A. Latar Belakang Masalah

2y ago
77 Views
2 Downloads
356.79 KB
17 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jerry Bolanos
Transcription

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahSeni merupakan pengejewantahan dari filsafat Estetika yangmenekankan pada dimensi keindahan. Untuk sampai pada Estetika harusdimulai dengan kajian filosofis, metafisika, epistemologi, kemudian etika.Seni biasanya dimaksudkan untuk menunjuk pada semua perbuatan yangdilakukan atas dasar dan mengacu pada yang indah. Refleksi seni akanberdampak pada suatu yang baik pula. Secara umum, ada dua pemikiranatau aliran berkaitan dengan seni ini. Pertama, fungsional, yaitu bahwaseni harus mempunyai fungsi dan tujuan-tujuan tertentu yang umumnyaberkaitan dengan moral. Aliran ini dipelopori oleh, antara lain, Plato (428347 SM), Aristoteles (384-322 SM), Saint Augustine (354-430 M),Bernard Shaw (1856-1950 M), dan Sigmund Freud (1856-1939 M).Menurut Freud, mirip dengan Aristoteles, tujuan seni adalah untukmembebaskan pikiran sang seniman atau penikmat seni dari ketegangandengan terpuaskannya keinginan-keinginan yang tertahan. Kedua,ekspresional, yaitu suatu pemikiran yang menyatakan bahwa seni adalahluapan perasaan sehingga ia tidak mempunyai tujuan dan tidak mengejartujuan di luar dirinya, kecuali tujuan dalam dirinya sendiri. Slogannyayang terkenal adalah “seni untuk seni” (I‟art pour I‟art).11A. Khudori Soleh, Filsafat Islam: dari Klasik hingga Temporer,(Jogjakarta: RuzzMedia,2013),hlm,345.1

2Maksudnya, keindahan adalah kualitas seni yang khusus, ia adalahnilai dasar yang absolut, menyeluruh dan tertinggi, nilai-nilai lainnyaseperti kebenaran dan kebaikan terbawahkan terhadapnya atau tidakrelevan dengannya. Dengan nilai tertinggi ini seni maujud untuk dirinyasendiri. Di dalam kehidupan seni memiliki daerahnya sendiri, tidakbergantung pada daerah lain, mempunyai otonomi dan kelengkapansendiri. Seni tidak mempunyai tujuan, dan tidak mengejar tujuan diluardirinya. Seni adalah tujuannya sendiri-sendiri dan memenuhi tujuan iniatau, tepatnya, dirinya sendiri dengan jalan menjadi indah. Dia pantasdimiliki karena dirinya sendiri. Suatu tujuan luar sebuah karya seni(moralitas, instruksi, uang atau kemasyhuran) sebaiknya dari menentukannilai artistik, malah, pada pihak lain, berbahaya bagi terwujudnya nilaiartistik itu. Tujuan-tujuan luar merendahkan nilai artistik, bukanmenumbuhkannya.Jika keindahan adalah kualitas tertinggi dari seni sendiri,bagaimana tentang alam? Tidakkah keindahan itu terdapat pada gununggunung, kayu dan bunga-bungaan? Para seniman aliran ini pada umumnyamenganggap alam sebagai “bermusuhan atau bahkan memalukan danhina”. Karena seni harus berhubungan dengan nilai absolut dan tertinggi,maka ia dipakai untuk menggantikan Filsafat dan Agama. Secarasosiologis, gerakan seni untuk seni adalah gerakan individualisme yangekstrem dan muncul sebagai akibat kemerosotan suatu masa dalam seni

3yang mendobrak semua nilai estetis masa sebelumnya. 2 Gerakan yangmerupakan warisan kaum romantisme ini, di Prancis dipelopori olehFlaubert (1821-1880) dan Baudelaire (1821-1867 M), di Inggris OscarWilde (1854-1900 M), di Rusia oleh Aleksandr Sergeyevich Pushkin(1799-1837 M), dan di Amerika oleh Edgar Allan Poe (1809-1849 M).Salah seorang tokohnya Johan Schiller (1759-1805) mengatakanbahwa asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main yang adadalam diri seseorang. Dalam hal ini, seni semacam permainanmenyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubung denganadanya kelebihan energi yang harus disalurkan keluar. Menjelang awalabad XX, seorang filsuf dan novelis Rusia, Leo Tolstoy (l828-1910)mengajukan gagasan seni sebagai kegiatan manusia yang secara sadardilakukan lewat bantuan tanda-tanda lahiriah tertentu dengan maksudmenyampaikan perasaan-perasaan yang pernah dialminya kepada oranglain sehingga orang iu tertular dan turut mengalaminya. Berlawanandengan gagasan Tolstoy yang cenderung bersifat ekspresif, Clive Bell(1851-1964) mengemukakan pandangannya yang bersifat formal bahwaesensi seni adalah bentuk. Bentuk adalah ciri obyektif karya seni berupapenggabungan dari berbagai unsur seperti garis, warna dan volume dalamseni lukis. Unsur-unsur ini mengungkapkan tanggapan khas semacamperasaan estetis. Implikasi dari sekian banyak pemikiran para filosof didunia Barat mengenai seni yang disebutkan dalam jumlah kecil di atas,2M. Syarif, Iqbal, Tentang Tuhan dan Keindahan, (Bandung: Mizan,1984), hlm. 114-116.

4kehidupan seni mengalami perkembangan pesat hingga abad XX inidengan munculnya berbagai variant mazhab dan karakter seni, dari yangberaliran klasik hingga yang kontemporer dan dari yang bersifat metafisishingga yang ekspresionis.Sedang dalam dunia Timur seni agaknya kurang mempunyaiperhatian khusus. Seni berada di luar kepentingan Islam sebagai akibatdari kentalnya dominasi pemikiran kalam dan legalitas hukum (fiqh),sehingga disinyalir tidak mendapat tempat yang proporsial dalam duniaIslam secara keseluruhan. Kentalnya dominasi pemikiran tersebut, terlihatmisalnya pada sejumlah pandangan dari para ahli fiqh dan ahli kalam yangcenderungmengharamkan seni.Agaknya,Sayyed Hossein Nasrmendukung pernyataan di atas ketika mengatakan bahwa tampaknyadalam risalah-risalah hukum dan teologi yang memberi penjelasan tentangseni dan estetika, sulit ditemukan. 3Iqbāl mempunyai padangan tersendiri tentang seni dan keindahan,dengan muatan-muatan vitalitas dan fungsional sehingga menjadi hidupdan penuh semangat perjuangan. Dalam pemikiran filsafat Iqbāl, pusat danlandasan organisasi kehidupan manusia adalah ego yang dimaknai sebagaiseluruh cakupan pemikiran dan kesadaran tentang kehidupan. Ia senantiasabergerak dinamis untuk menuju kesempurnaan dengan cara mendekatkandiri pada ego mutlak, Tuhan. Karena itu, kehidupan manusia dalamkeegoannya adalah perjuangan terus-menerus untuk menaklukan rintangan3Ibid, hlm. 352.

5dan halangan demi tergapainya Ego tertinggi. Dalam hal ini, karenarintangan terbesar adalah benda atau alam, manusia harus menumbuhkaninstrumen-instrumen tertentu dalam dirinya, seperti daya indra, daya nalar,dan daya-daya lainnya agar dapat mengatasi penghalang-penghalangtersebut. Selain itu, manusia juga harus terus-menerus menciptakan hasratdan cita-cita dalam kilatan cinta („isq), keberanian, dan kreativitas yangmerupakan esensi dari keteguhan pribadi. Seni dan keindahan tidak lainadalah bentuk dari ekspresi kehendak, hasrat, dan cinta ego dalammencapai Ego tertinggi tersebut. Berdasarkan konsep kepribadian sepertiitu, dalam pandangan Iqbal, kemauan adalah sumber utama dalam senisehingga seluruh isi seni (sensasi, perasaan, sentimen, ide-ide) harusmuncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar gagasan intelektualatau bentuk-bentuk estetika, tetapi pemikiran yang lahir berdasarkan danpenuh kandungan emosi sehingga mampu menggetarkan manusia(penanggap). Seni yang tidak demikian tidak lebih dari api yang telahpadam. 4Menurut Sayyed Hossein Nasr seni adalah sebuah pencapaianfilosofis yang berawal dari adanya hubungan antara “pegetahuan dengankesucian”. Seni merupakan refleksi ber-Tuhan manusia (seseorang yangmemaksimalkan potensi filosofis dan ketuhanannya akan memperoleh“spiritulitas atau seni”). Struktur filsafat bagi Sayyed Hossein Nasr bersifat4Ibid, hlm. 352.

6“perenial” sehingga seni yang muncul dari pola filsafat bisa dijadikan“metode” merasakan keindahan Tuhan.Seni Islam, menurut Hossein Nasr, setidaknya mengandung tigahal pokok. Pertama, mencerminkan nilai-nilai religius sehingga tidak adayang disebut seni sekuler. Tidak ada dikotomi religius dan sekuler dalamIslam. Apa yang disebut sebagai kekuatan atau unsur sekuler dalammasyarakat Islam selalu memiliki pengertian religius seperti halnya hukumIlahi yang secara spesifik memiliki unsur-unsur religius. Kedua,menjelaskan kualitas-kualitas spiritual yang bersifat santun akibatpengaruh nilai-nilai sufisme. Ketiga, ada hubungan yang halus dan salingmelengkapiantaramasjiddanistana,dalamhal perlindungan,penggunaan, dan fungsi berbagai seni. Karena itu, seni Islam bagi Nasr,tidak hanya berkaitan dengan bahan-bahan material yang digunakan, tetapijuga unsur kesadaran religius kolektif yang menjiwai bahan-bahanmaterial tersebut.5B. Perumusan MasalahKehidupan modern meskipun pada satu sisi banyak memberikansolusi bagi permasalahan hidup manusia, namun di sisi lain pulamelahirkan masalah-masalah baru bagi manusia dan kehidupannya.Masalah itu terutama menyerang jiwa manusia, karena kehidupan moderncenderung bersifat materialis, dan hanya mementingkan kebutuhan materi(fisik) semata. Sedangkan jiwa manusia semakin hampa dan terabaikan.5Ibid, hlm. 361.

7Dan orang-orang sering lupa bahwa inti pendidikan yang menumbuhkankualitas kemanusiaan sebenarnya adalah pendidikan hati.Religi adalah sebuah sistem yang kompleks yang memberikanpemenuhan material dan spiritual manusia. Dengan adanya sistem religisedikit banyak akan memberikan pencerahan bagi ruhani manusia. Banyakcara dan jalan yang bisa digunakan sebagai media dalam menyampaikanpesan-pesan yang terkandung dalam agama.Dan Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian padaTuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Sedangkan religiusitas bersifatmengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak, formal danresmi. Religiusitas berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjagakualitas keberagamannya jika dilihat dari dimensi yang paling dalam danpersonal yang acapkali berada diluar kategori – kategori ajaran agama.Dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu perasaan keagamaanyang lebih mengarah pada eksistensinya sebagi manusia karena bersifatpersonalitas dan cakupannya pun lebih luas dari pada agama yang hanyaterbatas pada ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan.Seni lukis adalah sebuah media dalam menyampaikan pesan-pesanagama. Pada karya lukisan-lukisan yang ada di Jelekong tedapat ciri khasreligiuitas, yaitu religiuitas yang lebih mengarah pada eksistensialismemanusia.Dari latar belakang masalah di atas, untuk lebih menerangkan arahpenelitian diperlukan pertanyaan masalah. Pertanyaan masalah ini sebagai

8jembatan dalam memahami masalah. Untuk memperjelas perumusanmasalah, penulis mengemukakan pertanyaan masalah sebagai berikut :1. Bagaimana makna religius dalam seni lukis di KampungJelekong Kabupaten Bandung ?2. Bagaimana makna filosofis dalam lukisan-lukisan di KampungJelekong Kabupaten Bandung ?C. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah :1. Untuk mengetahui makna religius dalam seni lukis di KampungJelekong Kabupaten Bandung.2. Untuk mengetahui makna filosofis dalam lukisan-lukisan diKampung Jelekong Kabupaten Bandung.D. Kegunaan Penelitian1. Kegunaan TeoretisSecara teoretis, kegunaan penelitian ini diharapkan dapatmemberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu filsafat, ilmuagama, ilmu seni (estetika) terutama yang berkaitan dengan religiuitasdalam proses berkesenian (seni lukis), menambah pengetahuan kepadapembaca tentang dimensi-dimensi religiuitas dalam proses berkesenian(seni lukis).

92. Kegunaan PraktisSecara praktis, kegunaan penelitian ini adalah:a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikanpelajaran atau semangat baru untuk menikmati dalam prosesberkesenian (seni lukis), yang berlanjut kepada tingkat yang lebihdalam perjalan spiritulitas dan perenungan secara mengena.b. Untuk peneliti lain yang meneliti bidang yang sama sebagai bahanrujukan.E. Kerangka PemikiranMenurut M. Adler, seni lukis dapat diartikan sebagai sesuatu yangmemberikan kesenangan. Deskripsi ini meskipun terkesan sederhana,namun tentu memiliki nilai kebenaran yang sangat jamak diamini olehmausia. Sebab,dalam sejarah seni lukis memang dijadikan media yangmembuat manusia senang melihatnya. Bahkan, lukisan yang dihasilkansedih, namun gambaran kesedihan tersebut akan mewakili mereka yangmerasakannya sehingga mereka terasa terwakili. Di zaman dahulu saatseni lukis dianggap memiliki fungsi magis, seni lukis juga dapat menjadikesenangan tersendiri karena menenangkan jiwa manusia yang begitukecil saat berhadapan dengan alam yang besar dan ganas.Dan menurut Aristoteles, seni lukis adalah sesuatu yang selain baikjuga menyenangkan. Deskripsi seni lukis menurut para ahli yang memilikipemaknaan hampir sama dengan Adler dan Aristoteles antara lain T.Aquinas, Johnson, Immanuel Kant. Deskripsi agak berbeda yang

10diungkapkan oleh F. Hegel. Menurut Hegel, seni lukis adalah identitasyang sempurna dan nyata. Sedangkan menurut Brade, seni lukis adalahseni yang memanfaatkan budi dan akan menghasilkan karya yangmembahagiakan jiwa spiritual manusia. Pemahaman seni munurut Bradepada dasarnya serupa dengan pengertian seni munurut Adler dan para ahlilain yang berpendapat bahwa seni akan memberikan kesenangan. Namundemikian, Brade memberikan penekanan pada jiwa spiritual yang tidakdiungkit pada pengertian seni menurut Adler. Deskripsi menurut Brademengenai seni lukis itu tentu sangat benar apalagi bila kita memahami senilukis dalam konteks budaya masa lalu yang penuh dengan hal-halspiriitual. 6Clive Bell termasuk seorang filsuf seni „klasik modern‟ denganbukunya yang terkenal, Seni (1913). (Art) teori bell yang terkenal, yaknisignificant form (bentuk bermakna), merupakan jalur pendapat Platotentang „bentuk indah‟ yang seolah-olah berada diluar bentuk karya rip dengan teori nurutnya, semua sistem estetik dimulai dari pengalaman pribadi subjektentang terjadinya emosi yang khas. Kalau seseorang menatap sebuahkarya (Bell hanya mau berbicara tentang seni lukis), dalam dirinya akantimbul suatu peasaan atau emosi yang khas, yang tidak sama denganperasaan sehari-hari kita seperti marah, sedih, gembira, mulia, rtian-seni-lukis-menurut-para-ahli/.

11Perasaan spesifik atau khas tadi disebut emosi estetik. Setiap karya seniyang berhasil akan mampu membangkitkan emosi estetik terentu yangberbeda satu sama lain. 7Menurut sejarawan seni Heinrich Wolfflin, lukisan memilikikelebihan karena menjadi medium yang paling mudah dicapai umtuk„memurnikan‟ persoalan-persoalan konseptual. 8Jadi berdasarkan teori-teori yang dikemukakan penulis di atas,dapat ditarik benang merah bahwa apa yang tampak dalam sebuah karyaseni lukis, bukan merupakan penggambaran dunia sebagaimana adanya,bukan sebatas susunan garis, sebatas prespektif, bidang, tekstur, dansapuan warna saja, sesungguhnya lebih dari sekedar kelihatannya. Tapi,dalam perwujudan di atas permukaan bidang datar adalah sebagaimanayang dirasakan, dihayati, dipahami, sebuah proses pergolakan batin, prosesperenungan yang lebih mendalam, dalam menemukan perjalan spiritualyang damai untuk yang Maha Damai.Agama adalah realitas primitif yang sejak dulu kala, yang hinggakini masih eksis dalam kehidupan manusia. Agama menurut M. Syafaatyang diungkapkan oleh Rohandi berarti a tidak dan gama berarti kacaujadi agama adalah tidak kacau. Menurut Harun Nasution berartimengingatkan diri pada sesuatu bentuk hidup yang mengandungpengakuan pada kekuatan ghaib, kepercayaan kepada sesuatu sumber yang7Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung: Penerbit ITB,2000), hlm 8.Lihat Bambang Sugiharto, Untuk Apa Seni ?, seri buku humaniora UNPAR, (Bandung: Matahari,2013), hlm 47.8

12berada di luar diri manusia. Sedangkan menurut Hajri Tajiri agama adalahpercaya pada sesuatu yang ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.Sedangkan agama menurut psikologi agama adalah untuk mencobameneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagaigambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada di belakangnya.Selanjutnya agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengankehidupan batin manusia.9Menurut pandangan penulis agama tidak hanya pandanganterhadap formula abstrak semata tetapi juga mengarah pada sisi horizontaldari agama itu sendiri yaitu hubungan sosial kemasyarakatan danhubungan manusia dengan alam sekitarnya. Selain itu pandangan penulistentang agama bersifat umum dan tidak mengarah pada salah satu agama,tetapi lebih melihat pada esensi nilai-nilai yang terkandung di dalamnyayang pada hakikatnya adalah sama. Selaras dengan pernyataan Ibnu Arabibahwa pengetahuan tentang Tuhan adalah pengetahuan yang tidak terkaitoleh agama tertentu.Dalam tradisi islam, seni masuk ke dalam kerangka pelayanan danpengabdian kepada Allah. Dengan demikian, seni merupakan realisasi darikeesaan Allah (tauhid), dan saksi serta bukti tentang keesaan Allah. SeniIslam (kaligrafi) juga berkaitan dengan kesadaran terhadap Allah (zikir)dan visi spiritual (musyâhadah). Hal ini menciptakan kebebasan dan9Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),6-7.

13kemerdekaan dari semua aspek dunia material ini. Islam adalah napasbudaya indonesia dan dinyatakan dalam estetika indonesia. 10Secara implisit dapat terlihat adanya hubungan yang harmonisantara agama dan kebudadyaan seni lukis, yakni berkarya kebudayaanpada agama. Secara eksplisit penelitian ini bermaksud untuk menemukansignifikansi nilai religiuitas dengan seni lukis.F. Langkah-Langkah PenelitianLangkah-langkah penelitian atau prosedur penelitian secara garisbesarnya yaitu terdiri dari pendekatan penelitian, jenis data, wawancara,observasi, dokumentasi. Sedangkan langkah-langkah yang di tempuhdalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:1. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini ini adalah ndenganpemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (duniakehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikantindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna(dimaknai) serta dapat merekontruksi kembali turunan makna (maknayang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna padakomunikasi intersubyektif individu dalam dunia kehidupan sosial.Metode fenomenologi ini mencoba menjelaskan atau mengungkapmakna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh10Lihat Kenneth M. George, Melukis Islam: Amal dan Etika Seni Islam di Indonesia, (Bandung:Mizan, 2012),hlm 120.

14kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Fenomenologidilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalammemaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebasuntuk menganalisi data yang diperoleh.2. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini terdiri dari data-data primermaupun data sekunder.a. Data primerAdalah data dari subjek penelitian sebagai sumber informasiutama. Data primer diperoleh dari para pelukis yang ada diKampung Jelekong Kabupaten camatan Baleendah Kabupaten Bandung terdapat sentra senilukis Jelekong (diambil dari nama wilayahnya). Keunikan darikarya seni lukis Jelekong ini mengangkat tema pemandangan,kaligrafi, kultur sosial, ekspresif, dekoratif, abstraktif, dan lainlain. Karya-karya dari penduduk di wilayah ini banyak diminatioleh masyarakat sehingga karya seni lukisnya dikenal dengan namaseni lukis Jelekong.Selain seni lukis, ada beberapa karya seni lainnya, seperti;kerajinan tangan, dan cagar budaya yang turut melestarikan senitradisional yang berwujud wayang golek. Diantara pengrajinrumahan tangan yang terus tumbuh subur di Kampung Jelekong

15ini, terdapat seseorang yang ditokohkan yang bernama PakIrwansyah. Pria paruh baya keturunan ke empat dari Dalang AsepSunarya ini menuturkan hasil kerajinan tangan Kampung Jelekongtidak hanya di kenal di Indonesia, namun mancanegara. Untuk saatsekarang produksi berupa wayang golek dan semua lukisan jugadipajang di galeri-galeri Jelekong dan di jalan Braga Bandung danUbud Bali.b. Data sekunderAdalah data penelitian yang disajikan dan perlu mendukungpenulisan. Data sekunder ini sumber-sumber yang berkaitandengan penelitian tersebut.3. Teknik Pengumpulan DataAdapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :a. WawancaraWawancara dinyatakan sebagai sumber suatu percakapandengan bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadisekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, perasaan, motivasi,pengakuan, kerisauan, dan sebagainya.b. Obs

seni dan estetika, sulit ditemukan.3 Iqbāl mempunyai padangan tersendiri tentang seni dan keindahan, dengan muatan-muatan vitalitas dan fungsional sehingga menjadi hidup dan penuh semangat perjuangan. Dalam pemikiran filsafat Iqbāl, pusat dan landasan orga

Related Documents:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Latar belakang yang menjadikan terwujudnya Implementasi Konsep International Style pada Hotel Bintang Empat di Kawasan Sudirman Bandung, dibagi dalam dua perihal. Perihal pertama yaitu, latar belakang lokasi dan latar belakang perencanaan proyek. Perihal – perihal tersebut akan dijadikan sebagai

A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kemiskinan merupakan masalah penting yang saat ini melanda Kabupaten Kulonprogo.Kemiskinan kini juga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah kabupaten Kulonprogo.Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks, dimana masalah tersebut selalu berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya,

Bab I, merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, merupakan gambaran umum kepercayaan masyarakat Jepang terhadap legenda atau mitos tentang hantu.

Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi adalah buku saku. Menurut Rumelan (2014), buku saku adalah buku dengan ukuran kecil, ringan, dan bisa disimpan disaku. Informasi dalam buku saku dapat dimanfaatkan oleh masyarakat agar bijak dalam memilih bahan-bahan alami dalam perawatan kulit. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diambil rumusan masalah .

Pesan Moral dalam film anime Naruto the movie “ Road to ninja “ karya masashi kishimoto (analisis semiotika Roland Barthes) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi masalah pada pesan moral psikologis yang terdapat dalam film anime dengan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang masalah memuat penjelasan mengenai alasan-alasan masalah yang dikemukakan dalam penelitian yang dianggap menarik, penting dan perlu diteliti. Kedudukan masalah yang diteliti diuraikan juga dalam lingkup permasalahan yang lebih luas. Keaslian penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul keinginan penulis untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul "pengaruh atribut produk terhadap kepuasan konsumen di Rumah Makan Tesalonika Telukdalam". 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar,