PENCEGAHAN DAN TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA DI . - Kemkes.go.id

1y ago
3 Views
1 Downloads
4.23 MB
250 Pages
Last View : 2m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kaydence Vann
Transcription

616.39IndbBUKU SAKUPENCEGAHAN DAN TATA LAKSANAGIZI BURUK PADA BALITADI LAYANAN RAWAT JALANBAGITENAGA KESEHATANKementerian Kesehatan RI2020

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI616.39IndIndonesia. Kementerian Kesehatan RI. DirektoratbJenderal Kesehatan MasyarakatBuku Saku Pencegahan dan Tata Laksana GiziBuruk Pada Balita di Layanan Rawat Jalan: BagiTenaga Kesehatan.—Jakarta: Kementerian KesehatanRI. 2020ISBN978-602-416-992-31. JudulI. NUTRITION DISORDERSII. NUTRITION REQUIREMENTSIII. CHILD HEALTH SERVICESIV. HEALTH MANPOWER

TIM PENYUSUNPengarah:Direktur Jenderal Kesehatan MasyarakatDirektur Gizi MasyarakatKontributor:IDAI: Sri Nasar; PERSAGI: Y. Endang Budiwiarti;Mitra Pembangunan: Julia Suryantan; WHO:Sugeng Irianto; Direktorat Gizi Masyarakat: IntiMudjiati; Julina; Mursalim; Nita Mardiah; IvonneKusumaningtias; Dewi Astuti; Elfina; Elisa; EvariniRuslina; Evi Fatimah; Evi Firna; Haji Samkani; LiaRahmawati; Marlina Rully Wahyuningrum; NandaIndah Permatasari; Paulina Hutapea; RianAnggraini; Rini Suhartini; Tiska Yumeida; VisiliaIsminarti Mahani; Yosnelli; Direktorat KesehatanKeluarga: Ario Baskoro; Nindya Savitri; Widyawati;Direktorat Kesehatan Lingkungan: Diah WatiSoetojo; Rahpien Yuswani; Yosina MarthinceWandadaya; Direktorat Promosi Kesehatan danPemberdayaan Masyarakat: Salma Tuasikal;Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer: LisbetMery Tambunan; Saudatina Arum Maujudah; YoriKemala; Direktorat Pelayanan KesehatanRujukan: Penta Sukmawati; Direktorat Tata Kelolai

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan: AtikaRizkia Noviani; Denti Widayanti; DirektoratPencegahan dan Pengendalian Penyakit MenularLangsung: Antony Azarsyah; Ann Natallia Umar;Alfinella Izhar Iswandi; Galuh Budhi Leksono Adhi;Nur Indah Lestari; Suhardini; Trijoko Yudopuspito.ii

KATA PENGANTARGizi buruk merupakan salah satu penyebab tidaklangsung kematian pada balita, karena kurangnyaasupan makanan yang dikonsumsi dan atau adanyapenyakit penyerta. Data Riset Kesehatan Dasartahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 10,2%balita gizi kurang (wasting) dan 3,5 % diantaranya giziburuk (severe wasting). Kondisi ini menunjukkanmasalah gizi buruk dan gizi kurang di Indonesiamenurut kriteria WHO masih menjadi masalahkesehatan masyarakat dengan kategori ”tinggi”.Balita gizi buruk sangat rentan terkena penyakitinfeksi dan seringkali gizi buruk disebabkan olehpenyakit infeksi, sehingga harus dilakukanpenanganan secara cepat, tepat, dan terintegrasiantara rawat inap dan rawat jalan, denganmengoptimalkanpemberdayaanmasyarakat.Menurut WHO, bila program pemberdayaanmasyarakat dan deteksi dini berjalan optimal, maka80% balita gizi buruk dapat diberikan pelayananrawat jalan.iii

Dalam manajemen tata laksana gizi buruk masihterdapat kendala, antara lain: belum optimalnyapenemuan kasus, pelayanan rujukan, kepatuhanpenderita dalam pengobatan, lamanya rawat inap,tingginya drop out, serta keterbatasan tenagakesehatan yang kompeten dalam tata laksana danpendampingan di lapangan.Dalam rangka meningkatkan kesembuhan balitagizi buruk di layanan rawat jalan, diperlukan peranaktif dari keluarga dan masyarakat serta kolaborasidari seluruh tenaga kesehatan yang terkait.Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat GiziMasyarakat menyusun Buku Saku Pencegahan danTata Laksana Gizi Buruk pada Balita di LayananRawat Jalan yang diharapkan dapat menjadipanduan praktis bagi tenaga kesehatan (tim asuhangizi) di Puskesmas dalam memberikan pelayanan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepadasemua pihak yang telah berkontribusi dalampenyusunan buku saku ini. Saran dan masukan yangmembangun atas buku saku ini sangat kamiharapkan.iv

Semoga buku saku ini bermanfaat dalam upayapenanggulangan gizi buruk pada balita sehinggadampak gizi buruk dapat ditekan seminimal mungkin.Jakarta, Agustus 2020Direktur Gizi Masyarakat,Dr. Rr. Dhian Probhoyekti, SKM, MAv

DAFTAR ISIHalaman JudulTIM PENYUSUN . iKATA PENGANTAR. iiiDAFTAR ISI . viDAFTAR TABEL . viiiDAFTAR BAGAN . xDAFTAR GAMBAR . xiDAFTAR LAMPIRAN.xiiDAFTAR DEFINISI OPERASIONAL . xvBAB IPENDAHULUAN . 1A. Latar Belakang . 1B. Tujuan . 5C. Tugas dan Fungsi . 6BAB IIPENCEGAHAN, DETEKSI DANPENEMUAN DINI GIZI BURUK . 9A. Pencegahan Gizi Buruk . 9B. Deteksi dan Penemuan Dini Gizi Burukdi Tingkat Masyarakat . 27BAB IIIALUR PENAPISAN MASALAH GIZI DANJENIS LAYANAN YANG DIPERLUKAN . 39vi

BAB IVSEPULUH LANGKAH TATA LAKSANAGIZI BURUK DI LAYANAN RAWAT JALAN . 46A. Tata Cara Pemeriksaan Gizi Burukpada Balita . 46B. Empat Fase pada Perawatan danPengobatan Gizi Buruk pada Balita . 48C. Sepuluh Langkah Tata LaksanaGizi Buruk pada Balita di LayananRawat Jalan. 51BAB VTATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITADI LAYANAN RAWAT JALAN. 64A. Konfirmasi Status Gizi . 64B. Tata Laksana Gizi Buruk padaBalita 6-59 Bulan . 67C. Tata Laksana Gizi Buruk padaBayi 6 Bulan dan Balita 6 Bulandengan Berat Badan 4 kgPasca Rawat Inap. 96BAB VIPEMANTAUAN DAN EVALUASI . 100BAB VIIPENUTUP . 108DAFTAR PUSTAKA . 109LAMPIRAN . 113vii

DAFTAR TABELTabel 1.1. Batasan Masalah KesehatanMasyarakat untuk Wastingmenurut WHO . 1Tabel 2.1. Faktor Risiko TerjadinyaHambatan Pertumbuhan . 21Tabel 2.2. Interpretasi Status PertumbuhanBerdasarkan Indeks Antropometri . 23Tabel 3.1. Klasifikasi Pitting Edema Bilateral . 41Tabel 4.1. Cara Membuat Cairan ReSoMal . 56Tabel 4.2. Cara Membuat Cairan ResomalBila Larutan Mineral mix TidakTersedia . 57Tabel 5.1. Rujukan LiLA, BB/PB atau BB/TBdan Pitting Edema Bilateral . 65Tabel 5.2. Dosis F100 untuk Balita Usia 6-59Bulan sesuai Berat Badan . 74Tabel 5.3. Dosis Kapsul Vitamin A DosisTinggi untuk Anak Usia 6 Bulansampai 5 Tahun. 78Tabel 5.4. Suplementasi Zat Besi menurutBerat Badan . 79Tabel 5.5. Hasil Tes Nafsu Makan denganRUTF . 82viii

Tabel 5.6. Jumlah RUTF yang HarusDikonsumsi Anak ketika TesNafsu Makan . 83Tabel 5.7. Jumlah RUTF dengan Kandungan500 kkal/bungkus (92 g), Diberikansesuai Berat Badan Anak . 85Tabel 5.8. Jenis Obat dan DosisAntihelmintik. 91Tabel 5.9. Kategori Keluar Layanan RawatJalan . 93Tabel 6.1. Kondisi-kondisi Penting yang PerluDiperhatikan Saat Pemantauan. 103Tabel 6.2. Kemungkinan Penyebab Kemajuanyang Lambat pada Rawat JalanBalita Gizi Buruk . 104ix

DAFTAR BAGANBagan 1.1. Empat Komponen PengelolaanGizi Buruk Terintegrasi . 4Bagan 2.1. Langkah- Langkah MobilisasiMasyarakat . 33Bagan 3.1. Alur Penapisan Balita GiziBuruk/Kurang dan Jenis Layananyang Diperlukan . 43Bagan 3.2. Layanan pada Kelompok Khusus . 44Bagan 4.1. Sepuluh Langkah Tata LaksanaGizi Buruk di LayananRawat Jalan . 52x

DAFTAR GAMBARGambar 2.1. Kebutuhan Gizi SepanjangUsia . 18Gambar 3.1. Cara Pemeriksaan PittingEdema Bilateral . 40Gambar 3.2. Klasifikasi Pitting EdemaBilateral . 41Gambar 4.1. Mineral mix Sachet . 56Gambar 5.1. Mengukur Porsi RUTF . 83xi

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Kandungan Mineral mix . 114Lampiran 2. Kandungan Gizi RUTF(Per 100 gram) . 115Lampiran 3. Resep Formula F100 danModifikasinya . 117Lampiran 4. Petunjuk Pemberian F100 untukAnak Gizi Buruk. 118Lampiran 5. Petunjuk Pemberian F100Diencerkan atau Susu FormulaBayi (Gizi Buruk) atau F75(Gizi Buruk dengan Edema) untukPemberian Makan Bayi Gizi BurukUsia 6 Bulan yang TidakMendapat ASI atau BalitaUsia 6 Bulan denganBerat Badan 4 kg . 120Lampiran 6. Terapi Tuberkulosis (TB) padaAnak Gizi Buruk. 122Lampiran 7. Balita Gizi Buruk dengan HIV danatau Penyakit Infeksi MenularSeksual (PIMS) . 135Lampiran 8. Register Layanan Rawat Jalan. 149Lampiran 9. Ringkasan Konfirmasi DiagnosaLayanan Rawat Jalan . 150xii

Lampiran 10. Laporan Bulanan LayananRawat Jalan . 151Lampiran 11. Formulir Pencatatan Bayi Muda 2 Bulan. 152Lampiran 12. Formulir Pencatatan Balita SakitUmur 2 Bulan sampai 5 Tahun . 154Lampiran 13. Formulir Pemantauan danEvaluasi Pasien Rawat Jalan . 156Lampiran 14. Kuesioner Kunjungan Rumah . 158Lampiran 15. Standar Makanan Padat Gizi(Kombinasi Formula) . 159Lampiran 16. Brosur Makanan Sehat Bayi . 161Lampiran 17. Brosur Makanan Sehat AnakBalita. 163Lampiran 18. Contoh Standar OperasionalProsedur (SOP) Deteksi Dini danRujukan Balita Gizi Buruk atauyang Berisiko Gizi Buruk . 165Lampiran 19. Contoh Standar OperasionalProsedur (SOP) Penetapan danKlasifikasi Balita Gizi Buruk diFasilitas Pelayanan Kesehatan . 186Lampiran 20. Contoh Standar OperasionalProsedur (SOP) Tata LaksanaGizi Buruk pada Balita Usia 6-59Bulan di Layanan Rawat Jalan . 196xiii

Lampiran 21. Contoh Standar OperasionalProsedur (SOP) Tata LaksanaGizi Buruk Pasca Rawat Inappada Bayi Usia 6 Bulan danBalita Usia 6 Bulan denganBerat Badan 4 kg di LayananRawat Jalan . 211Lampiran 22. Lembar Pernyataan PersetujuanMenerima Layanan Rawat Jalan 227xiv

DAFTAR DEFINISI OPERASIONALNo1IstilahDrop out (DO)2Formula 75 (F75)3Formula 100(F100)DefinisiIstilah yang digunakan untukbalita gizi kurang/ buruk yangtidak melanjutkan pengobatan/rawat jalan, yang ditandaidengan absen dua kali berturutturut.Formula makanan cair terbuatdari susu, gula, minyak danmineral mix, yang mengandung75 kkal (kilo kalori) setiap 100 ml,diberikan kepada balita gizi burukpada fase stabilisasi.Formula makanan cair terbuatdari susu, gula, minyak danmineral mix, yang mengandung100 kkal setiap 100 ml, diberikankepada balita gizi buruk padafase transisi dan rehabilitasi.xv

No4IstilahGizi buruk(severe wasting)5Gizi kurang(wasting)6LiLADefinisiKeadaan gizi balita yang ditandaioleh satu atau lebih tandaberikut: i) pitting edema bilateral,minimal pada kedua punggungkaki; ii) BB/PB atau BB/TBkurang dari -3 standar deviasi( -3 SD); iii) lingkar lengan atas(LiLA) 11,5 cm pada balita usia6-59 bulan.Keadaan gizi balita yang ditandaioleh satu atau lebih tandaberikut: i) BB/PB atau BB/TBberada pada -3 sampai dengankurang dari -2 standar deviasi(-3 SD sd -2 SD); ii) lingkarlengan atas (LiLA) kurang dari12,5 cm sampai dengan 11,5 cmpada balita usia 6-59 bulan.Lingkar lengan atas (LiLA),digunakan sebagai indikator giziburuk pada balita usia 6-59xvi

NoIstilah7MTBS8Pitting edemabilateralDefinisibulan, diperoleh dengan caramengukur lingkar lengan atas.Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS) adalah pendekatanterpadu dalam tata laksana balitasakit di fasilitas kesehatan tingkatpertama terhadap penyakitpneumonia, diare, campak,malaria, infeksi telinga, malnutrisidan upaya promotif-preventif(imunisasi, pemberian vitamin A,dan konseling pemberian makan)yang bertujuan mencegahkematian pada bayi/ balita.Pembengkakan yang disebabkanoleh penimbunan cairan tubuh dibawah kulit akibat kekuranganprotein, yang biasanya terjadipada kedua punggung kaki(edema minimal), punggungtangan, atau bila berat ditemukandi seluruh tubuh (anasarka).xvii

No9IstilahPendampinganbalita gizikurang/ buruk10Perkembangan11PertumbuhanDefinisiKegiatan penyuluhan dan/ ataukonseling dan pendampinganmelalui kunjungan rumah olehkader terlatih/ petugas gizi/kesehatan kepada keluarga yangmempunyai balita gizi kurang/gizi buruk.Perkembangan adalahperubahan fungsi tubuh menjadilebih sempurna. Bertambahnyafungsi tubuh (psikomotor, mentaldan sosial) antara lain ditandaidengan bertambahnyaketerampilan motorik kasar danhalus, berfungsinyapendengaran, penglihatan,kemampuan berbicara,kecerdasan baik kognitif maupunemosional.Pertumbuhan adalahbertambahnya ukuran fisik dariwaktu ke waktu, yang ditandaixviii

NoIstilah12Prevalensi balitagizi buruk13RUTF (Ready toUse TherapeuticFood)14TenagaPelaksanaGizi (TPG)PuskesmasDefinisidengan bertambahnya beratbadan, panjang/ tinggi badan danlingkar kepala.Persentase balita dengan giziburuk terhadap seluruh balita disuatu wilayah dalam periodewaktu tertentu.RUTF adalah makanan padat giziyang diperkaya dengan zat gizimikro untuk terapi balitagizi buruk sesuai standar WHO.Setiap orang yang memberikanpelayanan gizi berupa upayauntuk memperbaiki ataumeningkatkan makanan, dietetikmasyarakat, kelompok, atau klienyang merupakan suatu rangkaiankegiatan yang meliputipengumpulan, pengolahan,analisis, simpulan, anjuran,implementasi dan evaluasi gizi,makanan dan dietetik dalamxix

NoIstilahDefinisirangka mencapai statuskesehatan optimal dalam kondisisehat atau sakit.xx

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangGizi buruk (severe wasting) dapat meningkatkanangka kesakitan dan kematian serta meningkatkanrisiko terjadinya stunting. Data Riset KesehatanDasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi wastingpada balita sebesar 10,2% dan 3,5% atau sekitar805.000 balita diantaranya merupakan severewasting (gizi buruk). Batasan masalah kesehatanmasyarakat menurut WHO untuk wasting sepertipada Tabel 1.1. di bawah ini:Tabel 1.1. Batasan Masalah KesehatanMasyarakat untuk Wasting menurut WHOAmbang BatasKategori 2,5%sangat rendah2,5 - 5%rendah5 - 10%sedang10 - 15%tinggi 15%sangat tinggi1

Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalampembangunan Kesehatan, sesuai arah kebijakanRPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalahmenurunkan prevalensi wasting menjadi 7% danstunting menjadi 14%.Penanganan balita gizi buruk harus dilakukansecara cepat dan tepat untuk mencegah kematiandan komplikasi lebih lanjut serta memperbaikitumbuh kembang anak di masa mendatang. Upayapenanggulangan gizi buruk dilakukan denganpencegahan melalui penemuan dini danmemobilisasi masyarakat serta penanganan sesuaidengan tata laksana kasus, yang terintegrasi baikdengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.Menurut WHO, jika deteksi dini dan pemberdayaanmasyarakat optimal, maka 80% atau sekitar644.000 kasus gizi buruk dapat ditangani secararawat jalan.Pemerintah telah melakukan berbagai upayadalam penanggulangan gizi buruk pada balita,antara lain melalui penyusunan PedomanPencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk padaBalita, penguatan deteksi dini, edukasi gizi,2

pemantauan pertumbuhan dan perkembanganbalita, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagibalita gizi kurang, pembentukan TherapeuticFeeding Centre (TFC) sebagai pusat pemulihan gizidi fasilitas kesehatan, serta peningkatan kapasitastim asuhan gizi dalam tata laksana gizi buruk padabalita.Semua upaya tersebut diharapkan dapatmendukung pencapaian target RPJMN 2024 yaitu60% Puskesmas di seluruh Indonesia mampumemberikan pelayanan tata laksana gizi buruk dan90% balita gizi buruk mendapat pelayanan sesuaidengan tata laksana gizi buruk.Berbagai upaya terus dilakukan melaluipeningkatan akses dan kualitas pelayanan,peningkatan kerjasama lintas program/ sektor, sertapeningkatanpemberdayaanmasyarakat.Penguatan teknis dan manajemen dari seluruhsumber daya yang meliputi perencanaan,pelaksanaan penggerakan, serta pengawasanpengendalian menjadi sangat penting untukmencapai tujuan yang diharapkan. Pengelolaan giziburuk terintegrasi melibatkan semua pemangku3

kepentingan sebagaimana digambarkan padaBagan 1.1. di bawah ini:Bagan 1.1. Empat Komponen Pengelolaan GiziBuruk TerintegrasiPelayanan balita gizi buruk membutuhkankolaborasi yang solid dari tim asuhan giziPuskesmas. Untuk lebih mengoptimalkanpemahaman dan kemampuan tim asuhan gizi,diperlukan panduan praktis berupa buku saku yangmengacu pada Pedoman Pencegahan dan TataLaksana Gizi Buruk pada Balita. Dengan adanyabuku saku tersebut, diharapkan dapat4

meningkatkan cakupan dan kualitas pelayananrawat jalan dalam penanganan balita gizi burukterintegrasi.B. Tujuan1. Tujuan Umum:Sebagai panduan bagi tenaga kesehatan(tim asuhan gizi) di Puskesmas dalampencegahan dan penatalaksanaan giziburuk pada balita di layanan rawat jalan.2. Tujuan Khusus:Agar tenaga kesehatan (tim asuhan gizi) diPuskesmas mampu:a. Memahami prinsip pencegahan, deteksidan penemuan dini gizi buruk padabalita.b. Memahami alur penapisan dan jenislayanan yang diperlukan.c. Memahami penerapan sepuluh langkahtata laksana gizi buruk di layanan rawatjalan.5

d. Melakukan tata laksana gizi buruk padabalita usia 6-59 bulan di layanan rawatjalan serta pada bayi kurang dari 6 bulandan balita diatas 6 bulan dengan beratbadan kurang dari 4 kg pasca rawat inap.e. Melakukan pemantauan dan evaluasi.C. Tugas dan FungsiPencegahan dan tata laksana gizi buruk padabalita harus dilakukan dalam pendekatan tim yangterdiri dari dokter, perawat/ bidan dan nutrisionis/dietisien (tim asuhan gizi), dan tenaga kesehatanlainnya, dengan rincian tugas pokok dan fungsisebagai berikut:1. Doktera. Melakukananamnesisdanpemeriksaan fisik, serta menegakkandiagnosisberdasarkanklinisantropometri dan laboratorium.b. anperawatan.6

c. Menentukan terapi obat dan preskripsidiet berkolaborasi dengan tenaga gizi(ahli gizi).d. Melakukan konseling penyakit.e. Melakukan pemantauan dan evaluasiterhadap perkembangan medis danstatus gizi pasien.f. Bertanggung jawab pada asuhan medisdan kepada penderita secarakeseluruhan.2. Perawat/ bidana. Melakukan pengukuran antropometri.b. Melakukan tindakan keperawatan atasinstruksi dokter.c. Membantu pemantauan dan evaluasipemberian makan kepada penderita.d. Bertanggung jawab pada asuhankeperawatan, antara lain pemeriksaantanda vital seperti suhu, frekuensi napas,denyut nadi.3. Nutrisionis/ dietisiena. Melakukan pengkajian gizi.b. Membuat diagnosis gizi.7

c. Membuat intervensi gizi, contohmembuat formula WHO dan menyusunmenu makanan serta memberikankonseling gizi.d. Memantau dan mengevaluasi intervensiyang diberikan termasuk pemberianmakan kepada pasien.e. Bertanggung jawab pada asuhan gizipasien.4. Tenaga Farmasia. Menyediakan obat berdasarkan resepdokter.b. Menyediakan ReSoMal (RehidrationSolution for Malnutrition), terdiri darioralit, gula pasir dan mineral mix.c. Mengawasi interaksi obat dan makanan.d. Membantumemantaudanmengevaluasi pemberian obat kepadapasien.8

BAB IIPENCEGAHAN, DETEKSI DANPENEMUAN DINI GIZI BURUKA. Pencegahan Gizi BurukUpaya pencegahan kejadian gizi buruk padabalita perlu dilakukan sedini mungkin, berikut prinsipsecara umum dan sesuai usia balita.1. Prinsip umum pencegahan gizi buruk:a. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibuhamil dilakukan sejak masa remaja danselanjutnya saat usia subur. Menerapkan pola hidup sehatbergizi seimbang untuk memenuhikebutuhan gizi dan mencegahterjadinya Kekurangan EnergiKronis (KEK). Konsumsi Tablet Tambah Darah(TTD). Mendapatkan konseling pranikah. Mencegah pernikahan dini dankehamilan pada remaja.9

Meningkatkan kepesertaanKeluarga Berencana (KB). Menerapkan praktik higiene dansanitasi personal serta lingkungan.b. Ibu hamil mendapat pelayananantenatal care (ANC) terpaduberkualitas sesuai standar, penerapanstandar pelayanan minimal, deteksi dinidan penanganan adekuat, pola hidupsehat dan gizi seimbang termasukkonseling.c. Peningkatan status gizi dan kesehatan,tumbuh kembang serta kelangsunganhidup anak melalui strategi PemberianMakan Bayi dan Anak (PMBA) yangdilakukan dengan praktik “StandarEmas Makanan Bayi dan Anak”. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ASI Eksklusif (0-6 Bulan) Pemberian MP ASI mulai usia 6bulan Pemberian ASI diteruskan sampaiusia 2 tahun atau lebih10

Selain itu, dilanjutkan denganpemberian makan anak usia 24–59bulan yang bergizi seimbang untukmemenuhi kebutuhan gizi bagi tumbuhdan kembang anak.Balita harus dipantau pertumbuhandan perkembangannya secara rutinserta diberikan pola asuh yang tepat.Balita juga harus mendapatkanstimulasi perkembangan dan imunisasilengkap sesuai dengan usianya sepertiyang tercantum dalam buku KesehatanIbu dan Anak (KIA).Pemantauan perkembangan balitaoleh keluarga mengacu pada Buku KIAsedangkan pemantauan perkembanganbalita oleh tenaga kesehatan mengacupada Pedoman Stimulasi, Deteksi, danIntervensi Dini Tumbuh Kembang(SDIDTK).d. Penapisan massal untuk menemukanhambatanpertumbuhandanperkembangan pada balita di tingkat11

masyarakat, dilakukan secara berkalamelalui bulan penimbangan dengantarget cakupan penapisan 100%.Bila ditemukan adanya masalahpertumbuhan seperti kenaikan BB tidakmemadai, maka balita perlu dirujuk ketenaga kesehatan.e. Perhatian khusus diberikan kepada bayidan balita dengan faktor risiko akanmengalami kekurangan gizi, misalnya: Bayi yang dilahirkan dari ibu dengankurang energi kronis (KEK) dan/atau ibu usia remaja, bayi yang lahirprematur, bayi berat lahir rendah(BBLR), kembar, lahir dengankelainan bawaan. Balita dengan infeksi kronis atauinfeksi akut berulang dan adanyasumber penularan penyakit daridalam/ luar rumah atau gangguankekebalan tubuh.12

Balita yang berasal dari keluargadengan status sosio-ekonomikurang. Balita berkebutuhan khusus. Balita yang berada di lingkunganyang terkendala akses air bersih,dan/ atau higiene dan sanitasi yangburuk.Semuabalitadipantaupertumbuhannya secara berkala,terutama balita dengan faktor risiko.Orangtua atau pengasuh diberikonseling tentang pemberian makanbalita dan pelayanan lainnya sertatindak lanjut sedini mungkin untukmengatasi masalah yang ditemukan.f. Dukungan program terkaitDukungan program terkait diperlukandalam upaya pemenuhan total cakupanpelayanan, menghindarkan bayi/ balitadari berbagai risiko kesehatan,konseling pemberian makan sesuaiumur dan penanganan balita sakit13

secara komprehensif, serta advokasidan komunikasi perubahan perilakumelalui komunikasi antar pribadi/komunikasi interpersonal menuju polahidup bersih dan sehat.g. Dukungan lintas sektorDukungan lintas sektor seperti dalampemenuhan kebutuhan air bersih dan/atau pengadaan jamban keluarga,serta lingkungan sehat dalam upayapencegahan penyakit infeksi berulangseperti diare yang dapat mengakibatkangizi buruk pada balita.2. Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi 6BulanProses terjadinya gizi buruk pada bayi dibawah usia 6 (enam) bulan dapat dialami sejakdalam kandungan. Pencegahan gizi buruk padakelompok ini dimulai sejak kehamilan sampaipada masa menyusui serta faktor lainnya.Pencegahan jangka pendek adalah denganmelakukan IMD dan memberikan ASI Eksklusifsertapemantauanpertumbuhandan14

perkembangan sejak awal kehidupan,pemeriksaan neonatal esensial denganpendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS) menggunakan formulir pencatatan bayimuda umur 2 bulan.Apabila ditemukan gangguan pertumbuhandan atau perkembangan, penyakit/ kelainanbawaan, maka bayi perlu segera dirujuk untukmendapatkan pelayanan yang adekuat dantepat.Faktor risiko gizi buruk bagi bayi 6 bulanyang sering ditemukan antara lain:a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaituberat badan lahir 2500 gramb. Bayi lahir sebelum waktunya (prematur)c. Penyakit dan kelainan bawaand. Pola asuh yang tidak menunjang prosestumbuh kembang bayi dan gangguankesehatan ibu setelah melahirkanantara lain: manajemen laktasi yangtidak benar, ibu mengalami masalahpsikologis, pemberian susu formulayang tidak benar.15

3. Pencegahan Gizi Buruk pada Balita6 - 59 BulanPrinsip pencegahan kekurangan gizi padabalita usia 6-59 bulan adalah:a. PMBA sesuai rekomendasiKapasitas lambung balita usia 6-23bulan masih kecil yaitu 25-30 ml/kg(Bergman, 2013) sehingga belum dapatmenampung makanan dalam jumlah besar.MP ASI yang diberikan harus berupamakanan padat gizi sesuai dengankebutuhan anak dengan volume yang tidakterlalu besar. Minyak/ lemak merupakansumber energi yang efisien yang dapatmemberi tambahan energi bagi MP ASItanpa memperbesar jumlah/ volumemakanan. Berbagai jenis minyak/ lemakantara lain, minyak kelapa, minyak wijen,margarin, mentega, dan santan. Proporsilemak yang dianjurkan agar MP ASI menjadimakanan padat gizi adalah sebesar 30-45%dari total kebutuhan energi per hari (AnnNutr Metab 2018;73 (suppl 1): 27–36).16

Berikut ini kebutuhan energi pada balita usia6-59 bulan: Balita usia 6-8 bulan: 600 kkal/haridengan porsi ASI 60-70%, MP ASI 200kkal dan kandungan lemak 30-45% darikebutuhan energi. Balita usia 9-11 bulan: 800 kkal/haridengan porsi ASI 60-70%, MP ASI 300kkal dan kandungan lemak 30-45% darikebutuhan energi. Balita usia 12-23 bulan: 1100 kkal/haridengan porsi ASI 30-40%, MP ASI 550kkal dan kandungan lemak 30-45% darikebutuhan energi. Balita usia 24-59 bulan: kebutuhanenerginya adalah 90 kkal/kg BB, porsilemak 30-35% dari kebutuhan energidan sisanya dipenuhi dari protein dankarbohidrat.17

Gambar 2.1. Kebutuhan Gizi Sepanjang Usia18

b. Pencegahan PenyakitUpaya pencegahan penyakit, antaralain dilakukan dengan pemberian imunisasidasar lengkap, menyediakan jambankeluarga, sumber air bersih serta menjagakondisi lingkungan dari polusi termasukpolusi industri, asap kendaraan bermotordan asap rokok.4. Pemantauan Pertumbuhan BalitaPrinsip pencegahan gizi buruk adalahmenemukan kasus yang berisiko mengalamigizi buruk. Untuk itu perlu dilakukan penemuanbalita dengan hambatan pertumbuhan sedinimungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatantingkat pertama.PemantauanPertumbuhanBalitamenggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yangterdapat dalam Buku KIA. Sangat penting untukmelihatkondisibalitapadasaatmenginterpretasi arah grafik pertumbuhandiKMS. Penyebab utama hambatan pertumbuhan(Growth Faltering) dapat dikelompokkanmenjadi 3 yaitu:19

a. Asupan makanan yang kurang(kuantitas dan kualitas).b. Adanya penyakit infeksi (akut/ kronis)seperti infeksi saluran pernafasan, diare,malaria, campak, TB, HIV/ AIDS.c. Kelainan/ cacat bawaan (hidrosefalus,bibir sumbing, cerebral palsi dankelainan jantung bawaan) yangmempengaruhi kemampuan makan.Faktorrisikoterjadinyahambatanpertumbuhan dapat dilihat dari Tabel 2.1. dibawah ini.20

Tabel 2.1. Faktor Risiko Terjadinya HambatanPertumbuhanAnakIbu Bayi Berat Lahir Rendah Infeksi pada kehamilan(BBLR) Ibu usia remaja (terlalu Kesulitan dalam prosesmuda)menyusu Pola asuh anak yang Menderita sakit infeksi, baikkurang baikakut atau kronis, seperti Ibu yang terpapar asapdiare dan ISPArokok saat hamil (perokok Kelainan kongenitalaktif atau pasif) Terlambat atau terlalu dini Ibu pekerjamemperkenalkan makananpadat Pemberian makan yangtidak adekuat (kuantitasdan kualitas) Faktor ekonomi Faktor Pendidikan Akses ke fasilitas kesehatan yang sulit Kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang tidakoptimal.21

Indeks Antropometri yang digunakan untukpenentuan status gizi pada balita sebagaiberikut: Berat Badan menurut Umur (BB/U) Panjang Badan atau Tinggi Badanmenurut Umur (PB/U atau TB/U) Berat Badan menurut PanjangBadan atau Tinggi Badan (BB/PBatau BB/TB) Lingkar Lengan Atas (LiLA) padabalita usia 6-59 bulan Lingkar Kepala menurut Umur22

Tabel 2.2. Interpretasi Status PertumbuhanBerdasarkan Indeks AntropometriSumber:Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun2020 tentang Standar Antropometri Anak, WHOMGRS, 2005 dan WHO IMCI, 201423

5. Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi BurukSaat pemantauan pertumbuhan balita, biladitemukan indikasi hambatan pertumbuhanatau risiko terjadinya hambatan pertumbuhanberdasarkan salah satu indikator pertumbuhan:a. Bayi 6 bulan1) Lakukan pemeriksaan semuaindikator pertumbuhan.2) Lakukan penilaian proses menyusuitermasuk posisi dan perlekatannyaserta status gizi dan asupan makanibu.3) Lakukan penilaian riwayat imunisasidan riwayat kesehatan lain,termasuk penyakit yang diderita.4) Lakukan juga penilaian faktor risikolain.5) Tindak lanjut sesuai dengan kondisiyang ditemukan, seperti: Konseling menyusui. Konseling gizi bagi ibumenyusui.24

Konseling stimulasi tumbuhkembang. Rujukan ke program kesehatanterkait, misalnya imunisasi. Tata laksana gizi buruk (bagibalita yang teridentifikasi giziburuk). Bila ada penyakit atau faktorrisiko maka lakukan tatalaksana penyakit atau faktorrisiko sesuai standar. Pantau perbaikan masalahpertumbuhan tiap 2 minggu,hingga masalah teratasi.b. Balita 6 – 59 bulan1) Lakukan pemeriksaan semuaindikator pertumbuhan.2) Lakukan penilaian asupan makandan pola pemberian makan menurutumur.3) Lakukan penilaian riwayat imunisasidan riwayat kesehatan lain,termasuk penyakit yang diderita.25

4) Lakukan juga penilaian faktor risikolain.5) Tindak lanjut: Konseling pemberian makansesuai umur. Konseling stimulasi tumbuhkembang. Rujukan ke program kesehatanterkait, misalnya imunisasi,pemberianvitaminA,pemberian obat cacing (untukbalita 12 bulan) sertapemberian oralit dan seng (Zinc)pada balita yang menderitadiare. Tata laksana gizi buruk (bagibalita yang teridentifikasi giziburuk). PemberianMakananTambah

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi wasting pada balita sebesar 10,2% dan 3,5% atau sekitar 805.000 balita diantaranya merupakan severe wasting (gizi buruk). Batasan masalah kesehatan masyarakat menurut WHO untuk wasting seperti pada Tabel 1.1. di bawah ini: Tabel 1.1. Batasan Masalah Kesehatan

Related Documents:

Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi, Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan .

TATA LAKSANA DI GEREJA Update: April 2017 Hal. 1 / 5 TUJUAN TATA LAKSANA Petugas Tata Laksana diperlukan dalam perayaan Misa di Gereja dengan tujuan sebagai berikut: Perayaan Misa dan Ekaristi dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Umat dapat beribadah dengan bai

7. 24 Mar 2017 08.00-09.40 Surveilans Gizi SJ 2 8. 31 Mar 2017 08.00-09.40 Monitoring dan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan masalah gizi SJ 2 9. 07 Apr 2017 08.00-09.40 Rancangan metode dan media promosi kesehatan untuk pencegahan dan penangg

Tata Communications Tata Consultancy Services Tata Elxsi Tata Global Beverages Tata Interactive Systems Tata Sons North America Tata Technologies SOUTH AMERICA Rallis . Unique Portfolio of Authentic Living Palaces Rambagh Palace, Jaipur Taj Falaknuma Palace, Hyderabad Taj Lake Palace

Tata Consultancy Services Tata Motors Tata Steel Titan Tata Power Tata Communications Tata Chemicals Tata Global Beverages Indian Hotels Voltas Trent Rallis Notes: 1 As of June 30, 2016: Source NSE 2 Conversion rate of 1US INR 67 Promoter Shareholding (%)1 73.4 33.0 31.4 53.1 33.0 75.0 31.0 35.7 3

diseminasi informasi, umpan balik surveilans, dan monitoring serta evaluasi kegiatan surveilans gizi masih belum berjalan lancar. Sedangkan output dari surveilans gizi berupa gambaran masalah gizi secara nasional dan pemanfaatan output tersebut dalam perumusan kebijakan te

perilaku gizi yang belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi (Adisasmito, 2007). Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi yang terkait satu sama lain.

The development of tourism in natural areas (adventure tourism, ecotourism, rural tourism, etc.) necessarily raises the question of the environmental protection of these areas. Current status of nature conservation & biodiversity Ecotourism as a way to make tourism based on the desire to discover nature and to respect, preserve and enhance the natural balance and cultural places and local .