PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID: SUATU TRANSFORMASI BENTUK .

3y ago
56 Views
2 Downloads
381.43 KB
18 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Ronnie Bonney
Transcription

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID:SUATU TRANSFORMASI BENTUK DAN RUANGM. Syaom BarlianaJurusan Pendidikan Teknik ArsitekturUniversitas Pendidikan Indonesia(Artikel telah dipublikasikan dalamJurnal Terakreditasi Nasional HISTORIA,Vol IX, No 2, Desember 2008Jurusan Pendidikan Sejarah,Universitas Pendidikan Indonesia)Bandung, 20081

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID:SUATU TRANSFORMASI BENTUK DAN RUANGM. Syaom BarlianaJurusan Pendidikan Teknik ArsitekturUniversitas Pendidikan IndonesiaABSTRAKMasjid, merupakan suatu karya budaya yang hidup, karena ia merupakan karya arsitekturyang selalu diciptakan, dipakai oleh masyarakat muslim secara luas, dan digunakan terus-menerusdari generasi ke generasi. Karena itu, sebagai bangunan relijius, masjid adalah representasi darikomunitas ummat Islam yang melahirkan dan memakmurkannya. Sebagai suatu proses dan hasilanbudaya yang hidup, masjid seringkali tumbuh dan berkembang secara dinamis seiring dengantumbuh dan berkembangnya masyarakat itu sendiri. Ini kadang menjadi masalah dan sekaliguskelebihan tersendiri dalam menelusurinya. Telaah di bawah ini ingin menunjukkan dinamikaperkembangan dan perubahan arsitektur masjid di Indonesia, yang diperlihatkan dengantradisionalitas dan modernitas dalam transformasi bentuk dan ruang arsitektur sebagai karakteristikdominan.Kata Kunci: arsitektur masjid, perkembangan, tradisionalitas dan modernitas arsitektur,transformasi bentuk dan ruang.Jika ditelusuri dari sejarah perkembangannya, masjid merupakan karyaseni dan budaya Islam terpenting dalam ranah arsitektur. Karya arsitekturmasjid, merupakan perwujudan dari puncak ketinggian pengetahuan teknik danmetoda membangun, material, ragam hias, dan filosofi di suatu wilayah padamasanya. Selain itu masjid juga menjadi titik temu berbagai bentuk seni, mulaidari seni spasial, ruang dan bentuk, dekorasi, hingga seni suara 1.Masjid, dengan demikian,merupakan suatu karya budaya yang hidup,karena ia merupakan karya arsitektur yang selalu diciptakan, dipakai olehmasyarakat muslim secara luas, dan digunakan terus-menerus dari generasi kegenerasi. Sebagai suatu proses dan hasilan budaya yang hidup, masjid engantumbuhdanberkembangnya masyarakat itu sendiri. Ini kadang menjadi masalah dansekaligus kelebihan tersendiri dalam menelusurinya. Telaah di bawah ini ingin1Bambang S. Budi (2000). Arsitektur Masjid. Jaringan Komunitas Arsitektur Indonesia. Arsitektur Com.2

turmasjidtersebut.PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID:Dari Tempat Sujud menjadi Pusat BudayaUntuk menelaah lebih jauh tentang masjid, maka pertama-tama sumberyang harus dirujuk adalah Al Qur’an dan Al Hadist. Banyak ayat dalam keduasumber pedoman hidup umat Islam yang berbicara tentang masjid.Beberaparujukan di bawah ini menjelaskan hal itu.Pada awalnya, masjid tidak harus merupakan bangunan khusus ataukarya arsitektur tertentu. Masjid yang secara harfiah berarti tempat sujud, bisaberarti sekadar sebuah batu atau sehampar rumput savana, atau lapanganpadang pasir yang dikelilingi bangunan serambi seperti “masjid lapangan” yangpertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad SAW, misalnya. Sebab, padadasarnya, sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan, bahwa:“Kepada Jabir bin Abdullah Al-Ansary, Nabi menerangkan bahwa bumi ini bagikusuci bersih dan boleh dijadikan tempat untuk sembahyang, maka dimanapunseseorang berada bolehlah ia sembahyang apabila waktunya tiba”. 2 Demikianpula,hadist riwayat Bukhari menyatakan bahwa: “Apabila Nabi Muhammadberkata: seluruh jagad telah dijadikan bagiku sebagai masjid (tempat sujud)” 3.Hadits tersebut bermaksud menyatakan bahwa seluruh permukaan bumiini bisa dijadikan sebagai masjid, dan sama sekali tidak bermaksud membatasibagaimana cara dan bentuk masjid itu diwujudkan. Oleh sebab itu, sepertidisebutkan Abdul Rochym,4 Islam tidak memiliki konsep arsitektur agaitempatperibadatan umat Islam, misalnya harus memiliki ciri seragam seperti kubahatau bentuk lainnya.Ini sejalan dengan pernyataan Mangunwijaya 5, bahwa meski aanbiasanyamenampakkan arti sejati yang diilhami oleh kedalaman jiwa manusia yang egabahHussein Bahreisj. 1982. Hadist Shahih Bukhari Muslim. Karya Utama.H. Zainuddin Hamidy, dkk. 1990. Hadis Shahih Bukhari. Bulan Bintang.4 Abdul Rochym. 1994. Lintasan Sejarah Arsitektur. Bahan kuliah tidak diterbitkan. FPTK IKIP Bandung. Lihatjuga: Abdul Rochym. 1983. Sejarah Arsitektur Masjid. Angkasa5 Y.B. Mangunwijaya. 1992. Wastu Citra. Gramedia Pustaka Utama. h 51-88233

ntupadasuatuperwujudan bentuk-bentuk arsitektural tertentu pula. Seolah-olah arsitekturIslam atau Kristen misalnya, baru boleh disebut arsitektur dengan predikat Islamatau Kristen jika setia kepada suatu deretan kategori bentuk-bentuk arsitektur.Meski seluruh permukaan bumi adalah masjid, dan karena itu bisa sajamembuat masjid dengan sekedar batas pagar berbentuk kotak misalnya, namunbagi ummat Islam masjid adalah “Rumah Allah” yang harus dimuliakan. Karenaitu, sepanjang sejarah perkembangan arsitektur, masjid merupakan bentukanarsitektur yang memperoleh curahan optimal dalam hal ketrampilan teknologi,estetika, dan falsafah dalam rangkaian sejarah arsitektur Islam. Ini tampaknyasejalan denganMuslim,uangkapan sebuah hadist lain yang diriwayatkan Bukhari-bahwa: “Barangsiapa mendirikan masjid karena Allah, niscaya Allahmendirikan rumah yang sebanding (pahalanya) dengan itu di surga”.6 Sementaraitu sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Naim dan Said Al Khudri. r.a.menyatakan bahwa;“Sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi ialah masjid-masjid, dan para pengunjungnya adalah orang-orang yang memakmurkannya”.7Disamping itu, hadist riwayat Ahmad dan Tarmizi mengungkapkan, bahwa:“Rasulullah telah menyuruh kami membangun masjid di tempat tinggal kami dansupaya kami membersihkannya”.8 Dengan demikian ada tiga kata kunci yangpatut diperhatikan dari beberapa ayat Al Qur’an dan Hadist tersebut di ,danmembersihkannya.Sementara itu, sebuah ayat lain menyatakan: “Hai anak Adam pakailahpakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan danminumlah danjangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihlebihan”9. Ayat ini menunjukkan bagaimana umat Islam harus memuliakan danmenghormati masjid. Karena itu, justru pada saat datang ke masjid dan bukanpada saat datang ke undangan atau pesta misalnya,diperintahkan kaumMuslim untuk memakai pakaian yang indah, dan dalam hadist yang lain jugadisunahkan untuk memakai wangin-wangian.Hal itu juga relevan dengan fungsi masjid sebagai tempat suci, sehinggapara pemakainya pun senantiasa harus dalam keadaan bersih, dengan cara6789Hussein Bahreisj. 1982. Hadist Shahih Bukhari Muslim. Karya Utama.H.A. Mustafa. 1990. 150 Hadist Pilihan. Al-Ikhlas.H.A. Mustafa. 1990. 150 Hadist Pilihan. Al-Ikhlas.Qur’an Surat Al Araf, ayat 7.4

mandi dan berwudlu sebelum memasuki masjid dan melaksanakan ibadah.Demikianlah, maka: “Di dalam masjid terdapat orang-orang yang selalu g-orangyangselalubersih/bersuci”.10 Oleh sebab itu,: “Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak baikuntuk tempat kencing dan kotoran. Sesungguhnya masjid itu untuk tempatmengingat Allah SWT dan membaca Qur’an” 11.Kesucian dan kebersihan itu terkait dengan fungsi utama dari masjid ialahsebagai tempat ibadah shalat, terutama shalat wajib yang lima waktu. Hadistriwayat Bukhari dan Said Tsabit mengungkapkan, bahwa“Shalatlah kamusekalian wahai manusia dalam rumah-rumahmu karena sesungguhnya yangpaling utama dari shalat ialah shalatnya seseorang di rumahnya kecuali shalatyang wajib (lebih utama di masjid)” 12.Banyaknya ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits yang berbicara tentang masjidtersebut, menunjukkan bahwa masjid menempati posisi penting dan nisejalandenganperkembangan Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW ditanah Arab sejak tahun 600-an Masehi, yang telah berkembang luas baik keBarat maupun ke Timur. Ke arah Barat, jejak wilayahnya membentang dariSpanyol hingga Afrika Barat dan ke arah Timur hingga China dan Asia Tenggara.Kehadiran agama ini telah memberikan budaya baru dalam masyarakat dunia.Produk-produk budayanya dapat disaksikan dalam berbagai perwujudannya,termasuk diantaranya adalah arsitektur.Terbukti, bahwa masjid telah menjadi suatu karya arsitektur yangmerupakan hasil budaya manusia yang terbesar baik dalam penyebarangeografis, ragam ukuran, maupun ragam bentuk sepanjang masa. Kenyataan inibertumbuh, karena arsitektur masjid sekaligus mengandung dua unsur, yaitusebagai kristalisasi nilai dan pandangan hidup masyarakat Muslim, dansekaligus sebagai pembentuk manusia-manusia yang sesuai dengan nilai danpandangan hidup masyarakatnya itu sendiri13. Oleh sebab itu, bisa dipahami jikakemudian masjid menjadi pusat kebudayaan agama Islam, dan bahkan menjaditanda, simbol, dan orientasi bagi keberadaan Islam dan ummatnya.10111213Qur’an Surat At-Taubah, ayat 108.H.A. Mustafa. 1990. 150 Hadist Pilihan. Al-Ikhlas.H.A. Mustafa. 1990. 150 Hadist Pilihan. Al-Ikhlas.Dokumen Pengantar Pameran (1991). Arsitektur Islam. Festival Istiqlal I5

Dari segi fungsi, seiring dengan masuk dan berkembangnya Islam diIndonesia khususnya di Pulau Jawa, masjid dalam perkembangannya tidak sajadigunakan sebagai tempat ibadah dalam arti sujud, namun juga sebagai tempatpembinaan, pengajaran, praktek sosial, pengamanan, dan benteng pertahananumat Islam. Karena itu, fungsi masjid mencakup pengertian sosial, budaya, danpolitik sekaligus.Karena itu, masjid dalam kapasitasnya sebagai rumah ibadah umat Islammemiliki beberapa unsur-unsur/elemen-elemen yang diperlukan untuk fungsifungsi tersebut. Ada beberapa elemen generik yang memang ada dari sejak dulu(jaman Nabi Muhammad SAW) dan ada pula yang tambahan-tambahan erikutnyainiberkembang seiring dengan kebutuhan-kebutuhan baru. Keduanya (baik yanggenerik maupun yang merupakan tambahan baru) pada umumnya bervariasitergantung di mana masjid tersebut berada.PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID DI INDONESIA:Suatu Adaptasi dan Akulturasi BudayaSejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalurhubungan dagang yang sangat lama. Di Jawa, Islam masuk dan berkembangsecara perlahan tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Parapenyebarnya terkenal dengan toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempatyang ada. Perkembangannya yang tidak secara drastis ini sedikit demi sedikitmenggantikan norma yang telah ada sebelumnya khususnya Hindu-Budhaselama masa waktu itu. Proses ini berlangsung lama sehingga terjadilahpercampuran secara alamiah.Pada awal abad ke 15, Islam sudah menjadi kekuatan sosio-politik diNusantara, khususnya di pulau Jawa, sehingga berhasil mendesak pengaruhpolitik Majapahit. Kenyataan ini memuncak dengan berdirinya KesultananDemak yang didukung oleh segenap ulama di Indonesia (lebih dikenal sebagaiWali Sanga).Masjid, sebagai pusat dan inspirasi segala kegiatan lalu menjadisuatu lambang yang baru untuk memelihara momentum sosio politik waktu itu,sekaligus sebagai proyeksi jati-diri tatanan yang baru dalam bentuk yang nyatadan kasat mata.Berkaitan dengan penyebaran Islam secara damai ini pula, Islam terlihatmengadaptasi budaya dan tradisi setempat ke dalam perwujudan tipo-morfologi6

arsitektur masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat bahwa masyarakat aslisetempat cenderung untuk menyerap ide-ide baru (Islam) dan kemudianmengasimilasikannya dengan kepercayaan yang mereka anut. 14 Keduanya salingmengisi dan jalin-menjalin dengan unik. Contohnya seperti pada Masjid SendangDuwur (1559) di Jawa Timur, yang memiliki bentuk gerbangnya terdapatornamen makhluk hidup menyerupai burung merak dan burung garuda. AtauMasjid Menara Kudus yang gerbang-gerbangnya (kori) dan menaranya lebih miripbangunan candi Hindu (Candi Jago di Jawa Timur) dari pada sebuah menaraadzan masjid pada umumnya.Bahkan pundi Cina, morfologi arsitektur masjidAgung Xianmemperlihatkan adanya endapan karakter kebudayaan Cina. Jika dibandingkansistem hirarkis konsep gunung kosmik pada struktur Kota terlarang BeijingKuno, ternyata kebudayaan manusia Cina yang hirakis secara tak terasa tapimencolok mengendap dalam bangunan masjid Xian ini; dan yang lain samasekali ekspresi wujudnya bila dibanding dengan masjid Ibn Tulun di Kairo yangsangat demokratis tumbuh dari bumi dan rakyat padang pasir.15Bukti-bukti itu menunjukkan realitas, bahwa lewat bentukan arsitektursebagai salahsatu produk budaya masyarakat, terlihat proses akulturasi damaiantara dimensi kultural Islam dengan kebudayaan setempat. Ini sekaligusmenyangkal kesalahpahaman masyarakat Barat, bahwa Islam datang ke negerinegeri pemeluknya dengan kekerasan, penghancuran, dan perang yang penuhdarah.Meski demikian, penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawabukannya tanpa pergumulan serius. Menurut Khudori, 16 memang pada banyaktempat di kepulauan Nusantara, penyebaran Islam tidak mendapat hambatanberarti. Namun di Jawa, sesungguhnya terjadi konfrontasi serius menghadapikekuasaan Majapahit dengan peradaban Hindu-Bunda-nya, yang bahkan aspekmistik dan rujukan historiknya masih terasa sampai sekarang. Karena itu,tampaknya eklektisisme dan sinkretisme menjadi pilihan.Eklektisisme dan sikretisme arsitektur itu bisa disebut merupakan suatusolusi yang cerdas, dari pola penyebaran agama Islam secara damai dan mudahditerima, karena tidak memberikan kejutan budaya yang radikal. Dengan1415Bambang S. Budi (2000). Arsitektur Masjid. Jaringan Komunitas Arsitektur Indonesia. Arsitektur. ComY.B. Mangunwijaya. 1992. Wastu Citra. Gramedia Pustaka Utama. h 51-887

demikian, dinamika Islam dalam menghadapi pola-pola budaya dan tradisi lokalyang sudah ada di Nusantara melahirkan keragaman morfologik arsitekturaldalam jumlah besar dan bermutu tinggi.Dari sudut pandang agama itu sendiri, kenyataan ragam bentukanarsitektur tersebutmencerminkansifatkebudayaan yangdibangun olehmanusia, dengan citarasa, cara berfikir, cara berperilaku, dan selera, yangbersifat relatif dan fana. Artinya, bangsa-bangsa yang berbeda dapat memeluksatu agama yang sama yaitu agama Islam yang datang dari wahyu Allah dalam AlQur’an, namun bentukan arsitektur Islam dapat beragam sesuai dengankebudayaan masing-masing, termasuk kebudayaan eklektik dan sinkretik.Sesungguhnyabelumadastudi yangmenunjukkan kaitan antaraeklektisisme, sinkretisme, dan adaptasi arsitektur masjid terhadap budaya lokal,dengan sinkretisme dalam aspek ibadah ritual. Namun sebagai amsal,dalamBabad Cirebon ada sebaris keterangan yang menyatakan bahwa orang Jawa tidakperlu mengikuti bangsa Arab dalam mendirikan menara. Alasannya, orang biasa(muadzin) tidak boleh beradalebih tinggidaripada raja.Hal ini akanmenimbulkan akibat buruk, yang disebut sebagai tullah atau kualat.17 bid’ah,karenamencampur-adukkan antara ketentuan agama bahwa: semua manusia padadasarnya kedudukannya sama di hadapan Allah dan hanya tingkat ketaqwaanyang membedakannya, dengan kedudukan hirarki feodal Raja dan sekaligusmitos yang menyertainya.Dengan demikian, munculnya aliran tradisionalis dan modernis epadasejarahperkembangan Islam dan arsitektur masjid di Indonesia, atau sebaliknya. Darisegi tipologi arsitektur masjid khususnya,pembahasan di atas menunjukkankemungkinan adanya relasi antara doktrin keagamaan dengan arsitektur.Telaah ini sendiri tidak akan membahas lebih lanjut kemungkinan adanyakaitan antara doktrin keagamaan dengan perkembangan arsitektur anganmainstream,yaituDarwis Khudori. 2000. Islam, Architecture and Globalisation: Problematic and Prospects for Research inIndonesia. Proceeding of The Third International Symposium Expression in Indonesian. Architecture. h. 14. UIALSAI17 Ini merupakan suatu penjelasan, mengapa menara tidak menjadi bagian yang mutlak untuk menentukanlengkap tidaknya bangunan masjid, sebab tidak semua masjid besar di Indonesia dilengkapi menara. Lihat168

r.Pengungkapantradisionalitas dan modernitas arsitektur masjid ini, sama sekali terlepas daripenilaian baik dan buruk sehingga bersifat netral. Artinya, modernitas arsitekturmasjid tidak dimaksudkan untuk menunjukkan nilai lebih baik atau lebih burukdari tradisionalitas arsitektur masjid, dan demikian pula sebaliknya.TRANSFORMASI ARSITEKTUR MASJID:Tradisionalitas & Modernitas sebagai Unsur DominanPengertian tradisionalitas dan modernitasartikel ini, tidak merujuk kepadayang dimaksudkan dalamkonsep dan identitas baku arsitekturtradisional atau arsitektur modern, tetapi lebih kepada sifat atau ciri-ciriketradisionalan dan kemodernan arsitektur Disamping itu, tradisionalitas danmodernitas ini pun untuk sebagian tidak selalu kontras hitam putih, tetapi lebihkepada ciri mana yang paling dominan melekat pada suatu bentukan arsitektur.Untuk itu, berdasarkan kajian teori yang diuraikan di muka serta berdasarkankonsep-konsep umum yang selama ini dikenal, berikut ini diuraikan sifat-sifatdan ciri ketradisionalan dan kemodernan arsitektur tersebut.Terma-terma semacam sinkretisisme, eklektisisme, mistisme, simbolisme,ketaatan pada tradisi dan sejarah, ketaatan pada sumber legitimasi (taqlid padaKyai), rancangan inkremental (tanpa orde), bentuk dilahirkan dari logika bahansemata, dan lemahnya semangat inovasi dalam berarsitektur, adalah beberapaindikator tradisionalitas.Sementara indikator modernitas, diantaranya adalahsemangat pembaruan (inovasi) dan reinterpretasi, rasional, kritis, a-historis, yangmultidimensi,kesetiaan pada orde, serta bentuk mengikuti fungsi 18. Ciri-ciri tradisionalitas dankutipan dari Wirjosuparto (1986. p. 5) dan Abdurachman (1982. p. 52), dalam Bambang S. Budi (2000).Arsitektur Masjid. Jaringan Komunitas Arsitektur Indonesia. Arsitektur. Com18 - Eklektisisme dalam tradisionalitas arsitektur adalah suatu peniruan dari bentukan arsitektur yang telahada tanpa sikap kritis, karena itu berbeda dengan eklektisisme dalam arsitektur postmodernis yang mencobamerumuskan sintesis baru atas langgam-langgam lama/bersejarah yang kemudian dipresentasikan kembali,yang tujuan pertamanya memberikan alternatif desain selain fungsionalisme. Lihat: Heinrich Klozt. 1988. TheHistory of Post Modern. Massachusetts Institute of Technology. Cambridge.- Simbolisme tradisionalitas arsitektur lebih merujuk kepada makna-makna simbolik yang bersifat mistis,kosmologis, dan tak teraga (intangible). Ini berbeda dengan simbol-simbol yang lebih intelektual, rasional, danteraga pada modernitas arsitektur, sehingga sering pula disebut antisimbol dan anti ornamen karena lebihcenderung bermakna ekspresi dan bukan simbolik.- Kejujuran terhadap bahan adalah ciri modernitas arsitektur. Namun terma “bentuk dilahirkan dari logikabahan semata” lebih menunjuk kepada tipologi bangunan secara keseluruhan. Dalam arsitektur modern,bentuk lebih banyak dilahirkan dari simbol atau ide tertentu sang perancang/pembangun. Menara Eiffeldibangun oleh Baron Haussman sebagai simbol kemajuan teknologi dan hasrat megalomania Napoleon III yangbaru saja menerapkan konep percemen dalam penataan kota Paris. Masjid Istiqlal yang monumental dibangununtuk merepresentasikan “kebesaran” ummat Islam dan bangsa Indonesia. Masjid Salman yang rasional danahistoris mencoba merefleksikan masyarakat dunia keilmuan. Sementara itu, bentuk-bentuk masjid tradisional9

modernitas dalam bentukan arsitektur masjid tersebut, untuk beberapa halesensial diuraikan di bawah ini.Di sini lebih ban

Kata Kunci: arsitektur masjid, perkembangan, tradisionalitas dan modernitas arsitektur, transformasi bentuk dan ruang. Jika ditelusuri dari sejarah perkembangannya, masjid merupakan karya seni dan budaya Islam terpenting dalam ranah arsitektur. Karya arsitektur masjid, merupakan perwujudan dari puncak ketinggian pengetahuan teknik dan

Related Documents:

transformasi Fourier - Jika ingin mengetahui informasi tentang kombinasi skala dan frekuensi kita memerlukan transformasi wavelet Transformasi citra, sesuai namanya, merupakan proses perubahan bentuk citra untuk mendapatkan suatu informasi tertentu Transformasi bisa dibagi menjadi 2 : - Transformasi piksel/transformasi geometris

S1 ARSITEKTUR DESKRIPSI MATA AJAR WAJIB ENAR601009 ENAR611009 PENGANTAR ARSITEKTUR 3 SKS Tujuan Pembelajaran: Mengetahui prinsip-prinsip dasar arsitektur, termasuk beberapa teori dasar, kaitan antara arsitektur dan manusia, kaitan arsitektur dan alam, arsitektur dan e

S1 ARSITEKTUR INTERIOR DESKRIPSI MATA AJAR WAJIB. ENAR601009 PENGANTAR ARSITEKTUR 3 SKS Tujuan Pembelajaran: Mengetahui prinsipprinsip dasar arsitektur, termasuk beberapa teori dasar, kaitan antara - arsitektur dan manusia, kaitan arsitektur dan alam, arsitektur dan e

Laboratorium Perkembangan Arsitektur, Departemen Arsitektur ITS, Surabaya Prosiding Semarnusa IPLBI A 050 ISBN 978-602-51605-1-6 E-ISBN 978-602-51605-2-3 . Arsitektur Si Waluh Jabu Karo: Arsitektur Tanggap Angin . . fenomenologi, secara deskriptif dan tekn

geometri. Transformasi pada dasarnya adalah perubahan posisi, besar atau bentuk dari suatu bangun. Jenis transformasi pada bidang, yaitu: translasi (pergeseran), refleksi (pencerminan), Rotasi (perputaran) dan dilatasi (perkalian). Contoh: 3 B. TRANSFORMASI TRANSLASI (PERGESERAN) Translasi (pergeseran) adalah suatu transformasi yang .

Transformasi Linier Transformasi fungsi pemetaan (mapping) DEFINISI 1: Misalkan V dan W adalah ruang vektor. Transformasi yang memetakan ruang vektor V ke ruang vektor W ditulis sebagai T : V W V adalah daerah asal (domain) transformasi T dan W adalah daerah hasil transformasi (kodomain) fungsi. Jika V W, maka T dinamakan operator .

Transformasi 2D . Teknik Transformasi Maka, A'(-20,-20), B'(-100,-20), dan C'(-60,-120). Transformasi 2D Merupakan pengembangan dari transformasi geometri 2D. Dibuat juga dalam bentuk matriks untuk memudahkan perhitungan. Teknik Transformasi Transformasi 3D

Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas Sebelas Maret. Penetapan profil dan learning outcome ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan guru akuntansi yang bermutu menurut persepsi mahasiswa, alumni, dosen, pengguna lulusan, Asosiasi Profesi, dan pengambil keputusan. Sumber data penelitian ini adalah 96 orang mahasiswa, 248 orang alumni, 15 orang dosen, 15 orang pengguna lulusan .