BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - WordPress

3y ago
96 Views
2 Downloads
3.10 MB
64 Pages
Last View : 16d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mika Lloyd
Transcription

1BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahUpaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernahberhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melaluiDepdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatansumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar,serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlahkonsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa.Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajaryang langgeng. Pembelajaran yang lebih bermakna haruslah melibatkansiswa secara aktif baik secara fisik dan psikis. Dengan aktifnya manyangmembekas pada otak siswa.Seorang siswa dalam belajar IPA dikatakan kurang berhasil apabilaperubahan tingkah laku yang terjadi belum mampu menentukankebijaksanaannya untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secaratepat dalam waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai suatu hasilbelajar yang maksimal, banyak aspek yang mempengaruhinya, diantaranya aspek guru, siswa, metode pembelajaran dan lain-lain.Pengamatan penulis lakukan selama mengajar di SDN Sumberwaru 01Kecamatan Binakal. Model pembelajaran yang di lakukan oleh guru padapelajaran IPA di SDN Sumberwaru 01 masih menggunakan modelpembelajaran yang lama di mana proses belajar mengajar hanya terpakupada guru, siswa hanya bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru.Sehingga siswa cenderung pasif dan menganggap pelajaran IPA identikdengan hafalan. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPA selalu di bawahSKM klasikal. Oleh karena itu penulis mencoba menerapkan model

yangmembawa siswa pada hal-hal nyata yang ada disekitar mereka.Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapatdigunakan untuk mengefektifkan dan mensukseskan implementasikurikulum 2004. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali kepadapemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakanalamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yangdipelajarinya, bukan “mengetahuinya”. Pembelajaran yang berorientasitarget penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “ Mengingat”jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalandalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang sering terjadi disekolah-sekolah kita. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti maknabelajar, apa manfaatnya,dalam status apa mereka, dan bagaimanamencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagihidupnya kelak. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiriyang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajariapa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainnya. Dalamupaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing(Depdikbud, 2002 : 2)Jika guru mampu mengelola proses pembelajaran dan mampumenciptakan sistem pembelajaran yang efektif maka kualitas prosesbelajar akan tercapai. Tetapi jika guru masih terpaku pada paradigma lamadimana hanya memandang keberhasilan proses belajar mengajarditentukan nilai akhir saja maka kualitas pembelajaran tidak akanmencapai kemajuan.Model pembelajaran Kontekstual peserta didik secara langsung kelapangan untuk menemukan dan mencari materi pelajaran sehingga prosespembelajaran sehingga lebih bermakna. Pembelajaran bermakna menurutAusubel (Isti Hidayah, dkk dalam teoripembelajaran.blogspot.com) Prosespembelajaran yang dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur

3kognitif. Sebaliknya, jika informasi baru tidak dapat dikaitkan padakonsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif maka akan hanyaterjadi belajar hafalan, proses belajar hafalan ini merupakan prosespenerimaan informasi jangka pendek. Sedangkan proses belajar denganpengulangan di lapangan dan peserta didik mampu menemukan sesuatumateri yang dikaji, maka penerimaan informasi bersifat jangka panjang.Dalam pembelajaran kontekstual ini konsep belajar yangmembantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengansituasi dunia nyata yang mendorong para siswa membuat hubungan antarapengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan teori dalam kehidupansehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperolehnya denganmengaitkan ketika belajar Siswa akan turut langsung dalam pengalamanbelajar yang akan membuat hasil belajar lebih bermakna (DirjenDikdasmen, 2002: 26)Dari rumusan latar belakang di atas maka peneliti memandangperlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judulPeningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pengelompokan Mahluk HidupMelalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas III SDN Sumberwaru01 Kecamatan Binakal Bondowoso.1.2Rumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas peneliti mencoba merumuskan masalah, yaitu:Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasilbelajar IPA materi pengelompokan mahluk hidup pada siswa kelas IIISDN Sumberwaru 01 Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso?

41.3Tujuan PenelitianTujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut:Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapatmeningkatkan hasil belajar IPA materi pengelompokan mahluk hidup padasiswa kelas III SDN Sumberwaru 01 Kecamatan Binakal KabupatenBondowoso.1.4Manfaat Penelitian Bagi Siswaa. Meningkatkan keaktifan masing-masing siswa dalam pembelajaranIPAb. Meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran IPAc. Meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemahaman konsep,ketrampilan IPA.d. Menumbuhkan sikap ilmiah pada siswae. Memberikan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan Bagi Pendidika. Sebagai upaya mengembangkan kreativitas dalam hal metode danstrategi pembelajaranb. Mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaranc. Memberikan pengalaman baru dalam hal kegiatan belajar mengajar Bagi Lembaga/ Sekolaha. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur proses dan hasil belajar atauprestasi sekolah pada umumnyab. Dapat digunakan untuk meningkatkan mutu para pendidik danpeserta didikc. Menjadikannya sebagai eksperimentasi pengembangan kurikulumdalam mengembangkan inovasi metode dan strategi pembelajaran. Bagi Penelitia. Sebagai usaha meningkatkan kemampuan sebagai pendidik yangmempunyai dedikasi tinggi

5b. Mengembangkan kreativitas untuk memberikan kemampuanterbaik bagi peserta didik Bagi Pembacaa. Sebagai metode informasi mengenai dunia pendidikan ammelaksanakan penelitian yang lebih baik1.5 Batasan Masalah Pendekatan Kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini adalahpendekatan pembelajaran yang mengaitkan pembelajaran dengankehidupn nyata dan lingkungan dimana siswa berada Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajardalam ranah kognitif yang hasilnya diukur dalam bentuk tes tertulis

6BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Hakikat IPAIPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusunsecara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta,tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah danpengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)adalah sebagai berikut:1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalambentuk angka-angka.2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapatmemahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPAbahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagaiperistiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arahyang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakankelanjutan dari penemuan sebelumnya.Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan suatukebernaran.5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakanbagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu prosesdengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiahkemudian diperoleh hasil (produk).

72.2 Proses Belajar Mengajar IPAProses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponenatau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnyasaling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan(Usman, 2000: 5).Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diriindividu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Halini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalamiproses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspekpengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya daritidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman,2000: nggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnyamembimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungandalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yangmenimbulkan proses belajar.Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikansecara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Prosesbelajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaianperbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsungdalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungantimbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagiberlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4).Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam,proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetankegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasiprogram tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajarmengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang

8berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitupengajaran IPA.2.3 Prestasi Belajar IPABelajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baikmenjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yangdituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yangdicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasilpekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitiankerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yangdicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinyasetelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebutdapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaiandiadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikutipelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahuisejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasibelajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secaralangsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam prosesbelajar mengajar IPA.1.4 Pendekatan KontektualSistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajaryang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catatkemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didikakan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari danmengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep

9penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajarankontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengancara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan dimana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalammasyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmupengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkandengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari(Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkankepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran dilingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yangbenar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka,dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalahmembantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusandengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelassebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukansesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilandari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanyauntuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapijuga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalammemecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-harimelalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajarankooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills)(Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven,dalam Joyce-Well (http://contextual.org) menyatakan bahwa pendekatankontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalampenelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang ngkonseptualatau

10metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancangcara dalam mengatasi masalah.Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalampemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal inididasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-matamenekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Siswa harus aktifmencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan keterampilan secaramandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannyadalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunyapenguasa dan pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuandan siswa yang baik menyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya.Di sisi lain, pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guruberperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi tanyadanmengemukakan ide-idenya.1.5 Penelitian Tindakan KelasSeringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahandari bahasa Inggris : research, yang berarti kegiatan pencaharian atauekspolrasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidangkajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atauclassroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas.Dari segi semantik (arti kata) action research diterjemahkan menjadi penelitiantindakan. Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991, p.2) mendefisikan actionresearch sebagai berikut :Action research is a form of self – refflective enquiryundertaken by participants (teachers, students or principals, for example) insocial (including educational) situations in order to improve the rationalityand justice of (a) their own social or educational practices, (b) theirunderstanding of these practices, and the situations (and institutions) in whichthe practices are carried out.

11Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :1.Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inkuiri ataupenyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri2.Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasiyang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.3.Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasipendidikan4.Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki : dasarpemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahamn terhadappraktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat tersebutdilaksanakanDari keempat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwaPenelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yangmenggunakan refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yangterlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalamberbagai aspek. Berdasarkan pengertian tersebut maka Penelitian TindakanKelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengantujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajarsiswa menjadi meningkat.2.6 Pengelompokan Mahluk Hidup2.6.1Pengelompokan Hewan1. Pengelompokan Hewan Berdasarkan Tempat Hidupnyaa. Hewan yang hidup di daratHewan yang hidupnya di darat disebut hewan darat.b. Hewan yang hidup di airBerbagai jenis hewan hidup di air. Ada hewan yang hidup di laut,misalnya paus, ikan hiu, dan lumbalumba. Ada juga ikan yanghidup di air tawar, yaitu ikan koi, ikan arwana dan ikan mas. Ikanlele dan mujair juga hidup di air tawar. Ada juga ikan bandengyang hidup di air payau. Air payau merupakan campuran

12air laut dan air tawar.c. Hewan yang hidup di udaraBurung dan jenis serangga hidup di udara. Hewan yang hidup diudara memiliki sayap untuk terbang. Misalnya, burung elang,kutilang, dan merpati. Banyak serangga yang hidup di udara.Misalnya, kupu-kupu, nyamuk, capung, lalat, dan lebah.2. Pengelompokan Hewan Berdasarkan Cara Bergeraknyaa. Hewan yang bergerak dengan kakinyaBeberapa hewan bergerak dengan kakinya. Ada yang berkakidua seperti ayam, angsa, dan burung. Ada yang berkaki empatseperti kelinci, kambing, dan kucing. Kerbau, sapi, harimau,dan singa juga berkaki empat. Berbagai jenis serangga sepertisemut dan belalang memiliki enam kaki. Keluwing, lipan, dankaki seribu memiliki banyak kaki. Ada juga hewan yang tidakmemiliki kaki. Misalnya, cacing dan ular. Mereka bergerakmerayap menggunakan perutnya.b. Hewan yang bergerak dengan sayapnyaBerbagai jenis burung bergerak dengan sayap untuk terbang.Kupu-kupu, lebah, nyamuk, dan lalat menggunakan sayapnyauntuk terbang. Burung penguin adalah hewan yang memilikisayap. Akan tetapi, sayapnya tidak dapat digunakan untukterbang. Hal ini karena sayap penguin tidak berkembangsempurna.3. Pengelompokan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannyaa. Hewan pemakan tumbuhanKambing, kelinci, dan kuda merupakan hewan pemakanrumput. Burung pipit dan merpati merupakan pemakanbijibijian. Kupu-kupu dan lebah memakan nektar. Nektaradalah cairan manis pada bunga. Keduanya memiliki alat isapuntuk mengisap nektar dari bunga.

13b. Hewan pemakan hewan lainHewan pemakan daging misalnya harimau, buaya, ular, danelang. Cecak dan laba-laba juga memakan hewan lain, yaitudari serangga. Begitu pula dengan katak. Katak juga pemakanserangga. Nyamuk adalah salah satu makanan katak.c. Hewan pemakan tumbuhan dan hewan lainAda juga hewan yang makanannya tumbuhan dan hewan.Ayam dan bebek selain pemakan biji-bijian, juga memakancacing dan ulat. Beruang memakan ikan dan buah. Begitu jugadengan musang. Ada juga beruang pemakan madu. Disebutdengan beruang madu.4. Pengelompokan Hewan Berdasarkan Penutup Tubuhnyaa. Penutup tubuh berupa buluBerbagai unggas memiliki penutup tubuh berupa bulu.Misalnya, ayam, bebek, dan burung.b. Penutup tubuh berupa rambutHewan yang tubuhny

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar,

Related Documents:

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

Texts of Wow Rosh Hashana II 5780 - Congregation Shearith Israel, Atlanta Georgia Wow ׳ג ׳א:׳א תישארב (א) ׃ץרֶָֽאָּהָּ תאֵֵ֥וְּ םִימִַׁ֖שַָּה תאֵֵ֥ םיקִִ֑לֹאֱ ארָָּ֣ Îָּ תישִִׁ֖ארֵ Îְּ(ב) חַורְָּ֣ו ם

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

Bab 24: Hukum sihir 132 Bab 25: Macam macam sihir 135 Bab 26:Dukun,tukang ramal dan sejenisnya 138 Bab 27: Nusyrah 142 Bab 28: Tathayyur 144 Bab 29: Ilmu nujum (Perbintangan) 150 Bab 30: Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang 152 Bab 31: [Cinta kepada Allah]. 156 Bab 32: [Takut kepada Allah] 161

bab iii. jenis-jenis perawatan 7 . bab iv. perawatan yang direncanakan 12 . bab v. faktor penunjang pada sistem perawatan 18 . bab vi. perawatan di industri 28 . bab vii. peningkatan jadwal kerja perawatan 32 . bab viii. penerapan jadwal kritis 41 . bab ix. perawatan preventif 46 . bab x. pengelolaan dan pengontrolan suku cadang 59 . bab xi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawakal dan yang seakar dengannya disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 70 kali dalam 31 surah, diantaranya surah Ali Imran (3) ayat 159 dan 173, an-Nisa (4) ayat 81, Hud (11) ayat 123, al-Furqan (25) ayat 58, dan . Bab pertama sebagai pendahuluan merupakan garis besar gambaran skripsi. Pada bab .

Pembangunan Rusun ASN Pemkab Malang)" dengan membuat Bab I samapi Bab V. Bab I berisi Pendahuluan, Bab II berisi Tinjauan Pustaka, Bab III berisi Metodologi Penelitian, Bab IV berisi Analisa dan Pembahasan, Bab V berisi Kesimpulan dan Saran. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna.

BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka konseptual , serta hipotesis penelitian.