KHAB KUNING - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

2y ago
105 Views
5 Downloads
2.55 MB
349 Pages
Last View : Today
Last Download : 3m ago
Upload by : Fiona Harless
Transcription

KHABKUNINGPESAINTREN DAN TAREHATTradisi-Tradisi Islam di IndonesiaMartin Van BruinessenPengantar: Abdurrahman WahidoPEHEHMT MIZANKHAZANAH ILMU-ILMU ISLAMKITAB KUNING, PESANTREN, DAN TAREKAT:TRADISI-TRADISI ISLAM DI INDONESIA Karya

Martin van Bruinessen Hak cipta dilindungi undangundang All rights reserved Cetakan I, Sya'ban1415/Januari 1995 Cetakan II, Dzulhijjah 1415/Mei 1995Cetakan III, Rabi' Al-Awwal 1420/Juli 1999 Diterbitkanoleh Penerbit Mizan Anggota IKAPI Jin. Yodkali 16,Bandung 40124 Telp. (022) 700931 — Faks. (022)707038 e-mail: mizan@indosat.net.id, info@mizan.co.idhttp://www.mizan.co.id, //www.mizan.comDesain sampul: Gus BallonU CAP AN TERIMA KASIH

6 Kitab Kuning, Pesantren, dan TarekatBeberapa tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini merupakan hasilpengamatan dan penelitian saya selama berada di Indonesia, yakni sekitar satuwindu. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada dua lembaga dan duaorang yang memungkinkan saya melanjutkan kajian ini. Dari tahun 1986 sampai1990 saya bertugas di LIPI Jakarta sebagai konsultan metodologi penelitian danantara lain dilibatkan dalam penelitian tentang sikap dan pandangan hidupulama Indonesia. Satu tahun kemudian, saya kembali ke Indonesia dan mengajardua setengah tahun (1991-1993) di IAIN Sunan Kalijaga, dalam rangka proyekINIS (keija sama Departemen Agama RI dengan Universitas Leiden di bidangStudi Islam). Melalui kedua tugas ini saya sempat bertemu dengan banyakulama dan pemikir Islam Indonesia dan secara berangsur mulai mengenalbudaya pesantren. Di LIPI sayajuga bertemu dengan Abdurrahman Wahid, yangikut serta dalam penelitian tersebut sebagai nara- sumber. Ia memperkenalkansaya kepada kiai-kiai terkemuka dan sangat membantu saya mencari bahantertulis. Ia juga yang banyak mendorong saya untuk menulis tentang Islam"tradisional." Dorongan pertama, sebetulnya, saya dapat dari Masdar F.Mas’udi, yang juga saya kenal melalui penelitian LIPI. Masdar menjadi temanberbincang tentang tradisi pesantren dan kitab kuning, dan ia mengajak sayamenulis di majalah Pesantren. Saya telah belajar banyak dari Gus Dur danMasdar; dampak diskusi dengan mereka dapat dijumpai dalam hampir setiapbab buku ini.Beberapa tulisan yang pembaca temukan dalam buku ini pernah diterbitkandalam bahasa Indonesia di majalah Pesantren dan Ulumul Qur’an; sejumlahtulisan lain telah terbit (atau akan terbit dalam waktu dekat) dalam majalah ataubuku berbahasa Inggris. Dua tulisan ("Studi Tasawuf di Makkah pada AkhirAbad Kedelapan Belas" dan "Asal-usul dan Perkembangan Tarekat di AsiaTenggara”) merupakan tulisan baru yang saya susun khusus untuk melengkapibuku ini. Yang dicantumkan di sini, hanya tulisan saya tentang tradisipengajaran dan pengamalan Islam di Nusantara, agar bukunya tidak terlaluberaneka ragam. Pada lain kesempatan, insya Allah, tulisan-tulisan sayamengenai Islam, kemiskinan dan politik akan dikumpulkan dan diterbitkankembali.Untuk keperluan buku ini, tulisan berbahasa Inggris diteijemahkan denganbaik oleh Farid Wajidi, sedangkan semua artikel berbahasa Indonesia disusunkembali dan diperbaiki dengan bantuan Kholidy Ibhar dan Farid Wajidi. Kepada

7 Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekatkedua teman ini saya mengucapkan terima kasih banyak atas usaha merekamembuat uraian saya menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti.Yogyakarta, 16Januari 1994ISI BUKUUcapan Terima Kasih — 5Daftar Tabel dan Bagan — 7Martin van Bruinessen dan Pencariannya — 11Oleh Abdurrahman WahidBAGIAN I. PENDIDIKAN TRADISIONAL ISLAM DIINDONESIA—15Pesantren dan Kitab Kuning: Kesinambungan dan Perkembangan dalam TradisiKeilmuan Islam di Indonesia — 17 Mencari Ilmu dan Pahala di Tanah Suci:Orang Nusantara Naik Haji — 41Studi Tasawuf pada Akhir Abad Kedelapan Belas: ‘Abd Al-Samad AlFalimbani, Nafis Al-Banjari, dan Tarekat Sammaniyah — 55 Ulama Kurdi danMurid Indonesia Mereka — 88 Kitab Fiqih di Pesantren Indonesia danMalaysia — 112 Kitab Kuning: Buku-buku Berhuruf Arab yang Dipergunakandi Ling- kungan Pesantren — 131 Kitab Kuning dan Perempuan, Perempuandan Kitab Kuning — 172BAGIAN II. TAREKAT-TAREKAT DAN PERKEMBANGANNYA DIINDONESIA — 185Asal-usul dan Perkembangan Tarekat di Asia Tenggara — 187 TarekatQadiriyah dan Ilmu Syaikh Abdul Qadir Jilani di India, Kurdistan, danIndonesia — 207 Najmuddin Al-Kubra,Jumadil Kubra, dan Jamaluddin AlAkbar:Jejak- jejak Pengaruh Tarekat Kubrawiyah terhadap Islam Indonesia

Masa Awal — 223Qadhi, Tarekat, dan Pesantren: Tiga Lembaga Keagamaan di Banten padaZaman Kesultanan — 246 Tarekat Khalwatiyah di Sulawesi Selatan — 285Tarekat dan Guru Tarekat dalam Masyarakat Madura — 304 Tarekat danPolitik: Amalan untuk Dunia atau Akhirat? — 330Sumber Tulisan — 345Kepustakaan — 347Indek —367DAFTAR TABEL DAN BAGANTABEL1. Daftar Kitab Fiqih dan Ushul Al-Fiqh yang Digunakan diPesantren — 115 dan 1542. Persentase Ruang yang Digunakan untuk Pokok-pokokBahasan Utama dalam Kitab Fiqih Pilihan — 1263. Daftar Kitab Tata Bahasa Arab, Tajwid, dan Logika — 1494. Daftar Kitab Akidah (Ushuluddin dan Tauhid) — 1555. Daftar Kitab Tafsir Al-Quran — 1586. Daftar Kitab Hadis Dan Ilmu Hadis — 1607. Daftar Kitab Tasawuf dan Akhlak — 1638. Daftar Kitab Sirah Nabi Saw. — 168BAGAN1. Silsilah Kubrawiyah Cabang Hamadaniyah dan Cabang Ahmad AlQusyasyi — 245

MARTIN VAN BRUINESSEN DANPENCARIANNYA AbdurrahmanWahid1)Buku kumpulan tulisan Martin van Bruinessen ini menggambarkan intensitaspencarian kebenaran ilmiah yang sangat menarik yang di- lakukan oleh pakar kajianIslam dari negeri Kincir Angin. Selain sebagai sebuah proses berpikir yang benar-benarilmiah, hasil karya Martin van Bruinessen ini juga mencerminkan sebuah upayapencarian jati diri yang sangat menarik. Bermula dari upaya mengenal objek kajianberupa berbagai aspek kehidupan Islam di negeri ini, upaya pakar yang satu iniakhirnya berujung pada pemetaan masalah-masalah yang masih diha- dapi oleh umatIslam di Indonesia. Bermula dari sekadar keingintahuan objektif dari seorang peneliti,buku ini berkesudahan pada munculnya rasa empati akan kehadiran Islam di kepulauankatulistiwa ini.Martin van Bruinessen tidaklah asing dengan berbagai aspek kehidupan umatIslam, karena ia memang menaruh minat besar kepada Islam sebagai cara hidup yangdijalani oleh sebuah satuan etnis bernama bangsa atau suku bangsa. Kajiannya yangmendalam atas kehidupan kaum tarekat Naqsyabandiyah di tanah Kurdistan, yangmenjadi objek disertasi ilmiahnya, memberikan kepadanya lebarnya spektrum wilayahkehidupan umat Islam yang diliputnya. Tidak hanya dari sudut teologis dan doktrinagama belaka, iajuga harus meliputinteraksi empirik antara kaum Muslim Kurdi dengantantangan yang dibawakan oleh proses modernisasi. Tidak hanya perkembangan politikyang dihadapi para pengikut tarekat tersebut di tanah Kurdistan, dengan latar belakanghistoris yang sangat beraneka ragam coraknya, tetapi juga pengamatan sosiologis danantropologis yang sangat rumit yang dilalui oleh bangsa tersebut selama ini. Bukanhanya gambaran etnografis dari bangsa malang yang kini terpecah dalam empatkawasan kenegaraan, sebagai salah satu bukti keterbelakangan dari bentuk negarabangsa (nation- state), tetapi juga pergumulan strategis dalam percaturan antarbangsayang sangat dahsyat.Dari pengalamannya yang sangat mendalam akan tradisi keilmuan Islam ulamaulama Kurdi, Martin van Bruinessen mampu menelusuri perjalanan tradisi tersebut kekawasan Asia Tenggara melalui jalur penu- laran ilmu-ilmu agama di tanah Arabia, dariAleppo di kawasan utara (Syria) hingga Yaman di sebelah selatan. Sudah tentu dengantidak melupakan kawasan Hijazdi pantai baratjazirah Arabia, utamanya kedua kota suciMakkah dan Madinah. Khususnya sejak abad ke-19 ketika pelayaran teratur dengankapal api telah dibuka melalui terusan Suez yang menghubungkan Asia Tenggaradengan Eropa. Sedangkan pada saatyang bersamaan, perkebunan-perkebunan tebu, teh,1 Abdurrahman Wahid adalah Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.9

10 Kitab Kuning, Pesan tren, dan Tarekatdan sebagainya telah melahirkan kelompok orang kaya baru di kalangan para petaniMuslim yang taat (santri).Kedua faktor di atas menyebabkan terbukanya jalur pelayaran baru dan munculnyakekuatan ekonomi baru pula, yang pada gilirannya memungkinkan munculnya tradisibaru untuk "menuntut ilmu di tanah suci". Superioritas tradisi keilmuan kaum tarekatNaqsyabandiyah dari Kurdistan, yang telah merajai kawasan Hijaz dalam abad ke-19M, segera dirasakan bekasnya yang sangat mendalam oleh kaum Muslim dari kawasanAsia Tenggara. Keterpautan kaum Muslim Kurdi kepada mazhab Syafi‘i dalam fiqih(hukum agama) membuat mudahnya tradisi keilmuan mereka segera diserap dandisebarluaskan di kalangan ulama Nusantara, yang umumnya juga bermazhab yangsama.Penelusuran Martin van Bruinessen akan pengaruh sangat kuat dari para ulamaKurdi dalam pengembangan tradisi keilmuan Islam klasik di kawasan Asia Tenggara,melalui kajiannya yang mendalam tentang silsi- lah keilmuan (intellectual genealogy)dan studi kritis atas buku-buku teks yang diajarkan di pesantren-pesantren sejak duaabad terakhir (ke-19 dan 20 M), menunjukkan betapa besarnya vitalitas cara-caratradisional dalam menularkan ilmu pengetahuan yang diyakini oleh sebuah gene- rasikepada generasi berikutnya.Dilihat dari pemetaan berkembangnya tradisi keilmuan Islam klasik yangdilakukan atas kawasan Asia Tenggara itu saja, dengan keberha- silannyamengungkapkan sumber-sumber tradisi itu sendiri di tanah Kurdistan, Martin vanBruinessen telah memberikan sumbangan sangat besar kepada kajian Islam di kawasanini. Ia telah berhasil melepaskan tradisi keilmuan itu dari bayang-bayang para ilmuwansebelumnya, se- misal Drewes dengan referensi langsung kepada masa Wali Songo, sebuah upaya memjuk yang sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun pencariankebenaran ilmiah yang dilakukan Martin van Bruinessen itu tidak hanya berhenti disitu. Ia masih belum puas dengan temuannya tentang alur-alur sejarah keilmuan yangditemukannya. Ia

Martin van Bruinessen dan Pencariannya 11juga masih berusaha menemukan keterkaitan antara berbagai aspek tradisi tersebut.Wataknya yang terus mempertanyakan apa-apa yang telah dianggap sebagaikemapanan ilmiah membuatnya terus bertanya dan memperta- hankan segala sesuatu.Ia mempertanyakan kebenaran anggapan bahwa pondok pesantren dengan kurikulumyangdikenal sekarang, dengan 14 cabang kajian yang disilabuskan oleh ImamJalaluddin Al-Suyuthi dalam Itmam Al-Dirayah, memang telah ada sejak zaman WaliSongo (abad ke-15 dan 16 M) itu. Telusuran Martin yang membawanya kepadasumber-sum- ber literatur keratonJawa (seperti Serat Centhini) dan arsip-arsip KolonialBelanda tentang tanah Perdikan, akhirnya membawanya kepada kesim- pulan bahwakurikulum universal yang digunakan kalangan pesantren saat ini berasal dari permulaanabad ke-19 M, dan bersumber pada dominasi tradisi keilmuan Islam di tanah Hijaz olehpara ulama Kurdi.Dengan demikian kita lalu mengetahui bahwa untuk waktu hampir dua abadlamanya, para "ulamajawi" telah menyerap tradisi dari kawasan Timur Tengah itu,untuk dijadikan standar baku bagi kawasan tanah asal mereka di Kepulauan Nusantara.Nama-nama besar seperti Syekh Arsyad Banjar, Syekh Abdul Karim Banten, SyekhAbd Al-Shamad Palembang, Syekh Saleh Darat di Semarang, Syekh Abd Al-MuhyiPamijahan di Tasikmalaya, Syekh Mahfudz Termas di Pacitan, Syekh KhalilBangkalan, dan Syekh Hasyim Asy'ari Tebuireng di Jombang merupakan perwakilanutama "tradisi Kurdi" di Kepulauan Nusantara. Namun, tidak hanya berhenti di situsaja proses perkembangan tradisi keilmuan kajian Islam di kawasan ini. Martin vanBruinessen juga menunjuk kepada penalaran kreatif oleh para "ulama Jawi" tersebut,seperti tertuang dalam karya- karya tulis mereka yang telah diterbitkan maupun yangbelum. Ratusan judul karya mereka telah berhasil dihimpun dalam sebuah kepustakaan"kitab kuning pesantren" oleh Martin van Bruinessen, yang tentunya nanti akanberlanjut hingga menjadi ribuan judul, manakala upaya pencarian tetap diteruskan.Penelusuran Martin van Bruinessen atas isi karya-karya tulis para "ulama Jawi" itumembawanya kepada sebuah pengenalan yang unik akan respon adaptif dan kreatifoleh para ulama tersebut terhadap tantangan modernisasi yang dibawakan olehperadaban modern dalam dua abad terakhir ini. Salah satu topik yang diliputnya adalahperubahan pandangan akan tempat dan peranan perempuan dalam kehidupan kaumMuslim di kawasan ini. Ditunjukkannya betapa luas jangkauan perubahan dalampandangan para ulama dan kaum Muslim pada umum- nya tentang hak-hak dan posisiperempuan di kawasan ini, khususnya di Indonesia. Melalui telaah akan cara-cara parailmuwan, ulama, dan para aktivis gerakan wanita Muslim di negeri ini dalammerumuskan posisi wanita dalam kehidupan itu, Martin van Bruinessen menunjukkepada kemajuan besar yang telah dicapai di kawasan ini. Namun ini juga mencatatmasihjauhnya cara-cara tersebut dari pemenuhan yang tuntas akan kebutuhan yangsangat terasa untuk memajukan hak-hak dan peranan para wanita Muslim secarakeseluruhan. Melalui serangkaian hipotesis yang dikemukakannya dalam salah satutulisan pada buku ini, Martin van Bruinessen memetakan jalan apa yang seharusnyaditempuh lebih jauh oleh para pemikir Muslim dalam konteks tersebut.Namun perhatian Martin van Bruinessen tidak hanya terkait dengan masalahmasalah kontemporer belaka. Ia juga menoleh ke belakang, ke sejarah masa lampau

12 Kitab Kuning, Pesan tren, dan TarekatIslam di negeri ini. Telaahnya akan tradisi ziarah ke makam Syekh Jamaluddin AlKabir bin Husain, atau di sementara lokasi dikenal dengan sebutan makam SyekhJumadil Kubra, membawa Martin van Bruinessen kepada hipotesis tentang pernahberkembangnya tarekat Kubrawiyah di negeri ini. Tarekat yang berwatak perlawananpolitik terhadap kekuasaan yang dianggapnya lalim itu hingga kini pun masih dilarangberkembangdi Turki, sehingga sangatlah menarik untuk melihat kemungkinanrekonstruksi masa lampau sejarah Islam di kawasan ini melalui pendekatan hipotesisitu. Kemampuan melihat proses yang berlangsung secara lintas sektoral dan lintaswaktu itu, dengan kejelian-kejelian melihat berbagaifenomena dengan kerumitankonfigu- rasinyayang sangat tinggi tanpa kehilangan kejernihan pemikiran sama sekali,membuat telaah yang dilakukan Martin van Bruinessen sebagai sebuah prosesrekonstruksi sejarah masa lampau bangsa kita sebagai sesuatu yang sangat hidup.Tampak dari apa yang diuraikan di atas bahwa sejarahwan umat Islam yangberasal dari negeri Kincir Angin ini memiliki jangkauan sangat luas dan refleksi sangatdalam akan kondisi kehidupan kaum Muslim sendiri. Sebagai pewaris tradisi kajianetnografis Belanda, yang terkenal dengan kedalaman refleksi, menunjukkan banyaknyadata yang diolah Martin van Bruinessen untuk sampai kepada kesimpulan-kesim- pulanyang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Kesabaran para ambtenar kolonialBelanda yang mencatat segala sesuatu dengan sangat setia, harus diimbangi dengankeberanian melakukan refleksi terus- menerus, yang hasilnya tentu akan bermanfaatbagi kita semua. Dari sudutinilah saya rasa betapapenting peranan kajian yangdilakukan oleh para pakar, semisal Martin van Bruinessen, dalam menggugah dayatahan umat Islam dari gempuran internal dan eksternal.10-10-1994

tilBAGIAN PERTAMAPENDIDIKAN TRADISIONAL ISLAM DIINDONESIAPESANTREN DAN KITAB KUNING:KESINAMBUNGAN DAN PERKEMBANGANTRADISI KEILMUAN ISLAM DI INDONESIASalah satu tradisi agung ("great tradition) di Indonesia adalah tradisipengajaran agama Islam seperti yang muncul di pesantren Jawa dan lembagalembaga serupa di luar Jawa serta Semenanjung Malaya. Alasan pokokmunculnya pesantren ini adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional

14 Kitab Kuning, Pesan tren, dan Tarekatsebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abadyang lalu. Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia sebagai kitab kuning. Jumlah teksklasik yang diterima di pesantren sebagai ortodoks (al-kutub al-mu‘tabarah)pada prinsipnya terbatas. Ilmu yang bersangkutan dianggap sesuatu yang sudahbulat dan tidak dapat ditam- bah; hanya bisa dipeijelas dan dirumuskan kembali.Meskipun terdapat karya-karya baru, namun kandungannya tidak berubah.Kekakuan tradisi itu sebenarnya telah banyak dikritik, baik oleh peneliti asingmaupun oleh kaum Muslim reformis dan modernis.Pesantren (atau pondok, surau, dayah dan nama lain sesuai daerah- nya)bukaolah satu-satunya lembaga pendidikan Islam. Dan tradisi yang muncul ituhanyalah satu dari beberapa aliran Islam Indonesia masa kini. Aliran-aliranmodernis, reformis dan fundamentalis yang pada mulanya muncul sebagaipenentang terhadap tradisi ini, dalam kadar terentu bahkan juga telahberkembang menjadi tradisi lain yang tidak kalah kakunya. Perhatian saya dalamtulisan ini adalah pada Islam tradisonal, meskipun pembatasan secara ketat untuktidak membicarakan beberapa kelompok terakhir—yang dengannya selaluterjadi interaksi—tidak mungkin dapat dilakukan, dan pada tahun-tahun terakhirini terlihat adanya konvergensi dengan kelompok-kelompok tersebut. Organisasikaum reformis Muhammadiyah, misalnya, sekarang mempunyai pesantren, dimana di samping ada kurikulum sekolah, juga diajarkan kitab- kitab klasikberbahasa Arab (meskipunseleksi kitab-kitab klasiknya berbeda dengan1pesantren tradisional). Di hampir semua pesantren, pada sisi lain, teijadipergeseran penekanan dalam materi kitab-kitab tradisional, yang tampaknyaakibat pengaruh modernisme. Tafsir, hadit ? dan ushul al-fiqh mendapatperhatian lebih besar dibandingkan seabad yang lalu—sebuah perkembanganyang paralel dengan (dan mungkin sebagai respon atas) semboyan kaummodernis "Kembali kepada Al- Quran dan hadis."Menggambarkan TradisiUnsur-unsur kunci Islam tradisional adalah lembaga pesantren sen- diri,peranan dan kepribadian kiai (ajengan, tuan guru, dan lain seba- gainyatergantung daerahnya) yang sangat menentukan dan karisma- tik—karismatikpersis sebagaimana dalam pengertian Weberian. Sikap hormat, takzim dankepatuhan mutlak kepada kiai adalah salah satu nilai pertama yang ditanamkanpada setiap santri. Kepatuhan itu diperluas lagi, sehingga mencakuppenghormatan kepada para ulama sebelumnya dan, a fortiori, ulama yangmengarang kitab-kitab yang dipelajarinya. Kepatuhan ini, bagi pengamat luar,tampak lebih penting daripada usaha menguasai ilmu; tetapi bagi kiai hal itumerupakanbagian integral dari ilmu yang akan dikuasai. HasyimAsy 2an,foundingfather'N\J, misalnya dikenal sangat mengagumi tafsirMuhammad ‘Abduh, namun ia tidak suka santrinya membaca kitab tafsirtersebut. Keberatannya bukan ter- hadap rasionalisme ‘Abduh, tetapi ejekan2Sebelum Muhammadiyah mempunyai pesantren sendiri, sudah ada beberapa pesantren yang berorientasireformis, dan yang paling terkenal di antaranya adalah Pesantren Modern Gontor (Casdes 1965).Tinjauan singkat tentang berbagai jenis pesantren di Jawa Timur pada 1970- an ditemukan dalam artikelMoeslim Abdurrahman (1981).

Pendidikan Tradisional Isla m di Indonesia 15yang ditunjukkannya terhadap ulama tradisional.Meskipun materi yang dipelajari terdiri dari teks tertulis, namunpenyampaian secara lisan oleh para kiai adalah penting. Kitab dibacakan keraskeras oleh kiai di depan sekelompok santri, sementara para santri yangmemegang bukunya sendiri memberikan harakat sebagaimana ba- caan sangkiai dan mencatat penjelasannya, baik dari segi lughawi (ba- hasa) maupunma'nawi (makna). Santri boleh jadi mengajukan per- tanyaan, tetapi biasanyaterbatas pada konteks sempit isi kitab itu. Jarang sekali ada usahamenghubungkan uraian-uraian kitab dengan hal-hal konkret, atau situasikontemporer. Kiai jarang menanyakan apakah santri benar-benar memahamikitab yang dibacakan untuknya, kecuali pada tingkat pemahaman lughawi.Kitab-kitab yang bersifat pengantar sering dihapalkan, semen tara kitab-kitabadvancedh&nya dibaca saja dari awal sampai akhir. (Namun, dalam lingkungankecil tamatan pesantren, ada diskusi kitab untuk mencari relevansi kekiniannya,baik secara his- toris maupun kultural). Barangkali, mayoritas pesantrensekarang men- jalankan s

Bahasan Utama dalam Kitab Fiqih Pilihan — 126 3. Daftar Kitab Tata Bahasa Arab, Tajwid, dan Logika — 149 4. Daftar Kitab Akidah (Ushuluddin dan Tauhid) — 155 5. Daftar Kitab Tafsir Al-Quran — 158 6. Daftar Kitab Hadis Dan Ilmu Hadis — 160 7. Daftar Kitab Tasawuf dan

Related Documents:

an proposal dan penulisan skripsi, terutama yang menyangkut segi segi teknis penulisan. Sekalipun Keputusan Rektor IAIN Sunan Kalijaga Nomor 117 Tahun 1993 telah menetapkan berbagai ketentuan tentang proses dan prosedur pembuatan skripsi di lingkungan UIN Sunan Kalijaga, namun masih banyak hal yang perlu dijabarkan dan dijelaskan lebih lanjut me

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta didasarkan pada konteks yang diurutkan mulai dari tingkat lokal, regional, nasional dan global. Misalnya skripsi dengan judul: “Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Pada Siswa SMK Negeri Maju Terus Pantang Mundur Di Yogyakarta.

Assurance (QA) UIN Sunan Kalijaga, pencantuman rincian tugas, persyaratan, hak dan kewajiban untuk pembimbing dan penguji serta penjelasan sanksi atas pelanggaran ketentuan- ketentuan akademik dan administrasi. . skripsi di atas telah mencakup unsur (a) tema atau variabel penelitian, yaitu; Materi Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Arab Tahun .

2-11. Peraturan Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Nomor: Un.O7 / I /PP.OO.9 /SK/ 13.AlP /2016 tentang Teknis Pelaksanaan Pembayaran, Penambahan, dan Pengurangan Remunerasi Pegawai Badan Layanan Umum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya; 12. Keputusan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Nomor 92 Tahun 2017, tanggal 18 Januari 2Ol7 tentang Beban Kerja Remunerasi

digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—byKac.id digilib.uin—by.ac.id

DISABILITAS Jurnal FIHRIS Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Vol. 15 No. 1 Th. 2020. ISSN : 1978- . Penyebar Hoaks Menurut Q: S Al-Hujurat & An-Nur Tadwin : Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Prodi Ilmu . Taqdim dalam al-Quran: Kajian Fungsi (Kajian Balaghah). Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Tempurejo

Dalam konteks yang demikian tidak mengherankan jika kesenian . Sedangkan Gagrak/Gagrag dan tokoh dalam Wayang kulit Cirebon merupakan contoh peralihan dari wayang zaman Hindu-Buddha ke wayang zaman . Sejarah perkembangan wayang tidak lepas dari peranan Sunan Kalijaga. Di mata masyarakat Islam, wayang dan Sunan Kalijaga tidak bisa .

Text and illustrations 22 Walker Books Ltd. Trademarks Alex Rider Boy with Torch Logo 22 Stormbreaker Productions Ltd. MISSION 3: DESIGN YOUR OWN GADGET Circle a word from each column to make a name for your secret agent gadget, then write the name in the space below. A _ Draw your gadget here. Use the blueprints of Alex’s past gadgets on the next page for inspiration. Text and .