Islamika - COnnecting REpositories

2y ago
25 Views
2 Downloads
418.71 KB
9 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Louie Bolen
Transcription

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020KAIDAH PENAFSIRAN MENURUT MUHAMMAD JAMAL AL-DINAL-QASIMIAhmad Haromainiaharomaini@unis.ac.idProgram Studi Pendidikan Agama IslamFakultas Agama Islam Universitas Islam Syekh-Yusuf TangerangAbstractTafsir is a text product from the source of the text of the Qur'an. The presence ofinterpretation is needed in explaining the instructions of the Qur'an. But whether theinterpretation is done in accordance with the provisions of the rules of interpretation? Thendoes each commentary scholar write down the rules of interpretation before interpreting theQur'an in his commentary? Contemporary scholars such as Muhammad Jamal al-Din alQasimi before starting the interpretation of the Koran, first explain some rules ofinterpretation that must be met for those who want to interpret the Koran. This study usesqualitative research methods by processing data from Mahasin al-Ta'wil's Tafsir byMuhammad Jamal al-Din al-Qasimi as primary data and other commentary books assecondary data. From the results of the study found that the rules of interpretation byMuhammad Jamal al-Din al-Qasimi are divided into qawa'id fi makhaidz interpretations andthe rules of choosing interpretations that are authentic and the most authentic. The firstprinciple of Al-Qasimi is based on the rules of interpretation written by Jalal al-Din al-Suyutiin the book of al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an.Keywords: Tafsir, the rules of interpretation, Muhammad Jamal al-Din al-QasimiAbstrakTafsir merupakan produk teks dari sumber teks al-Qur‟an. Kehadiran tafsir sangat dibutuhkandalam menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur‟an. Namun apakah penafsiran yang dilakukansudah sesuai dengan ketentuan kaidah penafsiran? Lalu apakah setiap ulama tafsir menuliskankaidah penafsiran sebelum menafsirkan al-Qur‟an di kitab tafsirnya? Ulama kontemporerseperti Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi sebelum memulai penafsiran al-Qur‟an, terlebihdulu menjelaskan beberapa kaidah penafsiran yang harus dipenuhi bagi mereka yang inginmenafsirkan al-Qur‟an. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif denganmengolah data dari kitab Tafsir Mahasin al-Ta‟wil karya Muhammad Jamal al-Din al-Qasimisebagai data primer dan kitab-kitab tafsir lain sebagai data sekunder. Dari hasil penelitianditemukan bahwa kaidah penafsiran oleh Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi dibagi menjadiqawa’id fi makhaidz tafsir dan kaidah memilih tafsir yang shahih dan yang paling shahih.Kaidah yang pertama Al-Qasimi didasari dari kaidah-kaidah penafsiran yang ditulis Jalal alDin al-Suyuti dalam kitab al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an.Kata kunci: Tafsir, Kaidah Tafsir, Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi.A.PendahuluanSebagai sumber teks, kehadiran al-Qur‟anmenjadi magnet tersendiri bagi parapembaca, penelaah dan siapa pun yangmemiliki keinginan untuk memahamihingga menyelami kandungan makna lebihdalam.38

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)Semangat memahami al-Qur‟an dapatdterlihat dari antusiasme masyarakatmengikuti berragam kegiatan, kajian,hinggapenelitianlebihmendalamdilakukan oleh beberapa kalangan. Halyang demikian menjadi suatu hal yangharusdilakukangunamemenuhikebutuhan semangat beragama dapatdimulai juga dari sumber asalnya, yakni alQur‟an.Antusiasme tersebut tumbuh dalam kajianpenafsiran al-Qur‟an. Seseorang menyadaribahwa al-Qur‟an merupakan kodifikasipesan-pesan Tuhan yang menjadi rujukkandan panduan kehidupan manusia.1Dorongan mempelajari al-Qur‟an padahakikatnya manusia merupakan makhluqyang selalu ingin tahu,2 makhluq yangpembelajar3 dan memiliki beban tugassebagai khalifah di bumi Allah swt.Dari beberapa kajian dan penelitian yangdlakukan terhadapal-Qur‟anpadagilirannya menambah khazanah keilmuanal-Qur‟an yang menampilkan berragamtema, topik dan gagasan-gagasan yangberdasarkan al-Qur‟an.Fenomena ini tentunya disemangati olehteks al-Qur‟an sendiri. Karena sudah dapatdiyakini, teks al-Qur‟an menyimpanbanyak rahasia dan kandungan makna yangtidak mungkin selesai pada satu kajian dan1Ahmad Haromaini, Mengenal HermeneutikaMelalui Muhammad Sahrur dan Hassan php/rf/article/view/1371 diakses pada Selasa, 23 Juni 2020.2Ahmad Haromaini, Manusia dan Keharusanmencari Tahu (Studi Relasi Al-Qur’an danFilsafat), Jurnal Pelita No.2 Vol. 18 No. 2 dex.php/pelita/article/view/50 diakses pada Selasa 23 Juni 2020.3AhmadHaromaini,ManusiaMakhluqPembelajar, Jurnal Islamika Fakultas Agama Islam,Vol. 12 No.1, tahun 2018, hal. rticle/view/405 Diakses pada Selasa 23 Juni 2020.P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020dianggap selesai hanya pada satu disiplinilmu saja. Keluasan makna dari al-Qur‟ansudah secara tegas disebutkan.4Dari antusiasme pengkajian al-Qur‟anyang sangat masive, menimbulkan apakahkajian-kajian yang dilakukan oleh parapakar dengan latar belakang keilmuannyasudah dianggap benar sesuai dengankaidah-kaidahpengkajianal-Qur‟an?Apakah dianggap cukup seseorang yangmemiliki disiplin ilmu dan pakar dibidangnya namun belum mumpuni dankompeten terhadap studi-studi keilmuan alQur‟an diberikan “panggung” nindividualsecarapersonaldalammenafsirkan al-Qur‟an telah dibahas olehbanyak sarjana muslim yang concern dibidang al-Qur‟an. Perhatian tersebutmuncul mengingat al-Qur‟an sebagai tekssuci dan pedoman bagi kehidupan manusiaperlu dikaji lebih dalam agar kandunganal-Qur‟an dapat dipahami dan kemudiandilakukan oleh manusia.Bagi M. Quraish Shihab kaidah tafsir dapatdipahami sebagai pijakkan yang telahditetapkan dalam menafsirkan al-Qur‟anyang dapat membantu para mufassirmemahami ayat-ayat yang sulit dari alQur‟an.5 Upaya menafsirkan kandungan alQur‟an diharapkan memberikan manfaatbagi para pembaca. Sehingga petunjukpetunjuk yang dimiliki al-Qur‟an tidakhanya dipahami oleh mereka yangmemiliki kapasitas keilmuan tentang alQur‟an, namun juga bagi mereka yangbelum mencapai pada kapasitas tersebut.Dengan begitu petunjuk al-Qur‟an akandapat dirasakan oleh siapa pun berkatusaha para mufassir.64QS. Al-Kahif [18]:M. Qurasih Shihab. (2015), Kaidah Tafsir,Jakarta: Lentera Hati, cet. ke-III, hal. 21.6Ahmad Haromaini, Al-Qawa’id fi al-Tafsir, JurnalAsy-Syukriyyah, Vol. 20 No. 1, hal. 60. Pada539

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)Dalam literatur tafsir, tidak semua mufassirsebelum menjelaskan makna kandunganal-Qur‟an terlebih dahulu menguraikanuraian dengan runutan kaidah-kaidahpenafsiran al-Qur‟an. Setiap mufassir pastimemiliki alasan yang argumentatif tidakdicantumkannya kaidah-kaidah penafsirandi awal penulisan tafsir. Bisa saja paramufassri lebih mengedepankan tataranpraktis dan implemantasi penafsiran.Namun berbeda halnya dengan penulisTafsirMahasinal-Ta‟wil,yakniMuhammad Jamal al-Din al-Qasimi(selanjutnya disebut: Al-Qasimi). Beliauterlebih dahulu menguraikan runutankaidah-kadaihtersebutsebelummenjelaskan penafsirannya terhadap teksteks al-Qur‟an.Bagi Al-Suyuti, kaidah penafsiran menjadisangat penting. Berbagai pendapat daripara ahli al-Qur‟an turut menjadi rujukkanpenulisan kitab al-Itqan fi „Ulum alQur‟an. Berkenaan dengan kaidahpenafsiran, al-Suyuti mengutip pendapatAl-Zarkasyi yang menyebutkan runutanketentuan penafsiran al-Qur‟an denganmenyimpulkan menjadi empat yang palingutama.7Lanjut Al-Suyuti, keempat kaidah tersebutadalah mengutip langsung dari hadits nabiMuhammad saw. namun demikian,penafsir harus mampu mmverifikasi haditsyang diterima agar terhindar daripengutipan hadits dla’if apalagi maudlu’,palsu.8 Pemahaman nabi Muhammad saw.menurut Adz-Dzahabi bersifat /AsySyukriyyah/article/view/44 Diakses tanggal 24 Juni2020.7Jalal al-Din al-Suyuti, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an(tt), Surabaya: PT. Irama Minasari, jil, hal. 176.1778Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum alQur’an , hal. 176-177.P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020terperinci setelah beliau hafal dan jelaskandengan izin Allah swt.9Langkah kedua yang harus ditempuhadalah mengutip pendapat para sahabatnabiMuhammadsaw.10Sahabatmerupakan orang yang melihat langsungproses turunnya teks al-Qur‟an. Merekadapat menyaksikan berkenaan denganperistiwa sahabat yang lain maupun bisajadi berkenaan dengan dirinya sendiri.Otentisitas dan validitas pemahamansahabat nabi tidak diragukan, mengingatal-Qur‟an diturunkan dengan bahasamereka, Arab. Al-Dzahabi denganmengutippendapatIbnuKhaldunmengatakan bahwa al-Qur‟an diturunkandengan bahasa, stilistika bahasa Arab,sehingga dengan begitu para sahabat nabitentunya dapat memahami makna-maknakosa kata dan sturktur-struktur bahasa alQur‟an.11Kaidah yang ketiga adalah pengetahuanterhadap bahasa Arab.12 Bagi Al-Dzahabi,al-Qur‟an-dengan bentuk stilistika, majaz,kinayah, tashrih-, dengan bentuk bahasaArab dan bahasa orang-orang Arab.13Hanya saja bahasa al-Qur‟an lebih ungguldari pada bahasa Arab. Kaidah berikutnyaadalah penafsiran dilakukan berdasarkankesesuaian teks dan tujuan dari syari‟atIslam.14 Untuk melegitimasi kaidah yangkeempat ini, Al-Suyuti mengutip sabdanabi Muhammad saw. ketika mendo‟akanAbdullah ibn „Abbas agar diberikanpemahaman terhadap agama.9Muhammad Husein Adz-Dzahabi. (2005), ALTafsir wa al-Mufassirun, Kairo: Dar al-Hadits, jil.1, hal. 34.10Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum alQur’an , hal. 177.11Muhammad Husein Adz-Dzahabi. (2005), ALTafsir wa al-Mufassirun , hal. 34.12Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum alQur’an , hal. 3313Muhammad Husein Adz-Dzahabi. (2005), ALTafsir wa al-Mufassirun , hal. 33.14Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum alQur’an , hal. 176-179.40

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)Berbeda dengan al-Suyuti, „Abd alRahman al-„Ak menghimpun kaidahkaidahpenafsiranhinggabelasanketentuan yang harus dipenuhi olehseorang mufassir.15 Pemberian syarat ketatdisebabkan teks suci al-Qur‟an tidak bisaditafsirkan secara serampangan. Ia harusdijelaskan oleh mereka yang memilikikeilmuan yang mendalam, tidak sekedartahu sedikit, tetapi tidak tahu banyak untukmenafsirkan al-Qur‟an.Berdasarkan uraian tersebut perlu kiranyapenulis mengajukan pembahasan yangmendalam dan komprehensif mengenaikaidah-kaidah penafsiran yang dipaparkanAl-Qasimi di awal kitab tafsirnya.Penelitian ini didasari dengan latarbelakang kajian yang menunjukkan bahwatidak seluruhnya mufassir menyampaikankaidah-kaidah tersebut dalam kitabtafsirnya.B.Metode n menurut Muhammad Jamal alDin al-Qasimi menggunakan metodepeneltian kualitatif. Dalam menganalisisdata, penulis menggunakan data primerdan data sekunder. Data primer dalampenelitian adalah kitab tafsir Mahasin alTa‟wil karya Muhammad Jamal al-Din alQasimi sedangkan data sekunder diambildari beberapa kitab al-Itqan fi „Ulum alQur‟an karya Muhammad Jalal al-Din alSuyuti, al-Tafsir wa al-Mufassirun karyaMuhammad Husein al-Dzahabi, dan kitabMabahits fi „Ulum al-Qur‟an karya Manna‟al-Qattan serta beberapa kitab yang relevansebagai data pendukung untuk menemukanjawaban dari pertanyaan penelitian yangdiajukan penulis.C.Hasil Penelitian dan PembahasanP-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020C.1. Biografi Muhammad Jamal Al-Din alQasimiTahun 1866 M menjadi sejarahkelahiran ulama populer bernama SyaikhMuhammad Jamal al-Din al-Qasimi.16Penyebutan al-Qasimi bagi ulama yangmemiliki nama lengkap Muhammad Jamalal-Din Abul Faraj bin Muhammad Sa‟idbin Qasim bin Shalih bin Isma‟il bin AbiBakar, lebih dikarenakan penisbahankepadakakeknyayangmemilikikedudukan mulia dan bergelar Al Imamdengan nama asli Al-Qasimi denganpanggilamn populer sebagai Al-Khalaq.17Kakek Al-Qasimi, merupakanseorang sarjana muslim yang cerdar dandikenal sebagai ulama yang faqih di negarayang dahulunya bernama Syam, Suriah. Disamping itu beliau dikenal sebagai seorangulama yang memiliki tingkat spiritualitasyang sangat baik, oleh karena itumasyarakat Suriah mengenalnya beliausebagai orang yang shâlih., yang lebihpopuler dikenal dengan nama Al-Halaq.18Nama Sa‟id yang disematkanpadanya merupakan nama ayahnya. Sepertikakeknya, Bapak Al-Qasimi juga mewarisikeulamaan ayahnya. Di samping sebagaiorang yang faham agama, Syaikh Sa‟idjuga dikenal sebagai seorang penggubahsastra dan dikenal sebagai sastrawan yangmemiliki tempat di hati para warga padamasanya.19 Sedangkan ibunya bernama„Aisyah binti Ahmad Jubainah, sedangkan16Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil. Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.Bairut. 1998, Juz. I, hal. IV.17Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. IV.18Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. IV.1915Abd al-Rahman al-„Ak. , Ushul al-Tafsir, hal.185-187.Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. IV.41

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Rahmân Ibn „Alî ibn Syihâb al-Mishrî,seorang tamu dari Damaskus”.23nenek dari bapaknya adalah Fatimah bintiMuhammad al-Dasuqi.20Lingkungan pendidikan yang dialami AlQasimi merupakan lingkungan yang didalamnya tumbuh iklim akademis. Disamping itu, spiritulaitasnya terbangundengan baik dalam dirinya. Ia tumbuhsebagai anak shalih yang mewarisiketaatan dan keshalihan ayah dankakeknya.21Bukti warisan kecerdasan dan keshalihanyang dimiliki Al-Qasimi sudah dimulaidari kakek dan bapaknyadi Suriah.Kakeknya, Al-Qasimi-yang kemudiandisematkan pada nama di belakangnyamemiliki popularitas sebagai seorang yangfaqih dan shalih sudah dikenal. Demikianpula dengan ayahnya di samping sebagaiseorang yang ahli di bidang hukum Islamjuga dikenal sebagai sastrawan. Sehinggadengan iklim yang penuh dengankemuliaan dan keagungan agama dapatmembukakan kedua matanya terhadapcahaya yang bersinar, membuatnya minumdengan air dengan kuatnya, sambilmeminta bantuan keberanian ayahnya yangtidak henti-henti mendoakannya danmengajarkannya beberapa kitab, makaterbantulah ia di dalam perkembanganhidup dengan keshalihan.22 Sehingga adasatu sanjungan yang berlabuh kepadanya:“Dia (Muhammad Jamal al-Din alQasimi) dibina dan dididik di tengahtengah naungan orang tuanya, iamembacakan al-Qur‟an dihadapan alhâfidz al-ma’mar al-Syeikh „Abd al-20Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. IV.Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020Ia juga merupakan keturunan AlHusain al-Basth seorang imam Suriah dimasanya. Rasyîd Ridlâ memberikankomentar tentang Muhammad Jamâl alDîn al-Qâsimî, ungkapnya, “ ia adalahcerdik cendekia Suriah, orang pilihan,reformis bagi ilmu-ilmu Islam, penghidupsunnah dengan ilmu, amal, pengajaran,ajaran/anjuran, karangan, salah satu yangmenyambungkan dengan ulama salaf danperadaban tinggi yang dibutuhkan olehzaman”.Dunia akademisi digeluti AlQasimi dengan sangat serius. Keseriusantersebut dibuktikan dengan tercatatnyasebagai seorang murid yang concernterhadap hukum-hukum Islam (islamicjurisprudence) dan bahasa. Ia seriangmembaca ringkasan-ringkasan fiqh dannahwu dihadapan syeikh Sayyidî al-Wâlid.Ia juga dibekali pengetahuan tentang alQur‟an di Syria oleh syeikh al-qurraAhmad al-Halwani berdasarkan riwayatImam Hafash.24C.2. Kaidah Tafsir Menurut MuhammadJamal al-Din al-QasimiSebagai upaya menjelaskan kandunganmakna al-Qur‟an, kerja tafsir harusdilengkapi perangkat keilmuan yang baikdan lengkap serta didukung dengan niatyang ikhlas karena mengharap ridha dariAllah swt.Perangkatkeilmuandanstandardpenafsiran yang telah disepakati oleh parasarjana al-Qur‟an yang didasari dukunganlegitimasi dari al-Qur‟an dan Sunnah nabi21Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. IV.232224Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil.,hal. iii.Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. iii.Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. Iii.42

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)Muhammad saw. menjadi hal yang sangatpenting untuk dipenuhi dan dimiliki olehpara mufassir. Hal ini dilakukan agarsakralitas al-Qur‟an selalu terjaga daripenafsiran-penafsiran yang jauh darikehendak teks yang disampaikannya.Kaidah-kaidah penafsiran menjadi sangatpenting mengingat ia merupakan dasarsubstantif dan esensial dalam upayamenafsirkan al-Qur‟an. Karena itulah M.Qurasih Shihab menyebut kaidah tafsirsebagai “patokan” untuk kerja penafsrian.25Al-Qasimi, ulama kontemporer dan faqihdi bidangnya memberikan beberapaketentuan yang harus ditempuh oleh parapenafsir al-Qur‟an.Sedangkan Muhammad Jamal al-Din alQasimimenjelaskankaidah-kaidahpenafsiran yang beliau simpan pada juzpertama, hal itu dilakukan agar seorangpembaca sebelum membaca tafsirnyaterlebih dahulu dapat memahami aturanaturan yang menjadi dasar sebuahpenafsiran. Beliau menyebutkan beberapakaidah penting yang perlu diperhatikan:Pertama, kaidah mengenai sumberrujukan atau yang ia sebut dengan qâdah fîummahât mâkhidzih (mâkhidz al-tafsîr),dari sini setidaknya ada empat hal yangmesti diperhatikan bagi orang yang hendakmeneliti al-Qur‟an:1. Mengutip dari nabi saw. bagi AlQattan adalah hal yang sangat pentingmengingat ia berfungsi menjadi penjelasal-Qur‟an.26PengutipandarinabiMuhammad saw. merupakan rangkaianpenafsiran al-Qur‟an dengan menggunakanriwayat. Pengutipan dari hadits nabiMuhammad saw. disebabkan penjelasan-P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020penjelasan al-Qur‟an perlu penjelasan yangbersifat praktis.27Bagi Al-Qasimi nabi Muhammad saw.saw. adalah model seorang pengajar.Tetapi perlu pula waspada terhadap haditshadits dla’îf bahkan palsu.28 Karena semuahadits tersebut selalu sering dijumpai.Sehingga dari sini ia menulis sebuah kitabkhusus yang menerangkan tentang kaidahpenentuan hadits (Qawa‟id al-Tahdits).Mengutip pendapat Imâm Ahmad; ada tigakitab yang tidak memiliki sumber, alMaghazî, al-Mulâhim, dan al-Tafsîr. Akantetapi pengikutnya berpendapat mengenaipendapat Imâm Ahmad di atas, yangdimaksud adalah, bahwasanya yang palingdominan adalah bukan sesuatu yangmemiliki isnâd shahîh yang muttashil.Akan tetapi jika tidak ada maka sah itusemua, seperti penafsiran kata zhâlimdengan syirk seperti yang bisa dilihatdalam surat Al-An‟âm, al-hisâb al-yasîrdengan al-‘ardl, al-quwwah dengan alramyu seperti firman Allah swt.: َوأَ ِع ُّدوا لَهُ ْم َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن قُىَّة “Dan persiapkanlah oleh kekuatan yangkamu mampu” (QS. Al-Anfâl [8]: 60).292. Mengutip pendapat para sahabatrasul saw. Karena apa yang ditafsirkanoleh sahabat itu memiliki tingkatan marfu’(bersambung langsung) kepada rasul saw.Pendapat ini seperti diungkapakan oleh AlHakim dalam kitab Al-Mustadraknya.Akan tetapi, Abû al-Khatta-pengikut darimadzhabHanbalimengatakan,kemungkinan seorang sahabat dalampenafsirannya tidak merujuk kepada rasul.Dari kedua pendapat tersebut yang2725M. Qurasih Shihab, Kaidah Tafsir, Lentera Hati,Jakarta: 2015, cet. ke-3, hal. 11.26Manna‟ Al-Qattan. (2011), Studi Ilmu-Ilmu alQur’an, terj. Mudzakir As, Jakarta: Litera AntarNusa, cet. ke-11, hal. 463.M.M. Azami. (2000), Hadits Nabawi dan SejarahKodifikasinya, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. ke-2,hal. 27.28Muhammad.Jamâl al-Dîn al-Qâsimî,TafsîrMahâsin, juz 1, hal. 7.29DepartemenAgama,Al-Qur’andanTerjemahnya, hal. 148.43

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)dianggap benar adalah pendapat yangpertama, karenapendapattersebutberdasarkan riwâyah bukan bersumber darira’y.30Muhammad „Ajaz al-Khathib mencatatsahabat sebagai kelompok yang mulia, iamemiliki keistimewaan yang tidak dimilikiumat Islam yang lain. Meskipun sejarahmencatat pernah terjadi konflik antarsebagian sahabat, mereka masih tetapdihukumi adil oleh para ulama hadits.31Namun walau melakukan pengutipanpendapat para sahabat nabi bagi AlZarkasyî perlu diberikan alasan yang kuatyang memotivasi penafsir melakukanpengutipan. Karena bisa ditemukan adanyapolemik di kalangan sahabat yang berujungmembingungkan bagi para pembacapengutipan yang masih membingungkanterhadap adanya perbedaan mengenai parasahabat rasul dalam menafsirkan alQur‟an.3. Mengambil sumber bahasa, karenaal-Qur‟an diturunkan dengan medio bahasaArab.Bahasa bagi manusia sangat penting,darinya manusia bisa mengidentifikasi,atribusi dan mengenal benda-benda disekelilingnya.32 Dari bahasa seseorangmengenal nama-nama benda di sekitarnya.Identitasnya dikenal, kemauan danekspresinya dapat dimanifestasikan dalambahasa.Al-Suyuti memosisikan kompetensi ilmupengetahuan di bidang bahasa Arabsebagai syarat pertama bagi seseorangP-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020yang hendak melakukan penafsiran.33Pencantuman kepakaran bahasa Arabbukan tanpa alasan melainkan pada dasarpokok memahami sebuah bahasa harusdimulai dari kepakarannya terhadap bahasayang akan dibahas.Alasan Al-Suyuti sangat berdasar, bahwamenjadi sebuah keniscayaan memahamiteks-teks al-Qur‟an harus dimulai dengankemampuannya memiliki kompetensikeilmuan bahasa Arab. Teks-teks alQur‟an bagi Abu Zayd merupakanrepresentasi yang menampilkan adanyakomunikasi antara pengirim dan penerimamelalui sistem bahasa.34 Kode-kode yangdisampaikanpenyampaifirmanmenggunakan sistem bahasa penerimayang dalam hal ini adalah masyarakat Arabdengan bahasa Arab sebagai medianya.Senada dengan Al-Suyuti, Al-Qattanmenyatakan seseorang yang hendakmelakukan penafsiran harus benar-benarmemahamibahasaArab,karenamemahami teks-teks al-Qur‟an bergantungpada kosa kata berikut terminologis yangditunjuknya.35 Sebagai sistem bahasa,lafadz-lafadz yang menjadi kosa kata alQur‟an merupakan sistem simbol dan kodeyang disampaikan al-Qur‟an. PengertianAl-Qattan merujuk pada pentingnyamemahami representasi makna dari setiaplafadz yang digunakan al-Qur‟an ketikamenyampaikan pesan-pesan Tuhan.Imam Al-Baihaqî dengan riwayat dariImam Malik yang beliau catat dalam kitabAl-Syu‟ab menyebutkan bahwa seseorangakan mendapat siksaan dari Allah swt.disebabkan penafsiran yang dilakukannyatidak didasari dengan kemampuan dan3330Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi,TafsirMahasin, juz 1, hal. 7.31Muhammad „Azaj al-Khathib. (1989), Ushul alHadits, Bairut: Dar al-Fikr, hal.393.32Komaruddin Hidayat. (2004), MenafsirkanKehendak Tuhan, Jakarta: Teraju, cet. ke-II, hal. 43.Jalal al-Dil Al-Suyuti, Al-Itqan fi ‘Ulum alQur’an (tt), Surabaya, P.T. Irama Minasari, jil. II,hal. 170.34Nasr Hamid Abu Zayd (2005), Tekstualitas AlQur’an, Yogyakarta: LKiS, cet. ke-IV, hal. 19.35Manna‟ Al-Qattan. (2011), Studi Ilmu-Ilmu alQur’an, terj. Mudzakir As, Jakarta: Litera AntarNusa, cet. ke-11, hal. 464.44

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)kecakapan dalam keilmuan bahasaArabnya.36 Pernyataan ini sangat jelas dantegas bahwa bahasa Arab menjadi kuncidalam memahami teks-teks al-Qur‟an.Otoritas penafsiran terhadap teks-teks alQur‟an tidak diberikan dengan mudahkepada siapapun. Sehingga tidak setiaporang tidak semuanya memiliki otoritastersebut. Untuk karena alasan ini, Issa J.Boullatapernahmengakuiketidakmampuannya dalam mengenaliperbedaan makna semantik dari sejumlahkata-kata al-Qur‟an yang tidak semakna.37Kekayaan dari khazanah bahasa Arabdapat dilihat dari adanya perbedaan yangdimilikinya. Bahkan seorang linguis Arab,Zurzai Zaidan pernah menulis tentangsejarah sastra Arabdan beliaumemberikanpenjelasandenganmengajukan pembahasan yang membagibahasa Arab dengan dua periode, yaknilughah al-Jahiliyyah al-ula dan lughah alJahiliyyah al-tsaniyyah.38 Pembagianperiodisasi ini dilihat karena adanyaperbedaan kultur yang membentuk bahasaArab.4. Menafsirkandengantuntutanmakna pembicaraan dan ringkasan darisyara‟ yang kuat. Karena seperti ini adalahsesuatu yang pernah dialami Ibnu „Abbâsketika nabi mendo‟akannya agar Allahmemberikan kepahaman terhadap agamadan mengajarkan kepadanya tentang ta‟wîl.Kedua, kaidah mengetahui tafsiryang shahîh, dan tafsir yang paling shahîhyang masih diperselisihkan. Dalammemberikan bimbingan mengenai caramengetahui tafsir yang shahîh, dan tafsiryang paling shahîh dari beberapa tafsiryang masih diperselisihkan melalui cara36Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. 8.37Issa J. Boullata. (2008), Al-Qur’an yangMenakjubkan, terj. Bachrum B., dkk., Jakarta:Lentera Hati, cet. ke-I, hal. 337.38Zurzai Zaidan. (1996), Tarikh Adab al-Lughahal-‘Arabiyyah, Juz.I, cet. ke-1, hal. 27.P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020yang jelas dan tidak membuat ragukelompok yang bersikap moderat. Berikutbimbingan tersebut: ketahuilah, bahwakitabAllahswt.ketikaterjadikekhawatiran bagi pencari kebenaran, danterjaganya-seperti yang telah di janjikanAllah swt., syetan menyusup dalampenafsiran kebanyakan orang, dan tidakadanya perbedaan antara n.Adapun tingkatan-tingkatan paramufassir yang terbaik adalah para sahabat.Karena mereka terbukti dipuji, baik dalamal-Qur‟an maupun al-Sunnah, dan karenaal-Qur‟anpun diturunkan dengan mediobahasa mereka, kesalahanpun sangat jauhdari mereka, karena mereka selalu bertanyakepada rasul saw. mengenai masalah yangmenyulitkan mereka.39 Dan tafsir yangsangat populer di kalangan sahabat adalahtafsir Ibnu „Abbâs.Ibnu „Abbas menjadi rujukkan tafsiral-Qur‟an populer di kalangan sahabat nabiMuhammad saw. Ibnu Mas‟ud pernahmemberi pujian kepadanya denganungkapan:‟Pakar al-Qur’an terbaik adalahIbnu ‘Abbas”. Ungkapan didasari olehbanyaknya keterangan dan diakuinya Ibnu„Abbas sebagai pakar tafsir al-Qur‟an.40D.SimpulanSebagai sebuah aktifitas mulia, duniapenafsiran seharusnya didasari prinsipprinsip penafsiran yang benar, kokoh danberdasar. Tugas penafsiran bersifatotoritatif, karena tidak semua orangdiberikan kewenangan menjelaskan alQur‟an. Muhammad Jamal al-Din alQasimi merupakan salah satu mufassirotoritatif, kepakaran dan keilmuannyadiyakini oleh banyak sarjana muslim39Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din. TafsîrMahasin al-Ta’wil., hal. IV.hal. 1340Muhammad „Ali al-Shabuni, Al-Tibyan fi ‘Ulumal-Qur’an. (2016), cet. ke-1, hal. 82.45

Islamika(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya)dunia. Bahkan sebelum menjelaskankandungan al-Qur‟an, ia terlebih dahulumencantumkan kaidah-kaidah penafsiranyang seharusnya dimiliki oleh penafsir.Kaidah-kaidah penafsiran olehnya dibagimenjadi qawa’id fi makhaidz tafsir dankaidah memilih tafsir yang shahih danyang paling shahih. Kaidah yang pertamaAl-Qasimi didasari dari kaidah-kaidahpenafsiran yang ditulis Jalal al-Din alSuyuti dalam kitab al-Itqan fi „Ulum alQur‟an.E.Daftar PustakaAl-Dzahabi, Muhammad Husein,. (2005),Al-Tafsir wa al-Mufassirun, Kairo: Dar alHadits.Al-Khathib, Muhammad „Ajaz. (1989),Ushul al-Hadits, Bairut: Dar al-Fikr.P-ISSN: 1858-0386E-ISSN: 2686-5653Vol. 14, No. 1, Januari-Juni n Kehendak Tuhan,Jakarta: Teraju.Shihab, M. Quraish. (2015), Kaidah Tafsir,Jakarta: Lentera Hati.Zaidan, Zurzai (1996), Tarikh Adab alLughahal-‘Arabiyyah,Juz.I.Al-Qattan, Manna‟,. (2011), Studi IlmuIlmual-Qur’an, terj. Mudzakir As,Jakarta: Litera Antar Nusa.Abu Zayd, Nasr Hamid. (2005),Tekstualitas Al-Qur’an. Yogyakarta: LKiS.Al-Qasimi, Muhammad Jamal al-Din.(1998), Tafsîr Mahasin al-Ta’wil. Bairut :Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.Al-Suyuti, Jalal al-Din, (tt), Al-Itqan fi‘Ulum al-Qur’an, Surabaya: P.T. IramaMinasari.Al-Shabuni, Muhammad „Ali, Al-Tibyan fi‘Ulum al-Qur’an. (2016).Azami, M.M. (2000), Hadits Nabawi danSejarah Kodifikasinya, terj. Ali MustafaYa‟qub, Jakarta: Pustaka Firdaus.Boullata, Issa, J. (2008), Al-Qur’an yangMenakjubkan, terj. Bachrum B., dkk.,Jakarta: Lentera .php/rf/article/view/137146

kompeten terhadap studi-studi keilmuan al-Qur‟an diberikan “panggung” penafsiran al-Qur‟an? Studi-studi mengenai kelayakkan individual secara personal dalam menafsirkan al-Qur‟an telah dibahas oleh banyak sarjana muslim yang concern di bidang al-Qur‟an. Perhatian tersebut muncul mengingat

Related Documents:

its original connecting rod before another connecting rod bearing cap is removed. 5. Remove the connecting rod bearing cap with the connecting rod bearing. 6. Inspect the connecting rod bearing for damage. If the connecting rod bearing is damaged, replace all main and connecting rod bearings. a. Acceptable bearing wear (1). b.

Contents vi Cisco 800 Series Routers Hardware Installation Guide 78-5373-04 Installing Your Router 2-5 Connecting Ethernet Devices 2-6 Connecting an ISDN Line 2-10 Connecting an IDSL Line 2-13 Connecting a Digital Telephone 2-14 Connecting an Analog Telephone, Fax, or Modem 2-15 Connecting a Terminal or PC 2-17 Connecting the Power Supply 2-18 Mounting Your Router 2-18

John C. Maxwell Contents of Book Part I Connecting Principles 1. Connecting Increases Your Influence in Every Situation 2. Connecting is All About Others 3. Connecting Goes Beyond Words 4. Connecting Always Requires Energy 5. Connecting is More Skill than Natural Talent Part II Conne

Doc vs Internet Library - COnnecting REpositories . Similarity

The objective of the present work is to design and analyses of connecting rod made of Forged steel. Steel materials are used to design the connecting rod. In this project the material (carbon steel) of connecting rod replaced with Forged steel .Connecting rod was created in CATIAV5 R19. Model is imported in ANSYS 13.0 for analysis.

VSX-LX104 Table of contents . Connecting ZONE B 41 Connecting a Pre-main Amplifier (ZONE B) 41 Connecting Antennas 42 Network Connection 43 Connecting External Control Devices 44 IR IN port 44 12V TRIGGER OUT jack 45 Connecting the Power Cord 46 Playback AV Component Playback 48

Connecting a DVD player or Blu-ray Disc player 38 Connecting a turntable 39 Connecting a USB memory device to the USB port 40 Connecting an FM/AM antenna 41 Connecting to a home network (LAN) 43 . When 4K Ultra HD (High Definition) is used, an input/output speed of 60 frames per second (60p) is achieved for video signals. When connected

Anatomy should be a worthwhile investment of your time . Purpose of the Anatomy The Anatomy provides an entry-point for people seeking to understand asset management. There are . 1Version 32VP3uVblh2n2g2uVraVdhhu2Vcplp uyul2VtfmANVdDDVon 32hVouhuoCu4N. 8 1Version 32VP3uVblh2n2g2uVraVdhhu2Vcplp uyul2VtfmANVdDDVon 32hVouhuoCu4N .