HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

3y ago
72 Views
6 Downloads
266.96 KB
15 Pages
Last View : 30d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Raelyn Goode
Transcription

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHANDALAM PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DI RUANG OPERASIRUMAH SAKIT O R T O P E D I P R O F . D R . R . S O E H A R S OSURAKARTANASKAH PUBLIKASIUntuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana KeperawatanOleh :SUDIBYONIM ST 181052PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA2020

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHANDALAM PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DI RUANG OPERASIRUMAH SAKIT O R T O P E D I P R O F . D R . R . S O E H A R S OSURAKARTASudibyo¹⁾, Yunita Wulandari²⁾, Dzurriyatun Thoyyibah ZA.³⁾¹⁾Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta²⁾ ³⁾Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakartae-mail: ¹⁾sudibyo79hassan@gmail.com, ²⁾yunitastikeskh@gmail.comAbstrakLatar Belakang: Salah satu pelayanan yang diberikan Rumah Sakit adalah tindakanpembedahan di Ruang Operasi yang dilakukan oleh Tim Dokter dan Perawat. PenerapanSurgical Safety Checklist yang diadopsi dari World Health Organization (WHO)digunakan di kamar bedah untuk meningkatkan keamanan operasi dan mengurangikesalahan dalam prosedur pembedahan. Rendahnya tingkat kepatuhan tim kamar bedahdalam pengisian surgical safety checklist berpotensi terjadinya masalah terkait keselamatanpasien, khususnya resiko terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di kamar operasi.Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan dalampenerapan surgical safety checklist.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana yang bertugas dikamar operasi RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta yang terdiri dari perawatbedah dan perawat anesthesi yang berjumlah 42 orang, sampel yang diambil seluruhnyadari jumlah populasi yaitu berjumlah 42 responden.Hasil: Dari 42 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar50% dengan tingkat kepatuhan tergolong patuh 88,1%. Namun masih ada perawat yangkurang patuh 11,9%. Hasil Analisis Bivariat Uji Spearman Rank nilai sig.(2-tailed) 0,01(p-value 0,05) dengan nilai r 0,500.Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dalampenerapan surgical safety checklist. Peneliti menyarankan perlunya penyegaran melaluipelatihan dan seminar tentang keselamatan pasien, serta mendorong kepada tim PMKP RSuntuk melakukan monitoring, evaluasi serta re-sosialisasi SPO pengecekan keselamatanoperasi kepada seluruh tim bedah.Kata Kunci: Pengetahuan, Perawat, Surgical Safety Checklist, Kepatuhan.Daftar Pustaka: 40 (2009-2019)1

RELATIONSHIP BETWEEN NURSES KNOWLEDGE LEVEL AND COMPLIANCEIN THE IMPLEMENTATION OF THE SURGICAL SAFETY CHECKLIST IN THEOPERATING ROOM OF ORTHOPEDIC HOSPITAL PROF. DR. R. SOEHARSOSURAKARTAAbstractBackground: One of the services provided by hospitals is surgery in the operating roomperformed by a team of doctors and nurses. The implementation of the Surgical SafetyChecklist adopted from the World Health Organization (WHO) is used in the operatingroom to improve the safety of operations and reduce errors in surgical procedures. Thelow level of compliance of the operating room team in filling the surgical safety checklisthas the potential to cause problems related to patient safety, especially the risk ofunexpected events in the operating room. Objective: To analyze the relationship betweenNurses knowledge level and compliance with the implementation of the surgical safetychecklist.Method: This research is a type of quantitative research with cross-sectional design.The population in this study were all nurses who served in the operating room ofOrthopedic Hospital Prof. DR. Soeharso Surakarta consisting of 42 surgical nurses andanesthetist nurses, with samples taken entirely from the population of 42 respondents.Results: Of the 42 respondents most of them had a sufficient level of knowledge of 50%with a compliance rate classified as 88.1%. But there are still nurses who are not compliantwith 11.9%. Bivariate Analysis Results Spearman Test Rank sig. (2-tailed) 0.01 (p-value 0.05) with r 0.500.Conclusion: There is a relationship between the level of knowledge and compliance inthe implementation of the surgical safety checklist. Researchers suggested the need forrefreshment through training and seminars on patient safety and encouraged “the PMKPHospital team” to conduct monitoring, evaluation, and re-socialization of the operationsafety check to all surgical teams.Keywords: Knowledge, Nurses, the Surgical Safety Checklist, Compliance.Bibliography: 40 (2009-2019)2

PENDAHULUANperencanaan atau memakai rencana yangRumah sakit merupakan salah satusaranapelayanankesehatan2017). WHO juga mendefinisikan patientmemberdayakanberbagaisafety adalah tidak adanya bahaya sertakesatuan personel terlatih dan terdidikpencegahan kesalahan dan efek sampingdalamuntuk pasien yang berkaitan dengandengantempatsalah dalam mencapai tujuan (Wardhani,menghadapidanmenanganimasalah kesehatan untuk pemulihan danpelayanan kesehatan (WHO, 2012).pemeliharaan kesehatan yang baik. SalahTindakansatu pelayanan yang disediakan danmemperhatikandiberikan rumah sakit adalah pelayanankesiapan pasien, dan prosedur yang akandi IBS (Instalasi Bedah Sentral), dimanadilakukan,hal tersebut diperuntukkan bagi pasienkejadian tidak diharapkan sangat tinggi.yang memerlukan tindakan pembedahan.Data WHO menunjukkan komplikasiLebih dari 100 juta orang memerlukanutama pembedahan adalah kecacatan danperawatan bedah setiap tahun untukrawat inap yang berkepanjangan 3-16%alasan medis yang berbeda (WHO,pasien bedah terjadi di negara-negara2012). Pelayanan tindakan medis operasiberkembang. Diperkirakan hingga 50%dilakukan secara tim meliputi: dokterdari komplikasi dan kematian dapatoperator, dan keperawatan (perawatdicegah jikainstrumentator/scrubmengikuti standar operasional prosedurnurse,perawatanestesi, perawat sirkulasi, dan perawatpemulihan) (Arif dan Kumala, 2009).Konsep keselamatan pasien ikodalamterjadinyapelaksanaannyayang sudah ditetapkan (WHO, 2009).Standar Joint Comission International(JCI) edisi ke-4 yang berlaku sejak 1safety) secara mendasar diartikan sebagaiJanuari“freedom from accidental injury” olehinternasionalInstitute of Medicine (IOM, 2010).(International Patient Safety Goals) sertaKomite Keselamatan Pasien RumahperawatanSakitmendefinisikan(Anaesthesia and Surgical Care) untukkeselamatan pasien sebagai bebas darisemua rumah sakit yang terakreditasicedera/harm yang seharusnya tidakJCI. Salah satu standar dalam sasaranterjadi atau potensial cedera akibat dariinternasional keselamatan pasien adalahpelayanan kesehatan yang disebabkanmengidentifikasi pasien dengan benar,error yang meliputi kegagalan suatumemastikan sisi pembedahan benar estesidanbedah3

prosedur operasi yang benar. WHOreview tentang kelengkapan rekam medismelalui World Alliance for Patient Safetydari bagian Rekam Medis periode tahuntelah membuat Surgical Safety Checklist2018 yang belum mencapai 100% yaitu(selanjutnya disingkat SSC) sebagaiform yang berasal dari kamar operasi.tool/alat yang digunakan oleh paraPenggunaanchecklistterstrukturpraktisi klinis dikamar bedah untukdalam proses pembedahan akan sangatmeningkatkanoperasi,efektif bila di dukung dengan tingkatmengurangi kematian dan komplikasipengetahuan serta kepatuhan tenagaakibat pembedahan. WHO selanjutnyakesehatan dalam menerapkan surgicalmenjelaskansafetysafety checklist. Untuk itu diperlukanchecklist di kamar bedah digunakanjuga pengetahuan serta pemahamanmelalui 3 (Tiga) tahap, masing-masingtenaga kesehatan khususnya perawatsesuai dengan alur waktunya yaitu saatdalam proses penerapan surgical safetysebelum induksi anestesi (sign in),checklist di ruang operasi RS Ortopedisebelum dilakukan insisi kulit (time out)Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Olehdan sebelum mengeluarkan pasien darikarena itu, peneliti tertarik melakukankamar operasi (sign out). Surgical safetypenelitian tentang “Hubungan tingkatchecklist tersebut sudah baku dari WHOpengetahuan perawat dengan kepatuhanyang merupakan alat komunikasi praktisdalamdanchecklist di ruang operasi RS dantahappostoperatif (WHO, icalsafetyProf. Dr. R. Soeharso Surakarta”.Tujuan penelitian ini adalah tingkatpengetahuan perawat dengan kepatuhandalampenerapansurgicalsafetykhususnya risiko terjadinya kejadianchecklist di ruang operasi RS Ortopeditidak diharapkan (KTD) berdasarkanProf.observasi yang dilakukan di kamar bedahSehingga hasil penelitian ini dapatRumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.digunakan sebagai sumbangan informasiSoeharsomasihtentang pelaksanaan surgical safetyrendahnya kepatuhan tim kamar bedahchecklist dalam upaya meningkatkandalam pengisian surgical safety checklist,patient safety yang selanjutnya dapatserta ditambah dengan laporan hasildigunakan sebagai bahan masukan dalamSurakarta,yaituDr.R.SoeharsoSurakarta.4

mengelola serta meningkatkan kualitasHASIL DAN PEMBAHASANmutu1. Karakteristik RespondenpelayanankesehatandiRSOrtopedi Prof. Dr. R. Soeharso SurakartaHasilkarakteristikrespondendan sebagai tambahan informasi sertayang diperoleh meliputi data umur,literaturependidikanjenis kelamin, pendidikan dan masakhusunya keperawatan peri operatifkerja perawat di kamar operasi RSmengenai penerapan surgical safetyOrtopedi Prof. DR. R. Soeharsochecklist dalam upaya meningkatanSurakarta.bagiInstitusipatient safety yang otentik karena sesuaidengan yang terjadi di kamar bedah.a. UmurTabel 1. Karakteristik Respondenmenurut UmurMETODOLOGIPenelitian ini dilakukan di ruangKetera MeannganUmur 44,71Min.Max.STD31545,53operasi Instalasi Bedah Sentral dan ruangTabel 1. Menunjukkan bahwa rata-operasi Instalasi Gawat Darurat RSrata umur responden adalah 45 tahunOrtopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakartadengan standar deviasi sebesar 5,53selama2019.tahun. Hal ini menunjukkan bahwaMerupakan jenis penelitian kuantitatifresponden memiliki usia yang dalam berfikir dan bekerja atau masihdengan desain Cross Sectional dimanadalam usia produktif. Menurut Nursalamvariabel sebab (independent variable)(2015) bahwa semakin cukup ankekuatan(dependent variable) atau kasus yangseseorang akan lebih matang dalamterjadi pada obyek penelitian diukurberfikir dan bekerja. Karena dengansecara simultan atau dalam waktu yangbertambahnya umur seseorang makabersamaan (Notoatmodjo, 2010).kematangan dalam berfikir semakin baikSampel pada penelitian adalah semuaperawat pelaksana yang terdiri dariperawat bedah dan perawat anesthesi diruang operasi Instalasi Bedah Sentralsehinggaakantermotivasisetiapmelakukan pekerjaan dalam melayanipasien secara profesional.Umur merupakan salah satu faktor(IBS) dan ruang operasi Instalasi GawatyangDarurat (IGD) RS. Ortopedi Prof. DR. R.seseorang. Meningkatnya usia seseorang,Soeharso yang berjumlah 42 perawat.akan meningkatkan kebijaksanaan danmempengaruhipengetahuan5

kemampuan seseorang dalam mengambilyang akan dikerjakan. Penelitian yangkeputusan dan berfikir rasional. Dengandilakukanbertambahnya umur, seseorang akanmengenai relasi gender dalam tugas-mengalami perubahan aspek fisik dantugas keperawatan menyebutkan bahwapsikologis, pada aspek psikologis atauperawat laki-laki memang dibutuhkanmental, taraf berfikir seseorang menjadifisiknya untuk keperluan tugas-tugassemakin matang dan dewasa (Mubarok,keperawatan dalam hal-hal tertentu.olehRusnawati(2012)2011). Semakin tinggi umur seseorangPeneliti berpendapat bahwa perawatsemakin bertambah pula ilmu atauyang ditugaskan di kamar bedah RSpengetahuanOrtopediyangdimiliki(Notoatmodjo, 2012).Prof.DR.R.SoeharsoSurakarta yang lebih di dominasi olehSejalan dengan penelitian Suryantilaki-laki selain karena alasan tertentu(2016) yang menyimpulkan bahwa faktordibutuhkan fisiknya, juga telah melaluiumuranalisa beban kerja serta gkatyangakanpenempatansumberdayamanusiamengalami puncaknya pada umur-umur(SDM) sesuai dengan kebutuhan di ruangtertentu dan akan menurun kemampuanperawatan, hal ini sesuai dengan hasilpenerimaan atau mengingat sesuatudiskusi antara peneliti dengan kepalaseiring dengan usia semakin lanjut.ruang operasi RS Ortopedi Prof. DR. R.b. Jenis KelaminSoeharsoSurakarta.NamunpadaTabel 2. Distribusi Frekuensi Jenisprinsipnya antara perawat laki-laki danKelaminperempuan memiliki peran dan tanggungJenis 6%100%Tabel2.Menunjukkanbahwajawab yang sama dalam menjalankantugas keperawatannya.c. PendidikanTabel 3. Distribusi FrekuensiPendidikansebagian besar responden adalah berjeniskelamin laki-laki yaitu sebanyak 74%.PendidikanHal ini menunjukkan bahwa perawatD-3 KeperawatanS-1 Keperawatanyang bertugas di kamar bedah RSJumlah(%)15535,7%11,9%Pengaruh jenis kelamin dalam bekerjaProfesi (Ners)2252,4%Jumlah42100%Tabel 3. Menunjukkan bahwasangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaansebagian besar responden mempunyaiOrtopedi di dominasi oleh laki-laki.6

tingkat Pendidikan profesi (Ners) yaitupenguasaansebanyak 52,4%. Pengetahuan seseorangkedalaman terhadap konsep teoritissangatbidang pengetahuan dan ikan. Individu dengan pendidikantertentuyang tinggi, maka pengetahuannya jugaindividu dengan tingkat pendidikanakansehinggaprofesi (Ners) berada pada level 7 (tujuh)pengambilandimana tingkat kedalaman eliputikeputusan. Namun tidak selamanyameliputipengetahuanpengetahuan dan keterampilan tertentu (seseorangbisateorisedangkanmenghindarkan dirinya dari kejadianSN DIKTI, 2015).yang tidak diinginkan, misalnya perawatd. Masa galabidangTabel 4. Karakteristik Respondenselamanya melaksanakan keselamatanpasienaplikasimunurut masa kerjaPendidikan berarti bimbingan yangKetera Mean Min. Max. STDnganMasa20,077336,2kerjaTabel 4. Menunjukkan bahwa rata-ratadiberikan seeorang kepada orang lainmasa kerja responden adalah 20 tahunagar dapat memahami sesuatu hal.dengan standar deviasi 6,2 tahun. MasaSemakin tinggi pendidikan seseorangkerjasemakinpengetahuan dan keterampilan yangtindakan yang dilakukan berisiko terjadikesalahan (Notoatmodjo, engetahuan yang dimilikinya juga akanmemberikansemakin banyak. Pendidikan yang rendahketerampilan tersebut dipraktikkan akinapabilatinggitingkatterhadap informasi (Mubarok, 2011).keterampilannya, hal ini dipengaruhiTingkat kedalaman dan keluasan hasiloleh masa kerja seseorang yang bekerjadari pembelajaran individu memilikidalam suatu instansi.level yang berbeda-beda, mulai dari yangMenurut Robbins & Judge (2008)terendah level 1 (satu) dan yang palingdalampenelitianSaifullahtinggi adalah level 9 (sembilan). Individumenyebutkandengan tingkat pendidikan D-3 beradaseseorang bekerja, maka keterampilanpada level 5 (lima) dimana akinmeningkat, masa kerja dan pengalaman7

akan berbanding lurus dengan tingkatrespondenketrampilan dan kematangan seseorangprofesi keperawatan (Ners), sedangkandalampekerjaan.tingkat pendidikan minimum respondenPeneliti berpendapat bahwa perawatadalah D-3 Keperawatan. Pengetahuansenior di kamar operasi RS Ortopediseorang perawat bervariasi tergantungProf.Surakartatingkat pendidikan yang dimiliki. Hal inimemiliki pengalaman dan skill yangberkaitan dengan perkembangan lankansertamempunyaikeperawatan,melaksanakan tugas-tugas dan akanperawatoperasi.untuk berpikir kritis dalam melakukan2. Tingkat Pengetahuan perawattindakan keperawatan.Tabel 5. Distribusi frekuensi tingkatpengetahuan perawat tentang surgicalPendidikan, umur, informasi ataumediamassa,sosialbudayadansafety checklistekonomi, lingkungan serta pengalamanTingkatFrekuensi 7,1Jumlah42100Distribusi data tentang tingkatmerupakan faktor-faktor yang dapatmempengaruhi pengetahuan seseorang(Budiman dan Riyanto, 2013). Semakintinggi tingkat pendidikan maka dayaserapnya terhadap informasi menjadipengetahuan perawat tentang surgicalsemakinsafetyOperasipendidikan yang semakin tinggi, makaInstalasi Bedah Sentral dan Ruangpola pikirnya juga akan semakin baikOperasi Instalasi Gawat Darurat RSsehingga akan menyebabkan seseorangOrtopediSoeharsomempunyai kemampuan dalam analisisSurakarta sebagian besar mempunyaiyang lebih baik. Menurut Notoatmodjopengetahuan cukup yaitu sebanyak 21(2012) perawat yang memiliki tingkatorang (50%). Pengetahuan respondenpendidikan tinggi cenderung memilikidengan tingkatan pengetahuan yangtingkat pengetahuan yang baik. Perilakucukuptingkatyang tidak didasari oleh pengetahuan dandimanakesadaran maka perilaku tersebut R.olehresponden,berdasarkan hasil penelitian diketahuibaik.Selainitutingkatakan berlangsung lama.bahwa mayoritas tingkat pendidikan8

3. Tingkat Kepatuhan perawatkepatuhan penerapan surgical safetyTabel 6. Distribusi Frekuensi tentangKepatuhan Perawatbahwa faktorKepatuhanFrekuensi ProsentasePerawat(%)Tidak patuh511,9Patuh3788,1Jumlah42100Distribusi data tentang kepatuhanperawat dalam menerapkan surgicalsafety checklist di form pengecekankeselamatan operasi sebagian besarmempunyai kepatuhan termasuk dalamkategori patuh yaitu sebanyak 37 orang(88,1%), dan 5 orang (11,9%) yangtermasuk kategori tidak patuh dari total42 responden. Kepatuhan merupakanketaatan seseorang pada tujuan yangtelahditetapkan,kepatuhanjugamerupakan masalah utama kedisiplinandalam pelayanan perawatan di rumahsakit (Hartati, 2016).Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. selamatanoperasi dan terakhir direvisi pada tahun2017, tetapi pelaksanaan penerapandalam pengecekan keselamatan operasibelum optimal. Hal ini dibuktikandengan hasil observasi bahwa masih ada5 perawat (11,9%) di kamar operasi yangtidak patuh dalam pengisian checklist.Menurut penelitian yang list di kamar bedah menyimpulkantentangmeningkatkanyang memepengaruhikepatuhan penerapan SSC diantaranyaadalah kurangnya sosialisasi SOP SC,kurangkesadaran tentang pentingnya SSC,jumlah perawat kamar bedah kurang danmerasa pengisian SSC sebagai bebankerja tambahan.Dari berbagai faktor tersebut, penelitiberpendapat bahwa kurangnya sosialisasiSPO pengecekan keselamatan operasimenjadisalahsatufaktoryangmenyebabkan masih adanya perawatyang tidak patuh dalam menerapkansurgical safety checklist di ruang operasiRumah Sakit Ortopedi Prof. DR. ervasibahwapeneliti menemukan ada 2 (dua) personelperawat bedah yang tidak mengisi secaralengkap checklist pada fase sign in dansign out, dari hasil diskusi yangdilakukan oleh peneliti dengan salah satuperawat bedah tersebut mengatakanbahwa selama kurang lebih 5 (lima)tahun ditugaskan di kamar operasi anSOPoperasi.Kemudian ada 3 (tiga) perawat anesthesiyang mengisi tidak secara lengkap9

checklist pada fase time out dan sign out.dan kepatuhan bermakna, maka artinya,Salah satu perawat anestesi menganggapHo ditolak dan Ha diterima, berarti Adabahwa fase sign out merupakan tanggunghubungan antara tingkat pengetahuanjawab dari perawat bedah.perawat4. Hubungan tingkat Pengetahuanpenerapan surgic

50% dengan tingkat kepatuhan tergolong patuh 88,1%. Namun masih ada perawat yang kurang patuh 11,9%. Hasil Analisis Bivariat Uji Spearman Rank nilai sig.(2-tailed) 0,01 (p-value 0,05) dengan nilai r 0,500. Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan da

Related Documents:

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan prevalensi Tabel 3 Hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang penyakit DHF dengan prevalensi penyakit DHF di Desa Kedung Kendo Kecamatan Candi, Juni 2010 Tingkat Pengetahuan penyakit Prevalensi penyakit DHF Ada Kejadian Tidak ada kejadian N % N % Baik 6 2,2 % 83 30,6 .

tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan SOP. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan shift kerja perawat dengan kepatuhan perawat melakukan Standart Operasional Prosedure (SOP) pasien risiko jatuh di bangsal dewasa RSUD Wates. Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah Analitik Korelatif dengan

tingkat pendidikan responden sebagian besar rendah 56,1%. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,02), tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,1) dan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks digabung dengan sig α 0,05, didapatkan hasil ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks ditandai dengan nilai(p α ) dimana nilai p adalah 0,002. b. Hubungan antara pemberian uang

Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet (p 0,05). Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet (p 0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna antara tingkat

hubungan antara penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMAN 7 Jombang. Semakin tinggi penggunaan media sosial maka tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi semakin tinggi pula. Kata Kunci: Remaja, Penggunaan media sosial, Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN KEPATUHAN MENCUCI TANGAN DI RUMAH SAKIT JURNAL PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Oleh : SINTA ADITYA 2016.011

STM32 MCUs listed in Table 1. Outsourcing of product manufacturing enables original equipment manufacturers (OEMs) to reduce their direct costs and concentrate on high added-value activities such as research and development, sales and marketing. However, contract manufacturing puts the OEM's proprietary assets at risk, and since the contract manufacturer (CM) manipulates the OEM's intellectual .