurkan keseimbangan ekonomi serta keadaan sosial masyarakatlokal. Friksi antara kelompok seperti yang tersebut dikenal di Indonesiadengan istilah SARA, atau dengan kata lain, friksi yang berkait dengan hal:suku, agama, ras atau etnik atau status ekonomi. Masalah itu, salah satualasan untuk melakukan riset mengenai masalah sosiologi maupunantropologi, supaya masalah tersebut bisa diatasi sebelum muncul danmeledak.4. Tinjauan PustakaKelihatannya cara kehidupan lapisan masyarakat tradisional tidaksesuai dengan pola pikir rasional pemerintah pasca tradisional. Pemerintahmembentuk distrik-distrik tertentu yang dikepalai oleh Pegawai Negeri Sipil(PNS) yang menerapkan kebijaksanaan dari pusat maupun lokal sertamengumpulkan data mengenai persoalan sosial dan ekonomi ala bentuk-bentukmasyarakat yang pra-modern (Geerz H, 1981 6)Menurut interpretasi budaya Jawa oleh seorang sosiolog, adalahkeinginan oleh budaya untuk menghaluskan lingkungannya sebaik mungkin,artinya menyempurnakan budaya dan alam. Kelihatannya, manusia sebaiknyamembebaskan dan menjauhkan diri dari alam, supaya alam dirobohkan dantanah dihaluskan. Maksudnya, hutan liar, dilihat sebagai dunia kasar yang10

boleh dilihat sebagai hal yang menakutkan atau yang tidak sesuai budayahalus. Mungkin tempat liar tertentu memang tempat angker, tempat misteridengan roh-roh yang berbahaya. Sebenarnya tempat tersebut dilihat sebagaitempat yang cocok bagi orang yang akan bertapa, atau mengasingkan diri(Magnis-Suseno, 1997: 127). Dari sisi lain, petani mengamati tanah yangbelum dibuka sebagai tempat yang belum produktif yang perlu digarapsupaya berhasil. Menyadari latar belakang itu, penting untuk menjelaskanpola pikir dari sudut budaya Jawa atau budaya modern terhadap orang danlingkungan yang belum dihaluskan seperti orang Rimba.Smelser menyatakan bahwa pada umumnya kemajuan ekonomidisamakan dengan "growth of output per head of population". Modernisasiadalah jalur untuk meningkatkan hasil atau produksi. Mengganti teknik yangsederhana dan lama dengan aplikasi ilmu pengetahuan terapan (scientificknowledge). Di sektor ekonomi, bidang pertanian, khususnya pada pertanianswadaya (subsistence farming), produksinya meningkat dengan aplikasimodel produksi komersial. Di bidang industri, dari kerajinan tangan danpenggunaan tenaga hewan ditingkatkan dengan aplikasi mesin menggunakantenaga listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Dan perubahan terakhir,transmigrasi atau gerak manusia dari daerah terpencil ke kota (Smelser inEtioni-Halevy dan Etzioni (eds),-: 269Evolusi sosial adalah bagian dari semua perubahan. Pada awalnyasistem organisasi sosial peradaban sederhana dan tidak teratur. Namunkemudian terjadi perubahan organisasi sosial terus menerus. Perubahan yang11

terjadi menjadi suatu kebiasaan yang kemudian menjadi lebih tetap dan padaakhirnya kebiasaan itu menjadi hukum. Rupa-rupanya kemajuan berkaitdengan, persamaan dan ketentuan (Spenser in Etioni-Halevy & Etzioni (eds),– : 13). Penggunaan teknik dan organisasi canggih yang digambarkan diatasmenyebabkan perubahan struktural sosial masyarakat, perubahan peranankeluarga, kepercayaan dan stratifikasi masyarakat dalam peradaban pascatradisional. Pada umumnya dalam peradaban tradisional produksi kebutuhanadalah urusan unit-unit kekerabatan (production is located in kinship units).Pola pertukaran dan konsumsi makanan di daerah terpencil terkait denganunit kekerabatan. Sistem pertukaran serta tukar-balik (reciprocal exchange),didasarkan tradisi dan kebiasaan yang terkait dengan status individu, tradisimenghadiahkan atau tradisi gotong royong dan seterusnya. Peradaban itutidak memerlukan sistem pasar atau penggunaan uang untuk mendorong ataumelanjutkan produksi barang atau jasa. Menjaga suplai makanan pokok,melestarikan keturunan, menyebarkan ilmu, hiburan dan seterusnya, menjadibagian kegiatan kekerabatan tradisional. Sebenarnya, tugas yang terkaitdengan kekerabatan tradisional dipersempit di masyarakat pasca tradisional.Kekuasaan keluarga inti (nuclear family) serta kekerabatan luas (extendedkinship system) masyarakat pasca tradisional terhadap individu tidak samakuat dengan kekuasaan masyarakat tradisional. Berbagai urusan sepertimencari pekerjaan, kedamaian, mencari jodoh, membesarkan anak dan hallain menjadi aktivitas pribadi atau diurus oleh seorang yang melakukan jasatertentu dan pada umumnya jasa itu dibayar. (Smelser in Etzioni (eds.): 273).12

Selain itu ada perubahan dari sistem nilai tradisional versus sistimnilai pasca tradisional. Membantu orang dari kelompok atau dari kekerabatanyang sama atau membantu "saudara sedarah" mencari nafkah sudah menjadisuatu kebiasaan. Hal itu sebagai suatu kewajiban dan bentuk salingmenghormati dalam kekerabatan. Kelakuan "membantu" bisa digambarkansebagai kelakuan yang termasuk nepotisme dalam masyarakat pascatradisional. Dilema yang disebut di atas, dialami oleh kebanyakan suku sukuyang bergerak dari lingkungan tradisional ke lingkungan pasca tradisional.Disamping perubahan budaya ada perubahan fisik (menua) danpsikologis (pengetahuan dan pengalaman) selama hidup. Sebenarnya,kebudayaan membantu individu mengatasi ketakutan atau ketidaksenangandan merayakan perubahan fisik pada saat tertentu. Contohnya upacaraperempuan yang melahirkan bayi, sebetulnya mempersiapkan kehidupankeluarga. Upacara sunatan sebetulnya adalah upacara untuk menjadi dewasadan mempersiapkan aktivitas seksual. Puncak hidup, memilih jodoh ataupasangan hidup, dirayakan dengan pernikahan dan membangun rumah tanggasendiri. Tahap terakhir kehidupan adalah upacara pemakaman yangsebetulnya merayakan kesementaraan hidup manusia di dunia. Padakelompok tertentu ada ritual yang berdasarkan waktu, misalnya upacarapanen, atau buah-buahan dan bunga-bunga atau upacara musiman dan rituallain. Upacara tersebut juga bisa dilihat sebagai kesempatan pertukaran sosial(social exchange) dan kesempatan untuk menciptakan timbal-balik, supayakeseimbangan baru muncul (Gennep van, 1960: 117). Hukum universal13

berkata: manusia yang menolong orang lain juga akan ditolong dan janganmerugikan orang yang menyelamatkan anda (Ekeh, 1974: 206) Padadasarnya manusia punya impulsi untuk menunjuk, membagi dan memberikansesuatu supaya memunculkan hubungan sosial melalui timbal-balik itu.5. Landasan TeoriBudaya sesuatu yang dinamis. Perubahan sosial muncul dariperubahan luar atau di dalam. Apabila terjadi perubahan pada strukturmasyarakat maka otomatis fungsi-fungsi atau tugas individu dalammasyarakat ikut berubah. Koentjaraningrat menggambarkan kosmos individuyang terkait perilaku individu di peradaban tertentu.Aktivitas individuGagasan individuGagasan kolektifKebudayaanKebudayaan Gagasan Kolektif dan Gagasan Individu(Gambar Koentjaraningat)14

Beberapa hipotesis disampaikan oleh ilmuwan humaniora, dan kitabisa mengamati “Metodenstreit” yang saling membuktikan kebenaran yangdiusulkan pihak lain, termasuk di dalam ilmu antropologi. Menurut pendapatpakar sosial, bidang kajian dan interpretasi lapangan antropologi tidak selalutetap

Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra (Orang Kubu Nomaden) . BAB III KEHIDUPAN ORANG RIMBA DAN BATIN SEMBILAN 40 1. Pola Pemukiman dan Lingkungan 41 2. Mata Pencarian 44 A. Makanan dan Hasil Hutan 44 B. Peralatan, Komunikasi & Seni 48 C. Pemunculan Inovasi 50 3. Sistem Kekerabatan 53 .

Related Documents:

pedoman penulisan karya tulis ilmiah makalah. Bab II memuat sistematika penulisan makalah sebagai salah satu bentuk tugas kuliah mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UMRAH. Bab III berisi tata cara penulisan makalah. 3 BAB II SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH Dilihat dari segi f

budaya organisasi berpengaruh terhadap efektifitas organisasi. Budaya organisasi berperan dalam mengarahkan prilaku, memberi pengertian tujuan organisasi, dan membuat mereka berpikiran positif terhadap organisasi (Deal et al., 1982). Budaya organisasi memberikan arah dan memperk

2. Perilaku Organisasi dengan Teori Organisasi Perbedaan perilaku organisasi dengan teori organisasi didasarkan pada dua perbedaan yaitu unit analisa dan pusat variabel tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan sebagai suatu studi tingkah laku individu dan kelompok di dalam organisa

pada sistem reservasi lapangan futsal di android yang bermanfaat dalam memudahkan pelanggan untuk melakukan pemesanan lapangan futsal dengan mudah dan cepat. Berdasarkan penelitian tersebut dihasilkan sebuah sistem yang bisa memproses pemesanan lapangan futsal, dan pengguna bisa melihat jadwal lapangan futsal dengan mudah.

Dukungan Organisasi 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dukungan Organisasi Di dalam suatu organisasi banyak masalah yang di kaitkan dengan dukungan organisasi, apabila dukungan organisasi yang berupa penyediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja untuk memenuhi dan merangsang ber

Variabel komitmen organisasi tidak berhasil memediasi pengaruh budaya organisasi terhadap OCB karena nilai total pengaruh tidak langsung sebesar 0.1639 0.554, dimana 0.554 adalah nilai pengaruh langsung budaya organisasi terhadap OCB. Kata Kunci: Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi

Budaya organisasi adalah sistem nilai yang menjadi pegangan bagi mereka yang terlibat dalam organisasi, menjadikan pembeda terhadap organisasi lain, serta menjadi acuan untuk mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku anggota organisasi dalam interaksi dengan organis

MPhys Astrophysics with a Year Abroad (2021-22) This specification provides a concise summary of the main features of the programme and the learning outcomes that a typical student might reasonably be expected to achieve and demonstrate if s/he takes full advantage of the learning opportunities that are provided. Awarding Institution University of Southampton Teaching Institution University of .