AgroinovasI Kambing Peranakan Etawah Sumberdaya Ternak .

3y ago
40 Views
2 Downloads
1.53 MB
9 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Lee Brooke
Transcription

AgroinovasI5Kambing Peranakan EtawahSumberdaya Ternak Penuh BerkahKambing merupakan bagian penting dari sistemusahatani bagi sebagian petani di Indonesia, bahkandi beberapa negara Asia, dan tersebar luas menelusukmasuk ke dalam berbagai kondisi agroeko-sistem,dari daerah dataran rendah di pinggir pantai sampai datarantinggi di pegunungan. Demikian pula tidak jarang ditemuipemeliharaan ternak kambing di pinggiran kota dan bahkandi tengah-tengah kota. Hal ini didukung oleh karena ternakkambing adaptif dengan berbagai kondisi agro-sistem dantidak mempunyai hambatan sosial, artinya dapat diterima olehsemua golongan masyarakat.Walaupun demikian, masih banyak orang yangmenganggap kambing adalah ternaknya orang miskin dansering membuat susah, perusak tanaman dan penyebaberosi (perusak lingkungan). Persepsi negatif ini sangat tidakmenguntungkan dalam perspektif pengembangan ternakkambing untuk kesejahteraan masyarakat. Pandangan negatifini terus berkembang sampai pada masalah kesehatan dimana ada pendapat mengkonsumsi daging kambing dan/atau susu kambing erat kaitannya dengan tingginya kadarkolesterol darah dan berbahaya bagi kesehatan. Namun kalau dilihat secara mendalam danpenuh kejujuran, ternak kambing dapat memberi manfaat yang begitu besar bagi manusia biladikelola dengan baik melalui penyediaan daging, susu, kulit dan pupuk organik.Menurut produk yang dihasilkan, ternak kambing dikelompokkan menjadi 4 yaitupenghasil daging (tipe pedaging), penghasil susu (tipe perah), penghasil bulu (tipe bulu/mohair/cashmere), dan penghasil daging dan susu (tipe dwi guna). Kambing PeranakanEtawah (PE) adalah termasuk dalam kelompok kambing dwiguna. Kambing ini merupakanhasil persilangan antara kambing Etawah dari India dengan kambing Kacang (lokal) di masalalu (zaman kolonial Belanda). Kambing PE telah beradaptasi baik dengan kondisi tropisbasah di Indonesia. Sistem perkawinan yang tak terkontrol dan tanpa diikuti seleksi yangterarah menyebabkan besarnya variasi penotipe (penampakan luar) dan genotipe (genetik)dari kambing PE ini. Beberapa karakter penting dari kambing PE yaitu: bentuk mukacembung, telinga relatif panjang (18-30 cm) dan terkulai. Jantan dan betina bertanduk pendek.Warna bulu bervariasi dari kream sampai hitam. Bulu pada bagian paha belakang, leher danpundak lebih tebal dan lebih panjang daripada bagian lainnya. Warna putih dengan belanghitam atau belang coklat cukup dominan. Tinggi badan untuk jantan 70-100 cm, dengan beratbadan dewasa mencapai 40-80 kg untuk jantan dan 30-50 kg untuk betina. Diakui ataupuntidak, daerah kawasan pegunungan Menoreh di perbatasan Kabupaten Kulon Progo, DaerahIstimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah sejak dulu adalah sentra kambingPE di Indonesia, dan dari sinilah kambing PE menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.Keunggulan Ternak KambingDari data biologis yang tersedia, dapat diketahui potensi dan karakter-karakter pentingdari kambing mendukung keunggulannya. Ukuran tubuh yang kecil secara ekonomis berartiBadan Litbang PertanianEdisi 19-25 Oktober 2011 No.3427 Tahun XLII

6AgroinovasIdiperlukan investasi awal yang lebih kecil, dan kerugian karena kematian atau kehilanganjuga lebih kecil. Akan tetapi hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian masyarakatdan pemerintah terhadap ternak ini, tetapi sifat ini sebenarnya sangat sesuai dan menarik bagipetani miskin di pedesaan. Dari sudut manajemen pemeliharaan, kambing dapat dikelola olehanak-anak atau ibu rumah tangga, memerlukan lahan dan kandang yang tidak luas, dapatmenghasilkan daging dan susu dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan keluarga petanidi pedesaan di mana tempat penyimpanan (refrigerator) tidak tersedia. Secara biologis satu –dua ekor kambing dapat dipelihara dalam kondisi ketersediaan pakan terbatas, bahkan tidakcukup untuk seekor sapi.Sifat selektif yang tinggi yang dimiliki ternak kambing mendukung kemampuannya untukhidup dan berkembang pada daerah yang relatif marginal. Kambing dalam keadaan bebas(digembalakan) mempunyai kemampuan untuk memilih pakan atau bagian tanaman yanglebih bergizi. Kambing lebih suka “browsing” dari pada merumput sehingga infeksi cacingdapat dihindari. Demikian pula, ternak kambing mempunyai efisiensi tinggi dalam mencernaserat. Kambing adalah ternak yang fertil dengan generasi interval yang relatif pendek. Lamakebuntingan hanya 5 bulan sehingga produksi susu sudah dapat diperoleh pada umur 15 – 18bulan, dan untuk produksi daging ternak sudah dapat dipotong pada umur kurang dari satutahun.Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara efektif untuk mengembangkan kambingini. Secara biologis sudah dijelaskan bahwa kambing dapat tumbuh dan berkembang baik padaberbagai agoekosistem. Daya adaptasi yang cukup tinggi serta lebih banyak mengkonsumsidedaunan memudahkan pemeliharaan. Pengembangan kambing berbasis pada ternak rakyatyang sudah tersedia di petani, pemerintah dapat terfokus pada penyediaan bibit pejantanunggul untuk memperbaiki ternak rakyat.Walaupun ternak kambing dapat diterima oleh semua golongan etnis, agama dan tatanansosial lainnya, persepsi negatif terhadap kambing seperti dijelaskan sebelumnya masihmerupakan penghambat pengembangan ternak ini. Demikian pula menumbuhkan kebiasaanuntuk minum susu kambing suatu persoalan tersendiri. Pendidikan dan penyuluhan secaraberkelanjutan akan membantu menumbuhkan kebiasaan minum susu, dan ini dapat dimulaidari anak-anak sekolah di samping melalui media masa (cetak dan elektronik).Managemen Pemeliharaan Ternak KambingBibit ternak unggul merupakan faktor produksi utama dalam usaha peternakan. Sebaikapapun manajemen yang diberikan jika kualitas bibit ternak rendah (jelek) maka usahapeternakan akan menjadi kurang efisien. Dalam hal ini unit usaha pembibitan memegangperan penting dalam penyediaan bibit unggul. Sayangnya usaha pembibitan kambing PE diIndonesia secara ekonomis belum begitu menarik untuk dilakukan, sehingga bibitan ternakkambing dan menerapkan prinsif-prinsif seleksi yang benar dan terarah masih terbatasdilakukan oleh instansi pemerintah. Ada banyak metode/pola pembibitan salah satunyaadalah pola village breeding Centre (VBC). Pada pola ini petani diikut sertakan dalam usahapembibitan bersama-sama dengan pemerintah/swasta.Faktor produksi kedua adalah pakan ternak. Konsumsi pakan yang cukup (jumlah dankualitasnya) akan menentukan mampu tidaknya ternak tersebut mengekpresikan potensigenetik yang dimilikinya. Bagi ternak yang digembalakan pemenuhan gizi sebagian besar/semuanya tergantung dari ternak itu sendiri. Tapi bagi ternak yang dikandangkan, pemenuhangizinya tergantung dari petani. Setiap ekor kambing harus mendapat pakan hijauan segarsekitar 10% berat badannya. Pakan hijauan tersebut dapat berupa rumput, legum, dan limbahhasil pertanian (jerami kedelai, kacang panjang, kacang tanah, daun jagung dll). Walaupundemikian ternak kambing perlu diberi pakan penguat (konsentrat dan pakan imbuhan/Edisi 19-25 Oktober 2011 No.3427 Tahun XLIIBadan Litbang Pertanian

AgroinovasI7suplemen) untuk menutupi kekurangan zat gizi pada pakan hijauan. Makin banyak variasicampuran pakan hijauan yang diberikan makin baik, untuk saling melengkapi sehingga ternakmengkonsumsi zat gizi yang cukup. Sama dengan ternak lainnya, kambing juga memerlukan5 gizi utama yaitu: energi, protein, mineral, vitamin dan air dalam jumlah yang cukup agardapat tumbuh, berkembang biak dan berproduksi sesuai dengan potensi genetiknya.Bagi ternak yang digembalakan secara terus menerus seperti peternakan di negaraAustralia, New Zealand dll, kandang ternak boleh dibilang tidak diperlukan. Namun diIndonesia di mana penggembalaan jarang dilakukan dan kalaupun ada sangat terbatas,faktor kandang menjadi penting. Kandang adalah rumahnya ternak dan oleh karenanyakandang hendaknya dibangun sebaik mungkin agar nyaman bagi ternak dan pengelolanya(peternak). Kandang panggung adalah tipe kandang yang paling populer di Jawa, di sampingkandang lantai tanah. Kandang panggung menjamin kondisi kandang dan ternak menjadilebih bersih.Faktor produksi penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah kesehatan ternak. Sehatmerupakan kata kunci menuju produktivitas tinggi setiap makhluk hidup. Hal sebaliknyaakan terjadi bila kondisi kesehatan terganggu (sakit). Penyakit pada kambing dapat dibedakanatas 2 yaitu penyakit menular (disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit darah, cacing dankutu) dan penyakit tidak menular (antara lain karena kurang gizi, kurang mineral, tanamanberacun, dan racun). Adapun cara penularan penyakit adalah (1) Kontak langsung denganhewan sakit, tanaman beracun, racun; (2) Kontak dengan bahan tercemar penyakit/racun, dan(3) Dibawa serangga, pekerja kandang, angin.Ada berbagai macam jenis penyakit pada ternak kambing, tiga diataranya yaitu mastitis,scabies dan bloat adalah paling sering dijumpai, khususnya pada kambing perah. Mastitisadalah penyakit infeksi pada ambing oleh bakteri. Menjaga kebersihan/sanitasi merupakancara terbaik mencegah mastitis, termasuk melakukan “teat dip” setiap kali pemerahan. Teatdip (larutan celup puting susu): 250 ml chlorohexadine 2% 45 ml gliserin air sehinggamenjadi 1 liter larutan. Tanda-tanda mastitis antara lain ambing terasa panas, sakit danmembengkak, dan bila diraba terasa ada yang mengeras pada ambing; Warna dan kualitasair susu abnormal, seperti ada warna kemerahan (darah), pucat seperti air, kental kekuninganatau kehijauan. Mastitis dapat diobati dengan antibiotik. Pengobatan dilakukan denganmemasukkan antibiotik melalui puting susu, setelah ambing dikosongkan (diperah) terlebihdahulu. Pengobatan dapat dilakukan 2-3 kali per hari, sampai ternak benar-benar sembuh.Scabies (Gudugan/Gatal) adalah penyakit kulit yang paling sering dan serius terjadipada kambing. Cara penularannya adalah dengan kontak langsung dengan ternak yangterinfeksi (sakit), atau kontak dengan alat atau kandang yang tercemar (bekas ternaksakit). Pengobatannya adalah dengan injeksi invermectin (sub-cutan/bawah kulit) ataucara tradisional dengan mengoleskan campuran belerang dengan oli. Pencegahan terhadappenyakit selalu lebih baik dari pengobatan. Menjaga kebersihan kandang, peralatan danternaknya harus selalu dilakukan, dan jika terjadi penyakit ini ternak terjangkit harusdiisolasi (dipisahkan) dari ternak yang sehat. Ternak yang terkena penyakit scabies akanselalu menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang terinfeksi karena gatal. Bagian kulit yangterinfeksi mengalami penebalan, nafsu makan berkurang dan ternak jadi kurus, bulu kusamdan berdiri dan rontok, serta produktivitas menurun. Pada penyakit yang akut tidak jarangakan berakhir dengan kematian.Bloat/Tympani (Kembung Perut) terjadi akibat pembentukan gas dalam lambung secaraberlebihan dan dalam waktu yang cepat. Kadang-kadang penyakit ini terjadi secara mendadak.Pencegahan adalah hindari memberikan hijauan muda secara berlebihan, atau hijauan yangmasih mengandung embun pagi, dan ternak cukup mendapat ”exercise”. Hindari pemberianBadan Litbang PertanianEdisi 19-25 Oktober 2011 No.3427 Tahun XLII

8AgroinovasIhijauan satu jenis/macam, terutama hijauan leguminosa. Berikan rumput kering sebelummemberikan legum. Pengalaman di lapang, pengobatan dengan berbagai macam cara dengantingkat keberhasilan yang bervariasi antara lain dengan menggunakan minuman sprit, minyaknabati/goreng, asam jawa, obat antangin (obat untuk manusia) dll. Jika cara di atas gagal, caraterakhir adalah dengan menusukkan jarum besar/trocar/canula atau alat sejenisnya ke dalamlambung sebelah kiri. Tingkat kesuksesan cara ini adalah rendah, karena 60-80% dari ternakyang diperlakukan demikian akan mati karena infeksi.Perkembangbiakan KambingUntuk menjaga kelangsungan hidup suatu populasi ternak, maka ternak tersebut harusmelakukan reproduksi/perkembangbiakan. Secara fisiologis, aktivitas reproduksi padakambing sudah mulai sejak usia dini (muda), namun ekspresi tingkah laku seksual (birahi/estrus) yang sebenarnya baru nampak pada saat pubertas yaitu sekitar umur 6-12 bulan.Walaupun demikian perkawinan pertama sebaiknya dilakukan setelah ternak mencapai dewasatubuh atau telah mempunyai berat badan sekitar 60-70% dari berat badan dewasanya.Ekspresi seksual dan kinerja reproduksi dipengaruhi oleh kerja hormon, seperti FSH, LH,estrogen, progesteron dan/atau testosteron. Mekanisme kerja hormon tersebut sangat komplek,dan dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk iklim. Pada daerah sub-tropis yang mempunyaiempat musim, di mana perbedaan antara lamanya siang dan malam sangat mencolok, kambingmenunjukkan aktifitas seksual musiman, dan beranak sekali dalam setahun. Lain halnya didaerah tropis, termasuk Indonesia, kambing di daerah ini tidak menunjukkan aktivitas seksualmusiman, artinya ternak tersebut dapat dikawinkan sepanjang tahun. Dengan manajemenperkawinan yang baik, beranak tiga kali dalam 2 tahun adalah sangat mungkin terjadi. Potensiini adalah peluang untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing. Walaupun demikiandisarankan untuk melakukan penjadwalan perkawinan agar pada saat beranak dan laktasipakan hijauan cukup tersedia. Kambing betina hanya mau kawin pada saat periode birahi(estrus) yang relatif singkat (12 – 48 jam), dan ini berulang (siklus) setiap 18 - 24 hari (rataan20 hari). Berbeda halnya dengan kambing jantan, aktivitas seksualnya dapat terjadi sepanjangtahun. Kambing jantan, sering kurang disukai karena baunya yang kurang sedap (prengus)dan agresif. Demikian juga ada anggapan bahwa pejantan tidak menghasilkan anak sehinggabanyak petani enggan memelihara pejantan. Padahal tanpa pejantan, petani sudah pasti tidakakan dapat hasil (anak dan susu) dari ternak betina yang dipeliharanya. Kambing anak jantanyang pertumbuhannya baik akan mulai dapat kawin pada umur yang relatif muda 6 – 10bulan, namun sebaiknya pejantan muda tersebut mulai dipakai sebagai pemacek pada umursekitar 15-18 bulan.Tabel 1. Beberapa parameter reproduksi pada ternak kambingNo. Parameter ReproduksiRataan (Kisaran)1 Tipe siklus birahiPolyestrus dan tidak terpengaruh musim2 Panjang siklus birahi20 hari (18 – 24 hari3 Lama birahi36 jam ( 12 – 48 jam)4 Lonjakan sekresi LH (LH surge)3-6 jam setelah onset birahi12 – 24 jam setelah lonjakan LH atau 30 – 36 jam5 Ovulasisetelah onset birahi6 Waktu kawin yang optimal24 – 36 jam setelah onset birahi7 Lama bunting150 hari (147 – 155 hari)Sumber hormon progesteron8Corpus luteum (CL)selama kebuntingan9 Tipe plasentaKotiledon10 Umur pubertas6 – 12 bulanKemampuan kawin pejantan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti breed, kondisi tubuhEdisi 19-26 Oktober 2011 No.3427 Tahun XLIIBadan Litbang Pertanian

AgroinovasI9dan kesehatan. Beberapa pejantan juga ada yang menunjukkan kesukaannya (preference)terhadap betina tertentu. Pada perkawinan secara alami disertai dengan pengaturanperkawinan yang baik setiap pejantan dapat mengawini 3-4 ekor induk per minggu (12-16 ekorper bulan). Maka bila interval beranak adalah 8 bulan, sebenarnya secara teoritis rasio jantan/betina dapat mencapai 1: 74-112. Penggunaan pejantan untuk breeding harus diikuti denganpencatatan (rekording) yang baik agar jangan terjadi perkawinan kerabat dekat (inbreeding).Untuk tujuan kawin secara inseminasi buatan (IB), pejantan perlu dilatih untuk dapat ejakulasidalam vagina buatan. Pejantan yang sangat aktif akan mudah dan mau menaiki betina, bahkanternak jantan, serta ejakulasi pada vagina buatan. Volume ejakulat 0.5 – 2 ml, konsentrasisperm 1 – 3 milyar/ml, skor motilitas 70%, abnormal sperm 8 – 15%.Sebagai Kambing PerahSebagai kambing tipe dwiguna, kemampuan produksi susu kambing PE relatif tinggi, yangsebagian dapat dimanfaatkan oleh petani tanpa mengganggu pertumbuhan anak kambingnya.Dewasa ini telah banyak usaha peternakan kambing PE yang secara tegas memfokuskanusahanya untuk produksi susu (kambing perah). Perkembangan usaha peternakan kambingperah di Indonesia selama 10 tahun terakhir menunjukkan tren yang positif baik dilihatdari jumlah usaha peternakan kambing perah yang dikelola secara komersial maupun daripopulasi ternak kambing yang dipelihara di setiap unit usaha. Peningkatan jumlah ini tidakterlepas dari sambutan positif dari pasar terhadap susu kambing, walaupun masih fluktuatifdari waktu ke waktu.Saat ini belum ada data yang terdokumentasi tentang total produksi dan pangsa pasarsusu kambing di Indonesia. Informasi dari beberapa peternak kambing perah menunjukkanbahwa permintaan akan susu kambing cukup tinggi khususnya di perkotaan. Kepercayaaankonsumen terhadap susu kambing yang diyakini mampu membantu dalam mengatasimasalah kesehatan memberi andil besar dalam perkembangan usaha kambing perah diIndonesia. Keunikan susu kambing dibandingkan susu sapi juga mempunyai nilai tersendiri.Susu kambing mudah dicerna dan sangat baik untuk mereka yang alergi akan susu sapi, dandapat diberikan pada semua golongan umur.Kelebihan ternak kambing perah, khususnya kambing perah PE yang merupakan ternaklokal Indonesia, adalah kemampuan adaptasinya yang tinggi terhadap berbagai kondisiagro-ekosistem di Indonesia, sehingga mempermudah penyebarannya. Ternak ini juga tidakmengalami hambatan sosial dalam perkembangannya, dalam artian ternak ini dapat diterimaoleh semua golongan. Oleh karenanya mengembangkan ternak ini secara luas akan dapatmembantu meningkatkan kualitas konsumsi gizi masyarakat khususnya mereka yang tinggaldi pedesaan melalui konsumsi susu kambing produksi petani sendiri.Kendala yang mungkin terjadi adalah keengganan masyarakat untuk mengkonsumsisusu kambing dengan berbagai alasan di antaranya karena susu kambing mempunyai baukhas yang kurang sedap. Namun ini sebenarnya lebih banyak karena pengaruh psikologisatau persepsi negatif masyarakat terhadap kambing yaitu ternak ini adalah ternak yang bau(prengus). Pada hal dengan pengelolaan yang benar masalah bau tersebut dapat dihindari.Adalah tugas kita semua untuk memberikan informasi yang benar, guna membantumereka yang ada jauh di pedesaan. Ternak sudah tersebar atau ada pada petani dan kini tinggaldiperlukan diseminasi teknologi yang ada untuk meningkatkan produktivitas ternak danmemanfaatkan produk (dalam hal ini susu kambing) semaksimal mungkin untuk peningkatanpendapatan dan kesejahteraan petani, khususnya bagi mereka yang ada di pedesaan.Badan Litbang PertanianEdisi 19-25 Oktober 2011 No.3427 Tahun XLII

10 AgroinovasIMengapa Beternak Kambing PerahBagi petani gurem, ternak kambing dapat menjadi pilihan tanpa harus mengeluarkanmodal yang cukup besar untuk dapat memiliki seekor ternak perah. Oleh karenanya kambingperah sering disebut dengan sapi perahnya orang miskin, dan memberi manfaat/berkahyang begitu banyak baginya. Ada berbagai tujuan beternak kambing dan semuanya inginmemperoleh keuntungan baik itu keuntungan secara materiil maupun non-materiil. Beberapamanfaat yang dapat diperoleh dari beternak kambing perah antara lain:Sebagai Sumber Gizi: Susu secara umum adalah sumber gizi yang paling sempurna/lengkap. Masyarakat Indonesia khususnya yang di pedesaan belum terbiasa minum sususegar, bukan hanya karena tidak mampu membeli, tapi juga susu segar sulit diperoleh. Susukambing mempunyai beberapa kelebihan di antaranya butir-butir lemaknya lebih kecil daributir-butir lemak susu sapi dan oleh karena itu susu kambing mudah dicerna. Susu kambingdengan kandungan gizi yang seimbang, sangat baik untuk bayi dan bagi penderita sakit maag.Susu kambing dapat membantu penyembuhan penyakit pernafasan (ashma, bronchitis, TBC).Satu atau dua ekor kambing sudah cukup memberikan susu untuk konsumsi satu keluargadalam sehari, dan hal ini tidak harus tersedia referigerator untuk menyimpannya.Tabel 2. Kandungan gizi susu kambingKomposisiNilaiBahan Kering (%)12,1Gizi:- Energi (Kcal/lt)670- Protein (%)3,3 – 4,9- Lemak (%)4.0 – 7.3- Laktosa (%)4,1- Ca (mg/lt)1290- P (mg/lt)1060- Vit A (iu/lt)2074SumberPendapatan:KambingPE bila dipelihara dengan baik diberipakan hijauan yang cukup banyak(secara bebas) maka kambing tersebutakan dapat menghasilkan susu 0.5 – 1liter per hari selama 3-5 bulan masalakta

Bibit ternak unggul merupakan faktor produksi utama dalam usaha peternakan. Sebaik apapun manajemen yang diberikan jika kualitas bibit ternak rendah (jelek) maka usaha peternakan akan menjadi kurang efisien. Dalam hal ini unit usaha pembibitan memegang peran penting dalam penyediaan bibit unggul. Sayangnya usaha pembibitan kambing PE di

Related Documents:

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi bahan kering seb

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kambing PE (Peranakan Etawa) Klasifikasi kambing menurut Davendra dan Mcleroy (1982) adalah . menurut laporan FAO kambing ini sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endangered); (4) .

tubuh kambing kacang. Besar keuntungan usaha pembibitan ternak kambing, selain dipengaruhi oleh . peningkatan kepemilikan ternak dan kandang . Peningkatan usaha ternak kambing di Kelompok Tani Sumber Sari dalam analisis ekonomi pendapatan. SEPA 11 (1), hal: 151 – 162.

penerapan ekonomi pada analisis sumberdaya manusia. Ekonomi SDM adalah ilmu ekonomi yang diterapkan untuk menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumberdaya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi. Dalam pengkajian SDM tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai tenaga kerja. Pembahasan ketenagakerjaan merupakan bagian pembahasan

Manajemen Sumberdaya Manusia ( 131141312 ) Pertemuan Ke-2 Peran Sumberdaya Manusia Disusun Oleh : Dr. Ir. Siti Syamsiar, MS Vini Arumsari., SP., MP Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasiona

of some Chinese heritage could be called Peranakan, thereby removing the potentially objectionable implication of political loyalty to China (Reid 2009). In Malaysia and Singapore, the term Peranakan is sometimes used interchangeably with the term Straits Chinese. However, the latter term is also open to debate and criticism. Given its

dan Hujan relevan dengan materi ajar apresiasi sastra di SMA karena telah memenuhi syarat identifikasi materi ajar pembelajaran dan sesuai dengan materi ajar dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016. Kata kunci: sosiologi sastra, nilai toleransi, materi ajar, novel Kambing dan Hujan.

monitors, and flexible seating to accommodate small group, large group, and individual work. The classroom has a maximum capacity of 36 students. Figure 1 shows the classroom before and after redesign, and Figure 2 shows three views of the new ALC. Participants Faculty and students who had taught or taken at least one