PENGAWETAN SUHU RENDAH PADA IKAN DAN DAGING

3y ago
158 Views
35 Downloads
214.21 KB
29 Pages
Last View : 30d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Rosemary Rios
Transcription

MAKALAHILMU TEKNOLOGI PANGANPENGAWETAN SUHU RENDAHPADA IKAN DAN DAGINGDosen Pengampu : Fitriyono Ayustaningwarno, S.TP, M.Si.Oleh :Sari Puspitasari A.P22030111130074PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2012

DAFTAR ISIDaftar Isi. iiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang . 11.2 Rumusan Masalah. 11.3 Tujuan. 21.4 Manfaat. 2BAB II PEMBAHASAN2.1 Kontaminasi dan Kebusukan Pada Ikan dan DagingPasca Mortem. 32.2 Pengawetan Suhu Rendah Untuk Ikan dan Daging. 122.3 Dampak Pengawetan Suhu RendahTerhadap Kualitas Ikan dan Daging. 182.4 Jenis Pengawetan Suhu Rendah TerbaikUntuk Ikan dan Daging. 23BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan. 253.2 Saran. 25Daftar Pustaka. 26Lampiran

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIkan dan daging merupakan salah satu bahan makanan sumberprotein yang berasal dari hewan. Sejak jaman dahulu, kedua bahanmakanan ini menjadi makanan pemenuh asupan protein yang banyakdikonsumsi sehari-hari oleh setiap keluarga. Terlebih di jaman sekarang ini,perdagangan ikan dan daging dalam bentuk segar semakin menyebar danmencakup wilayah yang lebih luas. Sehingga tindakan pengawetan yangdapat menjaga kesegaran ikan dan daging selama proses distribusi dantransportasi sangat diperlukan dan menjadi salah satu faktor penting yangsangat diperhatikan dalam aktivitas perdagangan.Salah satu cara atau metode penanganan yang banyakdigunakan untuk mengawetkan daging dan ikan segar adalah denganperlakuansuhu rendah.Seperti perlakuan pengawetanyang lain,penanganan ikan dan daging dengan suhu rendah dimaksudkan untukmenjaga kesegaran ikan dan daging, mengurangi atau menghambatpertumbuhan mikroba, memperpanjang umur simpan bahan, dan mencegahpenurunan kualitas yang besar.Perlakuan dengan suhu rendah ini merupakan salah satu carapenanganan yang paling banyak dipakai karena mudah dan cepat untukdilakukan. Untuk mencegah kebusukan pada ikan dan daging, terdapatbeberapa jenis perlakuan suhu rendah yang digunakan. Jenis-jenispengawetan suhu rendah untuk daging dan ikan beserta berbagai aspekyang meliputinya akan dibahas secara lebih lanjut pada makalah ini.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana kontaminasi dan kebusukan yang terjadi pada ikan dandaging pasca mortem?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan pengawetan suhu rendah dan apa sajajenis-jenis pengawetan dengan suhu rendah yang dilakukan pada ikandan daging?1.2.3 Bagaimana dampak masing-masing jenis pengawetan suhu rendahtersebut terhadap kualitas ikan dan daging?1.2.4 Apa jenis pengawetan dengan suhu rendah yang terbaik bagi ikan dandaging?1.3 Tujuan1.3.1 Menjelaskan tentang kontaminasi dan kebusukan yang terjadi padaikan dan daging pasca mortem.1.3.2 enyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis dari pengawetan suhurendah yang dilakukan pada ikan dan daging.1.3.3 Menjelaskan dampak dari masing-masing jenis pengawetan suhurendah terhadap kualitas ikan dan daging.1.3.4 Menjelaskan tentang jenis pengawetan suhu rendah yang terbaikuntuk ikan dan daging.1.4 Manfaat1.4.1 Mengetahui tentang kontaminasi dan kebusukan yang terjadi padaikan dan daging pasca mortem.1.4.2 Mengetahui tentang pengawetan suhu rendah dan berbagai jenispengawetan suhu rendah yang dapat dilakukan pada ikan dan daging.1.4.3 Mengetahui efek atau dampak yang dihasilkan dari berbagai jenispengawetan dengan suhu rendah yang dilakukan pada ikan dandaging.1.4.4 Mengetahui jenis pengawetan suhu rendah yang terbaik untuk ikandan daging.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Kontaminasi dan Kebusukan Pada Ikan dan Daging Pasca MortemKerusakan atau kebusukan pada produk makanan berkaitandengan adanya proses kimiawi, enzimatis, atau aktivitas mikroba yangterjadi pada produk tersebut. Kerusakan kimiawi dan kontaminasi mikrobamenjadi penyebab dari hilangnya 25% hasil produksi perikanan danpertanian setiap tahunnya.1 Seperempat dari persediaan bahan makanandan 30% hasil perikanan darat hilang hanya karena aktivitas mikroba.Selain itu, setiap tahunnya sekitar 4-5 juta ton ikan hasil tangkapan hilangkarena terjadinya kebusukan yang disebabkan oleh proses enzimatis dankontaminasi mikroba akibat penyimpanan yang salah.12.1.1 IkanIkan segar dapat segera mengalami kerusakan secara cepatsetelah penangkapan. Proses kerusakan atau kebusukan ini akan terjadidalam 12 jam setelah proses penangkapan, dalam suhu lingkungan tropisatau suhu kamar di wilayah tropis. Rigor mortis merupakan proses dimanatubuh ikan kehilangan fleksibilitasnya karena kekakuan otot ikan yangterjadi setelah beberapa jam dari waktu kematiannya. Selama prosespembusukan ikan, terjadi pemecahan atau perombakan pada berbagaikomponen dan juga pembentukan senyawa baru. Senyawa-senyawa yangbaru terbentuk ini dapat menyebabkan perubahan aroma, flavor, dantekstur pada ikan. Secara umum, mekanisme kontaminasi dan kebusukanyang terjadi pada ikan dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu :a. Autolisis enzimatikSesaat setelah ditangkap, proses kimia dan biologis yangberkaitan dengan pemecahan molekul-molekul utama secara enzimatisterjadi di dalam tubuh ikan yang telah mati. Hansen et al menyatakan

bahwa enzim autolisis mengurangi kualitas tekstur daging ikan pada awalkerusakan yang terjadi, tetapi tidak menyebabkan kehilangan aroma nyangdiakibatkan autolisis dapat mengurangi atau menurunkan umur simpan dankualitas dari ikan, meskipun dengan jumlah organisme pembusuk yangminimal. Perubahan autolisis ini tetap dapat terjadi pada ikan yangdisimpan pada suhu rendah (chilled or frozen fish). Dari data yang diperolehsaat pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pengaruh terbesar darimekanisme autolisis terjadi pada tekstur daging ikan. Hal ini berkaitandengan adanya hypoxanthine dan formaldehyde yang terbentuk olisisyangmengakibatkan terjadinya pelunakan daging, pecahnya dinding perut, dankeluarnya darah dan air yang mengandung protein dan minyak. Enzimproteolitik yang terdapat dalam otot dan isi rongga perut pada ikan yangtelah ditangkap, berperan dalam proses penurunan kualitas ikan danproduk perikanan selama masa penyimpanan dan pengolahan. Pada teknikpenyimpanan ikan yang salah, enzim proteolisis akan menyebabkanpenguraian protein yang kemudian diikuti dengan pelarutan. Di lain sisi,peptida dan asam amino bebas yang merupakan produk/ hasil dari autolisispada protein otot ikan, akan menyebabkan pertumbuhan mikroba danproduksi amina biogenik, yang kemudian mengakibatkan kebusukan padaikan. Pecahnya dinding lambung ikan disebabkan adanya kebocoran enzimproteolitik yang berasal dari bagian di sekitar pilorus dan usus ke dalam ototlambung. Protease memiliki pH optimal dalam suasana basa sampai netral.Namun, laju kerusakan yang disebabkan oleh enzim proteolitik ini dapatberkurang jika ikan disimpan dalam suhu 0 C dan pH 5. 1b. OksidasiOksidasi merupakan faktor penyebab kerusakan dan kebusukanutama pada ikan pelagik seperti mackarel dan ikan haring, berkaitandengan tingginya kadar minyak atau lemak yang tersimpan di dalam dagingikan tersebut. Oksidasi lemak meliputi tiga tahapan mekanisme radikal

imeliputipembentukan radikal bebas dari lemak melalui katalis, seperti panas, ionlogam, dan iradiasi. Radikal bebas yang terbentuk ini kemudian bereaksidengan oksigen dan membentuk radikal peroksil. Selama proses propagasi,radikal peroksil tersebut bereaksi dengan molekul lemak lain untukmembentuk hidroperoksida dan radikal bebas yang baru. Terminasi akanterjadi ketika pembentukan radikal bebas tersebut saling berinteraksimembentuk produk non-radikal. Secara umum, oksidasi adalah reaksi yangterjadi antara oksigen dengan ikatan ganda pada asam lemak. Oleh karenaitu, lemak pada tubuh ikan yang terdiri atas asam lemak tak jenuh (PUFA)mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya oksidasi.Oksidasi lemak pada ikan dapat terjadi secara enzimatis maupunnon-enzimatis. Hidrolisis enzimatis lemak oleh lipase biasa disebut denganlipolisis (kerusakan lemak). Dalam proses ini, lipase memecah gliserida danmembentuk asam-asam lemak bebas yang mengakibatkan hilangnyaflavor, mempercepat ketengikan, dan menurunkan kualitas minyaknya.Enzim lipase yang berperan dalam proses ini adalah lipase yang terdapatpada kulit, darah, serta jaringan dalam tubuh ikan. Enzim utama dalamhidrolisis lemak ikan adalah triacyl lipase, phospholipase A2 danphospholipase B. Sedangkan oksidasi non-enzimatis terjadi karena tochrome)yangmenghasilkan hidroperoksida. Asam lemak yang terbentuk selama proseshidrolisis lemak ikan akan berinterkasi dengan protein myofibrillar dansarkoplasma yang menyebabkan denaturasi. Undeland et al. menyatakanbahwa oksidasi lemak dapat terjadi pada otot ikan sehubungan dengantingginya hemoglobin yang mendukung terjadinya oksidasi, khususnyaketika terjadi deoksigenasi hemoglobin. Pada penambahan asam yangakan menurunkan pH, dapat mempercepat oksidasi lemak melalui Hb yangtelah terdeoksigenasi.1c. Kontaminasi Mikroba

Komposisi mikroflora pada ikan yang baru ditangkap bergantungpada komposisi mikroba yang terdapat dalam air dimana ikan tersebuthidup. Mikroflora ikan meliputi spesies bakteri, seperti cus.Pertumbuhandanmetabolisme bakteri merupakan penyebab utama dari kebusukan ikan,dimana hasil metabolitnya adalah amina, amina biogenik seperti putrescine,histamine dan cadaverine, serta asam organik, sulfida, alkohol, aldehidadan keton dengan flavor yang tidak enak dan tidak diinginkan.1Pada ikan yang tidak mengalami proses pengawetan, kebusukanyang terjadi merupakan hasil dari bakteri gram negatif pemfermentasi(contohnya Vibrionaceae). Sedangkan bakteri gram negatif aspp.)akanlebihmengontaminasi dan menyebabkan kebusukan pada ikan yang telahdidinginkan. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pembedaan antaramikroflora yang tidak menyebabkan kebusukan dengan bakteri pembusuk,karena banyak dari bakteri yang mungkin terdapat pada ikan tetapi bakteritersebut belum tentu merupakan bakteri pembusuk. Senyawa yangterbentuk pada pembusukan yang diakibatkan oleh metabolisme mikrobadapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Senyawa yang dihasilkan pada pembusukan oleh mikroba1Specific spoilage bacteriaSpoilage compoundsShewanella putrifaciensTMA, H2S, CH3SH, (CH3)2S, HXPhotobacterium phosphoreumTMA, HXPseudomonas spp.Ketones, aldehydes, esters, non-H2SsulphidesVibrionacaeaTMA, H2SAerobic spoilersNH3, acetic, butyric and propionicacidKeterangan :TMA: Trimethylamine; H2S: Hydrogen sulphide; CH3SH: Methylmercarptan;(CH3)2S: Dimethylsulphide; HX: Hypoxanthine; NH3: Ammonia

Level dari Trimethylamine (TMA) digunakan secara umum untukmengetahui tingkat kontaminasi mikroba yang akan menyebabkankebusukan pada ikan. Ikan menggunakan Trimethylamine Oxide (TMAO)sebagai osmoregulan untuk mencegah dehidrasi pada lingkungan air lautdan penumpukan air dalam lingkungan air biasa. Bakteri-bakteri otolerantEnterobacteriacceae, P. phosphoreum dan Vibrio spp. bisa memperolehenergi dengan mengubah TMAO menjadi TMA, dan menghasilkan senyawaseperti amonia yang bisa menghilangkan atau mengurangi flavor ikan.Pada tabel 2 dapat dilihat aktivitas dari beberapa mikroba pembusuk yangbiasa mengontaminasi ikan.Tabel 2. Aktivitas pembusukan oleh bakteri1Spoilage uorescent ligenesLow (Specific ,Micrococcus,Bacillus and Staphylococcus2.1.2 embelihan merupakan hal-hal penting yang ikut menjadi faktor penentudalam kebusukan daging yang akan terjadi. Simpanan glikogen yangterdapat pada otot hewan akan berkurang ketika hewan mengalami stresssesaat sebelum disembelih. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

perubahan pH dalam tubuh hewan, bisa menjadi rendah atau bahkansangat rendah tergantung pada jumlah asama laktat yang diproduksi. Padahewan yang telah mengalami stress berkepanjangan sebelum disembelih,akan didapatkan daging dengan pH tinggi yang menghasilkan daging yangberwarna gelap, keras dan kering. Daging jenis ini memiliki umur simpanyang lebih pendek. Sedangkan pada hewan yang mengalami stress hanyadalam waktu yang singkat sebelum disembelih akan menghasilkan dagingyang berwarna lebih muda/terang, lunak, dan mengandung cukup air, sertapH yang rendah. Dengan pH yang rendah, pemecahan protein dalamdaging akan menjadi lebih mudah terjadi, dan proses tersebut akanmenghasilkan medium yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri.2Terdapat tiga mekanisme utama kontaminasi dan kebusukan yang terjadipada daging setelah penyembelihan dan selama proses penyimpanan danpengolahan, yaitu :a. Pembusukan oleh mikrobaDaging dan produk olahannya merupakan media pertumbuhanyang sangat menguntungkan bagi mikroflora (bakteri, khamir, dan kapang),dimana beberapa jenis diantaranya adalah organisme patogen. Di disumbermikroorganisme tersebut, yaitu saluran pencernaan dan kulit hewan.Komposisi mikroba yang terdapat pada daging tergantung pada beberapafaktor, yaitu: (a) sistem peternakan yang digunakan (ternak di dalamkandang atu ternak yang digembalakan secara bebas di alam), (b) umurhewan saat akan disembelih, (c) penanganan saat penyembelihan danpembersihan, (d) kontrol suhu saat penyembelihan, penanganan pascamortem, dan distribusi, (e) metode pengawetan yang digunakan, (f) tipepengemasan, (g) penanganan dan penyimpanan oleh konsumen. Tabel 3dan 4 akan menyajikan beberapa bakteri, khamir, dan kapang yang banyakmengontaminasi daging.2

Di negara bagian Iowa, Hayes et al. menemukan bahwaEnterococcus spp. merupakan bakteri yang dominan mengontaminasi padasemua daging (ayam, kalkun, babi, dan sapi), yaitu berjumlah 971 dari 981sampel yang diuji (99%). Selain itu, Cerveny et al. menyatakan bahwakondisi penyimpanan akan berpengaruh pada jenis mikroba yangmengontaminasi daging dan produk olahannya. Bakteri Pseudomonas spp.,Moraxella spp., Psychrobacter spp., Acinetobacter spp. dan keluarga riaceaebanyakditemukan pada daging yang disimpan dalam kondisi pengawetan dingin.Sedangkan, bakteri asam laktat psikotropik, seperti Enterococci, Micrococcidan khamir banyak ditemukan pada daging yang mentah, serta produkcuring dengan garam seperti kornet sapi, ham mentah, dan bacon. 2

b. Oksidasi LemakAutoksidasi lemak dan produksi radikal bebas merupakan prosesalamiah yang mempengaruhi asam lemak dan menyebabkan terjadinyakerusakan oksidatif pada daging serta mengakibatkan hilangnya flavor.Setelah mengalami penyembelihan, asam lemak dalam jaringan akanmengalami oksidasi ketika aliran darah sudah berhenti dan prosesmetabolisme terhalangi. Seperti yang terjadi pada ikan, oksidasi padadaging juga melalui beberapa tahapan, yaitu inisiasi, propagasi, danterminasi.Oksidasi lemak pada daging dipengaruhi oleh beberapa faktor,diantaranya komposisi asam lemak, jumlah antioksidan dari vitamin E (αtokoferol) dan prooksidan seperti zat besi bebas yang terdapat di dalammolekul. Polysaturated fatty acids merupakan jenis asam lemak yang palingrentan teroksidasi. Hidroperoksida merupakan hasil dari putusnya ikatanasam lemak tak jenuh pada membran fosfolipid pada proses oksidasilemak. Putusnya asam lemak tersebut menghasilkan produk nonenaldanmalondialdehida (MDA) disamping senyawa-senyawa teroksigenasi, sepertialdehida, asam dan keton. Senyawa hasil sekunder tersebut dapatmenyebabkan hilangnya warna dan menurunnya nilai nutrisi yangterkandung di dalam daging, serta dapat juga mengakibatkan karsinogenikdan terjadinya proses mutagenik.2c. Autolisis enzimatikAktivitas enzim merupakan proses alamiah yang terjadi pada selotot hewan setelah mengalami penyembelihan, dan proses ini akanmengakibatkan kerusakan pada daging. Enzim memiliki kemampuan laindanbekerjasama sebagai katalis untuk beberapa reaksi kimia yang kemudianmenyebabkan kerusakan pada daging. Pada proses autolisis, senyawakompleks (karbohidrat, lemak, dan protein) pada jaringan akan mengalami

pemecahan menjadi senyawa yang lebih sederhana serta menyebabkanpelunakan dan menghasilkan warna kehijauan pada daging.Proteolisis dan hidrolisis lemak termasuk ke dalam perubahanautolisis yang menjadi salah satu syarat terjadinya pembusukan mikroba.Autolisis yang berlebihan biasa disebut juga kemasaman. Kerusakanpolipeptida pada masa post mortem merupakan hasil dari protease jaringanyang mengakibatkan perubahan pada flavor dan tekstur daging. Postmortem aging pada daging merah akan menghasilkan proses pelunakan.Autolisis post mortem ini terjadi pada semua jaringan di dalam tubuhhewan, hanya saja dalam kecepatan yang berbeda pada setiap organ yangberbeda. Proses ini akan berlangsung lebih cepat pada jaringan kelenjar,seperti hati, dan akan berlangsung lebih lambat pada otot lurik. Calpains,cathepsins, dan aminopeptidase merupakan enzim-enzim yang berperandalam proses autolisis. Diantara enzim-enzim tersebut, calpains diketahuisebagai kontributor pertama yang mendahului proses pelunakan proteolisisdaging. Cathepsins juga merupakan kontributor dalam proses pelunakandaging pada kondisi pH rendah. Enzim-enzim proteolitik ini aktif pada suhurendah (5 C).22.2 Pengawetan Suhu Rendah Untuk Ikan dan Daging2.2.1 IkanSejak pertengahan abad ke-19, penyimpanan pada suhu rendahtelah digunakan sebagai cara untuk mengawetkan ikan dan hasil lautlainnya dan mempertahankan kesegarannya. Teknik penyimpanan inimemang tidak membunuh atau mematikan mikroba-mikroba yang ada padaikan, tetapi dinilai cukup ampuh untuk mengurangi metabolisme mikrobayang dapat menyebabkan kebusukan pada ikan. Bahkan FAO sendirimerekomendasikan untuk melakukan penyimpanan pada suhu 0 C segerasetelah ikan ditangkap, karena proses pembusukan pada ikan yang dapatterjadi dengan cepat.1 Secara garis besarnya, pengawetan dengan suhurendah pada ikan dapat dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu :

a. CoolingDilakukanpadatemperatur4 Csampai-1 C.Denganmenggunakan cara ini pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat,sehingga kesegaran ikan dapat dipertahankan untuk beberapa waktu yangsingkat.b. FreezingCara penanganan ini dilakukan pada suhu -18 C sampai -30 C.Dengan disimpan pada suhu serendah itu, pertumbuhan mikroorganismeakan benar-benar dapat terhenti dan ikan dapat disimpan dalam jangkawaktu yang lebih lama.Kedua cara pengawetan tersebut cukup efektif digunakan untukmenghambat pertumbuhan mikroorganisme pada ikan. Akan tetapi,perubahan enzimatis dan non-enzimatis di dalam tubuh ikan sendiri akantetap berlangsung, hanya saja dengan kecepatan yang lebih rendah. 1Sebelum melakukan pengawetan suhu rendah terhadap ikan,biasa terlebih dulu dilakukan proses pra pendin

(co ntohnya Pseudomonas spp. dan Shewanella spp.) akan lebih mengontaminasi dan menyebabkan kebusukan pada ikan yang telah didinginkan. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pembedaan antara mikroflora yang tidak menyebabkan kebusukan dengan bakteri pembusuk, karena banyak dari bakteri yang mungkin terdapat pada ikan tetapi bakteri

Related Documents:

67 6. DAFTAR PUSTAKA Adawyah, R. (2007). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Afrianto, E. dan Evi Liviawaty. (1989). Pengawetan dan Pengolahan Ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan lele Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup popular di masyarakat. Ikan ini berasal dari benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Ikan lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar.

Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 532 nm. Hasil rata-rata kadar protein tempe yang dibungkus daun pisang pada suhu 30 C didapat sebesar 0,126%, suhu 40 C didapat sebesar 0,097%, suhu 50 C didapat sebesar 0,090%, suhu 60 C didapat sebesar 0,077%, dan suhu 70 C didapatkan sebesar 0,070%.

Ikan yang digunakan adalah ikan nila (oreochromis niloticus), ikan mas (cyprinus carpio) dan ikan lele (clarias sp.). ketiga ikan tersebut diberikan perlakuan berupa pemberian cahaya lampu dan gelombang bunyi selama 10 menit. Ikan diamati berdasarkan 3 bagian yaitu ikan mendekat

Seorang peternak ikan hias memiliki 20 kolam untuk memelihara ikan koki dan ikan koi. Setiap kolam dapat menampung ikan koki saja sebanyak 24 ekor, atau ikan koi saja sebanyak 36 ekor. Jumlah ikan yang dir

Budidaya ikan di air tawar pada awal tahun 1900 mulai dikenal di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Jenis ikan yang dipelihara adalah ikan mas (Cyprinus carpio L). Secara pasti sulit diketahui kapan budidaya ikan secara intensif dimulai, namun kemajuan yang pesat di Indonesia baru terjadi dalam beberapa puluh tahun terakhir. Pada tahun 1970-an telah diperkenalkan teknologi baru budidaya ikan di .

Ikan hias diskus (Symphysodon discus) memiliki gerak-gerik yang anggun dan menjadikan ikan ini sebagai “Raja Ikan Akuarium”, sebutan diskus bagi ikan ini meng-acu pada bentuk tubuhnya yang menyerupai lempengan piring (disk) yang berdiri tegak. Ikan

Click 500 series – Customizable devices built on our Click 500 platform This user guide covers the Click 500 series. For the Click 100–400 series, please see the Click 100–400 Series User Guide. Using this Manual This manual is divided into two parts: Part I: Introduction to the Click Series – This part contains information common to the Click line, beginning with basic module .