HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

3y ago
42 Views
2 Downloads
316.20 KB
8 Pages
Last View : 29d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Lilly Andre
Transcription

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGPATIENT SAFETY DENGAN KEPATUHAN MENCUCITANGAN DI RUMAH SAKITJURNAL PUBLIKASIDisusun untuk Memenuhi Persyaratan Tugas AkhirDalam Rangka Menyelesaikan PendidikanProgram Diploma III KeperawatanOleh :SINTA ADITYA2016.011.956INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATANPKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA20191

PROFESI (Profesi Islam)Media Publikasi Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.Website: ejournal.stikespku.ac.idHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETYDENGAN KEPATUHAN MENCUCITANGAN DI RUMAH SAKITSinta Aditya* , Nabhani2 ,Wijayanti31Mahasiwa DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta2Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta3Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah SurakartaJL.Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta*Email: adityasinta121@gmail.comKata ,KepatuhanMencuciTanganAbstrakCuci tangan merupakan bagian dari kewaspadaan universal sebagai salah satu upaya pengendalianinfeksi di rumah sakit. Kepatuhan mencuci tangan adalah salah satu kunci utama dalampencegahan dan pengendalian untuk menghindari adanya resiko infeksi nosocomial. Patient safetymempunyai komponen penting dalam asuhan untuk memperbaiki mutu layanan yang berkualitasdi rumah sakit termasuk memberikan keamanan untuk pasien dan mengurangi terjadinya resikoterhadap pasien. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang patient safety dengankepatuhan mencuci tangan di rumah sakit. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasi,menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di RS PKU MuhammadiyahKaranganyar dilakukan pada bulan Oktober sampai April. Populasi dalam penelitian ini 30perawat dengan pengambilan sampel menggunakan Teknik convenience sampling berjumlah 15perawat. Instrument yang digunakan kuesioner dan observasi. Analisa data menggunakan analisisunivariat dan bivariat (Spearman Rho). Dari 15 responden diketahui bahwa tingkat pengetahuanperawat tentang patient safety adalah pada kategori baik (80,0%) dan cukup (20,0%). Tingkatkepatuhan mencuci tangan perawat pada kategori patuh (66,7%) dan kurang patuh (33,3%). Hasiluji statistik spearman rho p value (sig) yaitu 0,000 0,05. Ada hubungan yang signifikan antaratingkat pengetahuan perawat tentang patient safety dengan kepatuhan mencuci tangan di rumahsakit.RELATIONSHIP OF NURSE KNOWLEDGE ABOUT SAFETY PATIENTS WITHCOMPLIANCE OF HAND WASHING IN HOSPITALSKeywordsLevel ofNurseKnowledgeAboutPatientSafety,Compliancewith HandWashing.AbstractHand washing is part of universal awareness as an infection control effort in hospitals. Compliancewith hand washing is one of the main keys in prevention and control to avoid the risk of nosocomialinfections. Patient safety has an important component in care to improve the quality of qualityservices in the hospital including providing safety for patients and reducing the risk of patients. Tofind out the relationship between the level of nurses' knowledge about patient safety andcompliance with hand washing in hospitals. Type of quantitative research with correlation method,using cross sectional approach. The study was conducted at PKU Muhammadiyah Hospital inKaranganyar, conducted from October to April. The population in this study were 30 nurses withsampling using convenience sampling techniques totaling 15 nurses. Instrument used questionnaireand observation. Data analysis using univariate and bivariate analysis (SpearmanRho). Of the 15respondents it was known that the level of nurse knowledge about patient safety was in the goodcategory (80.0%) and sufficient (20.0%). The level of adherence to hand washing of nurses in theobedient category (66.7%) and less adherent (33.3%). The results of the Spearman RHO statisticaltest p value (sig) are 0,000 0,05. There is a significant relationship between the level of nurseknowledge about patient safety and compliance with handwashing at the hospital.2

3 x 24 jam setelah pasien di rumah sakit. DanInfeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkanoleh mikroorganisme yang berbeda (Sabarguna,2009). Penyakit infeksi merupakan penyebabpaling utama tingginya angka kesakitan(mordibity) dan angka kematian (mortality)terutama pada negara negara berkembangseperti halnya Indonesia. Salah satu penyebabpenyakit infeksi adalah bakteri (Radji, 2011).Infeksi nosokomial merupakan masalahbesar yang dihadapi rumah sakit, dimana infeksiini tidak hanya menyebabkan kerugian sosialekonomi, tetapi juga dapat meningkatkanangkat morbiditas dan mortalitas pasien, danjuga dapat mengakibatkan penderita lebih lamaberada di rumah sakit. Keberhasilanpengendalian infeksi nosokomial disuatu RSsangat dipengaruhi oleh pengetahuan danperilaku kesehatan, sehingga perlu dilakukanpenekanan dalam upaya pencegahan penularanuntuk merubah perilaku petugas dalammemberikan pelayanan (Anonim, 2008). Hal inidapat terjadi mengingat bahwa rumah sakitadalah tempat berkumpulnya mikroba pathogenmenular yang berasal terutama dari penderitapenyakit menular. Mikroorganisme penyakit inidapat hidup dan berkembang di lingkunganrumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan,dan benda-benda medis maupun non medis(Darmadi, 2008). Menurut WHO tahun 2013,persentase infeksi nosokomial di rumah sakit diseluruh dunia mencapai 9% (variasi 3-21%) ataulebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakitseluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial.Sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit di 14 negarayang berasal dari Eropa, Timur Tengah, AsiaTenggara dan Pasifik menunjukkan adanyainfeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggarasebanyak 10%.Angka kejadian infeksi nosokomial diIndonesia diambil dari 10 RSU pendidikan yangmengadakan surveillance aktif tahun 2010 padapenelitian tersebut dilaporkan angka kejadianinfeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16%dengan rata-rata 9,8%. Kejadian terseringadalah infeksi daerah operasi, infeksi salurankemih, infeksi saluran nafas dan infeksi alirandarah (Kemenkes, 2012). Penelitian yangdilakukan di salah satu rumah sakit di Surabayamengalami kenaikan angka kejadian infeksinosokomial pada tahun 2012-2014 yaitu padatahun 2012 sebesar 0,05%, tahun 2013 sebesar0,15% dan tahun 2014 sebesar 0,37% (Weisela,2012). Salah satu rumah sakit di Magelangmelakukan peneltian angka kejadian infeksinosokomial yang selalu ditargetkan di bawah1. PENDAHULUANDewasa ini patient safety menjadispirit dalam pelayanan rumah sakit diseluruh dunia. World Health Organization(WHO) telah mencanangkan World Alliancefor Patient Safety, program bersama denganberbagai negara untuk meningkatkankeselamatan pasien di rumah sakit (WHO,2013). Tidak hanya rumah sakit di negaramaju yang menerapkan keselamatan pasienuntuk menjamin mutu pelayanan yang baik,tetapi juga rumah sakit di negaraberkembang seperti Indonesia. Buktipenelitian menunjukan dampak positif daridemam yaitu memicu pertambahan jumlahleukosit serta meningkatkan fungsi sme. Dampak negatif dari demamdapat membahayakan pada anak diantaranyadehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakanneurologis, dan kejang demam. Demam harusditangani dengan benar agar terjadinya dampaknegatif menjadi minimal (Arisandi, 2012).Patient safety merupakan komponen vitaldan penting dalam asuhan serta langkah untukmemperbaiki mutu layanan yang berkualitas(Findyartini, 2015). Penilaian mutu rumah sakitdidapatkan melalui sistem akreditasi, salahsatunya adalah sasaran keselamatan pasienkarena telah menjadi prioritas untuk layanankesehatan di seluruh dunia (Join CommissionInternational, 2015). Keselamatan pasien dirumah sakit adalah sistem pelayanan dalamsuatu rumah sakit yang memberikan asuhanpasien menjadi lebih aman, termasuk didalamnya mengukur resiko, indentifikasi, danpengolahan resiko terhadap pasien, analisainsiden, kemampuan untuk belajar danmenindaklanjuti insiden serta menerapkansolusi untuk mengurangi resiko. “safety is afundamental principle of patient care and acritical component of hospital qualitymanagement” (World Alliance for PatientSafety, Forward). Salah satu sasarankeselamatan pasien adalah tercapainyapengurangan risiko infeksi terkait pelayanankesehatan. Infeksi adalah invasi tubuh olehpatogen dan mikroorganisme yang mampumenyebabkan sakit. Orang-orang yang beradadi rumah sakit, seperti pasien, petugaskesehatan, penunggu/ pengunjung sangatberesiko terkena infeksi (Depkes, 2011). Ciriciri infeksi antara lain : Saat masuk rumah sakittidak ada tanda gejala atau tidak dalam masainkubasi infeksi tersebut, infeksi terjadi minimal3

2%. Namun pencapaiannya selalu lebih dari 2%seperti 6,7% pada bulan Oktober. Kemudianmengalami penurunan menjadi 3,7% pada bulanNovember dan meningkat kembali pada bulanDesember sebesar 7,14%. (Direktorat JendralPelayanan Kesehatan Kemenkes, 2017).Teknik dasar yang paling penting dalampencegahan dan pengontrolan penularan infeksiadalah dengan cara cuci tangan. Mencuci tangansecara tepat merupakan salah satu cara yangdapat dilakukan untuk menurunkan insideninfeksi. Langkah sederhana namun efektifdalam melindungi pasien dari kejadian infeksiadalah cuci tangan (Williams, 2009). Namunpenerapan cuci tangan yang sesuai proseduroleh petugas kesehatan masih rendah, secaraumum, tingkat pemenuhan cuci tangan sesuaiprosedur oleh petugas kesehatan di bawah 50%(Mani, 2010). Cuci tangan ini merupakan bagiandari kewaspadaan universal sebagai salah satuupaya pengendalian infeksi di rumah sakit olehDepartemen Kesehatan Republik Indonesiatelah dikembangkan sejak tahun 1980-anmelalui program di Sub. Direktorat Isolasi dibawah Direktorat Epidemiologi dan ImunisasiDitjen P3M saat itu. Dalam perkembangannyadikendalikan oleh Sub-Direktorat Surveilensdibawah ini Direktorat yang sama. Mulai tahun2001 Depkes memasukkan kebijakan inikedalam salah satu tolak ukur akreditasi rumahsakit (Depkes, 2010). Lead Advise of CleanCare is Safer Care WHO menyatakan bahwakebersihan tangan adalah salah satu kunci utamadalam program pencegahan dan pengendalianinfeksi. Penelitian yang dilakukan denganaturannya dapat mengurangi infeksi nosokomialhingga 40%.Kepatuhan cuci tangan yang ditetapkanoleh WHO harus lebih dari 50% (Jamaluddin,2012). Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rataperawat masih belum mengimplementasikanfive moments hand hygiene sesuai denganstandar yang ditentukan oleh WHO. Angkakepatuhan yang tinggi ditemukan pada momenke 3 yaitu setelah terkena cairan tubuh pasien.Kepatuhan perawat melakukan hand hygienepada momen ke-3 ini berada diatas 50% sesuaidengan standard yang ditetapkan WHO,sedangkan kepatuhan cuci tangan yang terendahterdapat pada momen ke-5 yaitu setelah kontakdengan lingkungan sekitar pasien. Kepatuhanperawat pada momen ke-5 berada di bawahstandar yang ditetapkan WHO yaitu kurang dari50%. Oleh sebab itu, pelaksanaan five momentshand hygiene harus ditingkatkan.Angka rata-rata kepatuhan tenagakesehatan di Indonesia dalam melaksanakancuci tangan adalah sebesar 20-40%. Penelitianyang dilakukan Amalia (2016) mengungkapkankepatuhan cuci tangan tenaga kesehatan diRSUP Dr. Kariadi Semarang pada Oktober 2014sebesar 48,2%. Pada kenyataannya, pelaksanaancuci tangan belum terlaksana sesuai harapankarena masih ada tenaga kesehatan yang tidakpatuh melaksankan lima momen cuci tangan.Ketidakpatuhan ini disebabkan antara lainkurangnya pengetahuan pelaksanaan limamomen cuci tangan.Berdasarkan uraian diatas, penulistertarik untuk meneliti tentang hubunganpengetahuan perawat tentang patient safetydengan kepatuhan mencuci tangan di rumahsakit.2. METODE PENELITIANJenis Penelitian ini adalah penelitiankuantitatif non-eksperimen dengan desainpenelitian korelasional. Teknik yang digunakancross sectional dengan jumlah 15 reponden.Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober2018-Juli 2019.3. HASIL DAN PEMBAHASANHasilPengambilan data penelitian mengenai“Hubungan Tingkat Pengetahuan PetawatTentang Patient Safety Dengan KepatuhanMencuci Tangan di Rumah Sakit” dilaksanakanpada tanggal 28 April 2019.a. Analisis UnivariatSetelah dilakukan pengambilan datapada setiap responden sebanyak 15responden. Hasil analisa Univariatnya dapatdisajikan dalam bentuk sebagai berikut :1) UmurTabel 1. Distribusi Frekuensi Respondenberdasarkan UmurUmurDewasa Awal(26-35 tahun)Dewasa Akhir(36-45 umber : Data Primer Diolah 2019Berdasarkantabeldiatasdidapatkan rata-rata responden terbanyakberusia dewasa awal dengan prosentase66,6% sebanyak 10 orang.4

2) Tingkat PendidikanTabel 2. Distribusi Frekuensi Respondenberdasarkan Tingkat PendidikanPendidikanFrekuensiD3S1Total12315Tabel 5. Distribusi Kepatuhan CuciTangan PerawatProsentase(%)80201003) Masa KerjaDistribusi frekuensi respondenberdasarkan lama bekerja dapat dilihatberdasarkan tabel berikut :Tabel 3. Distribusi Frekuensi Respondenberdasarkan Lama BekerjaFrekuensi84315Prosentase iabelPengetahuan perawattentang patient safetyKepatuhan cuci tanganperawatS-W0,318P-v0,0000,5630,002Sumber : Data Primer Diolah 2019.Tabel 6. memperlihatkan hasilperhitungan uji normalitas data pengetahuanperawat tentang patient safety dan kepatuhancuci tangan perawat. Uji normalitas datatingkat pengetahuan tentang patient safetymenghasilkan nilai probabilitas (ρ-value)sebesar 0,000. Uji normalitas data kepatuhancuci tangan perawat menghasilkan nilaiprobabilitas ( ρ-value) sebesar 0,002. Nilaiprobabilitas kedua penguji lebih kecil daritaraf kesalahan 0,05 sehingga dapatdisimpulkan bahwa data pengetahuantentang patient safety dan kepatuhan cucitangan perawat berdistribusi tidak normal.Sehinggametodeparametrikdapatdigunakan yaitu Spearman Rank.4) Pengetahuan Patient SafetyDistribusi frekuensi respondenberdasarkanpengetahuanperawattentang patient safety dapat dilihat padatabel berikut :Tabel 4. Distribusi Pengetahuan PerawatTentang Patient 6,7b. Uji Prasyarat AnalisisUji normalitas data dalam penelitianini dilakukan dengan teknik shapiro-wilk,dengan pertimbangan jumlah sempel yangrelatif sedikit.Tabel 6. Hasil Uji NormalitasSumber : Data Primer Diolah 2019Berdasarkantabeldiatasdidapatkan rata-rata responden lamabekerja paling banyak selama 1-2 tahundengan prosentase 53,3%.KategoriFrekuensiSumber : Data Primer Diolah 2019.Berdasarkan tabel diatas kepatuhanperawat dalam melakukan cuci tangan,ada 10 responden dengan prosentase66,7% dengan kategori patuh dalammelakukan cuci tangan.Sumber : Data Primer Diolah 2019Berdasarkantabeldiatasresponden terbanyak dengan prosentase80% dengan tingkat pendidikan Diplomasebanyak 12.Umur1-2 tahun3-4 tahun4-5 tahunTotalKategoriProsentase(%)8020100Sumber : Data Primer Diolah 2019Berdasarkantabeldiataspengetahuan perawat tentang patientsafety, ada 12 responden denganprosentase 80% pada tingkat pengetahuankategori baik.c. Analisa BivariatAnalisis bivariat dilakukan untukmengetahui ada tidaknya hubungan antarapengetahuan perawat tentang patient safetydengan kepatuhan cuci tangan perawatkemudianmengetahuikarakteristikhubungan tersebut. Ada tidaknya hubunganyang signifikan antara kedua variabelpenelitian diketahui dengan uji Pearson.5) Kepatuhan Cuci Tangan PerawatDistribusi frekuensi respondententang kepatuhan cuci tangan perawatdapat dilihat pada tabel berikut :5

Tabel 4.7 Tabel Analisa BivariatHasil uji pengetahuan perawat tentangpatient safetyHasil uji kepatuhanr 0,455mencuci tanganp 0,001n 15Berdasarkan tabel 7 diketahui hasilperhitungan analisis hubungan tingkatpengetahuan perawat tentang patient safetydengan kepatuhan mencuci tangan di rumahsakit berdasarkan dari penelitian tersebutdidapatkan data dalam bentuk ordinaldengan hasil uji analisia spearman diperolehnilai, n menunjukkan jumlah sampelsebanyak 15. Berdasarkan analisis di atas didapatkan bahwa probabilitas P-value adalah0,001 masih lebih kecil daripada batas kritis0,05 (0,001 0,05), pada probilitas 5%berarti terdapat hubungan yang erat atauditerima antara dua variabel. Nilai r hitunglebih besar dari r tabel (0,455 0,4409) makadapat diputuskan bahwa terdapat hubunganantara pengetahuan perawat tentang patientsafety dengan kepatuhan mencuci tangan dirumah sakit. Kekuatan korelasi (r) adalahsebesar 0,455 yang berarti bahwa keeratanhubungan dalam kategori sedang.tingkat pendidikan responden yaitu pada tingkatpendidikan D-III sebanyak 12 responden. Haltersebut dikarenakan perawat D3 selama kuliahlebih banyak praktik dilahan dan seringditekankan bahwa melakukan cuci tangan itusangat penting untuk melindungi diri daripenyakit dan mencegah pengurangan penyakitantar pasien satu ke pasien yang lain. Sehinggasaat bekerja perawat D3 sudah terbiasamelakukan cuci tangan sesuai SOP.c. Masa KerjaLama kerja perawat di RS PKUMuhammadiyah Karanganyar kebanyakanselama 1-2 tahun sebanyak 53,3 %. Pada awalbekerja perawat memiliki kepuasan kerja yanglebihdansemakinmenurunseiringbertambahnya waktu secara bertahap lima ataudelapan tahun dan meningkat kembali setelahlebih dari delapan tahun, dengan semakin lamaseseorang dalam bekerja, akan semakin terampildalam melaksanakan pekerjaan (Hariandja,2009).d. Pengetahuan tentang Patient SafetyBerdasarkan hasil penelitian tentangpengetahuan didapatkan bahwa perawat di RSPKU Muhammadiyah Karanganyar hanya 3orang perawat yang memiliki pengetahuandengan kategori cukup, hal ini menunjukkanbahwa sebagian perawat belum mengetahuisecara benar pelaksanaan hand hygiene yangsesuai standar. Hasil penelitian Parhinahingsih(2011) juga menunjukkan bahwa terdapat faktorlainselainpengetahuanyangdapatmempengaruhi perilaku penerapan handhygiene antara lain pendidikan, minat,pekerjaan, informasi, kebudayaan, usia sertapengalaman.Pembahasana. UsiaBerdasarkan hasil penelitian tentangkarakteristik usia responden yang paling banyakberada pada rentang usia dewasa awal yaitusebanyak 10 orang. Menurut Anwar (2011),selama periode ini remaja mulai memandangdirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampumenunjukkan pemikiran, sikap, dan perilakuyang semakin dewasa. oleh karena itu, yanglebih muda ingin menjadi yang lebih baik danlebih termotivasi untuk mengurangi penularanpenyakit dari pasien satu ke pasien yang laindengan melakukan kepatuhan mencuci tangan.Semakin meningkat usia a ikut meningkat. Seseorangtersebut juga diharapkan mampu menunjukkankematangan jiwa, pengambilan keputusan yangsemakin bijaksana, pengendalian emosi yangsemakin baik, serta semakin toleran terhadappandangan orang lain sehingga diharapkankinerja meningkat (Widyaningrum, 2009).e. Kepatuhan Mencuci TanganHasil penelitian menunjukkan kepatuhanperawat melakukan cuci tangan sesuai prinsip 5momen 6 langkah sebelum dilakukan 10 orang(66,7%) dalam kategori patuh. Kepatuhanperawat dalam melakukan melakukan cucitangan sesuai prinsip 5 momen 6 langkahsebelum dilakukan coaching keperawatandalam kategori cukup tergambar dari hasilobservasi dimana sebelum kontak denganpasien paling banyak (40%) tidak mencucitangan, sebelum melakukan prosedur palingbanyak (47%) mencuci tangan, setelah terkenacairan tubuh pasien (100%) mencuci tangan,setelah kontak dengan pasien (27%) tidakmencuci tangan dan setelah kontak denganb. Tingkat PendidikanBerdasarkan hasil penelitian tentangtingkat pendidikan responden ada yangberpendidikan D-III dan S-I namun sebagian6

lingkungan disekitar pasien (33,3%) tidakmencuci tangan, sedangkan 6 langkah cucitangansemuannyabelumsemuanyamelaksanakan 6 langkah cuci tangan sesuaiprosedur.Berdasarkan hasil observasi denganmenggunakan cek list, hampir semuapelaksanaan langkah cuci tangan sesuai prinsip5 momen hanya 1 momen yaitu setelah terpapardengan cairan tubuh pasien seluruhnya (100%)mencuci tangan sedangkan 4 momen lainnyabelum semua perawat melakukan. Hal dilihatdari hasil observasi terhadap perawat, merekatidak patuh karena tidak melakukan cuci tangansetelah bersentuhan dengan pasien, jarangmel

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN KEPATUHAN MENCUCI TANGAN DI RUMAH SAKIT JURNAL PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Oleh : SINTA ADITYA 2016.011

Related Documents:

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan prevalensi Tabel 3 Hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang penyakit DHF dengan prevalensi penyakit DHF di Desa Kedung Kendo Kecamatan Candi, Juni 2010 Tingkat Pengetahuan penyakit Prevalensi penyakit DHF Ada Kejadian Tidak ada kejadian N % N % Baik 6 2,2 % 83 30,6 .

50% dengan tingkat kepatuhan tergolong patuh 88,1%. Namun masih ada perawat yang kurang patuh 11,9%. Hasil Analisis Bivariat Uji Spearman Rank nilai sig.(2-tailed) 0,01 (p-value 0,05) dengan nilai r 0,500. Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan da

tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan SOP. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan shift kerja perawat dengan kepatuhan perawat melakukan Standart Operasional Prosedure (SOP) pasien risiko jatuh di bangsal dewasa RSUD Wates. Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah Analitik Korelatif dengan

tingkat pendidikan responden sebagian besar rendah 56,1%. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,02), tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,1) dan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet (p 0,05). Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet (p 0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna antara tingkat

hubungan antara penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMAN 7 Jombang. Semakin tinggi penggunaan media sosial maka tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi semakin tinggi pula. Kata Kunci: Remaja, Penggunaan media sosial, Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi.

antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Gedangan, Sukoharjo. Tujuan yang ingin dicapai dalam peneltian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.

INTRODUCTION The Discipline and Practice of Qualitative Research Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln T he global community of qualitative researchers is mid-way between two extremes, searching for a new middle, moving in several different directions at the same time.1 Mixed methodologies and calls for scientifically based research, on the one side, renewed calls for social justice inquiry .