PENGARUH ORIENTASI FASHION DAN KEPRIBADIAN PUSAT .

3y ago
23 Views
2 Downloads
800.46 KB
18 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Asher Boatman
Transcription

PENGARUH ORIENTASI FASHION DAN KEPRIBADIAN PUSATPERBELANJAAN TERHADAP NILAI PEMBELANJAANKONSUMEN DAN NIAT BERLANGGANANDI PUSAT PERBELANJAAN PAKUWONMALL SURABAYAARTIKEL ILMIAHDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat PenyelesaianProgram Pendidikan SarjanaProgram Studi ManajemenOleh :NAALA NUR FAUZIYYAH2014210210SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANASSURABAYA2018

THE EFFECT OF FASHION ORIENTATION AND MALL PERSONALITYTOWARDS CONSUMER SHOPPING VALUE AND MALL PATRONAGEINTENTION IN THE SHOPPING CENTER OFPAKUWON MALL SURABAYANaala Nur Fauzziyahe-mail : 2014210210@students.perbanas.ac.idSTIE Perbanas SurabayaSidowungu Menganti No. 24ABSTRACTThis study discusses the effect of the fashion orientation of Pakuwon Mall Surabaya andfashion orientation that is owned by someone on their shopping value and mall patronageintention. In this study, the analysis technique using Partial Least Square Structural EquationModeling (PLS-SEM). The results of this study revealed that there is a significant influenceof fashion orientation that existed at the Pakuwon mall Surabaya and mall personality visitorstowards their shopping value and the mall patronage intention so that mall management mustnotice to the response that given from visitors.Keyword: Fashion Orientation; Mall Personality; Shopping Value; Mall Patronage IntentionPENDAHULUANSebagai salah satu kota besar di Indonesiakhususnya Kota Surabaya mulai diwarnaidengan gaya hidup yang baru. Hal iniditandai dengan munculnya berbagai pusatkeramaiansepertihalnyapusatperbelanjaan. Orang tidak hanya sekedarberbelanja kebutuhan saja seperti halnya dipasar tradisional, namun sudah menjadikanbelanja sebagai bagian dari kegiatanrefreshing. Pusat perbelanjaan atau biasadisebut dengan mall adalah sebuahbangunan yang secara asrsitektur memilikiruangan yang tertutup dengan suhu yangdiatur dengan nyaman. Pusat perbelanjaanjuga dapat diartikan sebagai komplekspertokoan yang dapat dikunjungi untukmembeli atau sekedar melihat-lihat danmembandingkan barang-barang sertamemiliki sebuah fasilitas yaitu toko-tokoyang menyediakan barang-barang yangdibutuhkan oleh masyarakat untukmemenuhi gaya hidup dan kebutuhanekonominya.Gaya hidup belanja sudah menjadi trendmasyarakat perkotaan. Jakarta yangdulunya menjadi kota dengan presentasebelanja online tertinggi, sekarang bukanlagi, padahal Jakarta sempat dijulukisebagai Ibu Kota e-Commerce di TanahAir. Sebagai gantinya, posisi nomer satu inidi duduki oleh Kota Surabaya. Riset jugamencatat, separuh konsumen belanja onlinedi Indonesia kerap mengunjungi eCommerce. Head of e-Commerce GoogleIndonesia Henky Prihatna mengungkap,“Persentase belanja online di Ibu Kotakini cuma menyentuh 66 persen, sementaraitu, Surabaya yang menjadi jawara kotadengan persentase belanja online 6.com, 2017). Lonjakanpersentase belanja online dikarenakanperubahan perilaku pengguna yangbiasanya berbelanja online dari komputer,kini beranjak ke perangkat mobile.Smartphone lebih mudah digunakan tinggalone-click away, langsung dapat dibeli1

barangnya tanpa perlu berbelanja di pusatperbelanjaan.Niat berlangganan dipusat an tertentu, keinginan untukkembali berkunjung ke pusat ikan pusat perbelanjaantersebut kepada orang lain. Lingkunganpusat perbelanjaan yang efektif akanmeningkatkan nilai belanja dan akanmempengaruhi konsumen untuk terlibatlebih dalam perilaku pendekatan yaitudengan berlangganan dipusat perbelanjaantersebut. Selain itu, mereka yangmengalamiaktivitasbelanjayangmenyenangkan lebih mungkin untukmenunjukkan niat berlangganan.Pusat Perbelanjaan di Kota Surabayasemakin bermunculan, hal ini timbulberdasarkan kebutuhan masyarakat kota.Berbagai macam produk dari makanan,pakaian sampai kebutuhan rumah tanggatersedia di pusat perbelanjaan. Tingginyaminat masyarakat ke pusat perbelanjaanmembuatpengusahaberamai-ramaimembuka gerai di pusat perbelanjaanSurabaya. Tidak heran jika seperti kotaSurabaya bermunculan pusat perbelanjaanmodern dan megah. Salah satunya adalahSupermal Pakuwon Indah (SPI). PakuwonMall (sebelumnya bernama SupermalPakuwon Indah atau biasa disingkat SPI)adalah pusat perbelanjaan terbesar diSurabaya dengan luas NLA sebesar180.000 m2. Pusat perbelanjaan iniberdampingan dan menyatu denganPakuwon Trade Center (atau biasadisingkat PTC). Pusat perbelanjaan initerletak di Jalan Puncak Indah Lontar no 2,Kompleks Perumahan Pakuwon Indah,Kecamatan Lontar, Kelurahan Sambikerep,Surabaya dan merupakan bagian dariPakuwon Indah Superblock dengan totalluas 30 hektar, tepat di pusat SurabayaBarat.Pusat perbelanjaan ini pertama kaliberoperasi pada bulan November 2003 dibawah naungan Pakuwon Permai, anakperusahaan dari PT Pakuwon Jati Tbk, duatahun setelah Pakuwon Group mendirikanTunjungan Plaza 4. Pusat perbelanjaan initerdiri atas 6 lantai di Pakuwon Mall,sedangkan di PTC hanya terdiri atas 3lantai. Pakuwon Mall diklaim sebagai yangterbesar dan termegah di Indonesia.Pakuwon Mall memiliki konsep mixedused concept, dimana di areal ini terdapatmall, kondominium, dan hotel. PakuwonMall juga menawarkan one stop livingconcept, yang terdiri dari SupermalExtension, Supermal Mansion, The RitzMansion, Orchard Mansion, TanglinApartment, serta hotel bintang 5. Tak hanyaitu, Pakuwon Mall juga menyediakan onestop place untuk melayani kehidupanmodern termasuk pusat belanja, termasukkuliner dan pusat hiburan untuk keluarga.Perkembangan fashion di Indonesia sudahsangat pesat, yang diikuti dengan tren yangsilih berganti. Fashion juga mempengaruhiapa yang orang kenakan, bagaimana gayahidup orang itu dan kepribadian orang padaumumnya fashion selalu dikaitkan dengan“mode” cara berpakaian yang lebih barudan up to date. Cara berpakaian yangmengikuti fashion juga memperlihatkankepribadian dan idealisme seseorang.Pakuwon Mal sebagai salah satu destiasiterbesar untuk berbelanja membuka brandfashion ternama dari jepang yaitu Uniqlodan untuk brand kosmetik Pakuwon Malljugamemberikanfasilitaskepadakonsumen di Surabaya untuk bisamenikmati brand asal Prancis yaituSephora, yang pertama kali hadir diSurabaya, brand asal Jepang yang pertamakalinya hadir di Surabaya adalah LCWaikiki & Uniqlo. Selain itu untuk brandbrand terkenal lainya sepertiZara,Pull&Bear, Sogo, Matahari, H&M untukpertama kalinya hadir di Surabaya.Alasan pelanggan mengunjungi suatu mallterbentuk karena citra pertama yang dibuatoleh pengelola pusat perbelanjaan tersebut.Salah satu faktor yang dapat mempengaruhikepribadian yang dimiliki oleh suatu pusatperbelanjaan adalah orientasi fashion daripengunjung (Rahman et al., 2016:156).Pembeli yang sangat berorientasi fashion2

memperoleh nilai belanja yang lebih tinggitidak hanya secara langsung daripengalaman belanja itu sendiri, tetapi jugadari persepsi positif mereka terhadapkepribadian pusat perbelanjaan. Nilaibelanja konsumen mempengaruhi niatberlangganan pada pusat perbelanjaanmereka, khususnya di kalangan paraadopter awal dalam fashion.Untuk memaksimalkan ruang produktivitasdan peluang penjualan dalam pusatperbelanjaan, sangat penting bagi pemilikmall, operator dan manajer toko untukmendapatkan pemahaman yang baiktentang perilaku konsumen saat ini. Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh dari orientasi fashion dankepribadian pusat perbelanjaan terhadapnilai pembelanjaan konsumen dan niatberlangganan di pusat perbelanjaan.Dengan adanya penelitian ini dapatdiketahui bagaimana perilaku pelanggan diSurabaya yang sering berkunjung ke mall.KERANGKATEORITISDIPAKAI DAN HIPOTESISYANGOrientasi FashionMenurut Dian Savitri, (2008) dalamMulyana, Syafruddin Chan, (2017:128),mendefiniskan Fashion adalah “gaya yangditerima dan digunakan oleh mayoritasanggota sebuah kelompok dalam satuwaktu tertentu”. Orientasi fashion adalahistilahyangdigunakanuntukmenggambarkan gaya atau pola berbelanjaseseorang dalam beberapa aktivitas, minat,dan opini dari proses berbelanja tersebut(Moschis, 1992 dalam Osmud Rahman,Ken Kwong-Kay Wong, Hong Yu,2016:156). Penelitian sebelumnya telahmengungkapkan bahwa orientasi belanjaadalah membangun multidimensi terdiridari motivasi pribadi, ekonomi, sosial, danhiburan (Kwon, 1991; Shim danKotsiopulos, 1993; Visser dan du Preez,2001 dalam Osmud Rahman, Ken KwongKay Wong, Hong Yu, 2016:156). OrientasiFashion menurut Gutman dan Mills, (1982)dalam Osmud Rahman, Ken Kwong-KayWong, Hong Yu, (2016:156), terdiri dariempat faktor yaitu kepemimpinan fashion,ketertarikanfashion,pentingnyaberpakaian dengan baik, dan sikap antifashion.Kepribadian Pusat PerbelanjaanMenurutTatikSuryani,2013:47kepribadian sering diartikan sebagaikarakteristik individual yang merupakanperpaduandarisifat,tempramen,kemampuan umum dan bakat yang dalamperkembanganyadipengaruhiolehinteraksi individu dengan lingkunganya.Kepribadian juga diartikan sebagaikarakteristik yang ada dalam diri individuyang melibatkan berbagai proses psikologiyang akan menentukan kecenderungan danrespon sesorang terhadap. DepartmentStore personality adalah sebuah persepsipada atribut Department Store yangmemiliki pengaruh terhadap perilakukonsumen dan meningkatkan citraDepartment Store agar berbeda dari yanglain, yang memiliki tingkat kompetitif yangmemberikan keunggulan dari pengalaman,serta analisa perilaku konsumen yangmendalam berperan penting untukmendatangkanpengunjung(Michon,Chebat, & Turley, 2005; Wong, 2012dalam Mulyana, Syafruddin Chan,2017:128).Ketulusan,kegembiraan,kompetensi, kecanggihan, dan soliditasmerupakan ciri-ciri kepribadian yangditemukan oleh (Aaker 1997 dalam RichardMichon Jean Charles Chebat Hong YuLinda lemarie, 2015:5). Pusat .Kecanggihandapatdigambarkan sebagai tren, elegan, kelastinggi, selektif, gaya dan kelas atas.Nilai Pembelanjaan KonsumenMenurut Philip Kotler & Kevin LaneKeller, 2016:14 nilai adalah kombinasikualitas, pelayanan, dan harga yang disebutjuga tiga elemen nilai pelanggan. Nilaiadalah konsep yang sentral perannya dalampemasaran. Kita dapat memandangpemasaransebagaikegiatan3

mengidentifikasi,menciptakan,danmemantau nilai pelanggan. Kepuasanmencerminkan penilaian seseorang tentangkinerja produk atau hasil dalam kaitanyadengan ekspektasi. Nilai belanja ataushopping value merupakan suatu kegiatanbelanjayangdisebabkanuntukmemperoleh nilai (value) seperti yangdiakibatkan karena adanya discount,promosi penjualan dan lain sebagainya.Pada dasarnya konsumen mengharapkanmemperoleh nilai yang terbaik darikegiatan belanja mereka (Chan, 2015 dalamMulyana, Syafruddin Chan, 2017:129).Osmud Rahman, Ken Kwong-Kay Wong,and Hong Yu (2016:156) mendefinisikanShopping value (nilai belanja) adalah“sebuah cara bagi konsumen untuk menilaikelayakan dari pengalaman berbelanja yangkonsumen rasakan".Aktivitas belanja dapat menghasilkanmanfaat hedonis dan utilitarian bagikonsumen. Nilai-nilai utilitarian seringdisebut sebagai manfaat fungsional,instrumental, dan praktis, sedangkan nilainilai hedonis merujuk pada orang-orangyang berestetika, hanya pengalamanemosional, dan yang berhubungan dengankesenangan (Batra dan Ahtola 1990;Chitturi et al, 2007; Dhar dan Wertenbroch2000 dalam Osmud Rahman, Ken KwongKay Wong, Hong Yu, 2016:156). Manfaatutilitarian dapat diperoleh melaluipemecahan masalah atau hasil yang nyataatau obyektif, sedangkan manfaat hedonissering diwujudkan melalui pemenuhan dirikonsumen (Triandis, 1977 dalam OsmudRahman, Ken Kwong-Kay Wong, HongYu, 2016:157).NiatBerlangganandiPusatPerbelanjaanOsmud Rahman, Ken Kwong-Kay Wong,and Hong Yu (2016:157) mendefinisikanniat berlangganan dipusat perbelanjaan(mall patronage intention) sebagai“Kesetiaan terhadap pusat ng ke pusat perbelanjaan tersebut,dan keinginan untuk merekomendasikanpusat perbelanjaan tersebut kepada oranglain”. Niat berlangganan konsumendidefinisikan sebagai “Niat konsumenuntuk berperilaku dengan cara tertentuyang berkaitan dengan menghabiskanwaktu fasilitas belanja, berinteraksi denganrekan penjual dan produk, dan mungkinmembeli produk dan jasa” (Donovan &Rossiter, 1982 dalam Richard Michon JeanCharles Chebat Hong Yu Linda lemarie,2015:1). Lingkungan pusat perbelanjaanyangefektifkemungkinanakanmeningkatkan nilai belanja dan pengaruhkonsumen untuk terlibat lebih dalam dalamperilaku pendekatan yaitu dengan tinggallebih lama di mal. Selain itu, mereka yangmengalami perjalanan belanja yangmenyenangkan lebih mungkin untukmenunjukkan niat berlangganan (Stoel etal, 2003 dalam dalam Richard Michon JeanCharles Chebat Hong Yu Linda lemarie,2015 : 17).Pengaruh Orientasi Fashion terhadapNilai Pembelanjaan KonsumenNilai belanja terdiri dari variabel indikatoryang berhubungan dengan "utilitarian" dan"hedonic" nilai-nilai belanja. Dengan katalain, nilai belanja adalah cara bahwakonsumen menilai layak pengalamanbelanja mereka, termasuk faktor-faktorbaik utilitarian dan hedonis. Penelitiansebelumnya Kang dan Park-Poaps, (2010)dalam Osmud Rahman, Ken Kwong-KayWong, Hong Yu, (2016:156) menunjukkanbahwa orientasi fashion terkait dengan nilaibelanja,termasukkomponenbaikutilitarian dan hedonis. Ini berarti bahwaindividu mungkin mencari atau memilihlingkungan belanja tertentu atas dasar niatfashion mereka. Namun, penting untukdicatat bahwa nilai-nilai utilitarian danhedonis tidak harus dilihat sebagai duamotif menentang belanja (Michon et al.,2007, 2015:156). Dalam banyak kasus,mereka positif berkorelasi dan salingmelengkapi. Michon dan Chebat (2004)dalam Osmud Rahman, Ken Kwong-KayWong, Hong Yu, (2016:156) menunjukkan,pembeli hedonis juga termotivasi oleh4

tujuan belanja yang dirasakan. Atas dasartemuan ini, manfaat utilitarian dan hedonisbisa memainkan bagian yang penting dalamperilaku pembeli, dan masuk akal untukmenyarankan bahwa konsumen yangberorientasi fashion sangat mempengaruhinilai belanja. Berdasarkan uraian tersebutmaka dapat dirumuskan hipotesis sebagaiberikut:Hipotesis 1: Orientasi fashion berpengaruhsignifikan terhadap nilai pembelanjaankonsumenPengaruh Orientasi Fashion terhadapKepribadian Pusat PerbelanjaanGoldsmith et al (1991) dalam OsmudRahman, Ken Kwong-Kay Wong, HongYu, (2016:156) telah menemukan bahwa“Para pemimpin fashion cenderungberlangganan dipusat perbelanjaan lebihsering daripada konsumen lainnya”.Pembeli dengan orientasi fashion tinggilebih mungkin untuk berbelanja didepartment store kelas atas (Gutman danMills, 1982 dalam Osmud Rahman, KenKwong-Kay Wong, Hong Yu, 2016:156).Studi lain dari kepribadian fashion retaileryang dilakukan di Belgia Brengman danWillems, (2009) dalam Osmud Rahman,Ken Kwong-Kay Wong, Hong Yu,(2016:156) juga menemukan bahwa“Pernyataan perkonsumen terhadap pusatperbelanjaandipengaruhiolehkepribadiannya”. Jadi, lingkungan pusatperbelanjaan memainkan peran pentingdalam perilaku dan pengalaman daripembeli yang berorientasi fashion (Michonet al., 2007 dalam Osmud Rahman, KenKwong-Kay Wong, Hong Yu, 2016:156).Dengan kata lain, persepsi konsumenterhadappusatperbelanjaanbisaberhubungan erat dengan respon afektifmereka terhadap berbagai rangsanganasosiatif, termasuk atribut yang terkaitdengan kepribadian pusat perbalanjaanmisalnya, kecanggihan dan soliditas.Berdasarkan uraian tersebut maka dapatdirumuskan hipotesis sebagai berikut:Hipotesis 2: Orientasi fashion berpengaruhsignifikan terhadap kepribadian anjaanterhadapNilaiPembelanjaan KonsumenNilai-nilai utilitarian sering disebut manfaatfungsional, instrumental, praktis, dan tugasterkait, sedangkan nilai-nilai hedonismerujukpadaorang-orangyangberhubungan pada estetika, pengalaman,emosional, dan kesenangan (Batra danAhtola 1990;.Chitturi et al, 2007 ; Dhar danWertenbroch 2000 dalam Osmud Rahman,Ken Kwong-Kay Wong, Hong Yu,2016:156). Manfaat utilitarian dapatdiperoleh melalui pemecahan masalah atauhasil yang nyata / obyektif, sedangkanmanfaat hedonis sering diwujudkan melaluipemenuhan diri konsumen / gratifikasi(Triandis, 1977 dalam Osmud Rahman,Ken Kwong-Kay Wong, Hong Yu,2016:157). Kedua jenis nilai yang bergunadalammenggambarkanpengalamanbelanja dan manfaat (Babin et al, 1994;Rahman et al, 2010 dalam Osmud Rahman,Ken Kwong-Kay Wong, Hong Yu,2016:157). Dalam konteks lingkunganpusat perbelanjaan ritel atau belanja,pembeli tidak hanya fokus pada aspekutilitarian seperti kemudahan yang merekadapat mengakses dan menavigasi mal,tetapi juga mencari keuntungan hedonic,seperti suasana dan pengalaman atmosfer.Dengan kata lain, nilai-nilai utilitarian danhedonis belanja sering hidup berdampingandalam lingkungan belanja ritel. Dengandemikian, adalah dapat disimpulkan bahwakepribadian pusat perbelanjaan bisamempengaruhi nilai belanja yang dirasakansecara keseluruhan. Penelitian sebelumnyaFischer dan Arnold (1990) dan Sherry(1990) Osmud Rahman, Ken Kwong-KayWong, Hong Yu, (2016:157) telahmengindikasikan bahwa “Pengalamanbelanja dapat menghasilkan nilai baikhedonis dan utilitarian”. Michon et al.,(2015:157) menemukan bahwa “Persepsifashion pembelanja mal kecanggihan5

positif dapat mempengaruhi persepsimereka tentang kualitas produk / nilaiutilitarian”. Hal ini masuk akal untukmenyarankan bahwa kepribadian pusatperbelanjaan berhubungan dengan nilaibelanja konsumen. Berdasarkan uraiantersebut maka dapat dirumuskan hipotesissebagai pengaruhsignifikanterhadap nilai pembelanjaan konsumen.PengaruhNilaiPembelanjaanKonsumen terhadap Niat BerlangganandiPusat PerbelanjaanPusat perbelanjaan tertarik membagibagikan brosur kepada pembeli barusementara juga mempertahankan yangsudah ada. Jin dan Kim (2003) dalamOsmud Rahman, Ken Kwong-Kay Wong,Hong Yu, (2016:157) mengemukakanbahwa “Nilai belanja dapat menghasilkantingkat belanja kegembiraan, kepuasan, danketerlibatan misalnya, jumlah waktu danuang yang mereka sediakan untukmenghabiskan di mal”. Dengan demikianoperatormalharusmenyediakanpengalaman belanja yang optimal bagi parapelanggan mereka. Dalam sebuah studievaluasi, Gurel-Atay et al. (2010) dalamOsmud Rahman, Ken Kwong-Kay Wong,Hong Yu, (2016:157) menunjukkan bahwa“Perilaku pendekatan adalah ganan, rekomendasi pelanggandan loyalitas”. Perilaku pendekatan dapatlebih jelas dipahami ketika konsep inidiubah menjadi “perilaku pendekatan” dan“perilaku penghindaran” (Mehrabian danRussell, 1974 dalam Osmud Rahman, KenKwong-Kay Wong, Hong Yu, 2016:157).Perilaku pendekatan yang dipamerkan olehpembeli yang terlibat dan menunjukkanminat dalam mengeksplorasi ambarkan perilaku dari orang-orangyang tidak tertarik dalam mengeksplorasiatau kembali ke lingkungan belanjatertentu, atau tidak mau atau enggan untukmelakukannya. Dalam studi sebelumnyadari toko ritel Yu, 2011;Michon et al,(2007);. Michon et al, (2008) dalam OsmudRahman, Ken Kwong-Kay Wong, HongYu, (2016:157), nilai belanja (termasukaspek baik utilitarian dan hedonis) yangdirasakan oleh konsumen sering dikutipmemiliki dampak penting dan langsungdengan niat berlangganan mereka. Dengankata lain, jika konsumen memilikipengalaman positif dan bermanfaat, merekalebih cenderung untuk berlanggananditempat itu lagi, dan merekomendasikanhal ini kepada orang lain. Berdasarkanuraian diatas maka dapar dirumuskanhipotesis sebagai beikut:Hipotesis 4: Nilai pembelanjaan konsumenberpengaruh signifikan terhadap niatberlangganan dipusat perbelanjaan.Kerangka pemikiran yang mendasaripenelitian ini dapat digambarkan sebagaiberikut :6

Gambar 1Kerangka PemikiranMetode PenelitianKlasifikasi SampelPopulasi adalah adalah keseluruhananggota yang digunakan sebagai obyekpenelitian. Populasi dalam penelitian iniadalah pengunjung di Pakuwon MallSurabaya.Sampel dalam penelitian ini adalahpengunjung di Pakuwon Mall Surabayayang memenuhi karakteristik responden.Penelitian ini me-nggunakan metodepurposive sampling dengan tujuan untukmendapatkan sampel yang representativesesuai dengan kriteria sebagai berikut :1. Berusia minimal 19 tahunMenurut T

manfaat hedonis dan utilitarian bagi konsumen. Nilai-nilai utilitarian sering disebut sebagai manfaat fungsional, instrumental, dan praktis, sedangkan nilai-nilai hedonis merujuk pada orang-orang yang berestetika, hanya pengalaman emosional, dan yang berhubungan dengan kesenangan (Batra dan Ahtola 1990;

Related Documents:

, Pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap pembentukan akhlak peserta didik di SMA Negeri 1 Bubulan Bojonegoro, skripsi, program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci : Kompetensi kepribadian, Guru PAI, Pembentukan Akhla

Telkom. Mata Kuliah Fashion Merchandising mempelajari mengenai Pengertian dan tujuan Fashion Merchandising, Perencanaan Kalender Fashion dan Fashion Marketing yang meliputi fashion communication, fashion promotion, special fashion promotion, fashion

2.2.1. Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika Teori-teori perubahan atas nilai, seleksi, sosialisasi, dan budaya organisasi secara bersama-sama memberikan bukti awal bahwa budaya etis organisasi melakukan perubahan atas nilai personal seseorang di

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh AYU PRATIWI NIM. 13 310 0211 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

nilai ρ 0,05 dan kompetensi kepribadian guru mempunyai pengaruh sebesar 2,7%, terhadap disiplin siswa sedangkan sisanya 97,3% berasal dari faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Kata Kunci : Kompetensi K

2.1 identify fashion proportion and the fashion figure; e.g., proportions, anatomy, fashion elongation 2.2 sketch the human figure to fashion proportions; e.g., blocking, style lines, balance lines 2.3 identify a variety of fashion poses; e.g., full front, profile, pelvic thrust 2.4 sketch one fashion illustration using a rounded figure

Running a fashion design house or managing a fashion label is vastly different to other business industries. Fashion constantly changes, so fashion businesses must change with the fashion, and continuously be offering customers new and exciting things all the time. But what looks and trends does the customer want to buy? What fashion sells, and .

Advanced Engineering Mathematics Dr. Elisabeth Brown c 2019 1. Mathematics 2of37 Fundamentals of Engineering (FE) Other Disciplines Computer-Based Test (CBT) Exam Specifications. Mathematics 3of37 1. What is the value of x in the equation given by log 3 2x 4 log 3 x2 1? (a) 10 (b) 1(c)3(d)5 E. Brown . Mathematics 4of37 2. Consider the sets X and Y given by X {5, 7,9} and Y { ,} and the .