Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Multigravida .

3y ago
23 Views
2 Downloads
689.14 KB
16 Pages
Last View : 13d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Warren Adams
Transcription

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMILMULTIGRAVIDA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGANANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARTASURAPUBLIKASI ILMIAHDisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata IKeperawatan Fakultas Ilmu KesehatanOleh:BAYU ARGO KUSUMOJ 210 120 053PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2016

HALAMAN PERSETUJUANHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMILMULTIGRAVIDA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGANANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARTASURAPUBLIKASI ILMIAHoleh:BAYU ARGO KUSUMOJ 210 120 053Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:Dosen PembimbingVinami Yulian, Ns.,M.Sc,NursingNIK. 1530i

HALAMAN PENGESAHANHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMILMULTIGRAVIDA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGANANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMASKARTASURAOLEHBAYU ARGO KUSUMOJ 210 120 053Telah dipertahankan di depan Dewan PengujiFakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah SurakartaPada hari, 10 Agustus 2016dan dinyatakan telah memenuhi syaratDewan Penguji:1.Vinami Yulian, Ns., M.Sc, Nursing ( . .)2.Sulastri, S.Kp., M.Kes( )3.Siti Arifah, S.Kp., M.Kes( )Dekan,Dr. Suwaji, M.KesNIK. 195311231983031002ii

PERNYATAANDengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggidan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernahditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dandisebutkan dalam daftar pustaka.Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.Surakarta, 10 Agustus 2016PenulisBayu Argo KusumoJ 210 120 053iii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMILMULTIGRAVIDA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGANANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARTASURABayu Argo Kusumo*Vinami Yulian, Ns., M.Sc.Nursing **AbstrakAngka Kematian Ibu (AKI) merupakan masalah besar dalam bidang kesehatanterutama negara-negara berkembang, seperti di Indonesia yang masih tergolong tinggiapabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Penyebab AKI dapatdiminimalkan dengan upaya pengoptimalan Antenatal Care (ANC) yang sesuaistandar pelayanan pada pemeriksaan kehamilan. Pelayanan ANC ditujukan untukmencegah terjadinya komplikasi dan kelainan pada masa kehamilan. Pada ibumultigravida pemeriksaan kehamilan masih sama pentingnya dengan kehamilansebelumnya maka diwajibkan untuk melaksanakan kunjungan ANC agarperkembangan kehamilan ibu dan kondisi janin dapat terpantau dengan baik sehinggadapat menekan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu multigravida, umuribu, usia kehamilan ibu, paritas dengan kepatuhan dalam melaksanakan kunjunganANC. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dan denganmenggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerjaPuskesmas Kartasura, dengan populasi seluruh ibu hamil multigravida, jumlahsampel dalam penelitian terdiri dari 71 responden. Pengambilan sampel denganmenggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data diperoleh dari lembarkuesioner dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Analisa data dilakukan denganmenggunakan analisis Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatpengetahuan terhadap kepatuhan (p-value 0,044), sehingga diketahui terdapathubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil multigravida dengan kepatuhandalam melaksanakan kunjungan antenatal care di wilayah kerja PuskesmasKartasura.Kata kunci : Pengetahuan, multigravida, kepatuhan1

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF KNOWLEDGE OFMULTIGRAVIDA PREGNANT WOMEN AND ANTENATAL CARECOMPLIANCEIN PUSKESMAS KARTASURABayu Argo Kusumo*Vinami Yulian, Ns., M.Sc.Nursing**AbstractMaternal mortality/Angka Kematian Ibu (AKI) is a big problem in the field of healthare mainly developing countries, such as in Indonesia that is still classified as highwhen compared to other ASEAN countries. The cause of the AKI can be minimized byoptimizing the efforts of Antenatal Care (ANC) the appropriate service standard oninspection of the pregnancy. ANC services aimed at preventing the occurrence ofcomplications and disorders during pregnancy. Multigravida mother pregnancyexamination is still as important as pregnancy before then are required to carry outthe visit of the ANC so that the development of maternal and fetal condition ofpregnancy can be tracked properly so it can suppress the number of morbidity andmortality in the mother and fetus. This research aimed to find the relationshipbetween multigravida knowledge, age of mother, age of the mother's pregnancy,parity and compliance in ANC. This study was descriptive correlative research andused cross sectional approach. This research was conducted in the area of Kartasurahealth center with multigravida population. Number of samples in the study consistedof 71 respondents. Sampling technique used total sampling. Data collection usedquestionnaire and books of maternal and child health/Kesehatan Ibu dan Anak(KIA). Data analysis used Spearman Rho. The result showed that, there is arelationship between the level of knowledge of multigravida pregnant women andcompliance in antenatal care in the region (p-value 0,044) conclusion.Keywords: Knowledge, multigravida, compliance1. PENDAHULUANAngka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihatderajat kesehatan suatu negara. Jumlah kematian ibu di negara berkembang dantertinggal tergolong tinggi seperti yang terjadi di Afrika Sub Sahara dan Asia Selatan(WHO, 2013). Di Indonesia AKI masih terbilang tinggi apabila dibandingkan dengannegara-negara Asia Tenggara lain, yaitu diperkirakan sebesar 359 kematian maternalper 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2008-2012 (BPS, 2013).Data dari The World Bank (2015), menunjukkan AKI pada tahun 2012sebesar 148/100.000 kelahiran hidup, ditahun 2013 menjadi 140/100.000 kelahiran2

hidup, kemudian tahun 2014 menurun menjadi 133/100.000 kelahiran hidup, tahun2015 menurun menjadi 126/100.000 kelahiran hidup.Dalam rentang waktu 2 tahun terakhir AKI di Provinsi Jawa TengahmenurutDinkes Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 yang dilakukan di Kabupaten/Kotasebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup,mengalami peningkatan bila dibandingkandengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup, sehinggabelum terjadi penurunan secara signifikan sesuai dengan target MilleniumDevelopment Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran hidup (ProfilKesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). AKI di Kabupaten Sukoharjo pada tahun2014 sebesar 100,47/100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 13 kasus, sedangkanAKB di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2014 terdata sebesar 10,43/1.000 kelahiranhidup, dan dalam wilayah kerja Puskesmas Kartasura, jumlah AKI pada tahun 2012sebanyak 2 kasus, dan AKI di tahun 2013 juga terdapat 2 kasus (Dinkes Sukoharjo,2014).Upaya kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia dalam meminimalisir penurunan tingkat AKI dan AKB telah dilaksanakan,diantaranya pengoptimalan ANC (Depkes, 2012). Tetapi terdapat permasalahanpermasalahan yang muncul diantaranya adalah pelayanan ANC yang belumoptimaldalam pelaksanaannya, belum memadainya jumlah ketersediaan tenagakesehatan yang sesuai kompetensi, dan perlu pengoptimalan pada programkontrasepsi jangka panjang (Kemenkes RI, 2015).Antenatal Care (ANC) adalah suatu komponen dalam pelayanan kesehatan ibuhamil terpenting untuk meminimalkan serta menurunkan tingkat AKI(Depkes RI,2008). Pelayanan tersebut berguna memantau kemajuan kehamilan, mengetahuikesehatan fisik, mental, dan sosial ibu maupun janin, serta mengetahui secara diniadanya kelainan atau ketidaknormalan yang berisiko muncul pada masa kehamilan(Manuaba, 2005 & Kemenkes RI, 2010). Dalam RAN PP AKI 2013-2015.DiIndonesia,manfaat pelayanan ANC oleh ibu hamil termasuk dalam kriteria belumterlaksana secara optimal berdasarkan standar pedoman yang telah ditetapkan.Ibu hamil yang telah mempunyai pengalaman kehamilan sebelumnya,seringkali mengesampingkan dan mengabaikan pemeriksaan antenatal. Karenaparadigma mereka telah berhasil dalam menjalani kehamilan yang lalu meskipuntidak dilandasi oleh pemeriksaan antenatal obstetric. Padahal, tanpa mereka ketahuidan sadari akan risiko dan bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan yang laludapat terjadi pula pada kehamilan saat ini. (Hasnah,2003 & Prawirohardjo, 2009).Puskesmas Kartasura merupakan salah satu Puskesmas yang berada dalamcakupan wilayah Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan studi pendahuluan yang3

dilakukan di Puskesmas Kartasura, diperoleh data pada bulan Januari-November2015 jumlah K1 sebesar 76,51% dan jumlah kunjungan dan K4 sebesar 72,9%.Namun adanya perbedaan persentase antara cakupan kunjungan K1 dan K4, hal inidapat mengindikasikan bahwa adanya beberapa ibu yang tidak melakukan kunjunganawal (K1) atau bahkan melewatkan kunjungan K4 selama masa kehamilan terkhususibu dengan multigravida, dan didukung oleh penelitian dari Sari et al (2015),mengatakan bahwa paritas multigravida sebagian besar tidak teratur dalampemanfaatan pelayanan antenatal, mereka merasa telah memiliki pengalaman lebihbanyak dari pada primigravida, padahal setiap kehamilan akan memiliki keadaanserta kondisi yang berbedaDari data yang diperoleh melalui wawancara kepada 4 ibu hamil multigravidadi puskesmas kartasura, mengatakan bahwa belum mengetahui secara jelas mengenaiapa itu ANC dan manfaatnya bagi mereka, hal ini mengindikasikan bahwa masihadanya ibu hamil multigravida yang belum mengerti sepenuhnya tentang betapapentingnya kunjungan ANC secara teratur dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitiantentang adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil multigravida dengankepatuhan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Kartasura.Tujuan penelitian ini mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan ibuhamil multigravida dalam kunjungan antenatal care di wilayah kerja PuskesmasKartasura.2. METODELOGI PENELITIAN2.1 Rancangan PenelitianDesain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubunganantara dua variabel, yaitu variabel bebas (tingkat pengetahuan ibu hamilmultigravida) dengan variabel terikat (kepatuhan kunjungan antenatal care), danmenggunakan pendekatan cross sectional. Desain Cross Sectional adalah suatupenelitian yang menghubungkan antara variabel sebab atau risiko dan akibat ataukasus yang terjadi pada obyek penelitian dan diukur atau dikumpulkan secarasimultan (dalam waktu yang bersamaan) (Hidayat, 2011).2.2 Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melaksanakan kunjungan ANCpada periode November-Desember 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kartasurayang berjumlah K1 dan K2 total 272 populasi, dan ibu dengan kehamilan keduaatau lebih berjumlah 71 populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan4

teknik total sampling untuk pengambilan sampel, sampel yang akan digunakandalam penelitian ini berjumlah 71 responden (Nursalam, 2015).2.3 Intrumen PenelitianPenelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan buku KIA.2.4 Analisis DataAnalisis data pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi Spearman rho.3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN3.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenTabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenNo Karakteristik RespondenFrekuensiPersentase (%)1Umur ibua. 20-35 tahun4462,0b. 36tahun2738,0Jumlah711002Usia kehamilana. 25-28 minggu1723,9b. 29-32 minggu2940,8c. 33-36 minggu2535,2Jumlah711003Kehamilan saat inia. 2-3 kali6287,3b. 4-5 kali68,5c. 5 kali34,2Jumlah711003.2Analisis UnivariatTabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu MultigravidaTingkat PengetahuanFrekuensiPersentase abel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Kunjungan Antenatal CareKepatuhanKunjunganFrekuensiPersentase (%)Antenatal Care5

PatuhTidak PatuhJumlah43287160,639,4100%3.3 Analisis BivariatTabel 4. Silang Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Multigravida Dengan KepatuhanKunjungan Antenatal CareKepatuhanTingkatPatuhTidak 360,62839,471Tabel 5. Analisis Korelasi Spearman Rho Hubungan Antara TingkatPengetahuan Ibu Hamil Multigravida Dengan Kepatuhan Kunjungan iTingkat pengetahuan ibuhamil multigravida dengan0,2040,044H0 ditolakkepatuhan kunjunganantenatal care4. Pembahasan4.1 Karakteristik Responden4.1.1 Karakteristik Umur RespondenHasil dari distribusi frekuensi umur ibu menunjukkan bahwa respondenterbanyak pada penelitian ini adalah umur ibu 20-35 tahun sebanyak 44responden (62%). Umur ibu sangat berpengaruh terhadap kehamilan, padaumur 20-35 tahun cenderung akan teratur karena paradigma merasapemeriksaan sangatlah penting untuk dilakukan, sedangkan umur 35 tahuncenderung acuh pada kunjungan antenatal, disebabkan mereka telahmemiliki pengalaman yang matang dalam kehamilan (Pongsibidang, 2013).Namun penelitian lain (Vitriani, 2012), menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara faktor usia ibu terhadap kunjungan pemeriksaan ANC padaibu hamil.6

4.1.2 Karakteristik Usia KehamilanHasil distribusi frekuensi usia kehamilan menunjukkan bahwa respondenterbanyak pada penelitian ini adalah ibu dengan usia kehamilan 29-32minggu sebanyak 29 responden (41%).Usia kehamilan pada ibu berpengaruh terhadap kepatuhan ibu dalammelaksanakan kunjungan ANC, hal tersebut cenderung terjadi pada ibudengan usia kehamilan yang telah memasuki trimester III, ibu akanberpikiran pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga dapat memicuterjadinya kecemasan dan kegelisahan menjelang persalinan, hal ini dapatmemunculkan kesadaran ibu untuk lebih patuh dalam melakukanpemeriksaan kehamilan serta mempersiapkan upaya persalinannya(Aprianawati, 2007).4.1.3 Karakteristik ParitasDistribusi frekuensi paritas menunjukkan bahwa responden terbanyak padapenelitian ini adalah ibu dengan paritas 2-3 kali sebanyak 62 responden(87%). Ibu hamil dengan paritas tinggi cenderung menganggap bahwadirinya telah memiliki pengalaman dalam kehamilan dan persalinan,sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan kehamilannya saat ini. Sedangkanpada paritas 2-3 merasa bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan suatukewajiban dalam setiap kehamilan sehingga merasa perlu untuk rutin dalammemeriksakan kehamilannya (Pongsibidang 2013).4.2Tingkat pengetahuanDari hasil analisis pada tabel 4.2 diketahui bahwa frekuensi tingkatpengetahuan ibu terbanyak adalah ibu dengan tingkat pengetahuan baik, sebanyak49 responden (69,0%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila tingkatpengetahuan yang semakin baik tentang antenatal care akan meningkatkankemungkinan ibu untuk patuh dalam memeriksakan kehamilannya, sehinggaapabila terdapat ibu hamil yang memiliki karakteristik dan latar belakang yangsama, maka ibu dengan pengetahuan yang lebih tinggi akan memiliki tingkatkepatuhan yang lebih baik dalam memeriksakan kehamilannya (Pratitis, 2013 &Pongsibidang, 2013).Damayanti (2009), mengatakan bahwa semakin baik tingkat pemahaman ibuhamil tentang ANC tentunya akan semakin baik pula tingkat kepatuhannya dalammelaksanakan ANC dan apabila ibu multigravida memiliki pengetahuan yangbaik tentang ANC maka kemungkinan besar ibu akan berfikir dalam menentukansikap dan perilaku untuk mencegah dan menghindari atau mengatasi masalahkehamilan yang akan terjadi. Literatur lain mengatakan bahwa ibu hamilmultigravida memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik mengenai ANC7

dibandingkan ibu primigravida, apabila pengetahuan ibu baik maka baik jugakunjungan antenatalnya (Rezeki & Choiriyah, 2015 ; Shafqat et al, 2015).Ibu multigravida yang memiliki pengetahuan baik tentang kehamilannyamaka ibu akan mempunyai kesadaran yang tinggi untuk merawat kehamilannya.Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan jadwal pemeriksaankehamilan, manfaat pemeriksaan kehamilan, tanda bahaya kehamilan, risikotinggi kehamilan dan tempat memeriksakan kehamilaan serta melakukankunjungan-kunjungan rutin untuk pemeriksaan (Irmayanti, 2007). Hal ini terkaitdengan yang dikatakan oleh Mubarak (2007), bahwa pengalaman dan ingatanterdahulu dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang dan akhirnya diperolehpengetahuan yang lebih mendalam. Sehingga dengan tingginya tingkatpengalaman dan pengetahuan ibu multigravida yang, diharapkan dapatmendorong keaktifan dalam melaksanakan kunjungan ANC.4.3Kepatuhan Kunjungan Antenatal CareDari hasil analisis diketahui pada tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa sebagianbesar kepatuhan kunjungan antenatal care adalah patuh yaitu sebesar 60,6%,sedangkan yang tidak patuh sebesar 39,4%. Hasil tersebut menyatakan bahwasebagian besar ibu yang mempunyai kepatuhan kunjungan sudah cukup baik, halini sebanding dengan tingkat pengetahuan dari responden yang sebagian besardikategorikan baik pula (Pratitis, 2013). Tingkat kepatuhan dan kesadaran ANCdipengaruhi oleh status pendidikan, pekerjaan, dan jumlah kunjungan ANC yangdikunjungi (Demissie, 2015). Sedangkan ketidakpatuhan umumnya disebabkankarena kurangnya pemahaman tentang instruksi (Pratitis, 2013). Pengetahuanyang baik tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan dapat mendorongkesadaran ibu untuk aktif dalam melaksanakan kunjungan ANC secara rutinsehingga tercapainya tujuan pelayanan antenatal (Siregar, 2001).Ibu yang patuh dalam melaksanakan kunjungan ANC akan memperolehinformasi mengenai pentingnya menjaga kehamilan dan perkembangan sertapertumbuhan janin, sedangkan ibu yang tidak patuh diharapkan mampu aktif danmenumbuhkan kesadaran dalam melaksanakan kunjungan ANC, sehinggakebutuhan gizi ibu dan janin dapat terpenuhi, kemudian ibu dapat langsungmemperoleh penanganan serta pelayanan kesehatan apabila terdapat masalahdalam proses kehamilan, sehingga ibu terdorong untuk melaksanakan kunjungankehamilan secara teratur (Hardiani, 2012).4.4Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Multigravida denganKepatuhan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja PuskesmasKartasuraHasil pengujian hipotesis tingkat pengetahuan ibu hamil multigravidadengan kepatuhan kunjungan antenatal care yang diperoleh bahwa nilaiprobabilitas sebesar 0,044. Dikarenakan nilai p 0,05 (0,044 0,05), maka H08

ditolak sehingga dinyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibuhamil multigravida dengan kepatuhan kunjungan antenatal care di Wilayah KerjaPuskesmas Kartasura dengan koefisien korelasi Spearman Rho sebesar 0,204,yang berarti semakin baik tingkat pengetahuan ibu hamil multigravida makakepatuhan kunjungan antenatal care pada responden semakin baik pula. HasilPenelitian lain yang dilakukan oleh Pratitis & Kamidah (2013), mengemukakanapabila semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang tanda bahaya kehamilanmaka akan semakin patuh pula dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.Namun penelitian Hardiani (2011), menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamilmultigravida pada trimester III memiliki motivasi yang baik dalam melakukankunjungan ANC tetapi tingkat kepatuhan mereka masih kurang dalammelaksanakan kunjungan ANC. Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa perlu adanya peran serta dari masyarakat dan keluarga untuk memberikanmotivasi dan dukungan kepada ibu hamil untuk patuh dalam melaksanakankunjungan ANC baik pada ibu multigravida maupun primigravida. Dandiharapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan keaktifan sebagaieducator dan konselor dalam upaya meningkatkan pemberian informasi berupapengetahuan dan konseling pada ibu hamil pada kegiatan ANC.Dengan adanya pengalaman kehamilan sebelumnya pada ibu multigravidadiharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan mengenai tanda bahayakehamilan, selain itu diharapkan pula ibu multigravida dapat berperan aktif dalammelaksanakan kunjungan antenatal, kare

Pengetahuan Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Jumlah Frekuensi % Frekuensi % Baik Cukup Kurang 33 9 1 46,5 12,7 1,4 16 11 1 22,5 15,5 1,4 49 20 2 Jumlah 43 60,6 28 39,4 71 Tabel 5. Analisis Korelasi Spearman Rho Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Multigravida Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Variabel Spearman Rho

Related Documents:

tingkat pendidikan responden sebagian besar rendah 56,1%. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,02), tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,1) dan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan prevalensi Tabel 3 Hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang penyakit DHF dengan prevalensi penyakit DHF di Desa Kedung Kendo Kecamatan Candi, Juni 2010 Tingkat Pengetahuan penyakit Prevalensi penyakit DHF Ada Kejadian Tidak ada kejadian N % N % Baik 6 2,2 % 83 30,6 .

Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet (p 0,05). Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet (p 0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna antara tingkat

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks digabung dengan sig α 0,05, didapatkan hasil ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks ditandai dengan nilai(p α ) dimana nilai p adalah 0,002. b. Hubungan antara pemberian uang

ibu. Hubungan antar variabel yang diteliti serta pengaruh variabel perancu dianalisis dengan model analisis regresi logistik ganda, dengan menggunakan program SPSS v. 15. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi anak balita dengan pengetahuan, sikap, maupun perilaku ibu (pengetahuan OR 17.02,

antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Gedangan, Sukoharjo. Tujuan yang ingin dicapai dalam peneltian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.

hubungan antara penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMAN 7 Jombang. Semakin tinggi penggunaan media sosial maka tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi semakin tinggi pula. Kata Kunci: Remaja, Penggunaan media sosial, Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi.

It is not strictly a storage tank and it is not a pressure vessel. API does not have a standard relating to venting capacities for low-pressure process vessels. It is recommended that engineering calculations be performed based on process and atmospheric conditions in order to determine the proper sizing of relief devices for these type vessels. However, it has been noted that may people do .