Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, Dan Pembelajaran)

2y ago
103 Views
2 Downloads
377.47 KB
12 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mia Martinelli
Transcription

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)Diksi pada Kuliah Umum EtikaFranz Magnis Suseno S.J. Serta ImplikasinyaOlehWidiyawatiSumartiBambang RiadiFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampunge-mail: widiyawatix@gmail.comABSTRACTThe aimed of this research was to describe the used of diction in stadium general ofethic from Prof. Dr. Franz Magnis Suseno S.J and its implication to learningIndonesia language at Senior High School. The method of the research wasqualitative descriptive method. Based on the overall analysis, the author concludedthat the diction in stadium general of ethic from Prof. Dr. Franz Magnis Suseno S.J.on Youtube consisted of 331 denotative words, 132 connotative words which covered88 positive connotative words and 44 negative connotative words and context. Theimplication of diction in learning Indonesia language in Senior High School was thestudy material at the first grade students of the odd semester about making expositiontext by using structure and aspect of language.Keywords : diction, learning, stadium general of ethic on youtube.ABSTRAKTujuan penelitian untuk mendeskripsikan penggunaan diksi pada kuliah umum etikaProf. Dr. Franz Magnis Suseno S.J. serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasaIndonesia di SMA. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, penulis menyimpulkan bahwapenggunaan diksi pada kuliah umum etika Prof. Dr. Franz Magnis Suseno S.J. diYoutube terdapat 331 kata bermakna denotasi, 132 kata bermakna konotasi, meliputi88 kata bermakna konotasi positif dan 44 kata bermakna konotasi negatif sertakonteksnya. Implikasi penggunaan diksi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia diSMA yaitu materi pembelajaran siswa kelas X semester ganjil tentang mengkontruksiteks eksposisi dengan struktur dan aspek kebahasaan.Kata kunci : diksi, pembelajaran, kuliah umum etika di youtube.Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 1

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)PENDAHULUANPendidikan dalam perguruan tinggitidak terlepas dari kegiatan pembelajaran yang disebut dengan sistemperkuliahan. Kuliah pada umumnyadiberikan dosen kepada mahasiswanyadi dalam kelas dengan peserta yangterbatas. Kuliah tersebut dikenaldengan istilah kuliah konvensional.Mengikuti perkembangan di bidangpendidikan, saat ini perguruan tinggitengah mengembangkan konsep perkuliahan baru yang disebut sebagaikuliah umum atau stadium general.Kuliah umum merupakan ceramahtentang masalah tertentu yang bolehdihadiri oleh mahasiswa dari berbagaijurusan (KBBI, 2008: 753).Kuliah umum merupakan kegiatanyang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan komunikasi. Dalam hal inimeliputi komunikasi antara pembicaraoleh ahli dengan peserta kuliah umumataupun sebaliknya. Kegiatan komunikasi haruslah berjalan denganlancar agar efektif dan komunikatif.Kesalahan dalam berkomunikasi jugamerupakan hal yang fatal dilakukandalam penyampaian materi pada kuliahumum.Diksi yang digunakan oleh seseorangtidak ditempatkan secara asal atausembarangan, tetapi dipilah agarinformasi yang ingin disampaikanlebih mengena pada sasaran. Banyakkata yang dimiliki oleh suatu bahasa,termasuk bahasa Indonesia, bentuknyaberbeda, tetapi memiliki kemiripanmakna. Kata-kata yang demikian itusering disebut kata bersinonim. Disamping itu, dalam setiap bahasa jugaterdapat beberapa kata yang ketikadigunakan terkesan biasa-biasa sajadan ada yang terkesan atau mengundang emosi. Menghadapi hal yangdemikian itu, seseorang dituntut untukmampu menggunakannya agar lebihefektif. Pemilahan, pemilihan, danpenempatan kata ketika seseorangsedang berbahasa itulah yang disebutdiksi (Fuad, 2005: 62).Dalam penelitian ini tidak membahasseluruh satuan-satuan bahasa. Kajiandalam penelitian ini adalah padasatuan berwujud kata. Pada satuanberwujud kata, fokus kajian adalahpada bentuk maknanya.Untuk dapat memahami apa yangdisebut makna atau arti, perlu menolehkembali kepada teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussuremengenai tanda linguistik. MenurutSaussure setiap tanda terdiri dari duaunsur, yaitu (1) yang diartikan(signified) dan (2) yang mengartikan(signifier). Sesuatu yang diartikan(signified) sebenarnya tidak lain padakonsep atau makna dari sesuatu tandabunyi dan yang mengartikan (signifier)itu adalah tidak lain daripada bunyibunyi itu, yang terbentuk dari fonemfonem bahasa yang bersangkutan. Jadi,dengan kata lain setiap tanda linguistikterdiri atau unsur bunyi dan unsurmakna. Kedua unsur ini adalah unsurdalam bahasa (intralingual) yangbiasanya merujuk/mengacu kepadasuatu referen yang merupakan unsurluar bahasa (ekstralingual) (Chaer,2009: 29). Kata bermakna meliputikata bermakna denotasi dan konotasi.Makna denotasi sering disebut sebagaimakna sebenarnya (Chaer, 2009:65).Sebuah kata disebut mempunyai mak-Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 2

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)na konotasi apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positifmaupun negatif. (Chaer, 2009:65).Konotasi atau makna konotatif disebutjuga makna konotasional, maknaemotif, atau makna evaluatif. Maknakonotasi adalah suatu jenis maknadimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional.Peneliti memiliki ketertarikan terhadapdiksi yang menjadi topik penelitian.Hal inilah yang mendasari penelitimengambil topik tersebut. Penelititertarik melakukan penelitian mengenai diksi pada kuliah umum RomoMagnis untuk mengetahui bagaimanakah diksi pada kuliah umum etikaFranz Magnis Suseno S.J. sertaimplikasinya terhadap pembelajaranbahasa Indonesia di SMA.Kajian yang dilakukan oleh peneliti inisejalan dengan kurikulum 2013 matapelajaran bahasa Indonesia pada aspekkebahasaan khususnya keterampilanmenulis. Contoh kompetensi inti dankompetensi dasar yang sejalan denganpenelitian ini ialah Kompetensi Inti 3dan 4 dengan Kompetensi Dasar 3.4menganalisis struktur dan aspekkebahasaan teks eksposisi dan 4.4mengonstruksikan teks eksposisi dengan memerhatikan isi (permasalahan,argumen, pengetahuan, dan rekomendasi), struktur dan aspek kebahasaan.Berdasarkan keseluruhan pertimbangan di atas, penelitian ini pentinguntuk dilakukan karena penelitian inisangat bermanfaat untuk dijadikansebagai referensi dan bahan ajar bagipembelajaran di sekolah maupun dilembaga lainnya.Hasil penelitian ini memiliki duamanfaat, yaitu memperkaya ilmupengetahuan, terutama mengenai kajian kebahasaan, serta menambahkhazanah kebahasaan dan hasilpenelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatifbahan pembelajaran memahami pilihan kata serta mengkaji pilihan katatersebut.METODE PENELITIANTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan diksi padakuliah umum etika oleh Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J, maka perludigunakan suatu metode untukmencapai tujuan penelitian tersebut.Penelitian menggunakan pedekatankualitatif dengan metode deskriptifdan teknik yang digunakan dalampengumpulan data adalah teknikdokumentasi, teknik simak bebas libatcakap dan teknik catat.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang pentinguntuk memahami suatu fenomenasosial dan prespektif individu yangditeliti. Tujuan pokoknya adalahmenggambarkan, mempelajari, danmenjelaskan fenomena itu (Syamsudindan Damayanti, 2011: 74).Pendekatankualitatifmemilikibeberapa metode, salah satunyametode deskriptif. Metode deskriptifmerupakan metode yang menggambarkan ciri-ciri data secara akuratsesuai dengan sifat alamiah itu sendiri.Data-data yang dikumpulkan bukanlahangka-angka, dapat berupa kata-kataatau gambaran sesuatu (Djajasudarma,Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 3

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)2010: 16). Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan atau menguraikan suatufenomena sosial dan prespektif yangditeliti.3.Pada penelitian digunakan pendekatandeskriptif dengan metode kualitatif,karena mendeskripsikan penggunaandiksi pada pada umum etika oleh Prof.Dr. Franz Magnis Suseno S.J.Sumber data pada penelitian ini berupadiksi yang digunakan pada kuliahumum etika oleh Prof. Dr. FranzMagnis Suseno S.J. Data penelitianberupa kata yang bermakna denotasidan konotasi.Data dikumpulkan berdasarkan syaratketepatan pilihan kata yakni bentukkata dan makna menurut Keraf (2006:88-89).1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari dua katayang mempunyai makna yang miripsatu sama lain, kita harus menetapkan mana yang akan digunakanuntuk mencapai maksudnya. Kalauhanya pengertian dasar yangdiinginkan, kita harus memilih katayang denotatif. Kalau kita menghendaki reaksi emosional tertentu,kita harus melilih kata konotatifsesuai dengan sasaran yang akandicapai.2. Membedakan dengan cermat katayang hampir bersinonim. Kata yangbersinonim tidak memiliki distribusi yang saling melengkapi. Olehkarena itu, penulis atau pembicaraharus berhati-hati memilih kata darisekian sinonim yang ada untukmenyampaikan apa yang diinginkan4.5.6.sehingga tidak timbul interprestasiberlainan.Membedakan dengan cermat katakata yang mirip dengan ejaannya.Bila penulis sendiri tidak mampumembedakan kata yang miripejaannya itu, maka akan membawaakibat yang tidak diinginkan, yaitusalah paham. Kata-kata yang miripdalam tulisannya itu misalnya:bahwa-bawa-bawah, interferensiinferensi, karton-kartun, preposisiproposisi, korporasi-koperasiHindarilah kata ciptaan sendiri.Bahasa selalu tumbuh dan berkembangsesuaidenganperkembangan dalam masyarakat.Perkembangan bahasa pertamatama tampak dari pertambahanjumlah kata baru. Namun hal itutidak berarti bahwa setiap orangboleh menciptakan kata baruseenaknya. Kata baru biasanyamuncul untuk pertama kali karenadipakai oleh orang-orang terkenalatau pengarang terkenal. Bilaanggota masyarakat lain menerimakata-kata itu , maka kata itu lamakelamaan akan menjadi milikmasyarakat. Neologisme atau katabaru, atau penggunaan sebuah katalama dengan makna dan fungsiyang baru termasuk dalam kelompok ini.Waspadalah dengan penggunaanakhiran asing, terutama kata asingyang mengandung akhiran asingtersebut. Perhatikan penggunaan:favorable-favorite, kultur-kultural.Kata kerja yang menggunakan katadepan harus digunakan secaraidiomatis: ingat akan bukan ingatterhadap; berharap, berharap akan,mengharapkan bukan mengharapakan; berbahaya bagi; mem-Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 4

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)bahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu; takutakan, menakuti sesuatu (lokatif).7. Untuk menjamin ketepatan diksi,penulis atau pembicara harusmembedakan kata umum dan katakhusus. Kata khusus lebih tepatmenggambarkan sesuatu dari kataumum.8. Menggunakan kata-kata indriayang menunjukan persepsi yangkhusus.9. Memperhatikan perubahan maknayang terjadi pada kata-kata yangsudah dikenal.10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.Berdasar pada 10 butir syarat ketepatan diksi, butir 1 yang dijadikanacuan penelitian karena relatif banyakdata dalam kuliah umum meliputi katabermakna denotasi dan konotasi.Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah teknikanalisis teks. Teknik tersebut merupakan teknik yang digunakan untukmendeskripsikan diksi yang digunakanpada kuliah umum etika Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J. yang dianalisis berdasarkan kata bermaknadenotasi dan kata bermakna konotasi.Teknik analisis data penelitian sepertiyang dipaparkan berikut ini.1. Mengunduh video kuliah umumetika Prof. Dr. Franz MagnisSuseno S.J. di Youtube.2. Mentranskripsikan video kuliahumum etika Prof. Dr. Franz MagnisSuseno S.J.3. Menentukan kata yang bermaknadenotasi.4. Menentukan kata yang bermaknakonotasi.5. Mengklasifikasi setiap jenis katayang bermakna denotasi dankonotasi dengan kode-kode tertentu.6. Mengidentifikasi makna kata denotasi dan konotasi beserta konteksyang melatarinya.7. Menginterpretasi penggunaan setiapkata yang bermakna denotasi dankonotasi beserta konteks yang melatarinya.8. Menyimpulkan hasil penelitian.9. Mengimplikasikan hasil penelitianterhadap pembelajaran bahasaIndonesia di SMA pada KD 3.4menganalisis struktur dan aspekkebahasaan teks eksposisi dan KD4.4 mengonstruksikan teks eksposisi dengan memerhatikan isi(permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi), strukturdan aspek kebahasaan.HASIL DAN PEMBAHASANHasilBerdasarkan kuliah umum etika Prof.Dr. Franz Magnis Suseno S.J. mengenai kritik atas etika Kantian ImmanuelLevinas, Robert Spaemann, IrisMurdoch, Carol Gilligan di Youtubeterdapat 463 kata bermakna denotasidan konotasi. Data kata kuliah umumetikayangbermaknadenotasiberjumlah 331 kata dengan persentase71,5%, sedangkan kata bermaknakonotasi berjumlah 132 denganpersentase 28,5%. Hal ini membuktikan bahwa kuliah umum etikaProf. Dr. Franz Magnis Suseno S.J.cenderung menggunakan kata bermakna denotasi.Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 5

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)Dari hasil penelitian diketahui bahwapemilihan kata yang berdasarkan diksibermaknadenotasicenderungdigunakan dalam kuliah umum etikaRomo Magnis. Kecenderungan penggunaan kata bermakna konotasi padakuliah umum karena Romo Magnishanya ingin menyampaikan informasikepada mitra tutur, dalam hal inikhususnya bidang ilmiah. Penggunaankata bermakna konotasi yang digunakan meliputi kata bermaknakonotasi positif, kata bermaknakonotasi negatif, dan kata bermaknakonotasi netral.PembahasanKata bermakna denotasi cenderungdigunakan oleh Romo Magnis dalamtuturannya pada kuliah umum etikadibandingkan dengan kata bermaknakonotasi. Romo Magnis menggunakankata bermakna denotasi karena penuturhanya ingin menyampaikan informasiberupa makna dasarnya saja tanpa adanilai rasa yang menyebabkan responsberupa reaksi emsional tertentu darimitra tutur.Penggunaan kata bermakna denotasiserta kata bermakna konotasi baikkonotasi positif dan konotasi negatiftidak terlepas dari konteks yangmelatari. Hal ini karena bahasa dankonteks merupakan dua hal yang tidakdapat dipisahkan dan memiliki kaitanyang erat. Bahasa memerlukan konteksuntuk memperjelas maksud danmaknanya, sedangkan konteks akanmemiliki makna jika terdapat tindakberbahasa di dalamnya.Konteks pada tuturan dalam kuliahumum Romo Magnis meliputi setting,participants, ends, act sequence, keys,instrumentalities dan norm. Agar hasilpenelitian dapat dipahami denganmudah dan lugas, pembahasan disertaidengan contoh data. Contoh data yangdisediakan mempermudah pemahamanmengenai penggunaan kata, baik katayang bermakna denotasi maupunbermakna konotasi. Untuk memperjelas hasil penelitian mengenaipenggunaan kata yang bermaknadenotasi dan konotasi, dipaparkanhasil penelitian beserta contohnyasebagai berikut.1. Kata Bermakna DenotasiMakna denotasi (sering juga disebutmakna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihatdari sudut yang lain) pada dasarnyasama dengan makna referensial sebabmakna denotasi ini lazim diberipenjelasan sebagai makna yang sesuaidengan hasil observasi menurutpenglihatan, penciuman, pendengaran,perasaan, atau pengalaman lainnya.Jadi, makna denotasi ini menyangkutinformasi-informasi faktual objektif.Lalu karena itu makna denotasi seringdisebut sebagai makna sebenarnya(Chaer, 2009:65).Contoh (1)Hari ini saya diminta bicaramengenai etika kepedulian yangjuga merupakan kritik terhadapKant. (Dt-1/Dn-1/EK)Kata „hari‟ pada contoh (1) bermaknadenotasi. Kata tersebut tidak mengandung perasaan atau nilai rasa tertentu.Kata „hari‟ mengandung makna dasar,makna asli, atau makna pusat.Penggunaan kata ‘hari’ dalam tuturanProdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 6

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)Romo Magnis tidak mengharapkannilai rasa maupun respon berupa reaksiemosional tertentu. Kata „hari’ hanyamenyampaikan makna dasarnya saja.Dalam KBBI halaman 483, hari adalahwaktu dari pagi sampai pagi lagi (yaitusatu edaran bumi pada sumbunya, 24jam).Penggunaan „hari’ dalam tuturan padacontoh (1) merupakan kata yang bermakna denotasi. Berdasarkan konteksdan kaitannya dengan tuturan tersebut,„hari’ yang dimaksud adalah hari saatkuliah umum etika diselenggarakan.Kata tersebut tidak memiliki nilai rasabaik nilai rasa positif maupun nilairasa negatif, sehingga kata tersebutmerupakan kata bermakna denotasi.Penggunaan kata „hari’ dalam contoh(1) menjadikan tuturan tersebut secaratepat tersampaikan kepada mitra tuturmengenai arti atau makna dasar darikata tersebut. Hal ini menjelaskanbahwa kata ‘hari’ merupakan katabermakna denotasi.Tuturan pada contoh (1) didukung olehunsur-unsur konteks yang melatarinyauntuk menambah kejelasan makna/situasi yang berhubungan denganpembicaraan tersebut. Unsur-unsurkonteks tersebut dipaparkan sebagaiberikut.1. SettingTuturan tersebut terjadi saat kuliahumum etika Romo Magnis yangdiselenggarakan di Galeri Saliharadengan durasi sepanjang 01:29:35(satu jam dua puluh sembilan menittiga puluh lima detik).2. PartisipantsPenutur dalam peristiwa tutur kuliahumum etika adalah Prof. Dr. FranzMagnis Suseno S.J. serta beberapamahasiswa perguruan tinggi yanghadir di Galeri Salihara. Romo Magnisadalah seorang guru besar filsafat yangakan menjadi pembicara utama atauyang akan memberikan kuliah umummengenai kritik atas etika KantianImmanuel Levinas, Robert Spaemann,Iris Murdoch, Carol Gilligan. Mahasiswa yang ada dalam kuliah tersebuttidak hanya sebagai pendengar tetapisekaligus mitra tutur yang aktif.Mahasiswa diberikan kesempatan danwaktu agar dapat bertanya kepadaRomo Magnis sehingga terjadilahperistiwa tutur antara penutur danmitra tutur.3. EndsRomo Magnis dalam tuturannya yangdisampaikan pada kuliah umum etika,ia berusaha menjelaskan kepada mitratutur bahwa pada hari tersebut iadiminta untuk berbicara mengenaietika kepedulian di depan mitratuturnya yang merupakan mahasiswaperguruan tinggi.4. Act sequencesBentuk tuturann Romo Magnis dalamkuliah umum etika adalah sebagaiberikut. “Hari ini saya diminta bicaramengenai etika kepedulian yang jugamerupakan kritik terhadap Kant”5. KeysTuturan tersebut disampaikan denganjelas dan penuh semangat di depanmitra tuturnya yang hadir pada kuliahumum tersebut.6. InstrumentalitiesSaluran dalam peristiwa tutur tersebutmenggunakan ragam lisan.7. NormDalam kuliah umum etika penyampaian materi disampaikan oleh Prof.Dr. Franz Magnis Suseno S.J. sebagaiseorang guru besar filsafat sekaligusProdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 7

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)pembicara utama dalam kuliah umumtersebut. Dalam kuliah umum tersebut,para mitra tutur atau mahasiswa tidakhanya menjadi mitra tutur yang pasif,tetapi dapat menjadi mitra tutur yangaktif. Bukan hanya mendengarkan,mereka juga dapat mengajukanpertanyaan kepada Romo Magnisdengan memberikan interupsi terlebihdahulu.8. GenresRegister khusus yang dipakai dalamperistiwa ini adalah ragam bahasaresmi. Tampak dalam kata “hari inisaya diminta bicara mengenai etikakepedulian yang juga merupakan kritikterhadap Kant”. Penggunaan katadalam peristiwa tutur tersebut menggunakan ragam bahasa resmi. Hal inikarena dalam kuliah umum merupakanforum resmi sehingga bahasa resmilebih pantas digunakan dibandingkandengan ragam tidak resmi. Ini jugadipengaruhi oleh penutur dan mitratutur adalah orang terpelajar. Bahasaragam resmi akan lebih mudahmenyampaikan apa yang ingindisampaikan dalam peristiwa tuturpada kuliah umum etika Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J.2. Kata Bermakna KonotasiSebuah kata disebut mempunyaimakna konotasi apabila kata itumempunyai “nilai rasa”, baik positifmaupun negatif (Chaer, 2009:65).Berdasarkanhasilpenelitianditemukan 132 kata bermakna konotasidiantaranya 88 kata bermakna konotasipositif dan 44 kata bermakna konotasinegatif.Pembahasan mengenai kata bermaknakonotasi akan dipaparkan denganbeberapa contoh data. Contoh dataguna memperjelas pemahaman mengenai hasil penelitian penggunaan katabermakna konotasi yang meliputi katabermakna konotasi positif dan katabermakna negatif pada kuliah umumetika Romo Magnis. Hal ini dapat kitatemukan dalam tulisan berikut.2.1 Kata Berkonotasi PositifSebuah kata disebut mempunyaimakna konotasi apabila kata itumempunyai “nilai rasa”, baik positifmaupun negatif (Chaer, 2009:65). Jikakata memiliki nilai rasa positif makadisebut konotasi positif.Contoh (1)Kohlbergmeninggalsepuluh tahun yang lalu.(Dt-5/Knp-3/EK)sekitarPenggunaan kata ‘meninggal’ padacontoh (1) merupakan kata yangbermakna konotasi positif. Hal inikarena kata ‘meninggal’ mengandungnilai rasa positif. Kata ‘meninggal’pada contoh (1) merupakan kata yangmemiliki makna konotasi positifkarena ketika menggunakan katatersebut akan muncul reaksi emosionalberupa nilai rasa yang positifdibandingkan dengan penggunaan kata‘mati’ yang memiliki makna leksikalyang sama.Kata ‘meninggal’ tidak hanya mengandung makna dasar, makna asli, ataumakna pusat, tetapi memiliki nilairasa. Dalam KBBI halaman1468,meninggal adalah mati, berpulang.Berdasarkan konteks dan kaitannyadengan tuturan tersebut, ‘meninggal’memiliki nilai rasa yang positifdibandingkan dengan kata ‘mati’ yangmempunyai makna leksikal yangProdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 8

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)sama. Penggunaan kata ‘meninggal’dalam contoh (1) menjadikan tuturantersebut memiliki nilai rasa yangpositif.Tuturan pada contoh (1) didukung olehunsur-unsur konteks yang melatarinyauntuk menambah kejelasan makna/situasi yang berhubungan denganpembicaraan tersebut. Unsur-unsurkonteks tersebut dipaparkan sebagaiberikut.1. SettingTuturan tersebut terjadi saat kuliahumum etika Romo Magnis yangdiselenggarakan di Galeri Saliharadengan durasi sepanjang 01:29:35(satu jam dua puluh sembilan menittiga puluh lima detik).2. PartisipantsPenutur dalam peristiwa tutur kuliahumum etika adalah Prof. Dr. FranzMagnis Suseno S.J. serta beberapamahasiswa perguruan tinggi yanghadir di Galeri Salihara. Romo Magnisadalah seorang Guru Besar Filsafatyang akan menjadi pembicara utamaatau yang akan memberikan kuliahumum mengenai kritik atas etikaKantian Immanuel Levinas, RobertSpaemann, Iris Murdoch, CarolGilligan. Mahasiswa yang ada dalamkuliah tersebut tidak hanya sebagaipendengar tetapi sekaligus mitra tuturyang aktif. Mahasiswa diberikankesempatan dan waktu agar dapatbertanya kepada Romo Magnissehingga terjadilah peristiwa tuturantara penutur dan mitra tutur.3. EndsRomo Magnis dalam tuturannya yangdisampaikan pada kuliah umum etika,ia berusaha menjelaskan kepada mitratutur bahwa orang yang nyawanyatelah hilang adalah Kolhberg.4. Act sequencesBentuk tuturann Romo Magnis dalamkuliah umum etika adalah sebagaiberikut. “Kohlberg meninggal sekitarsepuluh tahun yang lalu.”5. KeysTuturan tersebut disampaikan denganjelas dan penuh semangat di depanmitra tuturnya yang hadir pada kuliahumum tersebut.6. InstrumentalitiesSaluran dalam peristiwa tutur tersebutmenggunakan ragam lisan.7. NormDalam kuliah umum etika penyampaian materi disampaikan oleh Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J. sebagaiseorang guru besar filsafat sekaliguspembicara utama dalam kuliah umumtersebut. Dalam kuliah umum tersebut,para mitra tutur atau mahasiswa tidakhanya menjadi mitra tutur yang pasif,tetapi dapat menjadi mitra tutur yangaktif. Bukan hanya mendengarkan,mereka juga dapat mengajukan pertanyaan kepada Romo Magnis denganmemberikan interupsi terlebih dahulu.8. GenresRegister khusus yang dipakai dalamperistiwa ini adalah ragam bahasaresmi. Tampak dalam kata “Kohlbergmeninggal sekitar sepuluh tahun yanglalu”. Penggunaan kata dalam peristiwa tutur tersebut menggunakanragam bahasa resmi. Hal ini karenadalam kuliah umum merupakan forumresmi sehingga bahasa resmi lebihpantasdigunakandibandingkandengan ragam tidak resmi. Ini jugadipengaruhi oleh penutur dan mitratutur adalah orang terpelajar. Bahasaragam resmi akan lebih mudahProdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 9

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)menyampaikan apa yang ingindisampaikan dalam peristiwa tuturpada kuliah umum etika Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J.2.2 Kata Berkonotasi NegatifSebuah kata disebut mempunyaimakna konotasi apabila kata itumempunyai “nilai rasa”, baik positifmaupun negatif. (Chaer, 2009:65). Jikakata memiliki nilai rasa negatif makadisebut konotasi negatif.Contoh (1)Berlaku juga pada kucing, padaanjing, misalnya binatang apapuntanpa alasan yang betul-betulproposional, tidak boleh dibikinmenderita juga jangan dibunuh.(Dt-207/Knn-39/EK)Penggunaan kata ‘dibikin’ pada contoh(1) merupakan kata yang bermaknakonotasi negatif. Hal ini karena kata‘dibikin’ memberi nilai rasa negatif.Kata ‘dibikin’ pada contoh (1) merupakan kata yang memiliki maknakonotasi negatif karena ketikamenggunakan kata tersebut akanmuncul nilai rasa yang negatifdibandingkan dengan penggunaan kata‘dibuat’ yang merupakan padanannya.Kata ‘dibikin’ tidak hanya mengandung makna dasar, makna asli, ataumakna pusat tetapi mengandungmakna tambahan yang memiliki nilairasa. Dalam KBBI halaman 191, bikinadalah buat. Penggunaan kata ‘dibikin’dalam tuturan pada contoh (1)merupakan kata yang bermaknakonotasi negatif. Berdasarkan konteksdan kaitannya dengan tuturan tersebut,‘dibikin memiliki nilai rasa yang lebihnegatif dibandingkan dengan kata„dibuat’ yang mempunyai maknaleksikal yang sama. Penggunaan kata‘dibikin’ dalam contoh (1) menjadikantuturan tersebut memiliki nilai rasayang negatif.Tuturan pada contoh (1) didukung olehunsur-unsur konteks yang melatarinyauntuk menambah kejelasan makna/situasi yang berhubungan denganpembicaraan tersebut. Unsur-unsurkonteks tersebut dipaparkan sebagaiberikut.1. SettingTuturan tersebut terjadi saat kuliahumum etika Romo Magnis yangdiselenggarakan di Galeri Saliharadengan durasi sepanjang 01:29:35(satu jam dua puluh sembilan menittiga puluh lima detik).2. PartisipantsPenutur dalam peristiwa tutur kuliahumum etika adalah Prof. Dr. FranzMagnis Suseno S.J. serta beberapamahasiswa perguruan tinggi yanghadir di Galeri Salihara. Romo Magnisadalah seorang Guru Besar Filsafatyang akan menjadi pembicara utamaatau yang akan memberikan kuliahumum mengenai kritik atas etikaKantian Immanuel Levinas, RobertSpaemann, Iris Murdoch, CarolGilligan. Mahasiswa yang ada dalamkuliah tersebut tidak hanya sebagaipendengar tetapi sekaligus mitra tuturyang aktif. Mahasiswa diberikankesempatan dan waktu agar dapatbertanya kepada Romo Magnissehingga terjadilah peristiwa tuturantara penutur dan mitra tutur.3. EndsRomo Magnis dalam tuturannya yangdisampaikan pada kuliah umum etika,ia bertanya mengenai perlakuanProdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 10

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)kepada hewan dan larangan membuatnya menderita.4. Act sequencesBentuk tuturann Romo Magnis dalamkuliah umum etika adalah sebagaiberikut. “Berlaku juga pada kucing,pada anjing, misalnya binatang apapuntanpaalasanyangbetul-betulproposional, tidak boleh dibikinmenderita juga jangan dibunuh.”5. KeysTuturan tersebut disampaikan denganjelas dan penuh semangat di depanmitra tuturnya yang hadir pada kuliahumum tersebut.6. InstrumentalitiesSaluran dalam peristiwa tutur tersebutmenggunakan ragam lisan.7. NormDalam kuliah umum etika penyampaian materi disampaikan oleh Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J. sebagaiseorang guru besar filsafat sekaliguspembicara utama dalam kuliah umumtersebut. Dalam kuliah umum tersebut,para mitra tutur atau mahasiswa tidakhanya menjadi mitra tutur yang pasif,tetapi dapat menjadi mitra tutur yangaktif. Bukan hanya mendengarkan,mereka juga dapat mengajukanpertanyaan kepada Romo Magnisdengan memberikan interupsi terlebihdahulu.8. GenresRegister khusus yang dipakai dalamperistiwa ini adalah ragam bahasaresmi. Tampak dalam kata “Berlakujuga pada kucing, pada anjing,misalnya binatang apapun tanpaalasan yang betul-betul proposional,tidak boleh dibikin menderita jugajangan dibunuh.”. Penggunaan katadalamperistiwatuturtersebutmenggunakan ragam bahasa resmi.Hal ini karena dalam kuliah umummerupakan forum resmi sehinggabahasa resmi lebih pantas digunakandibandingkan dengan ragam tidakresmi. Ini juga dipengaruhi olehpenutur dan mitra tutur adalah orangterpelajar. Bahasa ragam resmi akanlebih mudah menyampaikan apa yangingin disampaikan dalam peristiwatutur pada kuliah umum etika Prof. Dr.Franz Magnis Suseno S.J.SIMPULAN DAN SARANSimpulanBerdasarkan pada data, hasil, dananalisisnya, diketahui bahwa diksiyang digunakan pada kuliah umumetika Prof. Dr. Franz MagnisSuseno S.J. terdiri atas kata bermaknadenotasi dan konotasi. Adapun uraianmasing-masing diksi tersebut dipaparkan berikut ini.a. Penggunaan kata bermakna denota-si berjumlah 331 kata. Kata denotasi digunakan oleh penutur dalamkuliahumumetikauntukmenyampaikan informasi berupamakna dasarnya tanpa nilai rasa danserta menghendaki reaksi emosionaldari mitra tuturnya.b. Penggunaan kata bermakna konotasi berjumlah 132 kata denganrincian 88 kata bermakna konotasipositif dan 44 kata bermaknakonotasi negatif. Kata bermaknakonotasi digunakan oleh penuturdalam kuliah umum karena penuturmenghendakiadanyaresponsberupa reaksi emosional dari mitratuturnya.c. Hasil penelitian dapat diimplikasikan pada pembelajaran BahasaIndonesia di SMA pada KD 3.4Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas LampungHalaman 11

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran)menganalisis struktur dan aspekkebahasaan teks eksposisi dan4.4 mengonstruksikan tekseksposisi dengan memerhatikan isi(permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi), strukturdan aspek kebahasaan.SaranBerdasarkan hasil penelitian, penulismenyarakan hal-hal sebagai berikut.1. Hendaknya penggunaan diksi/pemilihan kata selalu menyesuaikankonteks diksi yang ada, agar pesanpada peristiwa tutur tersebuttersampaikan dan dipahami olehpendengarnya (mitra tutur).Chaer, Abdul. 2009. PengantarSemantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.Syamsyudin dan Damayanti

etika Prof. Dr. Franz Magnis Suseno S.J. di Youtube. 2. Mentranskripsikan video kuliah umum etika Prof. Dr. Franz Magnis Suseno S.J. 3. Menentukan kata yang bermakna denotasi. 4. Menentukan kata yang bermakna konotasi. 5. Mengklasifikasi setiap jenis kata yang berm

Related Documents:

E. Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia di SD 12 1. Pengertian Apresiasi Sastra 12 2. Kegiatan Apresiasi Sastra 13 3. Tingkat-tingkat apresiasi sastra 15 F. Tahap Pembelajaran Apresiasi Sastra di SD 15 G. Konsep Dasar Sastra dan Manfaat Sastra dalam Pendidikan 18 . KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA iii BAB III 28 FONOLOGI 28

8) S-1 Pend. Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 9) S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia 10) S-1 Ilmu Perpustakaan 11) S-1 Pendidikan Bahasa Inggris 12) S-1 Bahasa dan Sastra Inggris 13) S-1 Pendidikan Bahasa Arab 14) S-1 Pendidikan Bahasa Jerman 15) S-1 Pendidikan Bahasa Mandarin 16) S-1 Pendidikan Seni Rupa 17) S-1 Pendidikan Seni Tari dan Musik

pendekatan sosiologi Sastra 3. Analisis puisi dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra 5% 13 Mahasiwa mampu memahami: 1. Konsep pendekatan Kritik Sastra Feminis 2. Jenis-jenis Kritik Sastra Feminis 1. Latar belakang munculnya kritik sastra feminis 2. Pengertian kritik sastra feminis Ekspositori penugasan, tanya jawab 150 menit Ketepatan dalam menjelaskan: 1. Konsep pendekatan Kritik Sastra Feminis 2. Jenis-jenis 5%

Silabus Bahasa dan Sastra Indonesia 4. Pedoman Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 5. Model-Model Pembelajaran 6. Panduan Muatan Lokal 7. Panduan Penilaian Tujuan Modul bimbingan teknis ini bertujuan untuk: 1. Mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan .

kita mengenal ada penelitian filologi, sastra bandingan, sosiologi sastra, psikologi sastra, hermeneutika, strukturalisme, antropologi sastra, resepsi sastra, feminisme, sastra lisan, poskolonial, studi budaya, dan lain-lain. Banyaknya jenis penelitian membuat masing-masing penelitian memiliki metode dan teknik yang berbeda pula.

psikologi dan sastra, juga di bagian mana kedua disiplin ilmu itu akan bertemu, sehingga melahirkan pedekatan atau tipe kritik sastra yang disebut psikologi sastra. B. Hubungan antara Psikologi dan Sastra 1. Psikologi Sebelum menguraikan hubungan antara psikologi dan sastra, yang melahirkan pendekatan psikologi sastra,

kata dalam pembelajaran bahasa Arab (Harun & Maimun Aqsha Lubis, 2015), dan aspek saiz dalam pembelajaran kosa kata (Harun & Zawawi, 2014). Aspek pengajaran kosa kata Arab pula didapati kurang diberi tumpuan meluas berbanding bahasa-bahasa lain seperti bahasa Inggeris dan bahasa Melayu. Kajian pengajaran kosa kata juga banyak dijalankan

Di samping itu, bahasa dan sastra Indonesia memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai penciri khusus budaya dan karakter bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, penguatan karakter bangsa Indonesia sangat strategis dilaksanakan melalui pelestarian, pewarisan, dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. . dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Haryadi .