Full Page Photo Print - DhammaCitta

2y ago
17 Views
2 Downloads
1.21 MB
45 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Josiah Pursley
Transcription

NIBBANASebagai Suatu Pengalaman HidupSebuah Studi dari Teks PaliLily de Silvai

Buku ke-2Nibbana, Sebagai Suatu Pengalaman HidupOleh: Lily de SilvaThe Wheel Publication No. 407/408 (Kandy: Buddhist PublicationSociety, 1986)Copyright 1996 Lily de SilvaAccess to Insight edition ilva/wheel407.htmlJudul AsliPenulisPenerjemahEditor: Nibbana, as Living Experience: Lily de Silva: Harianto Lim: Willy Yandi WijayaCetakan Pertama: Juli 2008Diterbitkan Oleh:KAMADHIS UGM(Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada)Jl.Gelanggang Mahasiswa UGM Lantai 2Bulaksumur , Yogyakarta 55281HP: 081804359456Email: kamadhis ugm@yahoo.comBUKU INI GRATISTIDAK DIPERJUALBELIKANii

Kata PengantarSetelah terbitnya buku pertama KAMADHIS UGM, yakni NasihatPraktis Bagi Meditator, banyak tanggapan positif dari pembaca, baik darisegi isi, kualitas tata letak sampai bahasanya yang enak dibaca. Hal tersebutmendorong KAMADHIS UGM lebih bersemangat dalam memberikan yangterbaik bagi para pembaca melalui buku ke-2 KAMADHIS UGM ini.Buku ini mengupas tentang Nibbana (bahasa Pali) atau dikenal dalamBahasa Indonesia sebagai Nirwana (diserap dari kata Sansekerta Nirvana).Perlu Anda ketahui bahwa Nibbana atau Nirwana seringkali disalahpahamisebagai surga, seperti yang tertulis dalam arti ke dua Nirwana dalam KamusBesar Bahasa Indonesia (KBBI). Melalui buku ini, seorang ahli bahasa Pali(bahasa India kuno) dan intelektual buddhis, Lily de Silva, menjelaskan apaitu Nibbana sesuai dengan Teks Kanon Pali. Penjelasan mengenai Nibbana digambarkan dengan sangat jelas oleh penulisnya dengan bahasa yang mudahwalaupun bahasa Pali juga banyak membantu sebagai rujukan. Salah satu halyang paling menarik dari buku ini adalah bahwa pencapaian kedamaian sejati(Nibbana) bisa dialami saat ini juga dan pada kehidupan ini juga!Walaupun Nibbana adalah kata asing, namun di dalam buku ini kataNibbana hanya dimiringkan pada awal untuk menunjukkan bahwa katatersebut asing. Kemudian, karena seringnya muncul kata Nibbana, jikadimiringkan semua akan membuat buku kurang enak dibaca, sehingga untukselanjutnya kata Nibbana tidak dimiringkan. Pada bagian akhir buku jugadisertai catatan sebagai rujukan dalam Teks Kanon Pali. Daftar istilah danpenjelasan juga diberikan di bagian akhir buku sebagai sedikit bantuan untukmenjelaskan istilah-istilah tertentu yang muncul.KAMADHIS UGM mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Hariantoyang telah menerjemahkan buku ini dengan baik dan kepada Sdr. Willy YandiWijaya selaku editor dan penyusun Daftar Istilah dan Penjelasan di bagianakhir buku ini. Ucapan Terima kasih yang terdalam, disampaikan kepada paradonatur, karena tanpa dukungan dana dari Anda, buku ini tidak akan adadi tangan Anda saat ini. Jadi kami selalu berharap dukungan dana dari paradonatur—sekecil apapun— yang tentunya berarti besar bagi perkembanganDharma (Ajaran Buddha) dan sebagai cara mengikis kemelekatan materi.Akhir kata, kami haturkan terima kasih kepada para pembaca yangmembuat buku ini menjadi bermakna dan bermanfaat.Semoga setiap saat Anda semua berbahagia.Salam,KAMADHIS UGMiii

Daftar IsiKata Pengantar iiiDaftar Isi ivEmpat Kondisi Nibbana 1VV Kebahagiaan 2VV Kesempurnaan Moral 7VV Realisasi 9VV Kebebasan 12Kreatifitas 14Fisiologi dan Spiritualitas 16Avyakatas 25Catatan 30Biografi penulis 34Daftar Istilah dan Penjelasan 35Sekilas KAMADHIS UGM 37Kesempatan Berdana 39Donatur 40iv

Empat Kondisi NibbanaNibbana (Nirwana) merupakan pencapaian terakhir dari para pengikutajaran Buddha yang digambarkan sebagai kesempurnaan dan kebahagiaantertinggi. Untuk dapat mengerti lebih dalam mengenai arti kata Nibbana,terdapat ayat-ayat yang dilontarkan Kisa Gotami. Beliau melihat PangeranSiddhartha pulang ke istana, sekembalinya dari hutan di malam hari sesaatsetelah Pangeran Siddhartha mencapai penerangan tertinggi. Kisa Gotamiberseru :Nibbuta nuna sa mata, nibbuto nuna so pita,Nibbuta nuna sa nari, yassayam idiso pati.1Sesungguhnya yang bahagia, senang, dan damai adalah seorangibu (yang memiliki seorang anak seperti Beliau),Sesungguhnya yang berbahagia adalah seorang ayah (yangmemiliki seorang anak seperti Beliau),Sesungguhnya yang berbahagia adalah seorang wanita yangmemiliki seseorang sebagai suami.Nibbuta (berasal dari kata nir v.r) sering dianggap sebagai bentukmasa lampau (secara gramatikal) dari kata kerja nibayati, dan Nibbana adalahkata benda yang dibentuk dari kata tersebut, yang memiliki arti kebahagiaan,ketenangan, dan kedamaian. Nibayati juga berarti memadamkan, sepertipadamnya sebuah lampu.2Jadi, Nibbana juga diartikan sebagai pemadaman,yakni padamnya api Keserakahan, api Kebencian, dan api kebodohan batin(ragaggi, dosaggi, mohaggi).3 Ketika api-api ini berhasil dipadamkan, kedamaianakan dicapai dan yang mencapai akan berubah menjadi tenang sepenuhnya(sitibutha).4 Terkadang juga terdapat asumsi bahwa Nibbana berarti sejuk, halini dikarenakan pada zamannya Buddha, beliau berkhotbah di daerah yangberiklim panas, dimana sejuk merupakan kondisi yang nyaman dan sesuaidi daerah tersebut. Jika Buddha membabarkan Dharma di daerah beriklimsejuk, mungkin saja kata Nibbana akan diartikan dengan kata panas. Namun,pastinya kata ‘sejuk’ dipilih untuk mengartikan realitas karakteristik psikologissecara harfiah.5 Marah menyebabkan kita merasa panas dan lelah. Kita seringmenggunakan ungkapan ’panas’ untuk merujuk pada kemarahan, dan secara1

jelas mengekspresikan intensitas emosi yang agresif. Ketika emosi-emosi yangnegatif dapat dihilangkan sepenuhnya, dan tidak pernah muncul kembali,keadaan ini digambarkan sebagai keadaan yang sejuk.Nibbana merupakan suatu tingkatan yang dapat dicapai di manapun,kapanpun pada setiap kehidupan6 dan bukan hanya dapat dicapai setelahkematian terjadi. Pada kaitannya dengan pengalaman hidup, Nibbana dapatdikategorikan dalam empat kondisi-kondisi khusus, yakni:1.2.3.4.Kebahagiaan,Kesempurnaan moral,Realisasi, danKebebasanKita akan mendiskusikan kondisi-kondisi tersebut satu per satu.ɶɶ KebahagiaanNibbana dijelaskan sebagai kebahagiaan tertinggi, tingkatan kebahagiaanyang paling tinggi.7 Bagi mereka yang telah mencapai Nibbana, akan hidupdalam kebahagiaan, bebas dari kebencian dan penyakit mental [pikiran negatif,ed.] di antara mereka yang membenci dan memiliki masalah mental [pikiranpikiran negatif,-ed.].8 Sukha dalam Bahasa Pali diartikan sebagai kebahagiaandan kesenangan. Dalam bahasa Inggris kebahagiaan lebih diartikan sebagaikesadaran mental atau pikiran yang bahagia, sementara kesenangan diartikansebagai keadaan fisik yang baik. Pengertian Sukha merujuk pada kedua aspektersebut dan pastinya bahwa (akan dijelaskan di bawah) kebahagiaan mentaldan fisik akan dirasakan seseorang yang telah mencapai Nibbana.Pengalaman kebahagiaan fisik yang tidak dapat dirasakan untuk waktuyang terbatas mungkin dapat dialami, bahkan sebelum pencapaian Nibbanamelalui jhana atau pencerapan meditatif. Pada Samaññaphala Sutta dijelaskantentang pengalaman-pengalaman fisik ini dengan makna-makna kiasan yanglebih mudah dimengerti.9 Ketika serbuk pelembut badan dicampur dengan airdan diremas menjadi bola basah yang padat, kelembutan serbuk menyebar keseluruh bagian dari bola tersebut tanpa melebur; sama halnya dengan tubuh2

manusia yang mencapai tingkat jhana pertama akan diselimuti dan diliputidengan kegembiraan serta kesenangan akan munculnya ketidakmelekatanpada pikiran-pikiran yang menyenangkan (vivekajam pitisukham). Pengalamanpada tingkatan jhana kedua dijelaskan dengan makna kiasan yang berbeda.Sebuah kolam yang dalam terisi hingga ke pinggir kolam oleh air jernih dansejuk yang berasal dari mata air bawah tanah, air tetap tidak membanjiridaerah sekitar dan tidak ada bagian kolam yang tidak tersentuh oleh airsejuk. Sama halnya dengan kebahagiaan dan kesenangan akan munculnyakonsentrasi (samadhijam pitisukham) yang meliputi tubuh meditator padatingkatan jhana yang kedua. Makna kiasan untuk tingkatan jhana yang ketigaadalah suatu bunga teratai lahir di air, tumbuh di air, terapung di air, danmendapatkan nutrisi untuk hidup dari air, tidak ada bagian bunga teratai yangtidak tersentuh air yang sejuk. Dengan demikian kebahagiaan/kesenanganakan menutupi, meliputi, dan menyebar ke seluruh bagian tubuh meditatorpada tingkatan jhana yang ketiga. Ini merupakan pengalaman-pengalamankebahagiaan yang tidak disadari sebelum pencapaian Nibbana. Pada saatpencapaian Nibbana, lebih banyak lagi kebahagiaan yang tidak disadari yanglebih murni akan muncul dan permanen adanya. Pada Canki Sutta secaraspesifik dinyatakan bahwa ketika seorang biksu menyadari kebenaran sejati,dia mengalami kebenaran tersebut ”dengan tubuhnya”.10Menurut pengalaman arahat, pada Sutta Nipata dinyatakan bahwadengan melenyapkan semua perasaan/sensasi seorang biksu akan hidup tanpahasrat dan damai.11 Suatu ketika Sariputta ditanya mengenai kebahagiaan apayang dirasakan ketika tidak ada perasaan/sensasi.12 Dia menjelaskan bahwatidak hadirnya perasaan/sensasi itu sendiri merupakan kebahagiaan.13 Hal inirelevan dengan menandai bahwa Buddha pernah mengatakan bahwa Beliautidak membicarakan kebahagiaan hanya dengan merujuk pada perasaan/sensasi senang. Di manapun adanya kebahagiaan atau kesenangan, di situBeliau menyadarinya sebagai kebahagiaan atau kesenangan.14Di sini kita diingatkan pada pernyataan bahwa semua tingkatan mentalberpusat pada perasaan.15 Apa yang dimaksud dari pernyataan ini adalahbahwa semua tingkatan mental diterjemahkan menjadi sensasi yangdirasakan tubuh. Untuk lebih dapat mengerti akan implikasi daripernyataan ini, kita dapat memperhatikan pada emosi kita yang berlebihan,3

seperti marah. Ketika kita marah, kita mengalami berbagai jenis sensasipada tubuh kita: merasa panas, resah, berkeringat, bimbang dan takut, dansebagainya. Ketika kita sedih, air mata jatuh menetes dari mata kita. Hal inimuncul dikarenakan adanya perubahan secara kimiawi pada tubuh melaluiproses biologis pada berbagai jenis sekresi [pengeluaran cairan yang tidakdibutuhkan,-ed.] kelenjar pada tubuh. Jika emosi yang kuat memberikan sensasiyang berlebihan, kita mungkin menduga bahwa semua pikiran menyebabkansensasi yang sulit dihindari pada tubuh sebagai hasil dari perubahan secarakimia pada tubuh. Akan sangat sulit bagi kita untuk menyadari sensasisensasi ini, namun sensasi ini dapat disadari seiring dengan berkembangnyavedananupassana (perenungan akan sensasi-sensasi). Pikiran tidak berujungdan berkesinambungan; oleh karena itu, jika interpretasi bahwa pikiranditerjemahkan menjadi sensasi-sensasi pada tubuh adalah benar, sensasisensasi pada tubuh juga akan menjadi tidak berujung dan berkesinambungan.Pada Vedanasamyutta dinyatakan bahwa angin yang berbeda-beda bertiupsecara konstan dengan arah yang berbeda, berbagai sensasi akan melewatitubuh kita.16Seorang arahat memiliki pegendalian penuh akan pikirannya;17 olehkarena itu dia juga harus memiliki pengendalian penuh akan perasaan/sensasi.Apa yang dimaksud oleh pernyataan bahwa “Seorang biksu hidup tanpa hasratdan damai dengan melenyapkan semua perasaan/sensasi” terlihat seperti diatelah melenyapkan semua perasaan/sensasi fisik. Hal ini menuntun kita padapernyataan lain: Bahwa semua perasaan/sensasi ikut ambil bagian dalampengalaman yang menderita.18 Untuk lebih mengerti pernyataan ini kita harusmemperhatikan postur tubuh kita. Jika kita diharuskan duduk diam dalambeberapa saat, katakanlah satu jam, kita bahkan tidak sadar berapa kali kitatelah bergerak dan menyesuaikan otot tubuh kita untuk mendapatkan posisiyang lebih nyaman. Hal ini terjadi hampir secara mekanis, setiap waktu kitaselalu secara tidak sadar berusaha untuk menghindari ketidaknyamanan. Halini dikarenakan adanya sensasi-sensasi yang monoton, bahkan sensasi-sensasiyang menyenangkan, akan menimbulkan ketidaknyamanan dan sebuahperubahan akan menimbulkan sensasi nyaman yang bersifat sementara. Jikatidak ada sensasi yang muncul, mungkin kita tidak akan sering mengubahposisi dan kita akan merasakan sensasi kenyamanan yang berjalan jika kitatetap bertahan pada posisi yang sama dalam waktu yang lama.4

Di sini tentu akan timbul pertanyaan apakah seorang arahat telahkehilangan kemampuan untuk merasakan rasa sakit, yang juga merupakanbagian penting dari sensasi sentuhan. Hal ini akan dijelaskan bahwa initidak begitu adanya, pada kasus tersebut seorang arahat bahkan tidak akanmengetahui jika salah satu bagian tubuhnya terluka atau terbakar serius.Terdapat banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa seorang arahat jugamerasakan sensasi-sensasi akibat dari perubahan fisik. Contoh peristiwa,Buddha merasakan rasa sakit yang akut ketika Beliau dilukai oleh serpihanbatu19 dan ketika Beliau mengalami masalah pada pencernaan20. Namun,Beliau dapat mengatasi sensasi sakit tersebut dengan penuh kesadaran danpengertian benar tanpa merasa lelah dikarenakan sensasi tersebut. Selainitu, terdapat sebuah pengalaman dari Sariputta yang juga menjelaskan halyang sama.21 Pengalamannya merujuk pada peristiwa dimana ilmu psikologimodern menyebutnya sebagai “realitas yang tidak biasa dari tingkatperubahan kesadaran.” Suatu yakkha, makhluk yang berhati dengki, suatuketika memberikan Sariputta sebuah tiupan pada kepalanya. Tiupan tersebut,diceritakan sangat kuat hingga dapat membelah puncak sebuah gunung ataudapat membuat seekor gajah dengan tinggi tujuh setengah hasta tumbangdan bertekuk lutut. Moggalana, yang melihat peristiwa tersebut denganmata saktinya, bertanya pada Sariputta bagaimana keadaannya. Sariputtamenjawab bahwa dia dalam keadaan baik, namun terdapat sedikit luka padakepalanya. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa sebuah tiupan yang tadinyadapat menghilangkan nyawa seorang manusia biasa, hanya menyebabkansedikit pengaruh pada seorang arahat.Mungkin dikarenakan faktor-faktor psikologis yang memengaruhiseseorang dalam merasakan sensasi-sensasi telah dapat dikendalikan dengansempurna oleh seorang arahat, dia hanya merasakan sensasi-sensasi yangbenar-benar murni dirasakan oleh makhluk hidup. Hal ini terlihat seperti jikatubuh berada di bawah kendali suatu penghilang rasa sakit secara mentalyang akan memberikan sensasi yang lebih sedikit untuk melindungi tubuhdari bahaya luar. Terdapat dua jenis rasa sakit, yaitu secara fisik dan mental,22para arahat diketahui hanya merasakan sensasi sakit secara fisik saja,23 tanparasa sakit yang berlebihan ketika mengalami rasa sakit secara fisik.5

Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Padabeberapa teks dikatakan bahwa arahat telah menghancurkan vedana(perasaan), tidak pernah dikatakan bahwa sensasi dari penginderaan (sensasifisik) mereka telah tidak ada. Ketika menjelaskan tentang tingkatan kesadarantertinggi dari sanna-vedayitanirodha, sensasi dari penginderaan dikatakandirasakan murni— vippasannani indriyani.24 Jadi pada kasus seorang arahat,sensasi-sensasi dari penginderaan juga harusnya dirasakan murni dan tidakdirasakan dalam keadaan berkurang. Pada kasus tersebut, dapat didugabahwa, walaupun vedana (perasaan) tidak ada, sensitifitas tubuh tetap aktifdan seperti apa adanya.Pada Vedanasamyutta, terdapat klasifikasi yang membedakan perasaanbahagia dan senang menjadi tiga jenis:25VV Samisa piti samisam sukham : perasaan bahagia dan senangyang timbul karena adanya objek-objek kesadaran, contoh:sensasi-sensasi kesenangan duniawi.VV Niramisa piti niramisam sukham : perasaan bahagia dan senangyang timbul karena bebas dari rangsangan objek-objek kesadaran,contoh: pengalaman mencapai tingkat jhana pada meditasi.VV Niramisatara piti niramisataram sukham : Lebih banyak lagiperasaan bahagia dan senang yang murni terbebas dari rangsanganobjek-objek kesadaran, contoh: Nibbana.Seorang arahat mengalami kebahagiaan secara fisik dan mental (sokayasukham pi cetosukham pi patisamvedeti) sebagai ketegangan (daratha),kesengsaraan (santapa), dan kegelisahan (parilaha) yang telah dilenyapkansepenuhnya untuk kebaikan.26Bhaddiya adalah seorang biksu yang selalu menyerukan “Kebahagiaanapa, kebahagiaan apa!” (aho sukham aho sukham). Ungkapan mengenaikebahagiaan tersebut disalahartikan oleh beberapa biksu yang lebih seniordarinya dan mereka melaporkan masalah tersebut kepada Buddha, mereka6

mencurigai bahwa Bhaddiya selalu terkenang akan kenyamanan-kenyamananyang telah ditinggalkan olehnya. Ketika hal ini ditanyakan oleh Sang Buddha,Bhaddiya, menjelaskan bahwa ia adalah seorang pangeran pada kehidupanyang telah ditinggalkannya dan bahwa ia memiliki pengawal-pengawal yangberjaga di tiap posisi strategis baik di dalam maupun di luar istana, namun iamasih merasa tidak aman dan mengalami kesulitan untuk tidur, takut akansaingannya yang setiap saat mungkin dating untuk merebut kekuasaannyadan bahkan mencabut nyawanya. Tetapi sekarang, walaupun hidup sendiridi luar, dia merasa bebas sepenuhnya dari rasa takut dan cemas. Olehkarena itu, untuk mengekspresikan kebahagiaannya, dia selalu menyerukan :“Kebahagiaan apa, kebahagiaan apa!”27Sungguh besar pengalaman bahagia dalam pencapaian pelepasandari seluruh mental-mental negatif (asavakkhaya) yang terkadang membuatpara arahat tetap pada posisi yang sama secara berkesinambungan tanpabergerak selama tujuh hari menikmati kebahagiaan dari kebebasan.28Dikatakan bahwa seluruh tubuh akan dimasuki oleh perasaan bahagia dansenang ini.Terdapat beberapa teks Pali yang mencatat tentang pengalamandari kebahagiaan dalam pencapaian Nibbana. Namun, teks tersebutmenunjukkan bahwa kebahagiaan tidak dibatasi atau tergantung padaLima Kelompok Penyusun Kehidupan [pancakhanda (Pali): tubuh jasmani,perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran, -ed.] yang menyusun suatu individu.Pada Dvayatanupassana Sutta diungkapkan bahwa penderitaan ( dukkha)berhenti muncul dengan berhentinya Lima Kelompok Penyusun Kehidupantersebut.29 Lebih mendalam lagi, dikatakan pada Alagaddupama Sutta bahwamakhluk yang sempurna (tathagata) tidak dapat dikenali dengan setiap bagianmanapun dari Lima Kelompok Penyusun kehidupan bahkan ketika ia masihhidup.30ɶɶ Kesempurnaan MoralNibbana merupakan suatu tingkatan kesempurnaan moral. Bagiseseorang yang telah mencapai Nibbana, semua akar-akar motivasi yang tidakbaik seperti keserakahan, kebencian, dan kebodohan-batin telah dihilangkan7

sepenuhnya dan tidak ada lagi kemungkinan bagi akar-akar tersebut untukmuncul dan aktif kembali. Karena itulah, Nibbana diartikan sebagai hilangnyakeserakahan, kebencian, dan kebodohan-batin (ragakkhaya, dosakkhaya,mohakkhaya). Semua moral yang memicu munculnya perbuatan yang tidakbaik telah dihancurkan, oleh karena itu istilah asavakkhaya (pencapaianpelepasan dari seluruh mental-mental negatif) digunakan untuk menjelaskanNibbana. Kemelekatan telah dilenyapkan hingga ke akar-akarnya secarasempurna, karena itulah tanhakkhaya adalah sinonim kata lain Nibbana.Semua tipe kesombongan, merasa diri hebat dan merasa rendah diri sertamerasa sama dengan yang lain (seyyamana, hinamana, and sadisamana)telah dieliminasi. Hal ini penting untuk menjadi sedemikian rupa supayasebagai seorang arahat tidak akan memiliki pikiran-pikiran yang egoistikseperi adanya ’aku’ dan ’milik aku’. Seperti sebanyak seorang arahat telahmelampaui egoisme, dia juga telah melampaui seksualitas. Suatu ketika,Soma, seorang arahat wanita, dia ditegur oleh Mara (perwujudan pikiranjahat,-ed.) yang berhati jahat, dengan mengatakan bahwa wanita memilikikecerdasan yang lebih rendah sehingga tidak akan dapat mencapai tingkatantertentu yang dicapai dengan usaha yang luar biasa oleh para pertapa danor

Sesungguhnya yang berbahagia adalah seorang wanita yang memiliki seseorang sebagai suami. Nibbuta (berasal dari kata nir v.r) sering dianggap sebagai bentuk masa lampau (secara gramatikal) dari kata kerja nibayati, dan Nibbana adalah kata benda yang dibentuk dari kata tersebut, y

Related Documents:

Page 3: Pritha Chakraborty CGAP Photo Contest Page 6: KM Asad CGAP Photo Contest Page 9: Wim Opmeer CGAP Photo Contest Page 13 (top to bottom): Wim Opmeer CGAP Photo Contest, Alamsyah Rauf CGAP Photo Contest, Raju Ghosh CGAP Photo Contest, Jon Snyder CGAP Photo Contest, KM Asad CGAP Photo Contest

*George Washington Carver had a strong faith in God. Photo 1 Photo 2 Letter 1 Letter 2 Letter 3 Letter 4 *George Washington Carver was resourceful and did not waste. Photo 1 Photo 2 Photo 3 Letter 1 Letter 2 Letter 3 *George Washington Carver was a Humanitarian. Photo 1 Photo 2 Photo 3 Photo 4

OS 149 11 Basketball Team Photo 1941-1942 OS 149 12 Basketball Team Photo 1942-1943 OS 149 13 Basketball Team Photo 1943-1944 OS 149 14 Basketball Team Photo 1945-1946 OS 150 1 Basketball Team Photo 1946-1947 OS 150 2 Basketball Team Photo 1947-1948 OS 150 3 Basketball Team Photo 1949-1950 OS 150 4 Basketball Team Photo 1952-1953

Perfection 1660 Photo and 2400 Photo: Width: 27.6 cm (10.9 in) Depth: 45.0 cm (17.7 in) Height: 11.6 cm (4.6 in) Weight Perfection 1260 and 1260 Photo: 2.5 kg (5.5 lb) Perfection 1660 Photo and 2400 Photo: 3.1 kg (6.8 lb) Electrical Input voltage range* Perfection 1260 and 1260 Photo: DC 15.2 V Perfection 1660 Photo and 2400 Photo: DC 24 V

11 91 Large walrus herd on ice floe photo 11 92 Large walrus herd on ice floe photo 11 93 Large walrus herd on ice floe photo Dupe is 19.196. 2 copies 11 94 Walrus herd on ice floe photo 11 95 Two walrus on ice floe photo 11 96 Two walrus on ice floe photo 11 97 One walrus on ice floe photo

Print Your Card 13. To print your card, click the Print button. To get a high quality print out, click the Properties button, select the type of paper, and adjust the print quality settings to the highest setting possible. If you have chosen a single-fold card, the program will pause after the first side has printed.File Size: 2MBPage Count: 8Discover on this pageHow to fold greeting cards in half?How to print a card 13?How to print greeting cards in Jasc Paint Shop?

Océ Direct Print Pro User Guide Section 1 - Introduction Océ Direct Print Pro is a print submission solution used to send groups of files as a print job to low and medium volume Océ and Canon supported devices. This manual covers the print client used to submit print jobs to the Océ Direct Print Pro server.

BEAM Team Memo Rosalind Arwas Carolyn Perkins Helen Woodhall A very warm welcome to the March/April 2021 edition of The BEAM. This time last year, the spring edition unexpectedly almost became our last but, as the