SISTEM PENGLIHATAN - Ocw.usu.ac.id

2y ago
30 Views
3 Downloads
763.21 KB
32 Pages
Last View : 22d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jewel Payne
Transcription

SISTEM PENGLIHATAN

I. PENDAHULUANLATAR BELAKANGKeluhan masalah penglihatan merupakan salah satu masalah yang paling banyakdikeluhkan pasien di tingkat layanan primer, mulai dari keluhan paling ringan seperti matamerah sampai uveitis yang menyebabkan kecacatan dan kebutaan.Data kunjungan sepuluh penyakit utama yang dijumpai Puskesmas di Kota Medan padatahun 2001, penyakit conjunctivitis merupakan salah satu dari sepuluh penyakit yangpaling banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Keluhan yang paling sering dijumpai adalahmata merah yang pada tahap lanjut dapat mengganggu produktifitas penderitanya.Penyakit mata secara umum dapat mengganggu kualitas hidup dan produktifitaspenderitanya. Masalah ini menimbulkan beban ganda bagi dunia kesehatan danperekonomian.Modul sistem penglihatan ini merupakan bagian dari Blok Special Senses System,dengan total beban kredit sebesar 5 SKS. Blok ini akan dilaksanakan selama 2.5 (duasetengah) minggu dan dilanjutkan dengan Modul Sistem Pendengaran, Penghidu danTenggorok (THT) selama 2.5 (dua setengah) minggu juga, sehingga keseluruhan blokSpecial Senses System ini akan diselesaikan dalam 5 minggu.Tujuan umum blok ini, membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilandalam menegakkan diagnosa penyakit, pengobatan, menilai kesembuhan, menilaiprognosis, dan pencegahan penyakit-penyakit pada sistem penglihatan yang seringdijumpai di layanan primer.Referensi: Medan Dalam Angka 2005

II. PRASYARAT MAHASISWAModul sistem penglihatan ini yang merupakan bagian dari Blok Special SensesSystem merupakan salah satu blok Tahap II (Pathological Sciences) dalamstruktur kurikulum. Mahasiswa pada Tahap II adalah mahasiswa yang telahmelalui Tahap I (Basic Medical Sciences), mahasiswa ini telah mencapaiketerampilan generik yaitu keterampilan belajar sepanjang hayat, dan dasardasar ilmu kedokteran.III. TUJUANTUJUAN MODULTujuan umumMelalui modul sistem penglihatan ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensiyang harus dimiliki oleh seorang dokter layanan primer, yaitu:1. Komunikasi efektif2. Keterampilan klinik dasar3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran4. Pengelolaan masalah kesehatan5. Pengelolaan informasi6. Mawas diri dan pengembangan diri7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktekTujuan khususSetelah menyelesaikan modul sistem penglihatan ini mahasiswa diharapkanmampu:1. berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalamupayanya mengelola pasien dengan masalah sistem penglihatan denganmengintegrasikan penalaran klinis dan biomedis sehingga menunjangterciptanya kerja sama yang baik antara dokter dengan pasien, keluarga,komunitas, dalam penanganan masalah penglihatan.2. melakukan anamnesis (dan pemeriksaan fisik) yang lengkap dengan teknikyang tepat serta mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual.3. menjelaskan semua prosedur klinik rutin dan menganalisis data sekunderpasien dengan kelainan penglihatan dengan mengintegrasikan ilmu biomedikdan ilmu klinik.4. memilih berbagai prosedur klinik, laboratorium, dan penunjang lain danmenafsirkan hasilnya.5. melakukan tindak pencegahan dan tindak lanjut dalam tata laksana masalahpenglihatan dengan mempertimbangkan keterbatasan ilmu dalam diagnosismaupun tata laksananya.6. mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi menyangkutmasalah penglihatan dari berbagai sumber dengan memanfaatkan teknologiinformasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberianterapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta surveilans danpemantauan status kesehatan pasien.

7. peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moraldan pengetahuan/keterampilan klinisnya dalam memutuskan masalah etikyang berkaitan dengan gangguan sistem penglihatan.8. mengembangkan ketertarikan dalam melakukan riset yang berkaitan denganmasalah-masalah sistem penglihatan.TUJUAN MAHASISWASasaran pembelajaran terminalBila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, danepidemiologik penyakit sistem penglihatan, mahasiswa tahap II yang telahmenjalani modul sistem penglihatan mampu menafsirkan data tersebut danmenerapkannya dalam langkah pemecahan masalah yang baku termasuktindakan pencegahan dan rujukan, dengan menggunakan teknologi kedokterandan teknologi informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep danpertimbangan etik.Sasaran pembelajaran penunjangSetelah menyelesaikan modul sistem penglihatan, maka:1. Apabila diberi data sekunder tentang kelainan sistem penglihatan, mahasiswamampu:a. Merumuskan masalah kesehatan pasien.b. Menjelaskan struktur makroskopik dan mikroskopik serta faal organ danjaringan sistem penglihatan.c. Menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaanpatologik dalam sistem penglihatan.d. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding penyakit sistem penglihatan.e. Menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan sistempenglihatan (farmakodinamik dan farmakokinetik)h. Menyusun rencana tata laksana kelainan atau gangguan sistempenglihatan .i. Menjelaskan prognosis suatu penyakit sistem penglihatan beserta alasanyang mendasarinya.j. Mencari informasi tentang lingkup dan materi sistem penglihatan melaluisistem teknologi informasi (IT system).l. Melakukan analisis etik tentang gangguan sistem penglihatan.m. Menjelaskan komplikasi pada kelainan sistem penglihatan serta rencanapenanggulangannya.2. Apabila diberi kasus atau pasien simulasi dengan kelainan/penyakit sistempenglihatan, mahasiswa mampu:a. Melakukan anamnesis mengenai kelainan sistem penglihatan denganmenerapkan kemampuan komunikasi efektif.b. Melakukan pemeriksaan fisik sistem penglihatan.c. Menetapkan pemeriksaan penunjang tertentu untuk menegakkan diagnosiskelainan sistem penglihatan.d. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang kelainan sistempenglihatan.

e. Menetapkan diagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada pasien sertamenjelaskan mekanisme yang mendasarinya.f. Menyusun rencana tatalaksana masalah/penyakit sistem penglihatansecara komprehensif (termasuk rencana pencegahan, rehabilitasi danrujukan).3. Bila diberi data masalah kelainan/penyakit sistem penglihatan dalam suatukomunitas, mahasiswa mampu:a. Menentukan besarnya masalah kelainan/penyakit sistem penglihatandalam masyarakat.b. Menentukan faktor penyebab/risiko kelainan/penyakit sistem penglihatandan dapat menghubungkan faktor tersebut dengan kelainan/penyakitsistem penglihatan yang didapat.c. Membuat rencana pencegahan primer dan sekunder dan rencanarehabilitasi kelainan/penyakit sistem penglihatan.

IV. LINGKUP BAHASANPokokBahasanSub Pokok BahasanDeptKodeTahapanWaktuLingkup Bahasan 1: Struktur makroskopis dan mikroskopis sistem ologisistempenglihatanPengenalan Blok Special Senses SystemMEU danTim ��SSS-K350”Embriologi(organogenesis)Histologi dari tunika fibrosa(lapisan luar )Lapisan tengah Vascular layerStruktur tambahan mataLingkup Bahasan 2: Fisiologi penglihatanFungsi umum indra iPenglihatan-2FisikaPenglihatanAir mataCairan mataIrisKornea dan lensaRetinaLintasan penglihatanPenglihatan warnaPergerakan bola mataFisiologiSSS-K4Fisika mata dan penglihatanFisikaKedokterSSS-K5Sumber dan sifat cahayaanAspek syaraf penglihatanNervous systemLingkup Bahasan 3: Kelainan pada sistem HordeolumEntropionEktropionMataSSS-K650’50’

PokokBahasanSub Pokok ’Farmakologi ata-2Eyelid retractionLaserasi kelopak mata (eyelid laceration)Conjunctivitis (allergi, viral, bacterial)Penyakitinfeksi luarbola mataInfeksiparasit padamataVirus,bakteri danjamurpenyebabinfeksi padamataBenda asing di conjunctivaPingueculaPterygiumSub conjunctival haemorrhageKeratitis dan Ulkus KorneaSkleritisEpiskleritisHelminthiasis pada mata (Ocular helminthiasis):Angiostrongylus cantonensis, Loa-loa, Onchocercavolvulus, Thelazia spProtozoiosis pada mata (Ocular protozoiosis):Achantamoeba sp., Toxoplasma gondiiVirus penyebab infeksi pada mataBakteri penyebab infeksi pada mataJamur penyebab infeksi pada mataObat yang mempengaruhi visusFarmakologiObat padaMataKelainanRefraksiVision andvisual fields1Vision andvisual isometropiaLow otomaHemianopia, bitemporan and homonimousLoss of vision and blindnessLensa kontakBedah refraksiKelainan strabismusKatarakGlaucoma

PokokBahasanSub Pokok haemaHypopionTrauma okuliOptik neuritisRetinitis pigmentosaKelainanpada retinadanvitreousOklusi arteri retina sentralOklusi vena retina sentralRetinopati hipertensiRetinopati diabetikAblasio retinaPerdarahan vitreousUveitis danEndophthalmitisTumorokuliUveitis EndophthalmitisTumor jinak/ganas pada kelopak mata,konjungtiva, intraokuli dan efisiensi Vitamin AKelainan Kongenital pada MataHubungan Penyakit sistemik dengan kelainanpada mataPenyakit Infeksi pada mataNeoplasma pada mataPreventive opthalmology:

LINGKUP BAHASAN BLOK PENDAMPINGBLOK COMMUNITY RESEARCH PROGRAMME-VPokokBahasanMateriCritical AppraisalCritical ysis Sistematik ReviewKuliahSSSK7CRP5- dr. DinaKeumala SariM. Gizi, SpGK- dr. JuliandiHarahap, KuliahSSSK8CRP5PlenoPakarSSSPPCRP5- dr. JuliandiHarahap, MA- dr. ArlindaS. W, MKesTIMBLOK BHP 5PokokBahasanAspek EtikdalamMasalahModernMateriKode TahapanWaktu Aspek etik masalah-masalah tertentu : Transplantasi organ Euthanasia HIV / AIDSBHP1-K13&BHP1-K142 x 50’V. METODE PEMBELAJARANA. PEMUTARAN FILMPemutaran film bertujuan memberikan wawasan dan gambaran mengenai lingkup sistempenglihatan dan membangkitkan minat mahasiswa untuk memahami modul ini.iB. KULIAHKuliah hanya bertujuan untuk memberikan konsep dasar dalam memahami materi-materiyang berhubungan dengan sistem penglihatan, sehingga akan memudahkan mahasiswadalam membaca buku teks dan referensi lainnya. Kuliah tidak bertujuan untukmemberikan isi keseluruhan materi, dengan demikian mahasiswa diwajibkan untukmembaca referensi yang dianjurkan.

Topik kuliah pada Sistem Penglihatan:Topik kuliahKodeDepartemenTahapanTema: Struktur dan fisiologi sistem penglihatanStruktur makroskopis sistem penglihatanSS-K1AnatomiStruktur mikroskopis sistem penglihatanSS-K2HistologiFisiologi penglihatan-1SS-K3FisiologiFisiologi penglihatan-2SS-K4FisiologiFisika penglihatanSS-K5Fisika KedokteranTema: Kelainan pada sistem penglihatanKelainan pada kelopak mata-1SS-K6MataKelainan pada kelopak mata-2SS-K7MataPenyakit infeksi luar bola mataSS-K8MataInfeksi parasit pada mataSS-K9ParasitologiVirus, bakteri dan jamur penyebab infeksi padaSS-K10 MikrobiologimataFarmakologi obat pada mataSS-K11 Farmakologi & TerapeutikKelainan refraksiSS-K12 MataVision and visual fields-1SS-K13 MataVision and visual fields-2SS-K14 MataKelainan pada retina dan vitreousSS-K15 MataKelainan NutrisiSS-K16 GiziPatologi Anatomi pada kelainan mataSS-K17 Patologi AnatomiTema: Program pencegahan untuk kesehatan mata masyarakatPrimary Eye CareSS-K18 Ilmu Kes. 50’C. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)Kegiatan dengan metode ini dilakukan dengan dua kali diskusi untuk setiap pemicu(trigger) dan satu kali pertemuan pleno, dengan dihadiri oleh para pakar dari setiapdepartemen yang terkait dengan blok tersebut.Diskusi dilaksanakan dengan kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 12-15mahasiswa dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, bukannarasumber. Setiap diskusi berlangsung selama 3 x 50 menit untuk setiap pertemuantutorial.Metode PBL merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut mahasiswauntuk belajar mandiri sekaligus berdiskusi di dalam kelompok, yang pada akhirnya dapatmengasah ketrampilan berpikirkritis(critical thinking) mahasiswa, danmengkomunikasikannya secara efektif dalam diskusi maupun presentasi.Kegiatan PBL pada blok ini terdiri dari dua kasus, setiap kasus didiskusikan dalam duakali pertemuan diskusi dan diakhiri dengan satu kali pertemuan pleno.Pertemuan Tutorial(Diskusi Kelompok)Pemicu-1TujuanKode TahapanMenjaring kemampuan mahasiswa SSS-Pc.1-T1dalam mencapai tujuan pembelajaran SSS-Pc.1-T2kelainan pada sitem penglihatanSSS-Pc.1PlenoWaktu3 x 50’3 x 50’2 x 50’

Pemicu-2Menjaring kemampuan mahasiswadalam mencapai tujuan pembelajaranaspek etik dalam masalah modernpada sistem penglihatanSSS-Pc.2-T1SSS-Pc.2-T2SSS-Pc.2Pleno3 x 50’3 x 50’2 x 50’D. BELAJAR MANDIRIAgar lingkup materi dapat dikuasai dengan baik, pada saat melaksanakan kegiaanbelajar mandiri mahasiswa diharapkan melaksanakan proses belajar dengan tahapansebagai berikut:1. mengkaji lingkup bahasan dengan membaca referensi yang dianjurkan, karenakuliah pada hakikatnya hanya memberikan konsep dasar dari materi, danpertemuan tutorial akan memicu mahasiswa untuk mengintegrasikan pemahamankonsep dalam menyelesaikan masalah.2. mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran diperpustakaan, dapat berupa handsout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, ataudari sumber terpercaya di internet.3. diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.E. PRAKTIKUMPraktikum dilaksanakan di laboratorium Anatomi, Fisika Kedokteran, Histologi danFarmakologi dan Terapeutik sesuai jadual kegiatan. Mahasiswa dibagi dalam 10(sepuluh) kelompok yang terdiri dari 45 mahasiswa per kelompok, yang akandibimbing oleh seorang staf pengajar.Sebelum memulai praktikum, akan dilaksanakan kuis untuk mengukur kesiapanmahasiswa dalam melaksanakan praktikum, yang selanjutnya diakhiri denganpembuatan laporan hasil praktikum.Tujuan umum praktikum adalah agar mahasiswa:1. meningkatkan pemahaman akan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan danbelajar mandiri2. menjelaskan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan3. menginterpretasikan hasil praktikum dengan yang diselenggarakan dalam bentukpercobaan4. membandingkan hasil kelompoknya dengan hasil kelompok lain5. menerapkan kejujuran ilmiah dengan melaporkan hasil yang didapatkan padapraktikum sebagaimana adanya.Kegiatan praktikum dalam blok sistem penglihatan terdiri dari:Uraian PraktikumMinggu-1Minggu-2Anatomi mataOphtalmometer/Cacat MataSistem fotoreseptorAgonis dan supra agonisKodeTahapanSS-Pr1SS-Pr2SS-Pr3SS-Pr4Jam3 x 50’3 x 50’3 x 50’3 x 50’LaboratoriumAnatomiFisika KedokteranHistologiFarmakologi danTerapeutik

F. SKILLS LABSkills lab dilaksanakan di Ruang Skils Lab FK USU, sesuai jadual kegiatan.Mahasiswa dibagi dalam 10 (sepuluh) kelompok yang terdiri dari 45 mahasiswa perkelompok (sesuai kelompok praktikum selama ini), yang akan dibimbing olehfasilitator.Kegiatan skills lab dalam Blok spesial sense sistem terdiri dari:Uraian KegiatanMinggu-2KodeTahapanSSS-Sl1SSS-Sl2Anamnese penyakit mataPemeriksaan saraf kranialisJamRuangan3 x 50’3 x 50’Ruang skills labRuang skills labVI. SARANA & PRASARANAA. RUANG KULIAHKuliah dilaksanakan di Ruang Kuliah Semester V/VI KBK (untuk kelas A1 dan B1)dan Ruang Kuliah Semester V/VI (untuk kelas A2 dan B2)B. RUANG DISKUSIDiskusi dilaksanakan di ruang-ruang berikut k DiskusiA1 & B1A2 & B2A3 & B3A4 & B4A5 & B5A6 & B6A7 & B7A8 & B8A9 & B9A10 & B10A11 & B11A12 & B12A13 & B13A14 & B14A15 & B15Ruang DiskusiRuang Diskusi Anatomi 1Ruang Diskusi Anatomi 2Ruang Diskusi Anatomi 3Ruang Diskusi Kimia 1Ruang Diskusi Kimia 2Ruang Diskusi Kimia 3Ruang Diskusi Kimia 4Ruang Diskusi Fisika 1Ruang Diskusi Fisika 2Ruang Diskusi Fisika 3Ruang Diskusi Fisika 4Ruang Diskusi Fisika 5Ruang Diskusi Fisika 6Ruang Diskusi Fisika 7Ruang Diskusi Fisika 8Pleno Pakar dilasanakan di Ruang Seminar.C. RUANG PRAKTIKUMPraktikum dilaksanakan di ruang laboratorium departemen :-Anatomi-Fisika Kedokteran-Histologi-Farmakologi dan Terapeutik

D. SKILLS LABKegiatan skills lab. dilaksanakan di Ruang Skills Lab FK USU sesuai kelompokpraktikum masing-masing.

SISTEM PENDENGARAN

I. PENDAHULUANLATAR BELAKANGSampai saat ini, kasus-kasus sistem pendengaran, penghidu dan tenggorok (THT) masihcukup tinggi dijumpai di Indonesia. Survey Kesehatan Indera 1993 – 1996 yanhgdilaksanakan di 8 provinsi Indonesia menunjukkan prevalensi morbiditas THT sebesar38,6%. Dalam skala yang lebih luas, survey Multi Center Study di Asia Tenggaramenunjukkan Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggiyaitu 4,6%. Tidak boleh dilupakan juga angka kejadian Karsinoma Nasofaring (KNF)yang tinggi yaitu 4,7 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini mendudukiperingkat ke-4 dari seluruh kasus keganasan, dan menempati peringkat pertama untukkeganasan di bidang THT. Terdapat kecenderungan prevalensi yang meningkat di usiamuda.Kemajuan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan kelainan dan penyakit THT dimulaidari diagnostik, terapi medik, terapi surgikal hingga terapi rehabilitasi yang semakin baikmeningkatkan harapan hidup penderita. Namun hal ini tidak menyelesaikan masalahkarena terkadang beberapa penyakit meninggalkan sekuele pada penderita sehinggamengurangi produktifitas dan kualitas hidup. Selain itu dibutuhkan biaya yang tidak kecil,serta sumber daya manusia yang terampil dalam penatalaksanaannya.Pencegahan dan penatalaksanaan penyakit-penyakit THT masih perlu ditingkatkan,namun tidak kalah pentingnya adalah deteksi dini kelainan-kelainan THT yangmerupakan tanda-tanda dini dari penyakit yang lebih berbahaya, misalnya deteksi dinikeganasan pada kasus Karsinoma Nasofaring, atau gangguan pendengaran pada bayibaru lahir. Hal ini dapat dilakukan dari tingkat pelayanan daerah hingga ke rumah sakitpusat sebagai rujukan. Sehingga peran dokter praktek umum sebagai dokter layananprimer memegang peranan penting dalam penapisan penyakit-penyakit tersebut.Modul sistem THT ini merupakan bagian dari Blok Special Senses System, dengan totalbeban kredit sebesar 5 SKS. Blok ini akan dilaksanakan selama 2.5 (dua setengah)minggu setelah Modul Sistem THT sehingga keseluruhan blok Special Senses System iniakan diselesaikan dalam 5 minggu.Tujuan umum blok ini, membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilandalam menegakkan diagnosa penyakit, pengobatan, menilai kesembuhan, menilaiprognosis, dan pencegahan penyakit-penyakit pada sistem THT yang sering dijumpai dilayanan primer.Referensi: Depkes RI

II. PRASYARAT MAHASISWAModul sistem THT ini merupakan bagian dari Blok Special Senses Systemmerupakan salah satu blok Tahap II (Pathological Sciences) dalam strukturkurikulum. Mahasiswa pada Tahap II adalah mahasiswa yang telah melalui TahapI (Basic Medical Sciences), mahasiswa ini telah mencapai keterampilan generikyaitu keterampilan belajar sepanjang hayat, dan dasar-dasar ilmu kedokteran.III. TUJUANTUJUAN MODULTujuan umumMelalui modul sistem THT ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi yangharus dimiliki oleh seorang dokter layanan primer, yaitu:8. Komunikasi efektif9. Keterampilan klinik dasar10. Landasan ilmiah ilmu kedokteran11. Pengelolaan masalah kesehatan12. Pengelolaan informasi13. Mawas diri dan pengembangan diri14. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktekTujuan khususSetelah menyelesaikan modul sistem THT ini mahasiswa diharapkan mampu:9. berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalamupayanya mengelola pasien dengan masalah sistem THT denganmengintegrasikan penalaran klinis dan biomedis sehingga menunjangterciptanya kerja sama yang baik antara dokter dengan pasien, keluarga,komunitas, dalam penanganan masalah THT.10. melakukan anamnesis (dan pemeriksaan fisik) yang lengkap dengan teknikyang tepat

Kelainan Refraksi Hypermetropia Mata SSS-K12 50’ Myopia Astigmatisma Presbyopia Anisometropia Low vision Vision and visual fields-1 Amblyopia Mata SSS-K13 50’ Diplopia Suppresion Night-blindness Scotoma Hemianopia, bitemporan and homonimous Loss of vision and blindness Vision an

Related Documents:

sistem organ, kelainan dan penyakit. Sistem – sistem pada manusia dan hewan 1. Sistem pencernaan 2. Sistem ekskresi 3. Sistem pernapasan 4. Sistem peredaran darah 5. Sistem saraf dan indera 6. Sistem gerak 7. Sistem imun 8. Sistem reproduksi 9. Keterkaitan antar sistem organ dan homeostasis 10. Kelain

www.utahpests.usu.edu Utah Pests News - Summer 2010 - page 2 UTAH PESTS Staff Diane Alston Entomologist diane.alston@usu.edu 435-797-2516 Ryan Davis Arthropod Diagnostician ryan.davis@usu.edu 435-797-2435 Marion Murray IPM Project Leader Editor, Utah Pests News marion.murray@usu.edu 435-797-0776 Cory Vorel USU CAPS Coordinator cory.vorel@usu .

Taylor Schenk taylor.schenk@usu.edu (435) 797-5171 Assistant Chief Flight Instructors Jon Murdoch jon.murdoch@usu.edu (435) 797-7335 Ashley Martinez (KPUC) ashley.martinez@usu.edu (435) 613-5623 Airport Financial & Student Services Joran Whipple joran.whipple@usu.edu (435) 797-7893

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata, ada hubungan antara jarak penglihatan dan masa kerja dengan keluhan kelelahan mata pada pembatik di industri batik tulis Srikuncoro Dusun Girioyo Kabupaten Bantul. Kata Kunci: Usia, Jarak Penglihatan, Masa

reproductive health, and biostatistics. In 2008, the OCW Image Library was launched to improve direct access to the many illustrations and charts created for JHSPH OCW. In 2012, JHSPH OCW will launch a new Web site with the goal of making it easier for visitors to find, share, and use OCW

OCW sites present university course content on the Web, free for use and re-use. The content includes course descriptions and purpose, syllabi, problem exercises, calendars, tests, lecture notes and occasionally video lectures, simulations, and other materials. Hewlett Foundation OCW Principles According to the OCW Consortium, an OCW project:

Komunikasi sebagai Sistem Komunikasi dalam Sistem Kaitan Sistem Komunikasi dengan sistem yang lain (di Indonesia) Periodisasi Sistem Komunikasi di Indonesia Sesuatu yang bisa dibaca Amirin, Tatang M. 1992. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali Press. Kahya, Eyo. 2004. Perbandingan Sistem dan Kemerdekaan Pers . Bandung: Pustaka Bani Quraisy

classroom is small-group work. Indeed, from early efforts at group-based, Davidson, N., Major, C. H., & Michaelsen, L. K. (2014). Small-group learning in higher education—cooperative, collaborative, problem-based, and team-based learning: An introduction by the guest editors. Journal on Excellence in College Teaching, 25(3&4), 1-6. 2 Journal on Excellence in College Teaching active learning .