METODOLOGI STUDI ISLAM - UINSU

2y ago
99 Views
4 Downloads
856.85 KB
184 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Pierre Damon
Transcription

DIKTATMETODOLOGI STUDI ISLAMOLEH:Nurliana Damanik, MA.NIP. 197101152014112001FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARAMEDAN2018/2019

DIKTATMETODOLOGI STUDI ISLAMOLEH:Nurliana Damanik, MA.NIP. 197101152014112001KONSULTANProf. Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA.NIP. 19620814 199203 1 003FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARAMEDAN2018/2019

DAFTAR ISIHalamanDAFTAR ISIBAB IBAB IIBAB IIIBAB IVMETODE DAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI ISLAMA. Pengertian Metodologi1B. Pengertian Pendekatan2C. Ragam Pendekatan Dalam Memahami Agama2PENDEKATAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUANA. Pendahulun3B. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan4C. Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan5D. Langkah-Langkah Islamisasi Ilmu Pengetahuan7E. Pengaruh Gagaan Islamisasi Ilmu Pengetahuan8F. Pro dan Kontra Seputar Islamisasi Ilmu Pengetahuan12PENDEKATAN PENGETAHUAN ILMIAHA. Pendahuluan26B. Klasifikasi Pengetahuan Manusia281. Ilmu Alam282. Ilmu Sosial303. Ilmu Humaniora45PENDEKATAN ALQURANA. Pendahuluan52

B. Pengertian53C. Beberapa Istilah yang Bermakna Mirip56D. Nama-Nama Alquran59E. Nuzulul Quran60F. Kajian Alquran65G. Beberapa Pendekatan yang Digunakan (Tafsir,Takwil dan Terjemah)68H. Perkembangan Mutaakhirin dalam Pendekatan AlquranBAB VBAB VIPENDEKATAN ILMU HADISA. Pendahuluan80B. Definisi81C. Perkembangan Awal Studi Hadis84D. Pendekatan Studi Hadis (Sanad dan Matan)89E. Perkembangan Mutahir dalam Studi Hadis91F. Referensi yang Digunakan dalam Studi Hadis95G.Kontribusi dalam Studi Hadis98PENDEKATAN KALAMA. PendahuluanBAB VII76101B. Pengertian dan ruang Lingkup Pembahasan102C. Asal-Usul Sebutan Ilmu Kalam104D. Sebab-Sebab Lahirnya Ilmu Kalam106E. Ruang Lingkup Pembahasaan Ilmu Kalam109F. Aliran-Aliran Utama dan Pendekatannya107G. Perkembangan Mutahir dalam Studi Kalam127PENDEKATAN TASAWUFA. Pendahuluan132B. Pengertian Tasawuf, Sufi dan TarekatC. Sumber dan Perkembangan Pemikiran Tasawuf133139

D. Pariasi Praktek Tasawuf139E. Pendekatan Kajian Tasawuf142F. Tokoh dan Karya Utamanya150BAB VIII PENDEKATAN PEMIKIRAN FIKIHA. Pendahuluan 157B. Latar Belakang Timbulnya Pemikiran FikihC. Perbedaan Islam dan SyariatD. Corak Pendekatan Fikih158164165E. Mazhab-Mazhab pada Fikih167F. Implikasi bagi Dunia Islam 173BAB IX PENDEKATAN SEJARAHA. Pendahuluan 178B. Istilah Kunci180C. Historiografi Islam Pada Masa Awal183D. Sejarah Islam dan Sejarah Muslim188E. Pendekatan Utama dalam Studi SejarahF. Sejarawan Terkemuka dan Karya-KaryanyaDAFTAR BACAAN188195201

BAB IMETODE DAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI ISLAMDalam sebuah penelitian, kita harus berhadapan dengan berbagai permasalahanyang harus dipergunakan untuk memperjelas dasar, kerangka pikir dan methodilogiyang sesuai dengan penelitian itu sendiri, yakni pendekatan ( approaach).Pendekatan ini untuk kajian dalam sebuah penelitian menjadi penting kerenapenelitian apa yang dilakukan oleh seorang peneliti perlu memeliki kejelasanwilayah dan disiplin ilmunya. Kendatipun menggunakan bertbagai pendekantan,penelitian itu harus jelas disiplin apa yang dipakai, mengingat diera mederensekarang ini disiplin ilmu telah jenjadi sepesialisasi sehingga kita mau tidak mauharus melakukan identifikasi.Kajian keislaman (Islamic Studies) yang dilakukan oleh kaum orientalistidak terlepas pula pada pendekatan disiplin ilmu yang dipergunakan. Dikenaldalam kajian orientalis dimana para orientalis mulai sengat dalam kajianmengujudkan keristen sebagai agama orisinal dari Tuhan (sebagai agama wahyu)dengan pendekatan teoligis hingga mereka memiliki objek tivitas ilmiah. Salah satuupaya menuju objej tivitas ini dengan menentukan pendekatan kajian tertentu,seperti pendekatan sosiologis, antropologis, Fenomenologis, historis dan politis.Kemunculan ragam pendekatan kajian ini dalam hal keislaman ini tampaknya lebihdikernakan kondisi atau perubahan zaman yang meliputi setiap ruang dan waktu.Medel kajian keislaman dengan berbagai pendekatan ini dimanakan dengan studipendekatan multidisipliner (multisiplinier studies).A.Pengertian MetodologiIstilah motodologi berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos dan logos.Methodos berarti cara, niat dan selukbeluk yang berkaitang dengan upaya menyelesaikansesuatu. Sementara logos berarti ilmu pengetahuan, Cakrawala dan wawasan. Dengan

demikian, metodologi adalah pengetahuan tantang cara-cara yang berlaku dalam kajianatau penelitian.Selaian itu metodologi adalah pengetahuan tentang berbagai metode yangdipergunakan dalam pengetahuan. Louay Safi mendepenisikan metodologi sebagai bidangpengetahuan ilmiah yang berhubuangan dengan pembahasan tentang metode-metodeyang digunakan dalam mengkaji fenomena alam dan manusia, atau dengan redaksi yanglain, metedologi adalah bidang pengetahuan ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikandan menjelaskan aturan-aturan, prosudur-prosudur, methode ilmiahB.Pengertian PendekatanIstilah pendekatan merupakan kata terjemahan dari bahas inggris ”approach”. Maksudnyaadalah, suatu disiplin ilmu untuk dijakan landasan kajian sebuah studi atau penelitian.Pendekatam dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmukerena tujan utamapendekatan ini adalah untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologisyang dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri.Penentuan metode danpendekatan dalam sebuah penelitian adalah sebuah kebutuhan mendesak. Hal tersebutkerena dengan langkah penentuan itu berarti akan menjadi kejelasan langkah berikutnya.Pendapat yang dikemukan oleh Muhammad Muqim dalam buku metodologi reset padaagama islam menentukan arah penelitian dalam islam harus diawali pada penentuandisiplin ilmu yang dipergukan sebagai prespiktifnya, kemudian langkah berikukan barudapat ditentukan metodologinya.Atas dasar pemikirantersebut diatas, penting bagi kita ketika akan melaksanakanpenelitia untuk mentuan pendekatan, topik dan kerangka pemikiran sebagai sebuahwacana (discourse)C.Ragam Pedekatan dalam Memahami AgamaDewasa ini kehadiran agama semangkin dituntut agar ikut terlibat secara aktif didalammemecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidah boleh hanyasekadar lambang kesalehan atau terhenti sekedar disampaikan didalam khutbah,melainkan secara konsepsional harus menunjukan cara-cara yang palinh efektip dalammemecahakan masalah.

Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakalapemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan tiologisnormatifdilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan secara operasionalkonseptual dan dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama, yaitupendekatan tiologis normatif, antropologis, sosiologis, pesikologis, historis, kebudayaan,dan pendekatan pilosopis. Adapun yang dengan pendekatan disini adalah cara pandangatau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya dugunakan dalammemahami agama. Dalam hubungan ini Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agamadapat diteliti dengan menggunakan paradigma. Realitas agama keagamaan yangdiungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Keranaitu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian sosial, penelitian legalistik,atau penelitian pilosopis.

BAB IIISLAMISASI ILMU PENGETAHUANA. PendahuluanPeradaban Islam telah mencapai kemajuan ilmu dalam banyak bidangpada zaman permulaannya, yaitu pada kurun 9M. Sarjana Islam telah berhasilmenerjemah, menyaring, menyerap dan memadukan ilmu asing ke dalampandangan mereka berdasarkan alquran. Ilmu Pengetahuan yang merupakanjantung peradaban dan kebudayaan Islam telah membimbing umat Islam kearah puncak kegemilangannya. Bagaimanapun pada beberapa kurun berikutnya,daya keilmuan dan kekuatan umat Islam mulai pudar karena beberapa faktor.Malapetaka yang paling besar yaitu penyerangan Mongol yang dipimpin olehHulagu Khan ke Baghdad, sehingga memusnahkan perpustakaan danpembakaran buku-buku karya asli sarjana Islam. Tetapi terdapat juga faktorinternal, khususnya perselisihan dan konflik pemikiran diantara golongan umatIslam.Pengaruh pemindahan ilmu dari Andalusia ke Eropa, merangsang wargaEropa bangkit dan memelopori berbagai bidang ilmu. Mereka mengambil alihtongkat kepemimpinan intelektual dan fisikal dari umat Islam, khususnyasetelah Revolusi Industri. Konflik antara Gereja dan ahli Sains Baratmemunculkan perkembangan ilmu sekuler. Latar belakang sekulerisasi ilmuinilah yang mengundang perjuangan memurnikan kembali ilmu pengetahuan(Islamisasi Ilmu).B. Pengertian Islamisasi Ilmu PengetahuanDalam konteks modern, istilah "islamisasi ilmu" pertama kali digunakandan diperkenalkan oleh seorang sarjana Malaysia bernama Muhammad NaquibAl-Attas dalam bukunya yang berjudul "Islam and Secularism".MenurutNaquibAl-Attas, islamisasi ilmu pengetahuan, akan membebaskan umatIslam dari belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga timbul

keharmonian dan kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.Atas dasarini, ia mendefenisikan Islamisasi ilmu sebagai berikut, yakni:Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kulturnasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu pahamsekuler terhadap pemikiran dan bahasa Juga pembebasan dari kontroldorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadaphakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknyacenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuattidak adil terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentukasalnya yang tidak sekuat proses evolusi dan devolusi 1Gagasan Al-Atas ini disambut baik oleh seorang filosof Palestinabernama Ismail Al-Faruqi, dengan bukunya yang berjudul "Islamization ofKnowledge", sebagai respon terhadap gerakan di Malaysia yang bernama"Malaise of The Ummah". Ismail Raji’ Al-Faruqi, seorang sarjana muslimPalestina dengan spesialisasi filsafat, tinggal dan belajar, serta mengajar diAmerika Serikat (Temple University). Al-Faruqi menjelaskan defenisiIslamisasi ilmu sebagai berikut:usaha untuk mengacukan kembali ilmu yaitu, untuk mendefinisikankembali, menyusun ulang data, memikir kembali argumen danrasionalisasi berhubung data itu, menilai kembali kesimpulan dantafsiran membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yangmembolehkan disiplin itu memperkayakan visi dan perjuangan Islam. 2Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi dariIslamisasi ilmu pengetahuan tersebut, sebagaimana yang diungkapkan olehOsman Bakar, bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah program yangberupaya memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antaraIslam dengan sains modern sebelumnya.3 Progam ini menekankan padakeselarasan antara Islam dan sains modern tentang sejauhmana sains dapat1Syed M. Naquib al-Attas dalam Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophyand Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk, Filsafatdan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas (Bandung: Mizan, 1998), h. 336.2Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Pustaka, 1984), h. 36.3Osman Bakar, Tauhid dan Sains (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h. 233.

bermanfaat bagi umat Islam. Dan M. Zainuddin menyimpulkan bahwaIslamisasi pengetahuan pada dasarnya adalah upaya pembebasan pengetahuandari asumsi-asumsi Barat terhadap realitas dan kemudian menggantikannyadengan worldviewnya sendiri (Islam).4C. Tujuan Islamisasi Ilmu PengetahuanSecara umum, Islamisasi ilmu dimaksudkan untuk memberikan responpositif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan Islamyang "terlalu" religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh dan integraltanpa pemisahan di antaranya. Sebagai panduan untuk usaha tersebut, alFaruqi menggariskan satu kerangka kerja dengan lima tujuan dalam rangkaIslamisasi ilmu, tujuan yang dimaksud adalah:1.2.3.4.Penguasaan disiplin ilmu modern.Penguasaan khazanah warisan Islam.Membangun relevansi Islam dengan masing-masing disiplin ilmu modern.Memadukan nilai-nilai dan khazanah warisan Islam secara kreatif denganilmu-ilmu modern.5. Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapaipemenuhan pola rencana Allah.5Untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, al-Faruqi menyusun 12langkah yang harus ditempuh terlebih dahulu. Langkah-langkah tersebutadalah:1.Penguasaan disiplin ilmu modern: prinsip, metodologi, masalah, temadan perkembangannya.Survei disiplin ilmu.Penguasaan khazanah Islam: ontology.Penguasaan khazanah ilmiah Islam: analisis.Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.2.3.4.5.4M. Zainuddin, Filsafat Ilmu: Persfektif Pemikian Islam(Malang: Bayu Media, 2003), h.5Ismail Raji al-Faruqi, Ibid.,h. 98.160.

6.7.8.9.10.11.12.Penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan modern dan tingkatperkembangannya di masa kini.Penilaian secara kritis terhadap khazanah Islam dan tingkatperkembangannya dewasa ini.Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam.Survei permasalahan yang dihadapi manusia.Analisis dan sintesis kreatif.Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam.Penyebarluasan ilmu yang sudah diislamkan.6Tujuan islamisasi pengetahuan disampaikan oleh Davies (Sardar 2005)dalam tulisannya Rethingking Knowledge: Islamization and The Future, adalahmelahirkan berbagai disiplin yang merupakan produk alami dari pandangandunia dan peradaban islam, dan untuk itu digunakankan kategori dan gagasanislamisasi untuk menggambarkan tujuan, cita-cita, pemikiran, perilaku,persoalan, serta solusi masyarakat muslim.D. Langkah-Langkah Islamisasi Ilmu PengetahuanUntuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut alAttas, perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama ialahmelakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yangmembentuk kebudayaan dan peradaban Barat. Kedua, memasukan elemenelemen Islam dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmupengetahuan masa kini yang relevan.[28] Jelasnya, "ilmu hendaknya diserapkandengan unsur-unsur dan konsep utama Islam setelah unsur-unsur dan konseppokok dikeluarkan dari setiap ranting.Al-Attas menolak pandangan bahwa Islamisasi ilmu bisa tercapaidengan melabelisasi sains dan prinsip Islam atas ilmu sekuler. Usaha yangdemikian hanya akan memperburuk keadaan dan tidak ada manfaatnya selama"virus"nya masih berada dalam tubuh ilmu itu sendiri, sehingga ilmu yangdihasilkan pun jadi mengambang, Islam bukan dan sekulerpun juga bukan.Padahal tujuan dari Islamisasi itu sendiri adalah untuk melindungi umat Islamdari ilmu yang sudah tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan.6Ibid, h. 99-118.

Islamisasi ilmu dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian muslim yangsebenarnya sehingga menambah keimanannya kepada Allah, dan denganIslamisasi tersebut akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuataniman.7E. Pengaruh Gagasan Islamisasi Ilmu PengetahuanSejak digagasnya ideIslamisasi ilmu pengetahuan oleh paracendikiawan muslim dan telah berjalan lebih dari 30 tahun, jika dihitung dariSeminar Internasional pertama tentang Pendidikan Islam di Makkah pada tahun1977, berbagai respon terhadap islamisasi ilmu mulai bermunculan, baik yangmendukung ataupun menolak, usaha untuk merealisasikan pun secara perlahansemakin marak dan beberapa karya yang berkaitan dengan ide Islamisasi mulaibermunculan di dunia Islam. Al-Attas sendiri sebagai penggagas ide ini telahmenunjukkan suatu model usaha Islamisasi ilmu melalui karyanya, The Conceptof Education in Islam.Dalam teks ini beliau berusaha menunjukkan hubungan antara bahasadan pemikiran. Beliau menganalisis istilah-istilah yang sering dimaksudkanuntuk mendidik seperti ta'lim, tarbiyah dan ta'dib. Dan akhirnya mengambilkesimpulan bahwa istilah ta'dib merupakan konsep yang paling sesuai dankomprehensif untuk pendidikan. Usaha beliau ini pun kemudian dilanjutkanoleh cendikiawan muslim lainnya, sebut saja seperti Malik Badri (Dilema of aMuslim Psychologist, 1990); Wan Mohd Nor Wan Daud (The Concept ofKnowledge in Islam,1989); dan Rosnani Hashim (Educational Dualism inMalaysia: Implications for Theory and Practice, 1996).Al-Faruqi sendiri, setelah menggagas konferensi internasional I, tahun1977, yang membahas tentang ide Islamisasi ilmu pengetahuan di Swiss, iamendirikan International Institute of Islamic Thought (IIIT) pada tahun 1981 diWashington DC untuk merealisasikan gagasannya tentang Islamisasi tersebut,7Rosnani Hashim, Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan ArahTujuan, dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (Jakarta: INSIST, Thn II No.6/ JuliSeptember 2005), h. 29.

selain menulis buku Islamization of Knowledge. Konferensi lanjutan pundiadakan kembali pada tahun 1983 di Islamabad Pakistan yang bertujuan untuk(i) mengekspos hasil konferensi I dan hasil rumusan yang dihasilkan IIITtentang cara mengatasi krisis umat, juga (ii) mengupayakan suatu penelitiandalam rangka mengevaluasi krisis tersebut, dan juga mencari penyebab dangejalanya. Setahun kemudian diadakan lagi konferensi di Kuala Lumpur,Malaysia, dengan tujuan untuk mengembangkan rencana reformasi landasanberfikir umat Islam dengan mengacu secara lebih spesifik kepada metodologidan prioritas masa depan, dan mengembangkan skema Islamisasi masingmasing disiplin ilmu. Pada tahun 1987, diadakan konferensi IV di Khortum,Sudan, yang membahas persoalan metodologi yang merupakan tantangan danhambatan utama bagi terlaksananya program Islamisasi ilmu pengetahuan. 8Selain IIIT, beberapa institusi Islam menyambut hangat gagasanIslamisasi ilmu pengetahuan dan bahkan menjadikannya sebagai raison d'etreinstitusi tersebut, seperti International Islamic University Malaysia (IIUM) diKuala Lumpur, Akademi Islam di Cambridge dan International Institute ofIslamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Mereka secaraaktif menerbitkan jurnal-jurnal untuk mendukung dan mempropagandakangagasan ini seperti American Journal of Islamic Social Sciences (IIIT), TheMuslim Education Quarterly (Akademi Islam) dan al-Shajarah (ISTAC).9Walaupun demikian, setelah mengalami perjalanan yang cukup panjang,Islamisasi ilmu pengetahuan ini dinilai oleh beberapa kalangan belummemberikan hasil yang konkrit dan kontribusi yang berarti bagi umat Islam.Bahkan secara lugas editor American Journal of Islamic Social Sciences(AJISS) mengakui bahwa meskipun telah diadakan enam kali konferensimengenai pendidikan Islam, yaitu di Makkah (1977), Islamabad (1980), Dakka(1981), Jakarta (1982), Kairo (1985), dan Amman (1990), dan berdirinyabeberapa universitas yang memfokuskan pada Islamisasi pendidikan, namun8A. Khudori Soleh, Ide-Ide tentang Islamisasi Ilmu: Pengertian, Perkembangan danRespon, dalam Inovasi, Majalah Mahasiswa UIN Malang, Edisi 22 Th.2005, h. 27-28.9Adnin Armas, Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Islamiah: Majalah Pemikiran danPeradaban Islam (Jakarta: INSIST, Thn II No.6/ Juli-September 2005), h. 33.

hingga saat ini, tugas untuk menghasilkan silabus sekolah, buku-buku teks, danpetunjuk yang membantu guru di sekolah belum dilakukan.10Dan berdasarkanidentifikasi Hanna Djumhana Bastaman, setelah cukup lama berkembang,Islamisasi melahirkan beberapa bentuk pola pemikiran, mulai dari bentuk a. agakyaitumenyamakan begitu saja konsep-konsep yang berasal dari agama, padahalbelum tentu sama; 2) Paralelisasi, yaitu menganggap paralel konsep yangberasal dari sains karena kemiripan konotasinya, tanpa mengidentikkankeduanya; 3) Komplementasi, yaitu antara sains dan agama saling mengisi dansaling memperkuat satu sama lain dengan tetap mempertahankan eksistensinyamasing-masing; 4) Komparasi, yaitu membandingkan konsep/teori sains dengankonsep/wawasan agama mengenai gejala-gejala yang sama; 5) Induktifikasi,yaitu asumsi-asumsi dasar dari teori-teori ilmiah yang didukung oleh temuantemuan empirik dilanjutkan pemikirannya secara teoritis-abstrak ke arahpemikiran metafisik, kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip agama danal-Quran mengenai hal tersebut; dan 6) Verifikasi, yaitu mengungkapkan hasilhasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenaran ayat-ayatal-Quran.Jika dicermati, keenam pola pemikiran yang diidentifikasi Bastaman diatas, masih menampakkan jurang pemisah antara keduanya, agama yang padadasarnya bersumber dari keimanan yang bersifat metafisik tidak begitu sajadapat dihubungkan dengan ilmu pengetahuan yang lebih bercorak empirik danmerupakan produk akal dan intelektual manusia. Walau demikian, pola-polapemikiran tersebut harus tetap dihargai sebagai upaya untuk Islamisasi ilmupengetahuan.F. Pro dan Kontra seputar Islamisasi Ilmu Pengetahuan10Wan Mohd Nor Wan Daud, Ibid.,h. 399-400.Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 32-33.11

Menurut Al-Attas tantangan terbesar terhadap gagasan Islamisasi Ilmupengetahuan timbul dari golongan umat Islam itu sendiri. Tantangan berikutnyaadalah kedangkalan umat Islam terhadap agamanya sendiri. Menurutnyagolongan intelektual Islam sendiri tidak memahami Islam dengan sebaiknya.Diskursus seputar Islamisasi ilmu pengetahuan ini telah begitu lamamenebarkan perdebatan penuh kontroversi di kalangan umat Islam.Semenjak dicanangkannya sekitar 30 tahun yang lalu, berbagai sikapbaik yang pro maupun yang kontra terus bermunculan. Satu pihak denganpenuh antusias dan optimisme menyambut momentum ini sebagai awalrevivalisme (kebangkitan) Islam. Namun di pihak lain menganggap bahwagerakan "Islamisasi" hanya sebuah euphoria sesaat untuk mengobati "sakit hati"dan inferiority complex (rasa rendah diri yang berlebihan) karena ketertinggalanmereka yang sangat jauh dari peradaban Barat, sehingga gerakan ini hanyamembuang-buang waktu dan tenaga dan akan semakin melemah seiringperjalanan waktu dengan sendirinya.Usaha kearah proses Islamisasi ilmu pengetahuan menghadapi beberapatantangan, khususnya justru dari kalangan cerdik pandai Islam sendiri. Merekaterdiri dari beberapa golongan. Rosnani Hashim12 membagi kelompok inimenjadi empat golongan. Pertama, golongan yang sependapat dengan gagasanini secara teori dan konsepnya dan berusaha untuk merealisasikan danmenghasilkan karya yang sejalan dengan maksud Islamisasi dalam disiplin ilmumereka. Kedua, golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dankonsep tetapi tidak mengusahakannya secara praktis.Ketiga, golongan yang tidak sependapat dan sebaliknya mencemooh,mengejek dan mempermainkan gagasan ini.Dan keempat, kalangan yang tidakmempunyai pendirian terhadap isu ini.Mereka lebih suka mengikutiperkembangan yang dirintis oleh sarjana lainnya atau pun mereka tidakmemperdulikannya. Untuk golongan kedua dan keempat tidak akan dibahas disini karena tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap perkembangan12Rosnani Hashim,Ibid.,h. 40.

Islamisasi ilmu pengetahuan, pembahasan akan lebih difokuskan pada golonganpertama dan ketiga.Aktivitas golongan pertama mempunyai peranan yang sangat pentingdalam rangka mengokohkan dan memurnikan kembali konsep Islamisasi ilmuini walaupun mereka saling mengkritik ide satu sama lain, tetapi itudimaksudkan untuk merekonstruksinya bukan mendekontruksi. Sebut saja S.A.Ashraf yang melakukan kritik terhadap al-Faruqi yang “ingin penyelidikandilakukan dilakukan terhadap konsep Barat dan Timur, membandingkannyamelalui subjek yang terlibat dan tiba kepada satu kompromi kalaumemungkinkan.” Pada fikirannya, kompromi merupakan sesuatu yang mustahilterhadap dua pandangan yang sama sekali berbeda. Tidak seharusnya bagisarjana muslim memulai dengan konsep Barat tetapi dengan konsep Islam yangdirumuskan berdasarkan prinsip yang dinukil dari al-Quran dan al-Sunnah.13Namun dalam pandangan Syed Hossein Nasr, integrasi yang diinginkanal-Faruqi bukan saja sesuatu yang mungkin tetapi juga perlu untuk dilakukan.Menurutnya, para pemikir muslim seharusnya memadukan berbagai bentukilmu dalam kerangka pemikiran mereka. Bukan hanya menerima, tetapi jugamelakukan kritik dan menolak struktur dan premis ilmu sains yang tidak sesuaidengan pandangan Islam dan kemudian menuliskannya kedalam sebuah bukusebagaimana yang pernah dilakukan Ibnu Sina atau Ibnu Khaldun di masalalu.[41]Kritik lainnya dilakukan oleh Ziauddin Sardar, pemikir muslim dariInggris, yang beranggapan bahwa program Islamisasi ilmu pengetahuanmerupakan sesuatu yang naif dan dangkal. Beliau mengkhawatirkan gagasangerakan Islamisasi ini nantinya malah menghasilkan deislamisasi (westernisasi)Islam. Sardar pesimis akan kemampuan para ilmuwan muslim untukmemadukan ilmu Islam dengan ilmu Barat karena di antara keduanya terdapatperbedan paradigma yang mencolok.141314Ibid, h. 41.M. Zainuddin, Ibid., h. 160.

Hal ini merupakan reaksi ketidaksetujuan Sardar terhadap al-Faruqiyang meletakkan penguasaan ilmu pengetahuan modern sebagai langkahpertama mendahului penguasaan ilmu warisan Islam dan menjelaskan relevansiIslam kepada disiplin ilmu Barat. Tindakan ini dianggap Sardar tak ubahnyaseperti “berselonjor sebelum duduk” atau seperti “menempatkan kereta di depankuda”. Menurutnya, ilmu pengetahuan modernlah yang perlu dijadikan relevankepada Islam sebab Islam adalah “a priori relevan untuk setiap masa”.15Merupakan suatu yang sangat fatal jika mementingkan adanya relevansiIslam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern, itu hannyaakan membuat kita terjebak ke dalam “Westernisasi Islam” denganmenjustifikasi kepada pembenaran ilmu Barat sebagai standar dan mendominasiperkembangan ilmu pengetahuan secara makro.Sardar berargumen bahwa semua ilmu dilahirkan dari pandangantertentu dan dari segi hirarki tunduk kepada pandangan tersebut. Oleh karenaitu, usaha untuk menemui epistemologi tidak boleh diawali dengan memberitumpuan kepada ilmu modern, karena Islamisasi ilmu modern hanya bisa terjadidengan membina paradigma yang mengkaji aplikasi luar peradaban Islam yangberhubungan dengan keperluan realitas kontemporer. 16 Jika tetap bertahan padacorak berpikir seperti itu berarti hanya sebatas mengeksploitasi ilmupengetahuan Islami namun tetap menggunakan corak berpikir Barat. Karena itu,Sardar mengajak bahwa Islamisasi ilmu bagaimanapun juga harus bertitik tolakdari membangun epistemologi Islam sehingga benar-benar menghasilkan sistemilmu pengetahuan yang dibangun di atas pilar-pilar ajaran Islam.17Gerakan Islamisasi ini juga mendapat dukungan dari Jaafar Syeikh Idris,seorang ulama Sudan yang pernah mengajar di Universitas King Abdul Azis,Arab Saudi. Idris menyarankan agar para cendikiawan muslim membawapandangan Islam ke dalam bidang dan karya akademis mereka dalam rangka15Rosnani Hashim, Ibid., h. 40.Ibid.17Muhammad Djakfar, Islamisasi Ilmu Pengetahuan: Peluang dan Tantangan UIN Malang,dalam M.Zainuddin dkk. (ed), Memadu sains dan Agama: menuju Universitas Islam Masa Depan(Malang: Bayumedia, 2004), h. 83-84.16

evolusi sosial Islam.18 Dan ketika slogan Islamisasi ilmu pengetahuan menjadisangat popular, pada 1987, Syeikh Idris menulis sebuah artikel yangmengingatkan agar beberapa masalah filsafat dan metodologi yang seriusditetapkan terlebih dahulu sebelum program Islamisasi yang berarti dapatdilaksanakan. Ia mengajukan beberapa pertanyaan sebagai panduan untukmenuju ke arah Islamisasi ilmu tersebut, Syeikh Idris mempersoalkan tentang;1) Apakah makna mengislamkan Ilmu?; 2) Apakah ilmu pengetahuan itubersifat possible?; 3) Apakah semua ilmu pengetahuan itu dipelajari atausebagiannya bawaan sejak lahir?; 4) Apakah sumber-sumber ilmu pengetahuanitu?; 5) Apakah metode ilmiah an-jawabanterhadapnya bisa lebih sistematis dibandingkan penulis-penulis lainnya,termasuk Ismail Raji al-Faruqi. Dan dalam pandangannya juga, ilmupengetahuan masa kini adalah “ilmu pengetahuan yang berada dalam kerangkafilsafat ateis materialis yang berlaku di Barat”, yang memungkinkan bagi umatIslam untuk mengislamkannya. Untuk itu Syeikh Idris mengusulkan agarmengislamkan ilmu pengetahuan dengan (i) meletakkannya diatas fondasi Islamyang kuat, dan (ii) mempertahankan nilai-nilai Islam dalam pencarian ilmupengetahuan.19Di Indonesia sendiri ada beberapa tokoh yang mendukung Islamisasiilmu pengetahuan, seperti AM. Saifuddin. Menurutnya, Islamisasi adalah suatukeharusan bagi kebangkitan Islam, karena sentral kemunduran umat dewasa iniadalah keringnya ilmu pengetahuan dan tersingkirnya pada posisi yang rendah.Hal senada diungkapkan Hanna Djumhana Bastaman, dosen psikologi UIJakarta. Hanya saja beliau memperingatkan bahwa gagasan ini merupakanproyek besar sehingga perlu kerjasama yang baik dan terbuka di antara parapakar dari berbagai disiplin ilmu agar terwujud sebuah sains yang berwajahIslami.2018Wan Mohd Nor Wan Daud, Ibid.,h. 414.Ibid., h. 415-416.20A. Khudori Soleh, Ibid., h. 28.19

Maraknya perkembangan pemikiran seiring dengan lahirnya gagasanIslamisasi ilmu pengetahuan ini, bukan berarti semua umat Islam sepakatterhadap ide tersebut. Mereka percaya bahwa semua ilmu itu sudah Islami,sebab yang menjadi sumber utamanya adalah Allah SWT sendiri. Sehinggamereka sangsi dengan pelabelan Islam atau bukan Islam pada segala ilmu.Sebut saja dalam hal ini Fazlur Rahman, Muhsin Mahdi, Abdul Karim Soroush,Bassan Tibi, Hoodbhoy dan Abdul Salam.Menurut Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karenatidak ada yang salah di dalam ilmu pengetahuan. Masalahnya hanya dalammenyalahgunakannya.21 Dan bahkan ia berkesimpulan bahwa "kita tidak perlubersusah payah membuat rencana dan bagan bagaimana menciptakan ilmupengetahuan Islami. Lebih baik kita manfaatkan waktu, energi dan uang untukberkreasi."22 Bagi Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan itu memiliki dua kualitas,“seperti senjata dua sisi yang harus dipegang dengan hati-hati dan penuhtanggung jawab, ia sangat penting digunakan dan didapatkan secara benar.”Baik dan buruknya ilmu pengetahuan bergantung pada kualitas moralpemakainya.23Abdul Salam, pemenang anugerah Nobel fisika berpand

metodologi studi islam oleh: nurliana damanik, ma. nip. 197101152014112001 konsultan prof. dr. h. hasan bakti nasution, ma. nip. 19620814 199203 1 003 fakultas ushuluddin dan studi islam universitas

Related Documents:

4 Metodologi Studi Islam dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan demikian, titik tekan utamanya terletak pada ajaran Islam 2 yang sepenuhnya diambil dari Al-Qur’an dan Hadis secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang

Wacana Metodologi Studi Islam di Indonesia studi Islam di Indonesia. Dengan demikian, buku ini tidak bermaksud mewakili semua atau memuat semua gagasan, karena hal itu tidak mungkin dilakukan dalam t

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Pertama kami mengucapkan segala puji . dari penuntut ilmu dengan judul Metodologi Studi Islam Gerbang Moderasi Beragama. Metodologi Studi Islam (MSI) menjadi salah satu mata kuliah

dibuktikan melalui buku-bukunya antara lain, Ilmu Pendidikan Islam, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Filsafat Pendidikan Islam,Metodologi Studi Islam, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Perspektif Islam t

KATA PENGANTAR Dewasa ini kajian tentang Islam Nusantara sangat banyak diminati tidak hanya oleh orang Islam di Nusantara saja tetapi juga oleh orang-rang Islam Luar Negeri. Studi Islam Nusantara, berkaitan dengan ajaran atau nilai Islam secara dogmatis dan aplikatif yang berm

Contoh Silabus dan RPS SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam Kode : SKS : 2 SKS Program Studi : Pendidikan Agama Islam Bahan Ajar: 1.Urgensi perkuliahan PSI 2 Urgensi agama bagi manusia 3. Studi agama sebagai Suatu Disiplin Pengetahuan 4. Esensi dan karakteristik ajaran Islam 5. Dasar dan Sumber ajaran Islam 6. Pengertian dan urgensi ijtihad dalam ajaran Islam 7. Sejarah perkembangan .

karunia-Nya, buku ajar Pengantar Studi Islam ini bisa hadir sebagai buku panduan perkuliahan mahasiswa di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. Buku perkuliahan ini disusun sebagai salah satu sarana pembelajaran pada mata kuliah Pengantar Studi Islam. Secara paket penting meliputi; 1) Studi Islam dan Prob

astm a266/a266m-13 342, 345 astm a333/a333m-13 246, 249 astm a334/a334m-04a (2010) 246, 249 astm a485-14 628 astm a508/a508m-14 343, 346 astm a537/a537m-13 115, 125 astm a541/a541m-05 (2015) 342, 345 1a asme sa-508/sa-508m 342, 345 asme sa-541/sa-541m 342, 345 astm a508/a508m-14 343, 346 astm a541/a541m-05 (2015) 342, 345 1cr12 gb 1220-92 519, 522 gb 3280-92 438, 440 gb 4226-84 519 gb 4237-92 .