EKSPRESI PENGACUAN NOMINA INSANI DAN NON

2y ago
19 Views
2 Downloads
723.76 KB
33 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Evelyn Loftin
Transcription

LAPORAN PENELITIANBIDANG LINGUISTIKEKSPRESI PENGACUAN NOMINA INSANI DAN NON-INSANIDALAM BAHASA INDONESIAOLEH:Dr. Teguh Setiawan, M.Hum.FAKULTAS BAHASA DAN SENIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTANOVEMBER 2013

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN SAMPUL . IHALAMAN JUDUL . iiKATA PENGANTAR . iiiABSTRAK . ivDAFTAR ISI. vBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang .B. Rumusan Penelitian .C. Tujuan Penelitian.123BAB II Kajian Pustaka .A. Referen .B. Nomina .C. Pewatas Nomina .D. Nomina Insani dan Nomina Noninsani .44568BAB III Metode Penelitian .A. Sumber Data .B. Pengumpulan Data .C. Metode Analisis Data .D. Instrumen Penelitian .E. Validitas Data .101010101111BAB IV Hasil dan Pembahasan .A. Hasil Penelitian .B. Pembahasan .1. Jenis Ekspresi Pengacuan .a. Pengacuan Nomina Insani .b. Pengacuan Nomina Noninsani .4. Konteks pengacuan .a. Konteks Pengacuan Intralinguistik .b. Konteks Pengacuan Ekstralinguistik .121213131321212324BAB V Penutup .A. Simpulan .B. Saran .262626Pustaka Acuan .28iv

iv

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahSetiap satuan lingual memiliki dua unsur, yaitu unsur bentuk dan unsurmakna. Kedua unsur tersebut disebut sebagai intralingulitik. Sebaliknya, referen atauacuan merupan unsur yang ada di luar bahasa atau ekstralinguistik. Secara konseptual referen atau acuan merupakan hubungan antara satuan lingual tertentu denganentitas yang ada di dunia nyata. Entitas yang ada di dunia nyata merupakan entitas diluar bahasa. Oleh karena itu, referen atau acuan digunakan untuk mengacu entitasyang ada di luar bahasa yang dipilih oleh ekspresi tuturan tertentu dalam kontekstertentu (Saeed, 2000). Misalnya, kata Jakarta digunakan untuk mengacu nama kotayang menjadi ibu kota negara Indonesia.Namun, tidak setiap satuan lingualbereferen meskipun memiliki unsur bentuk dan makna. Kata-kata yang tergolongsebagai functional word seperti preposisi (di, ke, dari, oleh) dan konjungsi (dan,tetapi, karena) hanya memiliki bentuk dan makna, tetapi tidak bereferen. Sebaliknya,satuan bahasa yang tergolong sebagai referential word seperti meja, kucing, rumahmerupakan satuan bahasa yang tidak hanya memiliki bentuk dan makna, tetapi jugabereferen.Secara semantik, referen tidak hanya mengacu pada kelas nomina, tetapi jugamencakup kelas lain, seperti verba dan adjektiva (Abbott, 2010; Saeed, 2000). Dalampenelitian ini hanya akan mengkaji satuan lingual berkategori nomina yangdigunakan untuk mengacu nomina insani dan noninsani. Dalam kontes ini, nominainsani dikosensepsi sebagai acuan yang berciri semantik manusia, sedangkan nominanon-insani merupakan acuan yang tidak berciri semantik manusia, misalnya binatang, tumbuhan atau objek tak hidup.Pengacuan terhadap nomina insani dan nomina non-insani diekspresikandengan berbagai bentuk, baik dalam bentuk kata maupun dalam bentuk frase. Katarumah, bola, sepatu mengacu entitas yang disebut sebagai rumah, bola, dan sepatu.Pengacuan terhadap kota Jakarta sebagai nama diri dapat dilakukan dengan memberideskripsi nama diri kota tersebut, misalnya dengan frasa ibu kota negara Indonesia.Dalam padangan Frege (1980) dan Donnellan (1972) deskripsi diri yang jelas1

memiliki ekuivalen dari sisi referen. Artinya, referen Jakarta dan ibu kota negeraIndonesia memiliki acuan yang sama. Namun, tidak semua deskripsi nominamemiliki acuan yang tunggal. Frasa presiden Indonesia memiliki berbagai acuan,dapat mengacu Soekarno, Soeharto, SBY. Kesesuaian semua acuan itu bergantungwaktu penggunaan frasa tersebut.Persoalan pengacuan menjadi lebih kompleks bila dikaitkan dengan kontekstuturan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Saeed (2000) dan Abbott (2010) bahwapengacuan dapat lekat kontes dan bebas konteks. Pronomina persona dia hanyamengacu orang yang dibicakan atau orang ketiga jika pronomina tersebut digunakandalam komunikasi. Bahkan, acuan pronomina dia baru dapat diketahui saat kata itudigunakan. Sifat acuannya yang berganti-ganti menuntut adanya pemahaman konteks penggunaan kata terssebut. Hal itu berbeda dengan kata rumah, mobil, ayamyang secara leksikal memiliki acuan, yaitu mengacu pada entitas yang disebutsebagai rumah, mobil, dan ayam meskipun acuan ketiga kata tersebut belum takrif.Satuan bahasa yang digunakan sebagai pengacu nomina pada kenyataanyamemiliki keragaman dan kekhasan. Pronomina persona dia, kami, kamu, hanyadigunakan untuk mengacu entitas yang berciri insani. Demikian juga nomina bapak,ibu, paman, siswa, guru merupakan nomina yang secara semantis memiiliki komponen makna ( manusia) sehingga digunakan untuk mengacu entitas yang berciriinsani. Sebalikya, nomina kayu, rumah, dan frasa nominal ibu kota negara RI dugunakan untuk mengacu nomina yang berciri nonmanusia atau berciri (- insani).Beragamnya ekspresi bahasa yang digunakan sebagai pengacu nomina, baik nominainsani dan noninsani, diperlukan sebuah penelitian yang dapat mengungkap berbagaijenis dan konteks pengacuan nomna tersebut.B. Rumusan PenelitianPenelitian ini akan memfokuskan pada dua masalah. Pertama, apakah jenisekspresi pengacuan nomina insani dan noninsani bahasa Indonesia? Kedua,bagaimanakah konteks yang digunakan dalam pengacuan nomina insani dan noninsani bahasa Indonesia?2

C. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, Penelitian ini bertujuan mendeskripsikandua hal.1. Mendeskripsikan berbagai jenis ekspresi pengacuan nomina insani dan noninsani bahasa Indonesia.2. Mendeskripsikan konteks penggunaan ekspresi pengacuan nomina insani dannomina noninsani.D. Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu menfaat praktis danmanfaat teoretis. Penenlitian ini secara praktis dapat dimanfaatkan bagi para penulisdan pengajar bahasa Indonesia. Bagi para penulis buku, deskripsi pengacuan nominainasani dan noninsai dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk menentukanbentuk bahasa yang dapat digunakan untuk mengacu entitas yang berciri insani dannoninsani. Penulis dapat memilih berbagai satuan bahasa, baik kata maupun frasa,secara bervariasi untuk mengungkapkan pengacuan pada entitas insani dan noninsaniyang sama atau berekuivalen sehingga tulisan tidak terasa monoton.Bagi pengajar bahasa Indonesia, baik pada sekolah dasar maupun sekolahmenengah, jabaran hasil penelitianyang berupa jabaran satuan bahasa yang digunakan untuk mengacu nomina insani dan noninsani dapat dimanfaatkan sebagaidasar untuk menentukan bentuk-bentuk satuan bahasa akan dipilih untuk mengacupenutur, mitra tutur atau entitas lain yang noninsani dalam pembelajaran berbicaraatau menulis.Secara teoritis, hasil penlitian yang berupa bentuk-bentuk satuan bahasa yangdigjnakan sebagai pengacu nomina insani dan noninsani serta konteks pengacuannyadapat melengkapi teori semantik dan perilaku kata dalam konstruksi sintaktik.Secara semantik, hasil penelitian ini dapat melengkapi perihal pengacuan yangekuivalen antara dua bentuk yang berbeda, misalnya nama diri dan deskripsi namadiri, antara pronomina dan entitas yang diacunya. Selain itu, penggolongan nominainsani dan noninsani tidak hanya ditentukan oleh denotatanya, tetapi juga dapatmelihat entitas yang diacunya. Oleh karena itu, sebuah kata atau frasa dapatdigunakan seabgai ekspresi pengacuan nomina insani dan noninsani.3

BAB IIKAJIAN TEORIA. ReferenKonsep referen berkaitan konsep aboutness ’berkenaan’. Menurut Carlson(2005), aboutness tidak hanya berkaitan dengan semua benda yang terlihat langsungyang ada di sekitar kita, tetapi juga mencakup konsep waktu dan tempat yang tidakter-jangkau oleh kita. Jika ada pernyataan Buku saya ada di atas meja, kata mejaadalah entitas yang berkenaan dengan dunia nyata yang dapat diuji kebenarannya.Sebaliknya, jika ada tuturan Saya ingin ke planet Pluto, kata planet pluto berkenaandengan tempat yang takterjangkau secara fisik dan kebenaran atas entitas itu hanyadapat diketahui melalui teknologi dan pengetahuan. Lebih lanjut Carlson (2005)menyatakan bahwa pembicaraan aboutnees telah disinggung oleh Wittgenstein dandikembangkan oleh Hornstein dan Ludlow. Selanjutnya istilah aboutness digantidengan istilah referen yang memiliki kesamaan konsep dengan aboutness.Istilah referen atau acuan digunakan untuk mengacu entitas yang ada di luarbahasa yang dipilih oleh ekspresi tuturan dalam konteks tertentu (Saeed, 2000).Misal-nya, acuan ibu kota negara Indonesia mengacu kota Jakarta. Konsep referenitu adalah pengertian referen dari sudut pandangan semantik. Menurut Carlson(1977; 2005), referen semantik merupakan dasar untuk menafsirkan makna referensial yang didasarkan pandangan dua tokoh, yaitu Frege (1980) dan Russell (1905).Dalam konteks itu, referen digunakan untuk mengacu objek tertentu. Seakan referenmerupakan penghubung antara makna kata dengan sesuatu yang diacu di dunianyata. Oleh karena itu, Carlson (1977; 2005) menyatakan bahwa referen merupakanhubungan kata dengan objek nyata di dunia yang memiliki kebenaran yang akurat.Referen tidak hanya dapat dilihat dari sudut pandang semantik. Referen jugadapat dilihat dari sudut pandang pragmatik (Abbott, 2010:2). Dari sudut pandangpragmatik, referen merupakan ekspresi linguistik yang digunakan untuk mengidentifikasi yang dikatakan penutur. Referen menjadi fenomena pragmatik sepanjangreferen itu dikaitkan dengan penggunaan bahasa. Hal itu selaras dengan karakterpragmatik yang mengamati penggunaan bahasa (use of language). Dalam konteksitu, referen akan menghubungkan tiga relasi, yaitu penutur, penggunaan ekspresi, dan4

identitas entitas. Ketiganya dapat dirumuskan menjadi “penutur x menggunakanekspresi y untuk mengidintifikasi entitas z”. Lebih lanjut dikatakan oleh Abbott(2010) bahwa referen dalam konteks pragmatik hanya mengacu kelas nomina.Konsep referen tersebut dikembangkan dari pandangan Strawson (1950) yangmenyatakan bahwa acuan sebuah nomina juga dapat ditentukan oleh konteks tuturan(penutur, mitra tutur, dan situasi tutur). Pendapatnya merupakan kritik yang diajukanterhadap pandangan Russell (1905) yang lebih menekankan keunikan acuan sebuahnomina.Lebih lanjut dikatakan oleh Abbott (2010) bahwa referen dalam kontekspragmatik hanya mengacu kelas nomina. Sebaliknya, referen dalam kontekssemantik tidak hanya mencakup kelas nomina, tetapi juga mencakup kelas verba danadjektiva (Saeed 2000:30). Lebih lanjut Saeed menyatakan bahwa sebagian katayang bermakna ada yang bereferen dan ada yang tidak bereferen. Bentuk lingualseperti so, very, if merupakan kata yang bermakna, tetapi tidak memiliki acuan didunia nyata. Sebaliknya, kata cat merupakan kata bermakna yang bereferen,sepanjang kata itu digunakan untuk mengidentifikasi suatu entitas.Dilihat dari entitas yang diacu, referen dibagi menjadi dua, yaitu referenkonstan atau tetap dan referen variabel atau referen berubah (Saeed, 2000:27).Referen konstan merupakan ekspresi satuan lingual yang memiliki acuan tetap.Misalnya, nama kota Jakarta memiliki acuan tetap. Hal itu berbeda dengan satuanlingual pronomina perso-na saya dan kamu. Kedua kata itu memiliki acuan yangberganti-ganti bergantung konteks penggunaannya. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi acuan pronomina persona harus diketahui konteks penggu-naannya. Katayang memiliki acuan yang berganti-ganti ini disebut deiksis (Kaswanti Purwo, 1984).B. NominaNomina adalah kelas kata yang digunakan untuk mengacu entitas (meja,kursi, mobil), substansi, ide abstrak, nama individu atau tempat (Sneddon et al.,2010:131). Secara sintaktis nomina dinegasikan dengan negasi bukan, dapatdidahului oleh numeralia, dan dapat diikuti oleh kategori adjektiva, pronominapersona, nomina, dan pronomina demonstrativa (Alwi et al., 1999). Dari sisi bentuk,nomina dapat dibagi menjadi dua, yaitu nomina dasar (rumah, mobil, baju, meja, dannomina) dan nomina turunan (kedatangan, makanan, pembahasan). Lebih lanjut5

nomina dasar dibagi menjadi dua, yaitu nomina umum, misalnya meja, rumah, mobildan nomina khusus, misalnya Rudi, Jakarta, ayah (Kridalaksana et al.,1985; Alwi etal., 1999; Sneddon et al., 2010).Lebih lanjut Alwi et al. (1999) menyatakan bahwa nomina dasar khususberdasarkan ciri semantis dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu (1) nominayang berciri lokatif kota, seperti Pekalongan, Pontianak, (2) nomina yang bercirismenatis nama orang misalnya Bawuk, Farida, (3) nomina yang berciri semantismanusia atau insani misalnya paman, adik ayah, ibu, dan (4) nomina yang bercirisemantis kewaktuan misalnya, Selasa, Kamis.Löbner (1985:291; 2003:3) membagi nomina menjadi dua jenis, yaitu nominasortal dan nomina relasional. Nomina sortal merupakan jenis nomina yang digunakanuntuk menyebut satu objek, misalnya nomina meja dikonsepsi sebagai sebuah meja.Sebaliknya, nomina relasional merupakan nomina yang mendeskripsikan objeksebagai entitas yang berkaitan dengan objek lain. Misalnya, nomina ayah dikonsepsisebagai nomina yang berelasi dengan pemilik nomina ayah. Nomina ayahdidefiniskan sebagai ayah dari yang bermakna orangtua dari x. Sebagaimana yangdinyatakan oleh Löbner (2003:3) bahwa the meaning of son could be defined as sonof x meaning “male child of x”. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa nominarelasional adalah kelompok nomina yang menghubungkan dua unsur, yaitu unsurpemilik dan unsur yang dimiliki.Lebih lanjut Löbner (2003:3) menyatakan bahwa nomina relasional dibagimenjadi dua berdasarkan jumlah pemilik, yaitu nomina relasi dalam makna yangterba-tas (relational nouns in the narrower sense) dan nomina fungsional. Nominarelasi dalam makna yang terbatas dikonsepsi sebagai nomina yang menandaihubungan satu untuk banyak (1-to-many), misalnya anak, tetangga, tangan.Hubungan itu bermakna bahwa satu individu atau satu kelompok dapat memilikilebih dari satu nomina. Seorang individu dapat memiliki lebih dari satu anak atausatu tetangga. Sebaliknya, nomina fungsional dikonsepsi sebagai nomina yangmenandai hubungan satu untuk satu (1-to-1), misalnya ayah, kepala, presiden.Hubungan tersebut bermakna bahwa satu individu atau satu kelompok hanya dapatmemiliki satu entitas. Seorang anak hanya memiliki satu ayah dan seorang manusiahanya memiliki satu kepala. Oleh karena itu, Löbner menggolongkan nominarelasional tersebut dalam jenis posesif yang tak-teralihkan (inalienable). Baker6

(1995) juga menyatakan bahwa nomina yang menyatakan posesif yang demikiandisebut posesif yang takteralihkan. Artinya, nomina yang dimiliki tidak dapatdialihkan ke individu lain. Hal itu berbeda dengan nomina meja, yang dapatdialihkan atau berpindah tangan ke individu lain.C. Pewatas NominalNomina dalam konstruksi FN dapat dipastikan memiliki pewatas sebagai atributnya. Dalam bahasa Indonesia, dari segi kategori kata, pewatas nomina dapatberupa numeralia, pronomina persona, pronomina demonstrativa, nomina, adjektiva, dan artikel, termasuk kata ganti relatif (Alieva et al., 1991; Alwi et al., 1999;Sneddon et al., 2010). Dari segi posisi, pewatas dapat dipilah menjadi dua, yaitupewatas kiri atau depan dan pewatas kanan atau belakang. Pewatas kiri adalahunsur lingual yang berada di sebelah kiri atau depan nomina, sedangkan pewataskanan adalah unsur lingual yang berada sebelah kanan atau belakang nomina.Dalam bahasa Indonesia kategori yang dapat menjadi pewatas kiri adalahnumeralia dan artikel. Numeralia sebagai pewatas kiri mencakup numeralia pokoktentu, misalnya dalam frasa dua buk dan numeralia kolektif, misalnya dalam frasadua kedua buku. Artikel sebagai pewatas nomina meliputi si dan sang, misalnya siAgus, sang juara. Pewatas kanan berupa kategori pronomina persona, pronominademonstrativa, nomina, numeralia, adjektiva, dan kata ganti relatif yang. Kategoripronomina persona yang lekat kanan adalah pronomina persona posesif yangmeliputi pronomina persona pertama (-ku, saya, kami, kita), kedua ( kamu, -mu,kalian) dan ketiga (-nya, mereka), misalnya dalam frasa rumah saya, rumahmu,dan rumahnya. Pronomina demonstrativa meliputi kata ini dan itu, misalnya dalamfrasa rumah ini dan rumah itu.Kategori nomina meliputi nomina pokok dan nomina turunan, termasukadalah nama diri, misalnya, nomina rumah, nama diri Agus dalam frasa pinturumah dan sepeda Agus. Kategori numeralia yang lekat kanan adalah numeraliakolektif tentu dan numeralia pokok taktentu, misalnya, numeralia berdua dansemua dalam frasa kami berdua dan kami semua. Kategori kata ganti relatif yangletak kanan adalah kata yang, misalnya dalam frasa buku yang biru. Dalampenggunaannya, pewatas kiri dan kanan dapat hadir bersamaan sebagai pewatasnomina, misalnya dalam frasa dua buku itu atau kedua anakku.7

D. Nomina Insani dan Nomina Non-insaniNomina insani dan nomina non-insani merupakan ciri semantik yang melekatpada sebuah satuan lingual berkategori nomina karena nomina tersebut digunakanuntuk mengacu entitas yang berciri manusia. Satuan lingual tersebut dapat berbentukkata dan frasa. Ciri semantik itu dapat diketahui dengan analisis komponen. MenurutSaeed (2000) analisis komponen makna merupakan suatu cara untuk mendeskripsikan ciri makna suatu kata sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan katalain. Analisis komponen tersebut dapat digunakan untuk kata-kata yang memilikihubungan hiponimi, sinonimi, dan antonimi. Namun, analisis komponen hanyamerupakan salah satu cara untuk mengetahui acuan nomina yang berciri insani dannon-insani.Dalam pandangan Frege (1984), Kr

lingual pronomina perso-na saya dan kamu. Kedua kata itu memiliki acuan yang berganti-ganti bergantung konteks penggunaannya. Oleh karena itu, untuk mengiden-tifikasi acuan pronomina persona harus diketahui konteks penggu-naannya. Kata yang memiliki acuan yang berganti-ganti ini disebut

Related Documents:

2. Comunicazioni del Dirigente 3. Nomina responsabili di plesso 4. Nomina dei collaboratori del Dirigente scolastico 5. Nomina verbalizzante del Collegio Docenti 6. Nomina coordinatore ed. Civica: coordinatore di classe

Küresel yönetişim sistemi içerisinde insani krizlerin ve afetlerin yönetişimi en fazla eksiklik hissedilen alan-lardan biridir. Bu bağlamda Birleşmiş Milletler (BM) Genel Sekreteri Ban Ki-mun’un önerisi ile ilk defa İs-tanbul’da 23-24 Mayıs 2016 tarihlerinde düze

siswa Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademi kelas X dengan Kurikulum 2013. Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, kalimat, dan paragraf yang terdapat dalam buku siswa. Kemudian, sumber data penelitian ini adalah buku siswa berjudul Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademi, untuk SMA Kelas X edisi Revisi 2014.

OGGETTO: NOMINA REFERENTE PER LA VALUTAZIONE . VISTA la nomina a RUP del Dirigente Scolastico prot. 532 del 01/02/2020ratificata nella seduta . DICHIARAZIONE DI RESPONSABILITA’ COLLABORATORI ESTERNI/INTERNI Dichiarazione sostitutiva del

karena sumber daya insaninya yang kurang dapat bersaing dan juga pengetahuan tentang pasar modal belum terlalu dapat difahami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan kualitas sumber daya insani pasar modal syariah pada KSPM Walisongo Semarang.

ekspresi yang sesuai dengan karakter tokoh dalam drama. Penilaian keterampilan berbicara ini didasarkan pada lima aspek drama yaitu lafal, intonasi, penghayatan, ekspresi, dan improvisasi. Role playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran bermain peran merupakan model pembelajaran yang mengajak

Menjelaskan dan menentukan fungsi ( terutama fungs linear, Fungsi kuadrat dan Fungsi Rasional) secra formal yang meliputi notasi, daerah asal, daerah hasil dan ekspresi simbolik serta sketsa grafiknya X Aljabar Fungsi, fungsi Kuadrat dan fungsi rasional dan grafiknya L2 Menyelesaikan masalah kontekstual laba maksimum yang berkaitan dengan .

including ANSI A300. A good practice in mixed planting areas is to plant trees first followed by the larger shrubs, low shrubs and finally with ground cover plants. This prevents damage to the smaller plants; however the Contractor is responsible for sequencing. Check that plants are moist at the time of planting. Verify that trees or shrubs if marked with compass orientation are planted in .