Studi Fertilitas Anggrek Paraphalaenopsis Serpentilingua .

3y ago
42 Views
2 Downloads
202.63 KB
5 Pages
Last View : 11d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Carlos Cepeda
Transcription

BIODIVERSITASVolume 7, Nomor 3Halaman: 237-241ISSN: 1412-033XJuli 200610.13057/biodiv/d070308Studi Fertilitas Anggrek Paraphalaenopsis serpentilingua(J.J.Sm.) A.D. HawkesThe fertility study of Paraphalaenopsis serpentilingua (J.J.Sm.) A.D. HawkesDWI MURTI PUSPITANINGTYAS , SOFI MURSIDAWATI, SUPRIH WIJAYANTIPusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor 16122Diterima: 23 Maret 2006. Disetujui: 10 Mei 2006.ABSTRACTFertility of Paraphalaenopsis serpentilingua (J.J.Sm.) A.D. Hawkes was investigated through experimental pollination. Several methods ofpollen transfer were tested. In general, outcrossing demonstrate a better result compare to intercoss and selfing. This is indicated by seedmorphological appearance and positive respond of germination test. However in the situation where flowers are limited by chance, viableseeds from selfing and intercross pollination can still be expected. The seed capsules reach maturity at 4-5 months after pollination. Seedsof P. serpentilingua showed better development in Hyponex medium. 2006 Jurusan Biologi FMIPA UNS SurakartaKey words: Paraphalaenopsis serpentilingua, fertility.PENDAHULUANParaphalaenopsis spp. merupakan anggrek endemikyang hanya ditemukan di beberapa kawasan terbatas diKalimantan. Di samping kelangkaannya, anggrek inimemiliki nilai ekonomi yang tinggi karena berpotensisebagai induk silangan yang berharga. Di habitat aslinyajenis ini sudah sukar ditemukan sehingga usaha pembudidayaannya harus dilakukan sebelum kepunahannyaterjadi. Untuk mendapatkan anakan, perbanyakan anggreksecara generatif masih merupakan cara yang palingmudah. Dengan cara ini dapat pula diperoleh anakan dalamjumlah banyak dengan keragaman genetik yang tinggi.Umumnya biji anggrek yang viabel dapat diperolehketika polinia suatu jenis anggrek ditransfer kepada stigmayang kompatibel. Untuk menghasilkan biji, kebanyakananggrek di alam telah beradaptasi dengan pola persilangan“outbreeding” (serbuk silang antar bunga dari individutanaman yang berbeda) dengan bantuan seranggapenyerbuknya (Bechtel et al., 1992). Kasus-kasus sepertiself pollination (penyerbukan sendiri) ditemukan terjadipada jenis Epidendrum cochleatum, Bletilla striata, Ophrysapifera serta pada beberapa jenis anggrek Indonesiaseperti Phaius tankervilleae dan Dendrobium stuartii.Anggrek-anggrek self pollination tersebut tanpa bantuanserangga bisa berbuah dan menghasilkan keturunan yangbanyak. Pada kasus anggrek Laelia jongheana, Aeranthesarachnites dan Coelogyne pandurata, transfer polinia antarbunga dari tanaman yang sama tidak menghasilkanterjadinya pembuahan (self infertile) (Walker dan Burke,1988). Biji anggrek tersebut baru dapat diperoleh ketika Alamat korespondensi:Jl.Ir. H.Juanda 13, Bogor 16003Tel. 62-251-332518. Fax.: 62-251-322187e-mail: puspita@bogor.netpollen ditransfer dari individu tanaman lain yang secaragenetis berbeda (Adams, 1988). Kasus-kasus seperti inispesifik untuk setiap jenis anggrek.Fertilitas berbagai jenis anggrek terutama jenis-jenisanggrek asal Indonesia tidak banyak diketahui. Informasitentang fertilitas suatu jenis anggrek sangat pentingdikuasai untuk dapat memaksimalkan perolehan bijisebagai bahan perbanyakan. Paraphalaenopsis spp.merupakan jenis endemik di Kalimantan yang langka.Melihat statusnya yang endemik, maka dapat diperkirakanbahwa jenis ini tentu memiliki keunikan tersendiri dalam halperilaku berbunga hingga berbuah juga penyebarannya.Pendekatan eksperimental sangat diperlukan untukmengetahui fertilitas anggrek-anggrek endemik Indonesia.Pendekatan ini dilakukan melalui berbagai tipe transferpollen. Dalam tulisan ini akan dibahas hasil eksperimensecara self dan crosss pollination pada P. serpentilingua.BAHAN DAN METODEBahanAnggrek Paraphalaenopsis serpentilingua yang dipakaidalam percobaan ini merupakan koleksi Kebun Raya Bogoryang diperoleh dari hasil eksplorasi maupun pembeliantanaman dari beberapa nurseri anggrek. Masing-masingindividu berada dalam keadaan sehat dengan daun tereteyang berjumlah 3-6 helai. Material tanaman berjumlah 42individu yang diberi label huruf kapital dari A-Z dilanjutkandengan label AA-PP.Cara kerjaPenyerbukan dilakukan pada tanaman yang telah mekarpenuh pada hari ke 0 sampai dengan hari ke 6 setelahmekar, selama bulan Mei 2004 – Maret 2005. Penyerbukandilakukan pada 1 atau 2 individu yang berbunga. Pollinia

B I O D I V E R S I T A S Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 237-241238ditransfer dari anther ke stigma dengan menggunakantusuk gigi steril, dengan metode sebagai berikut: (i) Selfpollination (selfing): pollinia ditransfer ke dalam stigma padasatu bunga dalam satu tanaman. (ii) intercross: polliniaditransfer ke dalam stigma antar dua bunga yang berbedadalam satu tanaman. (iii) Outcross: pollinia ditransfer kedalam stigma antara dua bunga yang berbeda dan berasaldari dua individu erapa faktor berikut: (i) Selfing dilakukan apabila tidakada tanaman induk lain yang berbunga, atau bila dalamsatu tanaman hanya ada satu kuntum atau 3 kuntum bunga(2 kuntum intercross, satu kuntum selfing). (ii) Apabiladalam satu tanaman memiliki 2 kuntum bunga maka akandilakukan persilangan inter-cross (antar 2 kuntum bunga).(iii) Apabila ada 2 tanaman yang berbunga makapenyerbukan dilakukan secara out-cross, yaitu persilangan2 kuntum bunga dari tanaman yang berbeda. Setelahpenyerbukan dilakukan maka perkembangan buah, gugurbuah dan kemasakan buah diamati secara teratur. Setelahbuah masak, dilakukan pengamatan embrio secaralangsung di bawah mikroskop. Uji perkecambahan secarain vitro dalam 4 jenis media dasar (KC, VW, MS danHyponex) dilakukan untuk melihat kemampuan tumbuh bijiyang terbentuk.Dalam penelitian ini penyerbukan bunga dilakukan padapagi hari dengan rentang waktu dari jam 08.00 hingga jam11.00. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bunga yangdiserbuk pada jam-jam tersebut berhasil berkembangmenjadi buah (Tabel 2.), waktu bukan merupakan faktorutama yang mempengaruhi keberhasilan penyerbukan.Keberhasilan pembuahan pada P. serpentilingua, lebihbanyak dipengaruhi oleh masa receptivitas stigma. Prosesperkembangan buah selanjutnya yang akan menentukanpembentukan bernas tidaknya biji.Keberhasilan penyerbukan bunga P. serpentilinguayang dilakukan pada saat bunga mekar pertama kalisampai dengan 8 hari setelahnya menunjukkan bahwapembuahan dapat berhasil pada rentang waktu 0 sampai 6hari setelah bunga mekar (0-6 HSM). Ketika bunga mekarsempurna, putik sudah siap dibuahi. Bunga anggrekumumnya sudah reseptif begitu bunga mekar. Aroma yangdikeluarkan bunga juga merupakan salah satu indikatorbahwa bunga telah siap dibuahi (Rodehamel, 1994; Goh etal., 1982). Di alam hal ini digunakan sebagai salah satustrategi untuk menarik perhatian serangga penyerbuknya(Williams, 1982). Pada P. serpentilingua dari hari pertamamekar aromanya sudah tercium, namun masa receptivestigma diduga paling baik pada hari ke 2-3 setelah mekar,hal ini berkaitan dengan lendir perekat yang lebih lengketbila dibandingkan dengan hari ke-0 pada saat mekar.HASIL DAN PEMBAHASANPerkembangan buahUmumnya hasil penyerbukan pada P. serpentilinguaakan terlihat pada 3-5 hari setelah transfer pollen dilakukan.Bila penyerbukan berhasil, tangkai bunga akan terlihatsegar dan bunga mulai layu. Pada penyerbukan yanggagal, tangkai bunga dan bunganya gugur bersamaan.Bakal biji berkedudukan inferior yaitu terletak dibawahperhiasan bunga dan menyatu dengan tangkai bunga(pedicel). Bila proses perkembangan buah berlanjut makaakan diawali dengan pembengkakan (swollen) gagangbunga. Umumnya panjang buah berkembang pesat antaraminggu ke-1 hingga ke-5 MSP (Minggu SetelahPenyerbukan), kadang-kadang ada pula yang masihmengalami pertambahan panjang setelah minggu ke-6(Gambar 1). Setelah panjang buah mencapai maksimum,tidak lagi terjadi pertambahan ukuran panjang tetapidilanjutkan dengan proses perkembangan dan pematanganbiji dalam buah. Panjang rata-rata buah P. serpentilinguaberkisar antara 3-4 cm, ukuran terpanjang bisa mencapai6,5-7 cm dan terpendek adalah 2,2-2,5 cm. Diameterbuahnya rata-rata antara 0,5-0,7 mbangan bunga P. serpentilinguaMasa berbunga P. serpentilingua terjadi secara sporadis(tidak mengenal musim), hal ini terlihat dari penyebaranmasa berbunganya yang teramati sejak bulan Mei 2004 –Maret 2005. Masa kuncup hingga mekar memerlukan waktuantara 1-2 bulan. Umumnya bunga mekar secara serentak.Masa mekar bunga beragam mulai dari 5 – 11 hari.AxB1AxB2AxCDxAE1E2P1P2PXRXRGGGGRXPXRMBiji yang bernas atau fertil adalah biji yang mengandungembrio, sedangkan biji yang tidak bernas adalah biji yangtidak mengandung embrio. Dari tabel diatas dapat dilihatbahwa dari 41 kali proses transfer pollen, metodepenyerbukan out-cross memberikan keberhasilan palingtinggi dibanding metode lainnya. Tidak semua keberhasilanpenyerbukan didukung perolehan biji yang selalu bernas,hal ini diduga terkait dengan proses perkembangan buah bangan fertilitas biji. Hasil persilangan secara selfingdan intercross masih bisa diharapkan untuk mendapatkanbiji bernas walaupun jauh lebih rendah baik jumlah maupunpeluang keberhasilannya.MKeberhasilan pembentukan buah (kali)PenyerbukanBiji tidakBijigagalbernasbernas1112731511panjang buah ntercross25Outcross2SelfingParaphalaenopsis0Tabel 1. Rekapitulasi hasil persilanganserpentilingua antara Mei 2004 - Maret 2005.MAnggrek P. serpentilingua, mengalami 19 kali masaberbunga dari 42 individu yang diamati. Proses transferpollen dilakukan dengan metode selfing, inter-cross danout-cross. Dari proses penyerbukan diperoleh hasil sebagaiberikut:XIIIIXLLEEkiLLEEkaHHkaGambar 1. Laju pertambahan panjang buah P. serpentilingua.

PUSPITANINGTYAS dkk. – Fertilitas Paraphalaenopsis serpentilinguaApabila dilihat dari morfologi ukuran buah, pada Tabel2. terlihat bahwa tidak sepenuhnya ukuran buah yang besarselalu mengandung biji yang bernas. Buah yang berukurankecil dengan panjang 3-4 cm juga bisa menghasilkan biji-bijiyang bernas. Penampakan morfologi panjang buah tidakbisa dijadikan tolok ukur untuk menilai keberhasilanpembentukan biji yang bernas. Keberhasilan biji bernaslebih banyak ditentukan oleh faktor keberhasilanpenyerbukan itu sendiri. Keberhasilan pembentukan bijiyang bernas umumnya dihasilkan dari persilangan outcrossyaitu persilangan dua bunga dari tanaman yang berbeda.Dari 25 kali persilangan outcross: empat kali gagal, tiga kalimenghasilkan biji tak berembrio dan 15 kali menghasilkanbiji bernas, 10 buah diantaranya sudah berkecambah. Buahyang menghasilkan biji kosong/tak berembrio, bukanA239karena kegagalan outcross tetapi karena buah dipanenmuda (kurang dari 3½ bulan). Pemanenan buah muda padaumur kurang dari 3½ bulan tidak disarankan karenamenghasilkan biji yang steril atau tidak berembrio.Dari 14 kali persilangan secara intercross, hanya tigakali persilangan yang menghasilkan biji bernas, rata-ratapersentase biji bernas sekitar 50%. Dari jumlah ini biji yangsudah berkecambah berasal dari 2 buah persilanganintercross. Sebagai salah satu kasus persilangan padatanaman W, bila disilangkan secara outcross dengantanaman HH, biji yang bernas mencapai 100% tetapi bila diintercross menghasilkan biji yang bernas sekitar 50%.Kematangan biji anggrek P. serpentilingua yang layakdipanen rata-rata dicapai pada umur 4-5 bulan. Hal inidiindikasikan oleh struktur morfologi biji yang sempurna danBCGambar 2. Biji anggrek Paraphalaenopsis serpentilingua. A. Biji berembrio tanaman GG X F (perbesaran 120x). B. Biji berembrio dan takberembrio tanaman W (intercross) (perbesaran 120x). C. Biji tidak berembrio tanaman P (intercross) (perbesaran 120x).ABCDEFGambar 3. Tahapan pertumbuhan biji P. serpentilingua hingga aklimatisasi. A. Perkecambahan biji menjadi protocorm, B. Pertumbuhandan perkembangan protocorm membentuk daun, C. Perkembangan daun dan akar, D. Transplanting untuk penjarangan, E. Pemanjanganakar, daun dan tinggi eksplan, F. Aklimatisasi dari botol ke media pakis.

B I O D I V E R S I T A S Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 237-241240Tabel 2. Masa penyerbukan dan keberhasilan pembuahan P. serpentilingua.SuksesPanjangKecamWaktu panenMediaKeterangan( )/buah Kondisi bijibah(bulan, hari)gagal (-)(cm)AXB (outcross)-kanan11.00 WIB; 3 HSM 171 hari (5 bl 18 hr) 6,5Berisi MSBerkecambah selama 28 hari,masih dalam botolAXB (outcross)-kiri11.00 WIB; 3 HSM 171 hari (5 bl 18 hr) 7Berisi MSBerkecambah setelah 29 hari,masih dalam botolAXC (outcross)-kanan11.00 WIB; 3 HSM 143 hari (4 bl 20 hr) 6,5Berisi MSBerkecambah setelah 30 hari,sebagian eksplan sudahdiaklimatisasi.CXA (outcross)-kiri11.00 WIB; 3 HSM 154 hari (5 bl 1 hr) 6,5Berisi VWBerkecambah setelah 28 hari,masih dalam botol dansebagian sudah diaklimatisasi.BXA (outcross)-kanan11.00 WIB; 7 HSMBXA (outcross)-kiri11.00 WIB; 7 HSMAXD (outcross)08.15 WIB; 8 HSMDXA (outcross)08.15 WIB; 2 HSM 166 hari (5 bl 13 hr) 6,5Berisi MSBerkecambah setelah 30 hari,masih dalam botol.E (selfing) kanan09.15 WIB; 0 HSM 158 hari (5 bl 5 hr) 4Berisi Berkecambah setelah 30 hari,masih dalam botol.E (selfing) kiri09.15 WIB; 0 HSM 158 hari (5 bl 5 hr) 3,5KosongF-1 (selfing)08.15 WIB; 3 HSMGG X F-2 (outcross)09.00 WIB; 2 HSM 96 hari (3 bl 4 hr)4,5KosongMSTidak tumbuh, terlalu mudaF-2 X GG (outcross)09.00 WIB; 2 HSM 96 hari (3 bl 4 hr)4KosongMSTidak tumbuh, terlalu mudaGG X F-1 (outcross)2 HSM 126 hari (4 bl 3 hr) 4Berisi VW, HS, HS berkecambah setelah 21KC, HS hari. VW kontaminasi. KC 3bulan tidak berkecambah,dipindah ke HS berkecambahsetelah 13 hari.R X GG (outcross)10.45 WIB; 1 HSM 136 hari (4 bl 13 hr) 4,2Berisi (tidak Belum HSTidak berkecambah, kualitas100%)biji jelek karena tanaman tidaksehat (daun keriput).GG X R (outcross)10.45 WIB; 0 HSM Buah gugur4,5Gagal panen X x II (outcross)10.45 WIB; 1 HSM 110 hari (3 bl 17 hr) 3,5KosongHSTidak tumbuhII x X (outcross)10.45 WIB; 1 HSM 115 hari (3 bl 22 hr) 4,5Berisi, tidak Belum KC, VW, Tidak berkecambah, embriobagusHS, MS tidak sempurna.II x R (outcross)10.45 WIB; 1 HSMX x R (outcross)10.45 WIB; 1 HSM 144 hari (4 bl 11 hr) 4Berisi (tidak Belum HSBelum berkecambah,100%)kemungkinan dorman.R x X (outcross)10.45 WIB; 1 HSM 139 hari (4 bl 16 hr) 4,2BerisiBelum HSBelum tumbuh, kemungkinanbiji dorman.P1 (intercross)09.30 WIB; 2 HSM 120 hari (4 bl)4KosongVW, HS, Tidak tumbuhKCP2 (intercross)09.30 WIB; 2 HSM 120 hari (4 bl)4KosongVW, HS, Tidak tumbuhKCP x X (outcross)09.30 WIB; HSM 146 hari (4 bl 13 hr) 4BerisiBelum HSBelum tumbuh, kemungkinanbiji dorman.XxP09.30 WIB; 3 HSM 144 hari (4 bl 11 hr) 3,5Berisi HS, VW, HS berkecambah setelah 27KC,hari. KC tidak tumbuh, dpindahke HS berkecambah tetapikontaminasi. VW berkecambahsetelah 27 hari, jumlah sedikitdan protocorm tidak berkembang, dipindah ke HS setelah 2bulan tumbuh daun dan akar.EE x LL09.45 WIB; 1 HSMLL x EE kanan10.00 WIB; 3 HSM 155 hari (5 bl 3 hr) 3BerisiBelum HS, VW belum berkecambah,kemungkinan biji dormanLL x EE kiri10.00 WIB; 3 HSM 155 hari (5 bl 3 hr) 3Berisi HS, VW HS berkecambah setelah 28-34hari. VW tidak tumbuh, dipindahke HS berkecambah setelah 32 hariHH (intercross)- kanan3 HSM 104 hari (3 bl 13 hr) 4KosongHS, VW Tidak tumbuhHH (intercross)- kiri3 HSM 101 hari (3 bl 10 hr) 3,5KosongHSTidak tumbuhHH x W09.00 WIB; 10 HSMTanaman matiW x HH09.00 WIB; 6 HSM 153 hari (5 bl 1 hr) 4Berisi HS, VW BerkecambahW (intercross)09.00 WIB; 5 HSM 154 hari (5 bl 2 hr) 4Berisi (tidak HS, VW Berkecambah di media HS100%)FF(intercross)09.30 WIB; 2 HSMPS. 16 (intercross)-kanan 09.00 WIB; 2 HSM 148 hari (4 bl 15 hr) 4KosongHSTidak tumbuhPS. 16 (intercross)-kiri09.00 WIB; 2 HSM 140 hari (4 bl 7 hr) 3,5Berisi (tidak HSBerkecambah setelah 36 hari100%)AA (intercross)-kanan08.00 WIB; 4 HSM 140 hari (4 bl 7 hr) 2,7KosongHSTidak tumbuhAA (intercross)-kiri08.00 WIB; 4 HSM 140 hari (4 bl 7 hr) 2,2KosongHSTidak tumbuhCC (intercross)-kanan10.30 WIB; 3 HSM 123 hari (4 bl 3 hr) 2,8KosongHSTidak tumbuhCC (intercross)-kiri10.30 WIB; 2 HSMP (intercross)-kiri08.45 WIB; 3 HSM 120 hari (4 bl)3KosongHS, VW Tidak tumbuhP (intercross)-kanan08.45 WIB; 3 HSM 120 hari (4 bl)3KosongHS, VW Tidak tumbuhKeterangan media: VW Vacin & Went, HS Hyponex, KC Knudson C, MS Murashige & Skoog.Metode pollinasiWaktu penyerbukan(pukul-HSM)

PUSPITANINGTYAS dkk. – Fertilitas Paraphalaenopsis serpentilinguaterjadinya perkecambahan setelah disemaikan. Biji yangsempurna mengandung embrio yang terlihat gelap dibagian tengah biji dan biji kosong tidak mengandungembrio di bagian tengahnya, dilihat dari pengamatanmikroskop (Gambar 2.).Persilangan outcross menghasilkan biji yang optimaldalam hal jumlah maupun viabilitasnya. Pada beberapapengamatan, biji yang disemai tidak seluruhnyaberkecambah. Biji yang tidak berkecambah diduga masihmengalami dormansi karena kondisi lingkungan yang tidaksesuai atau perkembangan fisiologi yang belum sempurna.Persilangan intercross dan selfing tidak seluruhnyamenghasilkan biji yang kosong, dalam beberapapengamatan biji yang disemai ada pula yang berkecambah.Pertumbuhan bijiBiji disemai secara in vitro pada beberapa jenis media(Hyponex, Murashige & Skoog, Vacin and Went, KnudsonC) yang sudah umum digunakan untuk perkecambahananggrek (Arditti, 1982; Arditti and Ernst, 1993), yangmenunjukkan keberhasilan perkecambahan pada jenisanggrek yang dicobakan (Tabel 2; Gambar 3). Dalampercobaan ini, hasil pengamatan perkecambahanmenunjukkan bahwa biji anggrek P. serpentilingua dapatberkecambah baik pada media MS dan Hyponex. Sebagianbiji yang ditanam pada media VW dapat berkecambahtetapi pertumbuhan kurang optimal. Biji yang ditanam padamedia KC umumnya tidak mengalami perkecambahan.Perkecambahan baru terjadi setelah biji-biji dari mediatersebut dipindahkan ke media Hyponex. Komposisi bahanmakro dan mikro yang lebih sederhana pada mediaHyponex diduga lebih cocok untuk perkecambahan anggrekP. serpentilingua. Media Hyponex sudah banyak dipakaidan memberikan respon positif untuk perkecambahanmaupun perbanyakan klon anggrek.Nagayoshi (1996) menggunakan media dasar Hyponexuntuk mengecambahkan anggrek Habenaria radiata,sementara itu Mizuno dan Ichihashi (1996) menggunakanmedia tersebut untuk regenerasi kalus anggrek hibrid.Hasegawa (1987) telah menggunakan media Hyponextanpa hormon untuk kultur pucuk Cymbidium gooringii.Yoneda et al. (1979) dan Yoneda (1989) memperoleh hasilyang baik untuk pembentukan plantlet Cattleya denganmenggunakan Hyponex yang ditambah jus apel ataukentang. Berdasar periode waktu berkecambah, biji P.serpentilingua rata-rata berkecambah dalam waktu 1bulan setelah disemai pada media yang sesuai untukpertumbuhannya.241KESIMPULANViabilitas biji paling baik berasal dari persilanganoutcross antar bunga. Bila sumber bunga hanya berasaldari satu tanaman, persilangan intercross maupun selfingmasih bisa diharapkan meskipun peluang keberhasilannyalebih kecil. Ditinjau dari panjangnya masa mekar (rata-rata7 hari) dan peluang keberhasilan persilangannya, outcrossmasih bisa dilakukan antara bunga yang sudah mendekatiakhir masa mekar dengan bunga dari individu lain yangusia mekarnya masih 0 hari. Dilihat dari hasil pengamatanbiji dibawah mikroskop, kematangan buah diperkirakanoptimal pada bulan ke 4-5 setelah dilakukan penyerbukan.P. serpentilingua memiliki peluang berkecambah lebih baikpada media Hyponex.DAFTAR PUSTAKAAdams, P. 1988. The Spectrum of Fertility in Australian Orchid Species. In:Adams, P.B. (ed.). Reproductive Biology of Species Orchids Principleand Practice. Melbourne: School of Botany, The University ofMelbourne.Arditti, J. 1982. Orchid seed germination and seedling culture – a manual. In:Arditti, J. (ed.). Orchid Biology and Perspective. Vol. II. Ithaca: CornellUniversity Press.Arditti, J. and R. Ernst. 1993. Micropropagation of Orchids. New York: JohnWiley & Sons, Inc.Bechtel, H., P.J. Cribb, and E. Launert. 1992. The Manual of CultivatedOrchid Species. 3rd edition. Cambridge MA.: The MIT Press.Goh, C.J.

Perkecambahan biji menjadi protocorm, B. Pertumbuhan dan perkembangan protocorm membentuk daun, C. Perkembangan daun dan akar, D. Transplanting untuk penjarangan, E. Pemanjangan akar, daun dan tinggi eksplan, F. Aklimatisasi dari botol ke media pakis.

Related Documents:

product mix pricing strategy tersebut. Diharapkan product mix pricing strategy dapat meningkatkan keputusan menginap tamu di Anggrek Shopping Hotel Bandung. Adapun strategi dan program yang diaplikasikan oleh pihak Anggrek Shopping Hotel Bandung dari strategi product mix pricing strategy ini tertuang dalam Tabel 1.6 berikut: TABEL 1.6

Jakarta membawahi enam program studi yaitu Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan, Program Studi Profesi Ners, Program Studi S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Diploma III Keperawatan, Diploma III Fisioterapi dan Program Studi S-1 Giz

program studi (UPPS) sebagai unit pengusul akreditasi program studi (APS), serta program studi yang diakreditasi. Indikator ini disusun BAN-PT secara khusus dengan mempertimbangkan kekhasan program studi tersebut. Dengan demikian upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan dalam upaya membangun budaya mutu, dapat segera terwujud.

laporan praktikum fisiologi tanaman lanjut pengamatan stomata oleh: yulia delsi mutiara dewi gina alya sopa ahmad rifqi fauzi toyip program studi agronomi dan hortikultura sekolah pascasarjana institut pertanian bogor 2011. pendahuluan latar belakang anggrek juga dikenal sebagai tanaman sukulen.

ST]RAT PER}TYATAAN KEASLIAN Yang bertandatangan di bawah ini : Nama NIM Prograrn Studi Fakultas Endang Sri Wahyuni l0@0019 Biologi Sains dan Teknologi Sengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: Pengaruh Penggunean Pupuk I)aun dan Variasi Bahan Organik Kompleks (Ragi dan Ekstrak Pegagan) Terhadap Perkecambehan Biji Anggrek Jamrud (Dendrobium mtcrophyltwnA.Rich) Secara In Wtro .

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik ruang Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dari tanggal 1 Januari 2016 sampai tanggal 06 Juni 2016, terdapat 29 orang pasien yang menderita Stroke Non Hemoragik,

Judul: Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih kontrasepsi Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas Tujuan utama program KB adalah untuk memenuhi perminatan .

panied by legal questions.2 We believe that our modern high-technology era will be faced by an unusual number of such questions growing out of what we will undoubtedly term, “artificial intelligence” (“AI”), but which in fact is the combination of advanced algorithms, important pools of data, usually referred to as “big data,” and the many technol-ogies that exploit these. Some .