IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOMUNIKASI

2y ago
53 Views
3 Downloads
1.17 MB
18 Pages
Last View : 6d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Maxine Vice
Transcription

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOMUNIKASIPUBLIK DI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYAMINERALTHE IMPLEMENTATION OF PUBLIC COMMUNICATIONMANAGEMENT POLICY AT MINISTRY OF ENERGY ANDMINERAL RESOURCESThoriq RamadaniKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral –Mahasiswa Magister STIA LAN JakartaJl. Gatot Subroto Kav 49 Jakarta Selatan DKI Jakarta, Indonesia 12950.Email: thoriq.ramadani@esdm.go.idNaskah diterima: 2 September 2018; revisi terakhir: 28 Januari 2019; disetujui: 1 Maret 2019How to cite: Ramadani, Thoriq. (2019). Implementasi Kebijakan Pengelolaan Komunikasi Publik diKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Jurnal Borneo Administrator, 15 (1), tManagement of public communication plays significant role in a government.The implementation of well made management of public communication can bea means to deliver government policies both as programs and achievementsbroadcasted to public. The purpose of this study was to determine theimplementation of communication policy management at the Ministry ofEnergy and Mineral Resources (ESDM). The method used was a case study atthe ESDM with analysis implementation by using used Edwards III model.Based on the analysis, it was found that the implementation of the publiccommunication management policy at the Ministry of Energy and MineralResources was already underway, such as the availability of a planned publiccommunication strategy, and indicators of success in the mass media whichwere not only numerous but also positive and neutral quality, so that negativecoverage could be minimized. Besides,, the support of Officials andImplementers, Standard Operating Procedures (SOP), and creative contentthrough hashtags related to the Energy and Mineral Resources sector couldalso increase the social media followers.Keywords: Policy, Implementation, Communication Management, PublicCommunicationsJurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-18, April 20191

AbstrakPengelolaan komunikasi publik merupakan hal penting dalam sebuahpemerintahan. Implementasi kebijakan tentang pengelolaan komunikasi publikyang telah dibuat, sebagaimana pengelolaan komunikasi publik menjadi saranapenyampaian kebijakan Pemerintah, baik itu program maupun capaian yangdisampaikan kepada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui implementasi kebijakan pengelolaan komunikasi publik diKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Metode yangdigunakan adalah studi kasus pada Kementerian ESDM dengan analisisimplementasi kebijakan pengelolaan komunikasi publik dengan modelEdwards III. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa implementasikebijakan pengelolaan komunikasi publik di Kementerian ESDM sudahberjalan, seperti adanya strategi komunikasi publik yang terencana, indikatorkeberhasilan berupa pemberitaan di media massa yang tidak hanya banyak tapijuga kualitasnya yang positif dan netral, sehingga pemberitaan negatif dapatdiminimalisir. Selain itu, dukungan Pejabat dan Pelaksana, Standard OperatingProcedure (SOP), dan konten-konten kreatif melalui tanda pagar (tagar) yangterkait sektor ESDM dapat meningkatkan jumlah pengikut media sosial.Kata Kunci: Implementasi; Kebijakan; Pengelolaan Komunikasi; Komunikasi PublikA. PENDAHULUANPresiden Joko Widodo memiliki Nawa Cita yang menjadi Visi Pemerintahan KabinetKerja, setidaknya ada tiga cita di antaranya yang menyentuh sektor ESDM, yaitu (1)membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalamkerangka negara kesatuan, (2) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasarinternasional dan (3) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik.Menunjang keberhasilan Kabinet Kerja, menyerap aspirasi publik, dan mempercepatpenyampaian informasi tentang kebijakan dan program pemerintah Presiden Jokowimengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2015 yang berisikan langkahlangkah yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan komunikasi publik, sepertimenyampaikan data dan informasi terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi kepadaMenteri Komunikasi dan Informatika secara berkala, menyebarluaskan kepada publiknarasi tunggal dan data pendukung lainnya yang disusun oleh Kementerian Komunikasidan Informatika terkait dengan kebijakan dan program pemerintah, menyampaikan setiapkebijakan dan program pemerintah secara lintas sektoral dan lintas daerah kepada publiksecara cepat dan tepat serta menyampaikan informasi melalui berbagai saluran komunikasikepada masyarakat secara tepat, cepat, obyektif, berkualitas baik, berwawasan nasional,dan mudah dimengerti terkait dengan kebijakan dan program pemerintah.Menurut Indarto (2018) dalam paparannya yang dipresentasikan pada rapat narasitunggal Kementerian ESDM 6 April 2018 di Bandung, komunikasi publik merupakanusaha memfasilitasi masyarakat dengan informasi publik terkait kebijakan program dankegiatan pemerintah yang sudah, sedang dan akan dilakukan. Hal ini merupakan hal yangpenting bagi kedua belah pihak, baik itu Pemerintah dan masyarakat itu sendiri, supayatidak terjadi gap antara pemerintah dan masyarakat, diperlukan upaya yaitu strategikomunikasi yang dilakukan oleh pemerintah.2Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-18, April 2019

Pada awal menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Presiden Joko Widodomengeluarkan Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik. InpresPengelolaan Komunikasi Publik berisikan tentang cara pengelolaan komunikasiKementerian/Lembaga/Daerah (K/L/D) terhadap masyarakat. In the spirit of the policysciences, knowledege should be used to improve the practice of democracy. In today'spolicy world, communication is a key element of policy making (McBeth, Lybecker, andStoutenborough, 2016). Selain untuk mendiseminsikan kebijakan, komunikasi adalahelemen kunci pembuatan kebijakan.Humas pemerintah atau Government Public Relations (GPR) saat ini cenderungmengalami perubahan dalam proses bekerja dengan hadirnya perkembangan teknologiyang semakin canggih. Untuk itu, GPR dituntut memahami segala macam kecanggihanteknologi baik cara melakukan komunikasi melaui aplikasi chat maupun caramenyebarluaskan informasi melalui media sosial melalui smart phone danmenggunakananya untuk memaksimalkan tugas sebagai GPR.Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa kepopuleran media sosial saat ini sudah sangatpesat. Muncul jenis-jenis media sosial online dengan sangat beragam, mulai dari Facebook,Twitter, Instagram, Foursquare, Path dan lain sebagainya (Munandar dan Suherman,2016). Media sosial hadir memberikan kemudahan penyebaran informasi dan komunikasidi antara penggunanya (Aprinta dan Dwi, 2017). Munculnya sosial media telahmemunculkan adanya arena ruang publik baru bagi kelas menengah Indonesia secarakeseluruhan (Jati, 2016).Penelitian-penelitian terdahulu terkait implementasi kebijakan pengelolaankomunikasi publik di antaranya adalah penelitian Munandar dan Suherman (2016)terhadap Ridwan Kamil (Walikota Bandung) yang menggunakan media sosial dalamaktifitas komunikasi pemerintahannya adalah peneliti menemukan hasil bahwa manfaatyang sebenar-benarnya diperoleh adalah Ridwan Kamil selaku wali kota Bandung telahmemperbaiki kualitas pelayanan komunikasi pemerintah daerah yang dipimpinnyasehingga beliau telah mensinergikan jaringan kreatifnya dan mengajak rakyat bersamasama membangun kota Bandung dan menyelasaikan satu-persatu masalah-masalah kotayang dialami oleh masyarakat Bandung sendiri.Kemudian penelitian yang dilakukan Mulyadi and Fitriana (2018) mengenai hashtagatau tanda pagar (tagar), dikemukakan The sign (#) has given a different color in socialmedia, where social media has been equipped with User Generated Content (UGC) whichcan create citizen involvement in social media. Tagar telah memberikan warna yangberbeda di media sosial, dimana media sosial telah dilengkapi dengan User GeneratedContent (UGC) yang dapat menciptakan keterlibatan warga negara di media sosial.Konteks penelitian implementasi kebijakan pengelolaan komunikasi publik ini, sepertiyang tertuang dalam Inpres No. 9 tahun 2015, memberikan amanat untuk penyampaianinformasi mengenai kebijakan Pemerintah, baik itu program maupun capaian disampaikankepada masyarakat dengan berbagai cara. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitianini adalah pada penelitian ini tidak hanya pengelolaan komunikasi publik saja tetapi jugamengimplementasikan kebijakan (Inpres) tersebut.Untuk itu, penulis ingin mengetahui bagaimana implementasi pengelolaan komunikasipublik pada Kementerian ESDM? Dengan tujuan penelitian untuk mengetahuiimplementasi kebijakan pengelolaan komunikasi Publik di Kementerian ESDM. Manfaatdari penelitian ini adalah menjadi pelengkap penelitian mengenai implementasi kebijakanterkait pengelolaan komunikasi publik yang selama ini masih minim di Indonesia danJurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-8, April 20193

bahan evaluasi implementasi kebijakan pengelolaan komunikasi publik KementerianESDM.B. METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan metode studi kasus padaKementerian ESDM, melakukan teknik pengumpulan data dari wawancara terhadap keyinformants, observasi dan penelaahan dokumen, menggunakan analisis implementasikebijakan pengelolaan komunikasi publik dengan model Edwards III. Key informants dilingkungan Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama KementerianESDM yang terdiri dari Kepala Bagian Komunikasi dan Layanan Informasi Publik, KepalaSubbagian Rencana dan Program Komunikasi dan Informasi, Kepala Subbagian LayananInformasi Publik, Kepala Subbagian Hubungan Kelembagaan yang telah dilakukanwawancara pada tanggal 15 Agustus 2018 dan Pranata Hubungan Masyarakat Pertama danPerencana Pertama tanggal 29 September 2018.C. KERANGKA TEORIGovernment Public RelationsGPR menurut Astrid S. Susanto (1986) (dalam Suprawoto, 2018:48) sebuah tindakanyang ditujukan agar dapat menghasilkan pendapat dan iklim pendapat yang mendukunginstansi. Dalam berkomunikasi ada beberapa faktor atau unsur yang perlu diperhatikan,antara lain siapa yang dihadapi, penerima pesan atau dengan siapa kita berbicara sangatberperan dalam berkomunikasi, hal itu bisa berhubungan dengan faktor usia, jenis kelamin,posisi atau jabatan, pendidikan, latar belakang budaya dan sebagainya (K, Madani, danTahir, 2015).Ahli lain, Scott M. Cutlip (2005) (dalam Suprawoto, 2018:48), memberi batasanhumas pemerintah adalah fungsi manajemen yang sah, yang membantu menjadikan badan,departemen, dan entitas publik lainnya tanggap terhadap warga dan semua tercipta untukmereka. Keterbukaan informasi publik di Indonesia juga didorong oleh Undang-UndangNomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang digulirkan sepuluhtahun sejak era reformasi.Begitu juga di Brasil, Government communication practices also changed with the endof the military regime. The re-democratization process brought new actors into the publicarena (or returned older groups to it): unions, environmentalist and other civil movements,as well as the newly re-legalized political parties (Lemos, Barros, and Bernardes, 2016).Praktik komunikasi pemerintah juga berubah dengan berakhirnya rezim militer. Proses redemokratisasi membawa aktor baru ke publik arena seperti serikat pekerja, lingkungan,dan sipil lainnya gerakan, serta partai politik yang baru.Di India, mempromosikan komunikasi yang baik dengan para diaspora di luar negerimerupakan potensi sebelum hari kemerdekaannya. India has to promote bettercommunication with its Diaspora and to pay greater attention to the ethnic media, whichwas a potential force during Indian pre-independence days (Sahai, 2013).Implementasi GPR di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan InpresNo 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik. Menurut Niken Widiastuti,dalam paparannya yang dipresentasikan pada seminar Nasional Kehumasan StrategisPemerintah tanggal 16 April 2018 di Jakarta, GPR memiliki tugas antara lain (1) sosialisasiprogram pemerintah, (2) literasi/edukasi kepada publik, (3) kampanye program prioritaspemerintah, (4) kontra narasi dan (5) nation branding.4Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-18, April 2019

Diseminasi komunikasi publik terhadap Nawa Cita, GPR bertujuan untuk memberikankesadaran pemerintah untuk berkomunikasi dengan masyarakat, menciptakan komunikasidua arah untuk mendapatkan input dari masyarakat dan meningkatkan kapasitaskomunikasi pemerintah.Komunikasi publik kepada masyarakat dapat dilihat untuk menenangkan kritikterhadap program pemerintah yang ada, seperti yang dikatakan (Holst and Moodie, 2015)cynics view public communications of this nature with skepticism, as organizations tend toadopt“smooth talk” and cosmetic rhetoric designed to placate critics and create a facadeof compliance aimed at decreasing external pressure.GPR perlu mempromosikan pencapaian dua belas program unggulan dengan teknikkomunikasi yang kreatif agar dapat mudah memahami keberhasilan dengan menyentuhhati. Dua belas program strategis pemerintah tersebut yaitu, (1) Sertifikasi Tanah, (2)Perhutanan Sosial, (3) Penanggulangan Asap Sumatera dan Kalimantan, (4) Elektrifikasi,(5) Sejuta Rumah, (6) Kredit Usaha Rakyat, (7) Start-Up, (8) Jaminan Sosial (KartuIndonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Program Keluarga Harapan), (9) Dana Desa,(10) Infrastuktur, (11) Ketahanan Pangan: Waduk dan Irigasi, dan (12) Bank Wakaf Mikro.Era Media BaruMenurut Straubhar dan LaRose (2002) (dalam Nasrullah, 2016:13) bahwa adanyaperubahan terminologi menyangkut media. Perubahan itu berkaitan dengan perkembanganteknologi, cakupan area, produksi massal (mass production), sampai pada efek yangberbeda dengan apa yang ada di media massa. Media baru dimaksud merupakan sesuatuyang dapat menjangkau masyarakat luas, tidak hanya di indonesia tapi juga seluruh dunia.Tidak hanya untuk komunikasi, kini media sosial sudah menjadi media kreatifitas.Sudah banyak sekali orang-orang yang meraih kepopuleran melalui media sosial(Munandar dan Suherman, 2016). Penggunaan media sosial saat ini sudah menjadi gayahidup (Kurniasih, 2016). Sampai-sampai media baru juga digunakan dalam salurankampanye politik. Ketika Twitter menjadi saluran kampanye pilpres, maka kicauan dariakun Twitter pendukung kandidat menjadi media yang juga mampu untuk mengkonstruksidan membangun narasi mengenai capres yang mereka dukung (Firmansyah, Karlinah, danSuwandi, 2017).Adapun menurut John Vivian (2008) (dalam Nasrullah, 2016:13-14), keberadaanmedia baru seperti internet bisa melampaui pola penyebaran pesan media tradisional: sifatinternet yang bisa berinteraksi mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi, dan yangterpenting bisa dilakukan secara real time. Poin real time menjadi penting dengan adanyamedia baru ini, karena saat ini masyarakat tidak lagi menginginkan “pola menunggu”dalam setiap informasi yang dicari.Kecenderungan seperti itu, menuntut GPR untuk pro aktif menyebarluaskan informasimengenai capaian kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah, tidak lagi pada jam kerja,melainkan 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Paradigma bekerja 24 jam sehari, tujuh hariseminggu ini merupakan daya dorong untuk bisa menyebarluaskan informasi capaiankebijakan kepada masyarakat dengan real time, karena media massa dan masyarakatmembutuhkan informasi yang terkini.Penggunaan media internet sudah menjadi menu utama dalam berkomunikasi.Berkomunikasi dengan media internet melahirkan istilah komunitas virtual. Kehidupansosial pun dapat dirubah dengan konsep ala pemasaran/marketing. Marketing sosialdigunakan untuk membentuk kesadaran dan merubah perilaku dengan mengintegrasikanJurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-8, April 20195

konsep marketing, agar dapat bermanfaat bagi individu dan komunitas (Aprinta, Syamsiah,dan L, 2017).Keberadaan komunitas virtual memungkinkan individu-individu yang pada awalnyatidak mengenal ataupun berdomisili di tempat yang berjauhan, menjadi saling mengenaldan selanjutnya bisa saling berkomunikasi lebih intensif tanpa harus bertemu secaralangsung (Intyaswati dan Laura, 2017).Implementasi KebijakanGrindle (1980) (dalam Winarno, 2014:149) memberikan pandangan tentangimplementasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas implementasi adalahmembentuk suatu ikatan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisadirealisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.Van Meter dan Van Horn (1975) (dalam Winarno, 2014:149) membatasiimplementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu(atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapaitujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.Implementasi kebijakan intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluarankebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementer kepadakelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan.Tujuan kebijakan diharapkan akan muncul manakala policy output dapat diterima dandimanfaatkan dengan baik oleh kelompok sasaran sehingga dalam jangka panjang hasilkebijakan akan mampu diwujudkan (Purwanto dan Sulistyastuti, 2015:21).Implementasi kebijakan merupakan hal yang rumit dan kompleks, hal ini dipahamikarena proses implementasi melibatkan melibatkan interaksi banyak orang dengankepentingan dan sekaligus merumuskan mekanisme untuk memberikan informasikebijakan tersebut. Kompleksitas dalam proses implementasi tidak jarang memunculkansejumlah permasalahan, Edwards III mengidentifikasi ada empat critical factors yangmempengaruhi keberhasilan proses implementasi. Keempat faktor tersebut adalah:komunikasi, sumber daya, disposisi atau perilaku, dan struktur birokrasi (Purwanto danSulistyastuti, 2015:85).a) KomunikasiSecara umum Edwards III membahas tiga hal penting dalam proses komunikasikebijakan, yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity) (Winarno, 2014:178).Persyaratan pertama tentang transmisi dalam komunikasi kebijakan adalah bahwa merekayang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan,keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada orang yangtepat sebelum keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah di diikuti. Komunikasiharus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh pelaksana.Yang kedua mengenai konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin berlangsungefektif maka perintah-peringah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Selanjutnya,mengenai kejelasan, jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana apa yangdiharapkan, maka arahan pelaksanaan kepada pelaksana kebijakan tidak hanya diterimatetapi juga harus jelas.b) SumberdayaPerintah implementasi dalam kebijakan bisa jadi diteruskan dengan jelas dan konsistenkepada pelaksana, tetapi jika pelaksana kekurangan sumberdaya yang dibutuhkan untukmelaksanakan kebijakan, maka implementasi cenderung tidak akan efektif. Sumberdayamerupakan faktor yang penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Sumberdaya6Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-18, April 2019

dimaksud meliputi staf yang memiliki keahlian yang baik untuk melaksanakan kebijakan,wewenang dan fasilitas yang memadai guna melaksanakan kebijakan.Staf sepertinya merupakan sumber yang paling penting dalam melaksanakankebijakan. Staf yang banyak belum tentu dapat melaksanakan kebijakan dengan baik,begitu pula dengan staf yang sedikit. Sumber lain yang penting adalah wewenang. Setiapwewenang akan berbeda-beda dalam setiap kebijakan. Selanjutnya adalah mengenaifasilitas. Seorang pelaksana mungkin memiliki staf yang memadai dan mungkinmempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya tetapi tanpa bangunan kantor untukberkoordinasi, perlengkapan, perbekalan, maka besar kemungkinan implementasikebijakan tidak akan tercapai.c) DisposisiDisposisi dari pelaksana kebijakan merupakan faktor penting dalam implementasikebijakan. Jika para pelaksana melakukan sikap baik dalam kebijakan, seperti halnyamendukung sebuah kebijakan, maka kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakandengan baik.Banyak kebijakan yang dilaksanakan dengan baik karena mendapat dukungan daripelaksana, namun ada pula kebijakan yang bertentangan dengan pandangan-pandanganpelaksana, kepentingan pribadi atau organisasi pelaksana. Jika kebijakan dilaksanakankepada para pihak yang tidak mendukung, maka kesalahan-kesalahan tidak dapatdielakkan, yakni adanya jarak antara keputusan kebijakan dan pencapaian kebijakan.d) Struktur BirokrasiBirokrasi merupakan salah satu organisasi yang paling sering bahkan secarakeseluruhan menjadi pelaksana sebuah kebijakan. Birokrasi memiliki struktur yang dibuatuntuk mencari solusi dalam setiap permasalahan masyarakat. Ada dua karakteristik utamabirokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut SOP danfragmentasi (Winarno, 2014:206).SOP berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumberpelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerja. Sedangkan fragmentasiberasal terutama dari tekanan di luar birokrasi, seperti legislatif, kelompok kepentingandan sifat kebijakan yang mempengaruhi sifat kebijakan birokrasi pemerintah.D. HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Objek Penelitiana) Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK)Sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian ESDM, Biro KLIK mempunyai tugas melaksanakan koordinasi,pembinaan, dan pelaksanaan komunikasi, layanan informasi publik, serta pengelolaanhubungan kelembagaan dan kerja sama.Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Biro Komunikasi, LayananInformasi Publik, dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi, 1) Penyiapan koordinasidan pembinaan pelaksanaan komunikasi, layanan informasi publik, serta pengelolaanhubungan kelembagaan dan kerja sama; 2) Pengelolaan komunikasi dan pelayananinformasi publik; 3) Pelaksanaan hubungan kelembagaan; 4) Pengelolaan kerja samaregional, multilateral, dan bilateral; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.Biro KLIK sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1) Bagian Komunikasi danLayanan Informasi Publik; 2) Bagian Kerja Sama Regional dan Mulitilateral; dan 3)Bagian Kerja Sama Bilateral.Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-8, April 20197

Bagian Komunikasi dan Layanan Informasi Publik mempunyai tugas penyiapankoordinasi dan pembinaan pengelolaan komunikasi, pelayanan informasipublik,hubungan masyarakat dan kelembagaan, pengelolaan kerja sama lembaga negaradan masyarakat, serta pelaksanaan urusan tata usaha Biro.Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Bagian Komunikasi dan LayananInformasi Publik menyelenggarakan fungsi, 1) Penyiapan bahan koordinasi danpembinaan pelaksanaan rencana dan program komunikasi dan informasi publik; 2)Penyiapan bahan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan pelayanan informasi publikdan pemberian dukungan informasi kepada Pejabat yang mengelola informasi dandokumentasi; dan 3) Penyiapan bahan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan hubunganmasyarakat dan kelembagaan, pengelolaan kerja sama lembaga negara dan masyarakat,serta pelaksanaan urusan tata usaha Biro.Bagian Komunikasi dan Layanan Informasi Publik terdiri atas, 1) SubbagianRencana dan Program Komunikasi dan Informasi dengan tugas melakukan penyiapanbahan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan rencana dan program komunikasi daninformasi publik; 2) Subbagian Layanan Informasi Publik memiliki tugas melakukanpenyiapan bahan koordinasi dan pembinaan pelayanan informasi publik dan pemberiandukungan informasi kepada Pejabat yang mengelola informasi dan dokumentasi; 3)Subbagian Hubungan Kelembagaan dengan tugas melakukan penyiapan bahankoordinasi dan pembinaan pelaksanaan hubungan masyarakat dan kelembagaan,pengelolaan kerja sama lembaga negara dan masyarakat, serta pelaksanaan urusan tatausaha Biro.b) Struktur Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja SamaKepala Biro Komunikasi LayananInformasi Publik dan Kerja SamaKepala Bagian Komunikasi &Layanan Informasi PublikKepala Bagian Kerja SamaRegional & MultilateralKabag Kerja SamaBilateralKel JabatanFungsionalKepala Subbagian Rencana &Program Komunikasi & InformasiKepala Subbagian KerjaSama RegionalKepala Subbagian KerjaSama Amerika & EropaKepala Subbagian LayananInformasi PublikKepala Subbagian KerjaSama MultilateralKepala Subbagian KerjaSama Asia & PasifikKepala Subbagian HubunganKelembagaanKepala Subbagian KerjaSama Investasi ESDMKepala Subbagian KerjaSama Afrika & TimtengGambar 1.Struktur Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (Sumber: Diolahberdasarkan Permen ESDM No. 13 Tahun 2016)Implementasi Kebijakan Pengelolaan Komunikasi PublikKementerian ESDM menggunakan beberapa saluran dalam mengimplementasikankebijakan pengelolaan komunikasi publik, dengan strategi seperti berikut:8Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-18, April 2019

a) Iklan di media (berbayar)Iklan di media berupa kebijakan dan capaian kinerja sektor ESDM, namun alokasi iklandi media cenderung dengan biaya yang tinggi.b) Publikasi di media massa/online (tidak berbayar), meliputi:1) Menyebarkan siaran pers ke mediaMenyebarkan siaran pers ke media merupakan salah satu cara yang ditempuhKementerian ESDM untuk menyampaikan pemberitaaan kebijakan dan capaiankinerja sektor ESDM ke media.2) Situs web www.esdm.go.idPemberitaan di situs web www.esdm.go.id diharapkan dapat mendorong isu positif,seperti contoh isu gross split lebih baik dapat menggiring media memberitakan halpositif tentang kebijakan Kementerian ESDM.3) Konferensi pers/bincang persSalah satu cara untuk memberikan pemberitaan ke media dengan efektif adalahdengan konferensi pers/bincang pers dengan harapan dapat memberikan „asupan‟pemberitaan kepada media.4) Kunjungan kerja Menteri ESDM dengan wartawanKunjungan kerja Menteri dan Wakil Menteri bersama wartawan dilakukan untukmempererat hubungan baik, sehingga pemberitaan media massa cenderung bernadapositif.5) Publikasi senyapPublikasi senyap merupakan publikasi yang dilakukan melalui media chat Whatsappbaik itu melalui jalur pribadi maupun grup, yang dilakukan setiap hari.c) Publikasi di media sosial, seperti:1) Media sosialKementerian ESDM memiliki empat kanal media sosial, yaitu Facebook, Twitter,Instagram dan Youtube. Adanya peningkatan pengikut (followers) dari rentangwaktu Juni 2016 sampai dengan 14 Desember 2017, pada Juni 2017 hanya 14.766followers di Facebook dan Twitter, namun pada 14 Desember 2017 terdapat 748.817followers, apabila ditambah dengan media sosial unit-unit di lingkunganKementerian ESDM, totalnya menjadi 991.721 followers.Gambar 2.Capaian Pengikut Media Sosial Kementerian ESDM (Sumber: Soemanto, 2018).Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-8, April 20199

2) Temu NetizenTemu Netizen merupakan sarana pegiat media sosial bertemu denganKementerian ESDM, untuk saling berbagi informasi mengenai kebijakan dancapaian kementerian ESDM, sehingga para pegiat media sosial tersebut dapatmembantu menyebarluaskan kebijakan dan kinerja Kementerian ESDM.Menurut paparan Soemanto, sebagai contoh pada tanggal 1 Maret2017 dilaksanakan Temu Netizen dengan tema listrik EBT, dua belas Infografisdan satu artikel mengenai pengalihan subsidi listrik untuk pengembangan EnergiBaru Terbarukan. Tagar yang dipakai #EnergiTerbarukanTerjangkau di tweet danpost dengan total 437 post dari akun medsos KESDM dan K/L lain. Disebarkanpukul 14.00 – 18.00 WIB.Penyebaran Narasi Tunggal dibarengi dengan pelaksanaan Temu Netizen ke-3.Capaiannya sebanyak 1.226.049 reach dan 13.607.561 impression. Dengan hasiltagar #EnergiTerbarukanTerjangkau menjadi Trending Topic no. 1 di IndonesiaTrend selama pukul 18.00 – 18.30 WIB.Gambar 3.Infografis #EnergiTerbarukanTerjangkau (Sumber: Soemanto, 2018).10Jurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-18, April 2019

Gambar 4.Trending topic Twitter (Sumber: Soemanto, 2018).3) Narasi TunggalMenurut pengarahan Presiden kepada para pejabat Humas Kementerian, Lembaga,dan BUMN 2017 di Bogor yang dikutip Indarto, narasi tunggal yaitu, satukepahaman yang sama atas suatu isu, tidak berbeda substansi dan data antar lembaga.Harus aware dengan kebijakan lintas lembaga agar pernyataan yang dikeluarkantidak menyangkal pernyataan lembaga lain; dengan tujuan harus paham kebijakanpemerintah. Harus mampu menjelaskan, mampu mengelola isu-isu yang ada, janganterlambat.Narasi tunggal Kementerian ESDM didiseminasikan dengan materi berupa artikelpemberitaan dan materi kreatif berupa infografis, foto dan video kepada GPR,website www.esdm.go.id dan media sosial. Narasi tunggal Kementerian ESDM padatahun 2017 di antaranya ada empat isu, yaitu:i. Gross Split Lebih BaikGross Split Lebih Baik mempublikasikan kebijakan baru Pemerintah di sektorhulu Minyak Bumi dan Gas Bumi (Migas), yaitu agar lebih diketahui masyarakat,dengan menggunakan tagar #GrossSplitLebihBaik mampu menempati peringkatpertama pada trending topic Indonesia di Twitter dan tersebar ke 33 instansiPemerintahan.ii. Listrik Berbasis Energi Baru TerbarukanMenekankan kembali kebijakan lama Pemerintah yang berbasiskan padapemerataan dari pinggiran desa, meskipun tagar #EnergiTerbarukanTerjangkaumampu menempati peringkat pertama pada trending topic Indonesia, namunhanya tersebar ke 24 instansi Pemerintahan.iii. Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu HargaJurnal Borneo Administrator, Vol. 15 No. 1, 1-8, April 201911

Memfokuskan publikasi atas manfaat kebijakan baru Pemerintah di sektor hilirMigas, yaitu BBM Satu Harga, tagar #BBMBerkeadilan mampu menempatiperingkat pertama pada trending topic Indonesia dan tersebar ke 33 instansiPemerintahan.iv. Hemat Energi Potong 10%Menekankan kembali kebijakan lama Pemerintah yang berbasiskan padapemerataan dari pinggiran desa, tagar #Potong10% mampu menempati peringkatpertama pada trending topic Indonesia, dan tersebar ke 38 instansi Pemerintahan.Pada isu ini tidak terdapat materi kreatif hanya materi artikel.d) Focus Group Discussion, sosialisasi, Goes to

Pengelolaan komunikasi publik merupakan hal penting dalam sebuah pemerintahan. Implementasi kebijakan tentang pengelolaan komunikasi publik yang telah dibuat, sebagaimana pengelolaan komunikasi publik menjadi sarana penyampaian kebijakan Pemerintah, baik itu p

Related Documents:

Silabus : Komunikasi Bisnis (Praktek) Kode : KEU2012 SKS : 2 NO Pertemuan Bahan Kajian 1 I MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS a. Pengertian Komunikasi Bisnis b. Bentuk Dasar Komunikasi c. Proses Komunikasi d. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi e. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi 2 II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI a.

Daftar Isi ix Bab VEvaluasi Kebijakan Pendidikan 101 A. Konsepsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 101 B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 104 C. P ermasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 106 D. Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 108 E. Monitoring Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 109 F. Kriteria Evaluasi Program Kebijakan Pendidikan — 111

1. Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik mempunyai fungsi : a. penyusunan program kerja Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik; b. perumusan kebijakan teknis bidan

Modul e-learning Universitas Budi luhur Pengantar Ilmu komunikasi 1 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR Dr. Nawiroh Vera, M.Si. POKOK BAHASAN 1. Definisi-definisi komunikasi, 2. Karakteristik komunikasi, 3. Prinsip-prinsip Komunikasi, 4. Elemen-elemen komunikasi, 5. Fungsi komunikasi DEKRIPSI SINGKAT Mengapa manusia perlu berkomunikasi?

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH . Implementasi Kebijakan Publik . 30 3. Partisipasi Masyarakat Pada Implementasi . akan semakin besar partisipasi dan kontribusinya di sektor-sektor yang produktif; (4) dengan peningkatan program wajib belajar dari 6 ke 9 .

C. Analisis Kebijakan Kesehatan 12 D. Sistem Nasional Kesehatan Indonesia 16. BAB 2 METODE ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN 19. A.engertian Metode Analisis Kebijakan Kesehatan P 19 B. Metode Analisis Kebijakan Kesehatan 21 C. Pengaruh . Stakeholder. Terhadap Kebijakan . esehatan K 24 D.roses Analisis Kebijakan Kesehatan P 26

Manajemen komunikasi: bagaimana cara mengelola proses komunikasi. Komunikasi internal: komunikasi yang dilakukan dalam lingkup internal . pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan pengaduan; 2) Penyelenggara berkewajiban mengelola pengaduan yang berasal dari penerima pelayan

Taking responsibility for our own physical, emotional, mental and spiritual well-being can be a radical political act in these times where legislation and standardised medical practice often support or even create ill-health. Also, rapid cultural change has been facilitated through access to personal computer technology. It is now easy to find ‘alternative versions’ of events, both .