Living Qur'An; Studi Kasus Tradisi Semaan Al-qur'An Di Desa Ngrukem .

1y ago
4 Views
1 Downloads
2.25 MB
91 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Ciara Libby
Transcription

LIVING QUR’AN; STUDI KASUS TRADISI SEMAAN AL-QUR’AN DIDESA NGRUKEM MLARAK PONOROGOSKRIPSIOleh:Mohammad Najib FatkhullohNIM. 210417037PembimbingZahrul Fata, M.I.R.K.H., Ph.D.NIP. 1975041620099011009JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO2021

ABSTRAKFatkhulloh, M. Najib. 2021. Living Qur’an; Studi Kasus Tradisi Semaan AlQur’an Di Desa Ngrukem Mlarak Ponorogo. Skripsi. Jurusan Ilmu AlQur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.Pembimbing: Zahrul Fata, M.I.R.K.H., Ph.D.Kata Kunci: Living Qur’an, Tradisi Semaan.Tradisi semaan Al-Qur’an merupakan tradisi yang sudah ada sejak NabiMuhammad SAW masih hidup dan tradisi tersebut masih terjaga sampaisekarang. Di desa Ngrukem terdapat 4 majelis semaan Al-Qur’an rutin setiapbulan dengan waktu yang berbeda-beda. Ada satu majelis yang berbeda dari yanglain yaitu Majelis Takhtimul Qur’an Bin Naz}ar. Yang membaca dalam majelisini bukan seorang penghafal Al-Qur’an dan bacaannya masih kurang bagus dalamsegi tajwidnya. Kendati para peserta semaan masih belum sempurna bacaannya,tetapi hal itu tidak menghalangi mereka untuk berpartisipasi. Biasanya, orangyang belum sempurna bacaan Al-Qur’annya cenderung menutup diri, dalam artitidak ingin dilihat publik. Tapi nampaknya hal tersebut tidak berlaku bagimayoritas peserta semaan. Fenomena inilah yang menarik untuk diteliti.Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, yaitu: 1) Bagaimanaproses berjalannya majelis semaan Al-Qur’an di desa Ngrukem. 2) Apa motifjamaah mengikuti semaan Al-Qur’an di desa Ngrukem. 3) Apa makna yangterkandung dalam tradisi semaan Al-Qur’an di desa Ngrukem bagi jamaah.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi partisipatif.Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian inimenggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama pelaksanaan dimulai darihabis shalat Subuh dan selesai sebelum shalat Maghrib. Membacanya bergantiansatu juz-satu juz. Ada beberapa juz yang dibaca bersamaan apabila waktunyadiperkirakan melampaui batas. Kedua ada dua bentuk motif para jamaahmengikuti semaan Al-Qur’an yaitu 1). Motif “sebab” yang meliputi mengikutijejak nabi Muhammad SAW, tradisi yang memiliki nilai luhur dan syiar Islam. 2).Motif “tujuan” yang meliputi meperkuat tali silaturahmi, mendekatkan diri kepadaAllah dan mendapatkan keberkahan Al-Qur’an. Ketiga makna semaan menurutjamaah berbeda-beda sesuai dengan latar belakang masing-masing. Ada duamacam makna, yaitu makna subyektif dan obyektif. Makna subyektif diantaranyaadalah pertama spiritual yang mencakup untuk mendapatkan berkah, syafaat, obat,ii

bertambah iman. Kedua sosial, yaitu menjalin silaturahmi dan menjadikanukhuwah semakin kokoh. Sedangkan makna obyektif adalah pertama edukasi,menjadi sarana belajar Al-Qur’an dan menjadi contoh yang baik bagi keluarga danmasyarakat. Kedua ekonomi, menjadikan pemasaran produknya semakingampang dan meluas.iii

iv

v

vi

vii

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahMembaca Al-Qur’an adalah perintah Allah (QS: Al-‘Ankabût: 45) kepadakita. Selain itu, membaca Al-Qur’an merupakan suatu amalan ibadah yangRasulullah SAW menjanjikan pahala bagi orang yang membacanya, yaknisatu huruf sebanding dengan sepuluh pahala; ََل أَقُو ُل الم ، سنَةُ بِعَ ْش ِر أَ ْمثَا ِل َها ِ ب ه ِ َم ْن قَ َرأَ َح ْرفًا ِم ْن ِكتَا َ َوال َح ، سنَة َ َّللا فَلَهُ بِ ِه َح َولَ ِك ْن أَ ِلف َح ْرف َو ََلم َح ْرف َو ِميم َح ْرف ، َح ْرف Artinya: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), makadia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikandilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan aliflâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, danmîm satu huruf”. (HR. Tirmidzi) 1Ada beberapa cara untuk menumbuhkan semangat membaca Al-Qur’an,salah satunya yaitu mendatangi majelis khataman Al-Qur’an. Karena dengansering mendatangi majelis khataman Al-Qur’an, dapat memotivasi untukistiqomah dalam membaca Al-Qur’an setiap hari. Khataman Al-Qur’an ialahkegiatan membaca Al-Qur’an yang dimulai dari Surah Al-Fatihah hinggaSurah An-Naas. Dalam majelis khataman Al-Qur’an, biasanya dalampraktiknya ada dua cara. Pertama, dilakukan secara berurutan, yakni dimulaidarai juz 1 hingga juz 30. Pembacaannya dilakukan oleh satu orang danAl Tirmidzi, Sunan Al Tirmidzî, (Beirut: Dâr Ihyâ al Turâts Al ‘Arabî: Tth), Tema“Fadâil al Qur’ân”, Bab “Man Qara’a Min al Qur’ân”, hadits No. 3075, Juz IV, 248.11

2disimak oleh jamaah lainnya, disebut juga dengan semaan. Pembacanyadilakukan secara bergantian. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama. 2Kedua, dilakukan dengan serentak dalam waktu bersamaan, yakni 30 juzyang dibagi sesuai dengan jumlah peserta. Ada yang menyebut dengankhatmul barqi, khataman kilat. Bila dalam satu majelis jumlah pesertanya 30,maka setiap orang mendapatkan kesempatan membaca satu juz. Bila lebihdari 30 orang, maka kemungkinan dapat khatam dua kali atau lebih. Atau jikaada peserta yang kurang mampu dalam membaca Al-Qur’an, maka bagian juzmiliknya dapat dibantu peserta lainnya. Khataman Al-Qur’an dapat dilakukandengan cara bil ghaib yakni berupa hafalan atau dengan bin naz}ar, membacaAl-Qur’an dengan cara melihat secara langsung. 3Di Desa Ngrukem Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo penelitimelakukanwawancara terhadap beberapa informan, tampak masyarakat begitu antusiasterhadap kegiatan khataman Al-Qur’an. Mereka mendirikan beberapa majeliskhataman Al-Qur’an pada hari dan waktu yang berbeda; 1) Majelis SemaanAhad Pon untuk laki-laki dan perempuan, 2) Majelis Semaan Jum’at Kliwonkhusus wanita, 3) Majelis Takhtiman bin Naz}ar, 4) Majelis TakhtimanJum’at Pon untuk warga sekitar. Dua majelis yang pertama, posisi masyarakatsebagai penyimak, sementara pembacanya orang yang datang dari luar desamaupun dari internal desa yang sudah hafal Al-Qur’an. Sementara kelompok2Zaenab Lailatul Badriyah,” Praktik Khataman Al-Qur’an Di Hotel Grasia (Studi LivingQur’an),” (Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2018), 16.3Ibid, 17.

3yang ketiga dan keempat, terdiri dari warga masyarakat yang tidak hafal AlQur’an.Namun demikian, semangat kegiatan tersebut masih belum diimbangidengan adanya majelis ilmi secara khusus, yang di antaranya difungsikanuntuk mempelajari ilmu tajwid guna untuk memperbaiki bacaan. Seperti yangtampak di lapangan, bahwa tidak sedikit di antara para pembaca, khususnyamajelis bin naz}ar, cenderung mengabaikan tata cara baca yang baiksebagaimana yang ada dalam ilmu tajwid. Misalnya, berhenti (waqaf) bukanpada tempatnya, dibaca jelas atau dengung bukan pada tempatnya ataulainnya. Oleh karena itu, sebenarnya belajar ilmu tajwid itu adalah perkarayang penting sebagai modal untuk mengamalkan ilmu.Hasan Al Bashri berkata:َ علَى َغي ِْر ق َوالعَا ِم ُل َعلَى َغي ِْر ِع ْل ٍم َما ِ َ الع َ ام ُل َعلَى َغي ِْر ِع ْل ٍم َكالسها ِل ِك ٍ ط ِر ْي ْ ض ُّر ْوا ِبال ِع َبادَ ِة َو ْ َ ص ِل ُح ف َ اطلُبُ ْوا ال ِع ْل َم َ اطلُبُ ْوا ال ِع َبادَة ُ َ طلَ ًبا َلَ ت ْ ُ يُ ْف ِسد ُ اَ ْكثَ ُر ِم هما ي َ ض ُّر ْوا ِبال ِع ْل ِم فَإِ هن قَو ًما َ. طلَبُ ْوا ال ِعبَادَةَ َوتَ َركُ ْوا ال ِع ْل َم ُ َ طلَبًا َلَ ت Artinya:“Orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan bukanpada jalan yang sebenarnya. Orang yang beramal tanpa ilmu hanyamembuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan.Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh, namun jangan sampaimeninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, namun jangansampai meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yangrajin ibadah, namun meninggalkan belajar.”4Kendati para peserta semaan masih belum sempurna bacaannya, tetapi halitu tidak menghalangi mereka untuk berpartisipasi. Biasanya, orang yangbelum sempurna bacaan Al-Qura’annya cenderung menutup diri, dalam kukan-ibadah-tanpa-ilmu. Diakses tgl25-02-2021 pukul 22:05

4tidak ingin dilihat publik. Tapi nampaknya hal tersebut tidak berlaku bagimayoritas peserta semaan. Fenomena inilah yang menarik untuk diteliti.Sejatinya, apa yang melatarbelakangi mereka mengikuti kegiatan tersebut?Apa yang mereka cari saat mengikuti acara tersebut? Apa yang merekarasakan pasca mengikuti acara tersebut?Penelitian ini dipandang penting karena beberapa hal, di antaranya:Pertama, meskipun kajian ini berfokus pada fenomena yang terjadi padatataran lokal, tetapi sebenarnya berbeda dengan fenomena yang terjadi padatataran global, atau sebaliknya. Oleh karena itu, hal tersebut tidak bisasemena-mena diberi kesimpulan yang tunggal-monolitik. 5 Kedua, bahwakajian tentang living qur’an terutama tentang semaan Al-Qur’an memangtelah banyak dilakukan, sebagaimana yang tampak pada poin kajian pustakaterdahulu akan tetapi persoalan yang melatarbelakangi berbeda dengan kajianini. Kajian ini meneliti tentang motif dan makna mengikuti semaan Al-Qur’anbagi jamaah yang belum baik bacaan Al-Qur’annya. Selain itu tempat kajianyang jelas berbeda, objek yang diteliti juga mempunyai latar belakang yangmajemuk. Hal ini akan menjadikan perbedaan motif dan makna bagi setiapindividu. Ketiga, mengkaji kelompok masyarakat lokal desa Ngrukem, samahalnya dengan mengkaji bagian dari dunia. Hal ini karena adanya pengaruhperubahan sosial budaya yang begitu cepat, dan proses globalisasi yangmenjadikan masyarakat desa berada dalam satu jaringan desa–dunia. Dengandemikian bisa menembus batas geografis antar negara, dan hal ini akan5Zuli Qodir, Sosiologi Agama; Teori dan Perspektif Keindonesiaan (Yogyakarta: PustakaPelajar: 2018), 217.

5berimplikasi pada terbukanya sekat-sekat sosial dan keagamaan. Keempat,selain itu, kajian tentang semaan yang ada di desa Ngrukem sejauhpenelusuran peneliti belum ada yang mengangkatnya sebagai sebuahpenelitian ilmiah. Dengan demikian, nantinya masyarakat Ngrukem tidakterasing dari dunianya.B. Rumusan MasalahDari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalahsebagai berikut;1. Bagimana proses berjalannya majelis semaan Al-Qur’an di desaNgrukem?2. Apa motif jamaah mengikuti semaan Al-Qur’an di desa Ngrukem?3. Apa makna yang terkandung dalam tradisi semaan Al-Qur’an di desaNgrukem bagi jamaah?C. Tujuan PenelitianPenelitian ini memiliki tujuan yaitu ;1. Bertujuan untuk mengetahui proses berjalannya majelis semaan AlQur’an di desa Ngrukem.2. Bertujuan untuk mengetahui motif jamaah mengikuti semaan AlQur’an di desa Ngrukem.

63. Bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam tradisisemaan Al-Qur’an bagi jamaah di desa Ngrukem.D. Kegunaan PenelitianKegunaan dari penelitian tentang Living Qur’an; Studi Kasus TradisiSemaan Al-Qur’an Di Desa Ngrukem Mlarak Ponorogo adalah untukmenambah khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam bidang living AlQur’an. Living qur’an merupakan suatu kajian yang baru oleh karena itumemperbanyak kajiannya supaya terus berkambang.E. Kajian Pustaka TerdahuluUntuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahaspermasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku, ataupundalam bentuk tulisan yang lain. Maka peneliti akan memaparkan beberapakarya ilmiah yang menjelaskan tentang living qur’an dan tradisi semaansebagai berikut:1. Ridhoul Wahidi menulis artikel di JurnalTurãst: Jurnal Penelitian &Pengabdian Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013 yang berjudul “HidupAkrab Dengan Al-Qur’an;Kajian Living Qur'an Dan Living HadisPada Masyarakat Indragiri Hilir Riau”.6 Ridhoul Wahidi adalah dosenUniversitas Islam Indragiri, Tembilahan, Riau. Dalam artikel iniRidhoul Wahidi,” Hidup Akrab Dengan Al-Qur’an;Kajian Living Qur'an Dan LivingHadis Pada Masyarakat Indragiri Hilir Riau,” JurnalTurãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol.1, No. 2, (Juli - Desember 2013). /turast/article/viewFile/477/3956

7menerangkan tentang embrio living qur’an dan living hadits, varianliving qur’an dan living hadist yang hidup di masyarakat danpemaknaan ayat-ayat dan hadits secara sisio-kultural pada masyarakatIndragiri Hilir Riau.Artikel tersebut belum menjawab tentang masalah pada penelitian iniyang berkaitan majelis khataman.2. Zaenab Lailatul Badriyah menulis skripsi dengan judul PraktikKhataman Al-Qur’an Di Hotel Grasia (Studi Living Qur’an).7 Skripsiini membahas tentang pandangan pengelola dan karyawan terhadaphotel serta program khataman Al-Qur’an di Hotel Grasia, bagaimanapraktik khataman Al-Qur’an di Hotel Grasia Semarang dan dampakkhataman Al-Qur’an di Hotel Grasia bagi partisipan, karyawan, sertapengelola Hotel Grasia.Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan proposal ini, yakni samasama meneliti praktik kegiatannya. Perbedaannya ialah skripsi tersebutmencari dampak khataman bagi orang yang berada di lokasi khataman,sedangkan penelitian ini mencari jawaban tentang motif dan makna darimengikuti semaan.3. Heddy Shri Ahimsa-Putra menulis artikel di Jurnal Walisongo, Volume20, Nomor 1, Mei 2012 yang berjudul “The Living Al-Qur’an:Zaenab Lailatul Badriyah,” Praktik Khataman Al-Qur’an Di Hotel Grasia (Studi LivingQur’an),” (Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2018). Lihat http://eprints.walisongo.ac.id/9186/7

8Beberapa Perspektif Antropologi”.8 Artikel ini membahas tentangmakna Al-Qur’an hidup dan bagaimana sebagai fenomena sosialbudaya Al-Qur’an dapat dikaji secara antropologis. Al-Qur’an yanghidup di sini diinterpretasikan sebagai makna yang diberikan olehmasyarakat (Muslim maupun non-Muslim) terhadap Al-Qur’an danbagaimana makna ini diaktualisasikan dalam kehidupan mereka seharihari.Artikel tersebut mirip dengan artikel pada poin satu, yaitu masih belumbisa menjawab persoalan pada penelitian ini.4. Muhamad Ali menulis artikel di Journal of Qur’an and Hadith Studies –Vol. 4, No. 2, 2015 yang berjudul ”Kajian Naskah dan Kajian LivingQur’an dan Living Hadith”.9 Muhammad Ali adalah dosen FakultasUshuluddin, Tafsir Hadith, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artikel inimembahas tentang pengertian kajian teks atau naskah, kajian livingqur’an dan kajian hadits. Dari pemaparannya dapat diambil kesimpulanbahwa dari semua kajian tersebut dapat melengkapi beberapakekurangan dari tiap-tiap kajian.Artikel tersebut lebih cenderung pada makna suatu teks atau naskah AlQur’an.Heddy Shri Ahimsa-Putra, “The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,”Jurnal Walisongo, Volume 20, Nomor 1, (Mei, 2012). isongo/article/view/1989Muhamad Ali,” ”Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadith,” Journalof Qur’an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, (2015). -of-quran-and-hadith/article/view/23918

95. Didi Junaedi menulis artikel di Journal of Qur’an and Hadis Studies –Vol. 4, No. 2 tahun 2015 yang berjudul Living Qur’an: SebuahPendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di PondokPesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab.Cirebon).10 Didi Junaedi adalah seorang dosen Dosen Jurusan Ilmu AlQur’an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Artikel ini membahastentang metode living qur’an sebagai sebuah pendekatan baru dalamkajian Al-Qur’an. Living qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiahtentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Al-Qur’anatau keberadaan Al-Qur’an di sebuah komunitas muslim tertentu.Artikel tersebut belum menjawab tentang persoalan penelitian ini, yaitumotif dan makna mengikuti semaan.6. Nadliroh menulis skripsi dengan judul “Implementasi Tradisi SimaanAl-Qur’an dalam Peningkatan Kualitas Hafalan Santri di PondokPesantren Al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe Ilir Pamulang”11.Skripsi ini membahas tentang tradisi semaan Al-Qur’an yangdifungsikan sebagai strategi meningkatkan hafalan para santri di PP.Nur Medina Pamulang. Dengan meminjam teori Sosiologi AgamaKeith A. Robert, peneletian ini berfokus pada pengelompokan lembagaDidi Junaedi,” Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an(StudiKasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon),”Journal of Qur’an and Hadis Studies – Vol. 4, No. 2, (2015). -of-quran-and-hadith/article/view/239211Uyun Nadliroh, “Implementasi Tradisi Simaan Al-Qur‟an Dalam Peningkatan KualitasHafalan Santri di Pondok Pesantren Al-Qur‟an Nur Medina Pondok Cabe Ilir Pamulang”,( SkripsiS1 Institut Ilmu Al Qur’an: Jakarta: 2020).Lihat 10

10agama yang meliputi pembentukannya dan perilaku individu yangmemengaruhi status keagamaan dan perilaku ritual.Skripsi ini belum menjawab persoalan seperti yang dalam penelitian ini.7. Handoko menulis skripsi berjudul “Simaan Al-Qur’an Ahad PahingSebagai Stimulus Untuk Menjadi Hafidz; Study kasus di PondokPesantren Tahfidzul Qur'an Al-Hasan”.12 Skripsi ini membahas tentangtradisi semaan Al-Qur’an di PP. Al Hasan Ponorogo, yang tampaknyabisa dijadikan sebagai pemicu munculnya semangat menjadikan dirisebagai seorang hafidz.Kajian ini berbeda dengan penelitian yang hendak peneliti kaji yangberfokus pada motif dan makna warga Ngrukem menjalankan simaanbin naz}ar yang cenderung mengabaikan ilmu tajwid.8. Miftahul Huda menulis skripsi berjudul “Tradisi Khotmul Quran; StudiLiving Quran Pemaknaan Khotmul Quran di Pondok PesantrenIttihadul Ummah Ponorogo”.13 Skripsi ini membahas tentang tradisikhataman Al-Qur’an di PP. Ittihadul Ummah Ponorogo. Hudamenyimpulkan bahwa makna dari tradisi Khotmul Quran ditujukanuntuk wirid, syiar agama, menambah keberkahan, sarana untukmenambah pahala, dan melatih diri untuk cinta Al-Qur’an.Edi Handoko, “Simaan Al-Qur'an Ahad Pahing Sebagai Stimulus Untuk MenjadiHafidz; Study kasus di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Hasan”, (Skripsi S1 Institut AgamaIslam Negeri Ponoogo: Ponorogo: 2020). Lihat http://etheses.iainponorogo.ac.id/12691/13Miftahul Huda,”Tradisi Khotmul Quran; Studi Living Quran Pemaknaan KhotmulQuran di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo”, (Skripsi S1 IAIN Ponorogo: Ponorogo:2020). Lihat http://etheses.iainponorogo.ac.id/10991/12

ajikadibandingkan dengan penelitian ini, yakni jika di Ponpes tersebutkhataman dibarengi dengan pengajaran ilmu tajwid dan ada kontrol daripihak lain karena lokasinya di Ponpes. Sementara di desa Ngurkemcederung abai terhadap praktik ilmu tajwid, dan tidak ada kontrolkarena peserta umumnya sudah dewasa bahkan tua.Selain adanya perbedaan dari penelitian yang sebelumnya seperti yangtelah dijelaskan, penelitian ini memiliki keunikan tersendiri yang tidak ada padapenelitian yang sebelumnya. Keunikannya terletak pada adanya arisan di dalammajelis ini yang lebih lanjut akan dijelaskan pada bab III.F. Metode PenelitianAdapun metode yang digunakan pada penulisan penelitian living qur’anadalah sebagai berikut:1. Pendekatan dan Jenis PenelitianPenelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research),yakni penelitian yang berbasis data-data lapangan yang terkait dengansubjek penelitian dengan pendekatan kualitatif. Hal ini karena; 1)penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yangdialami oleh subjek penelitian perilaku, persepsi, tindakan, motivasi danlain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata danbahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan denganmemanfaatkan metode yang alamiah. Dalam hal ini tentang fenomena

12tradisi semaan Al-Qur’an di desa Ngrukem Mlarak Ponorogo, yang manapenelitian ini perlu kajian mendalam dan hanya bisa dilakukan secarakualitatif; 2) tema penelitian ini mengharuskan peneliti melibatkan diridalam kehidupan subyek, sehingga bisa mengerti dan merasakan keadaanyang sesungguhnya; 3) kualitatif memberikan peluang meneliti fenomenasecara utuh, karena tindakan atau perilaku masyarakat yang terjadimelibatkan berbagai faktor yang saling terkait; 4) proses tindakan yangterkait dengan makna subyektif dipahami di dalam kerangka “ungkapan”mereka sendiri.2. Fokus PenelitianPenelitian ini fokus pada Majelis Takhtimul Qur’an Bin Naz}aryang berlokasi di desa Ngrukem Kecamatan Mlarak KabupatenPonorogo.3. Data dan Sumber Dataa. DataData pada penelitian ada dua, primer dan sekunder. Data primeradalah berupa proses berjalannya majelis semaan Al-Qur’an, motifmengikuti semaan dan makna mengikuti majelis semaan Al-Qur’andi desa Ngrukem. Data sekunder adalah data berupa dokumen atauartikel yang berasal dari desa.b. Sumber Data

13Sedangkan sumber data berasal dari beberapa informan yangterlibat dalam kegiatan majelis semaan Al-Qur’an di desa anmempertimbangkan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkantujuan penelitian.4. Teknik Pengumpulan DataUntuk memperoleh data-data yang sesuai dengan penelitian ini,maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasipartisipatif, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan untuk mengamati,mencari jawaban dan juga mencari bukti yang ada.14 Ketika sedangmelakukan observasi partisipatif, peneliti juga melakukan wawancara.Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa informan dari anggotamajelis dan dokumentasi yang berupa gambar realitas di lapangan. Dalammenentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive yaitupemilihan subjek penelitian dengan pertimbangan kriteria tertentu yangditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. 15Kriteria tersebut berdasarkan posisi partisipan yang siyangdapatdipertanggungjawabkan terkait dengan masalah yang diteliti, yaknitentang tradisi semaan Al-Qur’an di Desa Ngrukem. Dalam hal ini1415Sugiyono, Memahami Penelitian Kualititaif, (Bandung: Alfabeta, 2014), 64.Ibid, 52.

14informan utamanya meliputi; 1) ketua kelompok majelis semaan,2)beberapa jama’ah majelis semaan. Perkembangan pemilihan informanberikutnya digunakan teknik snowball. Untuk mempermudah memahamiteknik pengumpulan data bisa dilihat tabel 1.1Tabel 1.1 Metode Pengumpulan DataJenisObservasiOpsiKeterangan- Peneliti langsung turun ke - Di awal, peneliti belumlokasi penelitian.menunjukkan diri sebagaipeneliti.Wawancara - Penelitimewawancarai - Minta izin terlebih dahulu.narasumber secara langsung.- Penelitiakanbertanyakesediaan namanya ditulissebagai nara sumber.Dokumentasi - Penelitiakanmenfoto - Peneliti mempersiapkan HPmereka, baik di saat semaan berkamera, dan perekam.berlangsung maupun saatwawancara dengan memintatolong orang lain untukmengambil gambar.5. Teknik Pengolahan DataSeluruh data yang diperoleh dari informan diolah mulai ketikapenelitian di lapangan dengan langkah-langkah sebagai berikut; pertama,data yang diperoleh ditulis dalam catatan saku atau direkam dalam alatperekam. Kedua, ditulis ulang ke dalam catatan analisis-deskriptif.Kemudian peneliti golongkan ke dalam beberapa kelompok temaberdasarkan masalah dan tujuan utama penelitian.6. Teknik Analisis Data

15Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitianini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yangtidak menggunakan model matematika, model statistik dan ekonometrikatau model-model lainnya. Analisis deskriptif kualitatifadalahmenganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasidari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara ataupengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. 16Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk memberikan deskripsi subjekpenelitian berdasarkan dari data variabel yang diperoleh dari kelompoksubjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.7. Pengecekan Keabsahan DataProses selanjutnya adalah analisis data peneliti lakukan denganbeberapa tahap, yaitu pertama, analisa selama pengumpulan data dilapangan dengan cara menetapkan fokus penelitian agar penyusunantemuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul,pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuantemuan pengumpulan data sebelumnya, dan pengembangan pertanyaandalam rangka pengumpulan data. Kedua, reduksi data; yakni prosespemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasidata kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data iniberlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Ketiga,16I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis,(Yogyakarta: Andi, 2006) 155.

16penyajian data.Keempat,pengambilan keputusan atau menarikkesimpulan yang dilakukan melalui interpretasi terhadap informasi yangada dengan tentatif, sehingga selalu diverifikasi selama penelitianberlangsung, sampai ditemukan bukti-bukti valid dan konsisten untukmenarik kesimpulan yang kredibel.G. Sistematika PembahasanSecara garis besarnya,penulis memberikan gambaran secara umum untukmencapai pembahasan yang komprehensif dan sistematis serta mudahdipahami penjabarannya, maka dalam penulisan penelitian ini akan digunakansistematika sebagai berikut;Bab I, merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,dimana hal tersebut merupakan landasan berpikir yang mengantarkan penulismelakukan penelitian. Berbagai persoalan yang muncul dirumuskan menjadipokok masalah dalam bentuk pertanyaaan untuk menfokuskan masalah sertamenjadikan tujuan dan kegunaan sebagai petunjuk arah penelitian ini.Selanjutnya tujuan dan kegunaan penelitian, disertai dengan metodologipenelitian, kemudian kajian pustaka digunakan untuk mengkaji tema dalampenulisan penelitian ini serta sistematika penulisan.Bab II, Membahas tentang kajian teori, yaitu tentang living qur’anperspektif fenomenologi. Menjelaskan tentang konsep living qur’an,pengertian living qur’an, sejarah living qur’an dan manfaat living qur’an.

17Selain itu juga menjelaskan teori fenomenologi yang dikembangkan AlfredSchutz.Bab III, membahas tentang deskripsi umum obyek penelitian, yaitu profildesa Ngrukem meliputi sejarah, demografis dan geografis. Kemudianmembahas tentang Majelis Takhtimul Qur’an Bin Naz}ar meliputi sejarahberdirinya, jumalah jamaah, struktur dan pelaksanaannya.Bab IV, membahas tentang analisis teori fenomenologi Alfred Shcuztterhadap tradisi semaan, motif jamaah mengikuti semaan, makna semaanbagi jamaah dan hubungan jamaah dengan Al-Qur’an pada tradisi semaan.Bab V, merupakan penutup yang akan mengemukakan beberapakesimpulan dari pembahasan penelitian ini, saran-saran disertai daftar pustakasebagai sumber referensi. Selain itu juga terdapat curriculum vitae danlampiran-lampiran.

BAB IILIVING QUR’AN PERSPEKTIF FENOMENOLOGIA. Living Qur’an1. Konsep Living Qur’anSeiring perkembangan zaman, studi Al-Qur’an dan tafsir selalumengalami perkembangan ilmu yang dipandang sebagai ilmu bantu ‘UlumAl-Qur’an, seperti linguistik, hermeneutika, sosiologi, antropologi dankomunikasi. Hal tersebut dikarenkan karena obyek penelitian dalam kajianAl-Qur’an itu sendiri. Secara garis besar, genre dan objek penelitian AlQur’an dapat dibagi dalam empat bagian. 17Pertama, penelitian yang menempatkan teks Al-Qur’an sebagai obyekkajian. Dalam hal ini, teks Al-Qur’an diteliti dan dianalisis dengan metodedan pendekatan tertentu,sehingga dengan penelitiam ini dapatmenemukan sesuatu yang peneliti harapkan.Kedua, penelitian yang menempatkan hal-hal di luar teks Al-Qur’an,namun berkaitan dengan kemunculannya sebagai obyek kajian. Penelitianini biasa disebut dengan dirasat ma haula Al-Qur’an (studi tentang apayang ada disekitar teks Al-Qur’an).Ketiga, penelitian yang menjadikan pemahaman terhadap teks AlQur’an sebagai obyek penelitian. Al-Qur’an sejak zaman Nabi hinggasekarang dipahami dan ditafsirkan oleh umat Islam, baik secaraSahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”,dalam Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, M. Mansur et. al. (Yogyakarta: TH Press,2007), 14.1718

19keseluruhan, maupun hanya sebagian, dan baik secara mushafi maupuntematik. Hasil dari penelitian ini dijadikan obyek pembahasan.Keempat, penelitian yang memberikan perhatian pada responmasyarakat terhadap teks Al-Qur’an dan hasil penafsiran seseorang.Termasuk dalam pengertian respon masyarakat adalah resepsi merekaterhadap teks tertentu dan hasil penafsiran tertentu. Resepsi sosial terhadapAl-Qur’an dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti pentradisianbacaan surat atau ayat tertentu pada acara dan seremoni sosial agama.Sementara resepsi terhdap penafsiran terjelma dilembagakannya bentukpenafsiran tertentu dalam masyarakat, baik skala besar maupun kecil.Penelitian ini kiranya penelitian yang menggabungkan antara cabang ilmuAl-Qur’an dengan cabang ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi. 182. Pengertian Living Qur’anBagi orang Islam kata living qur’an merupakan suatu kata yang sudahtidak asing lagi. Secara kebahasaan living qur’an merupakan gabungandari dua kata yakni living yang dalam bahasa inggris berarti “hidup” dankata qur’an yang berarti kitab suci umat Islam. Sedangkan secara istilahliving qur’an bisa diartikan dengan teks Al-Qur an atau ayat Al-Qur anyang hidup di dalam masyarakat.19Menurut Abdul Mustaqim, living qur’an adalah berbagai bentuk danmodel praktik resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan1819Ibid.Sahiron, “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”, 14.

20berinteraksi dengan Al-Qur’an di tengah kehidupan masyarakat.20 M.Mansur berpendapat bahwa living qur’an adalah kajian atau penelitianilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran AlQur’an atau keberadaan Al-Quran di sebuah komunitas muslim tertentu.21Living qur’an dapat dimaknai berbagai macam oleh para ahli sesuaiperspektif masing-masing. Pertama, ungkapan tersebut bisa bermakna“Nabi Muhammad” dalam arti yang sebenarnya, yaitu sosok NabiMuhammad SAW, karena menurut keyakinan umat Islam akhlak NabiMuhammad SAW adalah Al-Qur’an. Pernyataan ini diperkuat denganhadits yang diriwayatkan dari s

kegiatan membaca Al-Qur'an yang dimulai dari Surah Al-Fatihah hingga Surah An-Naas. Dalam majelis khataman Al-Qur'an, biasanya dalam praktiknya ada dua cara. Pertama, dilakukan secara berurutan, yakni dimulai darai juz 1 hingga juz 30. Pembacaannya dilakukan oleh satu orang dan

Related Documents:

kompeten terhadap studi-studi keilmuan al-Qur‟an diberikan “panggung” penafsiran al-Qur‟an? Studi-studi mengenai kelayakkan individual secara personal dalam menafsirkan al-Qur‟an telah dibahas oleh banyak sarjana muslim yang concern di bidang al-Qur‟an. Perhatian tersebut muncul mengingat

Table of Contents The Holy Qur’an in Arabic 5 English Translations of the Qur’an 7 Qur’an Translations in Other Languages 11 Urdu Qur’an Translations and Tafseer 12 Commentaries, Tafsir of the Qur’an 13 Introductions to the Qur’an, Its Style, Themes, and Its Scientifi

“And We have indeed made the Qur’an easy to understand and remember, but is there any that . Memorisation of Qur’aan is easy and easily-accomplished 12 Huffaadh al-Qur’aan are the people of Qur’aan 13 None take delight in the Night prayer except the people of Qur’aan 13

Program Tahsin Qur’an Tahsin Al-Qur’an Adab Membaca (Tilawah) Al-Qur’an Khusnun Niyah (ikhlas dan motivasi yang baik), At Thoharoh (kesucian) hati dan jasad, suci lahir dan batin. Al Isti’adzah wal Basmalah (QS. An Nahl: 98). Tafrigh an Nasf ‘an Syawaghiliha (tidak disibukkan dengan hal- hal selain Al Qur’an). Khasrul fikri ma’a al Qur’an (konsentrasi penuh dengan

4 Virtues of the Holy Qur'an 18 Virtues of the Holy Qur'an 5 Contents Hadith No: Page No: 11 Parents of one who recites the Holy Qur'an and acts according to it, shall wear a crown more brilliant than the sun . . . . . 37 12 Fire does not burn the Holy Qur'an . . . . 40

berbagai disiplin keilmuan yang berkembang dalam sejarah Islam dan kaum Muslim, disiplin studi al-Qur’an (Ulûm al-Qur’ân) adalah disiplin ilmu yang harus dipelajari untuk diterapkan dalam menafsirkan al-Qur’an.11 Dalam perjalanan memahami luasnya ilmu dalam al-Qur’an, dialektika ant

digunakan dalam metode penelitian kualitatif. Sebab, realitanya Studi Kasus juga dapat digunakan dalam metode penelitian kuantitatif, yakni Ex Post Facto Research. Misalnya, peneliti Studi Kasus meneliti seorang tokoh atau pemimpin yang jatuh dari kekuasaannya. Dia dipaksa mundur

Scrum Development Team A self-organizing, self-managed cross-functional team responsible for delivering commitments from the Product Backlog. User Stories Describe what the end product and its components should accomplish at the end of development. A product will usually have multiple user stories. Product Backlog A list of features or technical tasks which the team maintains and which, at a .