Efektivitas Model Problem Based Learning Ditinjau Dari .

3y ago
12 Views
2 Downloads
386.00 KB
12 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jacoby Zeller
Transcription

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 105ISSN: 2338-1183Efektivitas Model Problem Based Learning Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis SiswaDwi Permatasari1, Sri Hastuti Noer 2, Agung Putra Wijaya 21Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UnilaFKIP Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandarlampung1e-mail: dwi1366@gmail.com/Telp: 6285267256622Received: February 14 th, 2019Accepted: February 15 th, 2019Online Published: March 29th, 2019Abstract: The effectiveness of the Problem Based Learning Model Viewed fromStudents’ Mathematical Communication Skills. This research aimed to examinethe effectiveness of the problem based learning model in terms of studentsmathematical communication skills. The population of this research was all theeighth grade students of SMP Negeri 22 Bandar Lampung in the odd semester ofthe 2018/2019 academic year as many as 329 student’s which distributed in 11classes. The samples of this research were students of VIII-G as many as 30student’s and VIII-K as many as 30 student’s class which were chosen bypurposive sampling technique. This research used the nonequivalent pretestposttest control group design. The research data was obtained through essay testsof mathematical communication skills in material of linear equations system withtwo variables. Data of this research used Mann-Whitney U test and Binomial Signtest. The conclusion of this research was the problem based learning model wasnot effective in term of students mathematical communication skills, but themathematical communication skills of the students who taught by problem basedlearning was higher than students who taught by conventional learningKeywords: conventional, mathematical communication, problem based learningAbstrak: Efektivitas Model Problem Based Learning Ditinjau dariKemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Penelitian ini bertujuan untukmengkaji efektivitas model problem based learning ditinjau dari kemampuankomunikasi matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelasVIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019sebanyak 329 siswa yang terdistribusi dalam sebelas kelas. Sampel penelitian iniadalah siswa kelas VIII G sebanyak 30 siswa dan VIII K sebanyak 30 siswa yangdipilih dengan teknik purposive sampling. Desain yang digunakan adalah thenonequivalent pretest posttest control group design. Data penelitian diperolehmelalui tes kemampuan komunikasi matematis yang berbentuk uraian pada materisistem persamaan linear dua variabel. Analisis data penelitian ini menggunakanuji Mann-Whitney dan uji Tanda Binomial. Kesimpulan dari penelitian iniadalah model problem based learning tidak efektif ditinjau dari kemampuankomunikasi matematis siswa, akan tetapi kemampuan komunikasi matematissiswa yang mengikuti problem based learning lebih tinggi daripada siswa yangmengikuti pembelajaran konvensional.Kata kunci: komunikasi matematis, konvensional, problem based learning

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 106ISSN: 2338-1183PENDAHULUANPada hakikatnya, manusiamembutuhkan pendidikan yang berkualitas sebagai bekal untuk menghadapi tantangan di masa depan.Pendidikan yang maju dan berkembang dapat dicapai jika setiappelaku pendidikan memegang teguhtujuan pendidikan nasional. Adapuntujuan pendidikan nasional dalamUndang-Undang Sistem PendidikanNasional Nomor 20 tahun 2003 adalah mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatanjasmani dan rohani, kepribadian yangmandiri, serta menjadi warga negarayang demokratis dan bertanggungjawab.Dalam rangka mewujudkanpendidikan yang berkualitas, pendidikan formal dilaksanakan secaraterstruktur dan berjenjang dimulaidari pendidikan usia dini, dasar, menengah, hingga tinggi. Jenjang pendidikan menengah menyelenggarakan suatu pendidikan untuk melanjutkan pendidikan dasar, menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuanmenciptakan hubungan timbal balikdengan lingkungan sosial dan budayaserta mengembangkan kemampuanlebih lanjut dalam pendidikan tinggi.Salah satu mata pelajaran yangdiajarkan di sekolah adalah matematika. Matematika menggunakansimbol-simbol, ekspresi, dan tata bahasa yang tepat. Penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukansebagai peran besar dalam berbagaiperkembangan ilmu pengetahuan.Oleh karena itu, matematika adalahsalah satu pembelajaran yang utamapada setiap jenjang pendidikan dansetiap siswa harus menguasaipelajaran matematika dengan baik.Pembelajaran matematika seharusnya memfasilitasi siswa mengembangkan berbagai kemampuandan keterampilan. PermendikbudNomor 58 Tahun 2014 menyatakanketerampilan matematika yang perludimiliki siswa adalah: (1) memahamikonsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah (2)menggunakan penalaran pada poladan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (3) memecahkan masalahyang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang modelmatematika, menyelesaikan modeldan menafsirkan solusi yang diperoleh dan (4) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalamkehidupan, yaitu memiliki rasa ingintahu, perhatian, dan minat dalammempelajari matematika, serta sikapulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (5) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Selain itu, Dewi Susanto, dan Nurcholif(2015: 25) memamparkan lima keterampilan proses yang harus dimiliki siswa dalam kegiatan belajar matematika berdasarkan National Council of Teacher Mathematic (NCTM),salah satunya adalah kemampuan komunikasi (communication).Pada kenyataannya, kemampuan komunikasi matematis siswaIndonesia berada pada level rendah.Hal ini dikemukakan oleh Rahmawati (2016: 2) menyatakan hasilpenelitian Trends in International

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 107ISSN: 2338-1183Mathematics and Science Study(TIMSS), Indonesia berada padaperingkat ke 45 dari 50 negara,dengan skor 397 di bawah skor ratarata 500. Skor ini terbilang rendahjika dibandingkan dengan Negaralain di kawasan Asia Tenggara. Analisis butir soal yang dilakukan menunjukkan bahwa siswa Indonesiakesulitan dalam menyelesaikan soalyang memerlukan integrasi informasi, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan yang dimiliki. Dalam menyelesaikan soaltersebut, diperlukan kemampuan komunikasi matematis, yaitu, kemampuan siswa mentransformasi simbolmatematika ke dalam bahasa atausebaliknya serta kemampuan untukmenafsirkan masalah yang berkaitandengan kehidupan nyata yang masihtergolong rendah.Rendahnya kemampuan komunikasi disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Ahmad (2014: 101),salah satu faktornya adalah siswa Indonesia lemah dalam mengorganisasiserta menyimpulkan infomasi, membuat generalisasi dan memecahkanmasalah non rutin. Kemudian Muzayyanah (2009: 302) mengemukakanbahwa salah satu faktor penyebabnyaadalah guru menerapkan pembelajaran yang kurang efektif. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (teacher center)sehingga siswa kurang terlibat aktifdalam pembelajaran. Selama pembelajaran, siswa hanya mencatat jawaban soal yang telah dibahas tanpamengetahui maknanya. Pembelajarnyang terpusat pada guru mengakibatkan partisipasi siswa tidakmuncul. Hal ini kurang memberi stimulus siswa untuk mengembangkankemampuan komunikasi matematisnya, sehingga ketika diberikan soalyang penyelesaiannya membutuhkankemampuan komunikasi matematis,siswa masih belum dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam mengomunikasikan ide-ide yang dimiliki kurangberkembang secara optimal.Masalah ini juga terjadi diSMPN 22 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara pada hariSenin, 5 dan 6 Maret 2018 denganguru matematika di SMPN 22 Bandar Lampung, pembelajaran matematika cenderung masih menggunakanmodel konvensional yang terpusatpada guru dan kurang melatih siswauntuk menyampaikan serta mengekspresikan gagasan dan idenya dalam bahasa matematis yang tepat.Hal tersebut menyebabkan kemampuan komunikasi matematis siswaSMPN 22 Bandar Lampung masihrendah. Langkah-langkah yang biasadigunakan guru dalam mengajaryaitu: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-contoh soal, dan meminta siswa mengerjakansoal-soal latihan yang terdapat dalambuku paket yang guru gunakan dalammengajar kemudian membahasnyabersama siswa.Untuk menyikapi masalah tersebut, dibutuhkan suatu upaya untukmengembangkan kemampuan komunikasi matematis. Salah satu upayayang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran yangmemberi kesempatan kepada siswauntuk membangun sendiri pengetahuan melalui masalah yang berkaitanlangsung dengan kehidupan seharihari. Menurut Kamdi (2007: 77),salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan komunikasimatematis adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning(PBL). Pada model PBL, siswa dilibatkan untuk berusaha memecahkanmasalah melalui beberapa tahap me-

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 108ISSN: 2338-1183tode ilmiah, sehingga mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitandengan keterampilan dalam memecahkan masalah. Langkah-langkahPBL menurut menurut Arends(Nafiah dan Suyanto, 2014: 130)adalah mengorientasi siswa padamasalah, mengorganisasi siswa untukbelajar, membimbing pengalamanindividual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,serta menganalisis dan mengevaluasiproses pemecahan masalah.Langkah-langkah PBL sesuaidengan pendekatan saintifik danmampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkankemampuan komunikasi matematis.Pada langkah orientasi masalah, siswa dituntut untuk dapat menginterpretasikan masalah ke dalam ekspresimatematika. Pada langkah menyajikan hasil karya, siswa dituntut untukdapat menyajikan karya dengan menulis simbol atau bahasa matematikadalam penyelesaian dengan baik danbenar. Selanjutnya, pada tahap analisis dan evaluasi, siswa dilatih untukmenulis dan mengetahui ekspresimatematis yang benar.Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji efektivitas model PBL ditinjaudari kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 22 BandarLampung.METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran2018/2019 di SMPN 22 BandarLampung. Populasi penelitian iniadalah seluruh siswa kelas VIIISMPN 22 Bandar Lampung yang terdistribusi dalam 11 (sebelas) kelasyaitu kelas VIII A hingga VIII K.Teknik yang digunakan dalam pegambilan sampel adalah teknik pur-posive sampling, terpilih kelas VIIIG dan VIII K sebagai sampel. Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukansecara random, terpilih kelas VIII Gsebagai kelas kontrol yang mengikutipembelajaran konvensional dan kelasVIII K sebagai kelas eksperimenyang mengikuti PBL.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang terdiri dari satu variabel bebas dan satuvariabel terikat. Variabel bebasnyaadalah model pembelajaran sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis.Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the nonequivalentpretest-posttest control group design.Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: tahappersiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Data penelitian ini adalahdata kuantitatif kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh menggunakan teknik tes. Tes komunikasimatematis dilakukan dua kali padakelas eksperimen dan kelas kontrol.Pemberian tes berguna untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran.Untuk mendapatkan data yangakurat, instrumen tes yang digunakandalam penelitian ini harus memenuhikriteria tes yang baik, yaitu: valid, reliabel, daya pembeda dengan interpretasi minimal cukup serta tingkatkesukaran dengan interpretasi tidakterlalu sukar dan tidak terlalu mudah.Instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah dinyatakan memenuhi kriteria reliabilitas, tingkatkesukaran dan daya pembeda yangditentukan. Dengan demikian, soaltes kemampuan komunikasi matematis sudah layak digunakan untukmengumpulkan data.

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 109ISSN: 2338-1183Setelah dilakukan tes padaawal dan akhir pembelajaran, datayang diperoleh kemudian dianalisisuntuk mendapatkan skor peningkatan(gain) pada kedua kelas. Analisis inibertujuan untuk mengetahui besarnyapeningkatan kemampuan komunikasimatematis siswa yang mengikutiPBL dan pembelajaran konvensional.Sebelum melakukan analisis ujihipotesis, dilakukan uji prasyaratyaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji prasyarat, diperoleh bahwa data gaintidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan analisis tersebut, maka uji hipotesis yangdilakukan adalah Uji Mann-WhitneyU dan uji proporsi dengan Uji TandaBinomial.HASIL DAN PEMBAHASANData awal kemampuan komunikasi matematis siswa disajikanpada Tabel 1.Tabel 1. Statistik Data AwalKemampuan KomunikasiMatematis ngan:Pemb. Pembelajaran̅ Rata-ratas Simpangan BakuSR Skor TerendahST Skor TertinggiP PBLK KonvensionalBerdasarkan Tabel 1, rata-ratauntuk skor awal kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional le-bih tinggi dari skor awal kemampuan komunikasi matematis siswayang mengikuti PBL. Simpanganbaku untuk skor kemampuan komunikasi matematis awal siswa yangmengikuti pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yangmengikuti PBL. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran skor awalkemampuan komunikasi matematissiswa yang mengikuti pembelajarankonvensional lebih beragam dibandingkan dengan siswa yang mengikuti PBL.Data akhir kemampuan komunikasi matematis siswa disajikanpada Tabel 2.Tabel 2. Statistik Data Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis rkan Tabel 2, rata-rataskor akhir kemampuan komunikasimatematis siswa pada kelas PBLlebih tinggi daripada rata-rata skorakhir kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Skor tertinggisiswa pada PBL lebih tinggi daripadasiswa pada pembelajaran konvensional. Skor terendah siswa padaPBL lebih tinggi dari siswa padapembelajaran konvensional. Selainitu, simpangan baku pada kelas yangmengikuti PBL lebih tinggi daripadasimpangan baku pada kelas yangmengikuti pembelajaran konvensional, artinya penyebaran skor kemampuan komunikasi matematis siswayang mengikuti PBL lebih beragamdaripada kemampuan komunikasimatematis siswa yang mengikutipembelajaran konvensional.

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 110ISSN: 2338-1183Adapun rekapitulasi data gainyang diperoleh dari kelas denganPBL dan kelas dengan pembelajarankonvensional disajikan pada tabel 3.Tabel 3. Statistik Gain KemampuanKomunikasi Matematis ,70Keterangan:GR Gain TerendahGT Gain TertinggiData gain kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh dariselisih antara skor kemampuan awal(pretest) dan skor kemampuan akhir(posttest) kemudian dibagi denganselisih antara skor maksimal dan skorkemampuan akhir (posttest).Berdasarkan Tabel 3, rata-ratagain kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas PBL lebihtinggi daripada rata-rata gain kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional dan simpangan baku pada kelas PBL lebihtinggi daripada simpangan baku kelas konvensional. Hal ini menujukkan bahwa penyebaran skor kemampuan komunikasi matematis kelasPBL lebih beragam beragam dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, skorgain tertinggi terdapat pada kelas dengan PBL dan skor gain terendahterdapat pada kelas dengan pembelajaran konvensional.Hasil uji Mann-Whitney disajikan pada Tabel 4.Tabel 4. Hasil Uji Mann-WhitneyData Gain Kemampuan Komunikasi kKeterangan:N Banyak SiswaKU Keputusan UjiDari Tabel 4 terlihat bahwanilai zhitung ztabel. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak. Berdasarkanhasil uji hipotesis tersebut, skor gainkemampuan komunikasi matematissiswa yang mengikuti PBL lebihtinggi dari skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.Berdasarkan hasil analisis dataposttest kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti PBL,diketahui bahwa dari 30 siswa yangmengikuti posttest, terdapat 2 siswayang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan kategori baik.Untuk mengetahui apakah proporsisiswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan kategoribaik pada kelas PBL, dilakukan ujiproporsi.Berdasarkan hasil uji proporsidiperoleh zhitung -5,963 dan ztabel 0,1736 maka nilai zhitungztabel,sehingga H0 diterima. Hal ini berartibahwa proporsi siswa yang memilikikemampuan komunikasi matematisdengan kategori baik pada siswayang mengikuti PBL tidak lebih dari60% dari jumlah siswa.Untuk mendukung hasil uji hipotesis, dilakukan analisis pencapaian indikator pembelajaran. Analisis setiap indikator kemampuan komunikasi matematis siswa betujuan

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 7, Nomor 1, Maret 2019, Halaman 111ISSN: 2338-1183untuk mengetahui pencapaian setiapindikator. Analisis setiap indikatordilakukan pada data pretest danposttest siswa yang mengikuti PBLdan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun hasilanalisis setiap rekapitulasi pencapaian indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa disajikan pada Tabel 5.Tabel 5. Rekapitulasi PencapaianIndikator Kemampuan Komunikasi MatematisIndikatorAwal (%)Akhir an situasimasalah danmenyatakansolusi amaanaljabar nbahasamatematika.Tabel 5 menunjukkan bahwarata-rata persentase pencapaian awalindikator kemampuan komunikasimatematis siswa yang mengikutiPBL lebih rendah daripada rata-ratapersentase pencapaian awal indikatorkemampuan komunikasi matematissiswa yang mengikuti pembelajarankonvensional. Persentase pencapaianawal setiap indikator kemampuan komunikasi matematis siswa yang me-ngikuti PBL lebih rendah daripadapersentase pencapaian awal kemampuan komunikasi matematis siswayang mengikuti pembelajaran konvensional. Rata-rata persentase pencapaian akhir indikator kemampuankomunikasi matematis siswa yangmengikuti PBL lebih tinggi daripadarata-rata persentase pencapaian akhirkemampuan komunikasi matematissiswa yang mengikuti pembelajarankonvensional. Persentase pencapaianakhir setiap kemampuan komunikasimatematis siswa yang mengikutiPBL lebih tinggi daripada persentasepencapaian akhir kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.Berdasarkan Tabel 5 juga terlihat bahwa rata-rata pencapaian indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua sampelmengalami peningkatan. Rata-ratapencapaian indikator kemampuankomunikasi matematis siswa yangmengikuti PBL meningkat sebesar35,4%, sedangkan rata-rata pencapaian indikator kemampuan komunikasimatematis siswa yang mengikutipembelajaran konvensional meningkat sebesar 16,9%. Pada kelas yangmengikuti PBL, peningkatan pencapaian indikator kemampuan komunikasi matematis lebih tinggi daripada kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.Jika ditinjau dari pencapaianindikator, pencapaian sebelum perlakuan pada kedua kelas menunjukkan perbedaan. Khususnya pencapaian pada indikator membuat ekspresi matematika berupa persamaanaljabar atau model matematika hanya4,83% siswa pada kelas PBL, sed

mengkaji efektivitas model problem based learning ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 329 siswa yang terdistribusi dalam sebelas kelas. Sampel penelitian ini

Related Documents:

kantor dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja kantor salah satunya ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas kerja pegawainya. Efisiensi berkaitan dengan beberapa masukan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran, kalau efektivitas maksudnya adalah kemampuan suatu unit untuk

Analisis Efektivitas Brine Heater Analisis Pengaruh Efektivitas Brine Heater Terhadap Performa Desalination Plant Simpulan dan Saran Selesai Pengambilan Data Operasi Sudah Cukup Pengolahan dan Perhitungan Data Ya Tidak Wawancara dan Diskusi Referensi : Manual Book, Jurnal, Tugas Akhir, Buku Data Monitoring: Temp. Uap Masuk & Keluar, Temp. Air .

menambah penerimaan dan menciptakan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. Penelitian tentang Efisiensi dan efektivitas pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah ini sudah pernah dilakukan oleh Julastiana dan Suartana (2013) dan Enggar, Rahayu dan Wahyudi (2011)mereka meneliti di tempat yang berbeda yaitu Klungkung (Bali) dan Jambi.

mengetahui tingkat efisiensi, efektivitas dan kontribusi PBB-P2 terhadap PAD di Kabupaten Banyumas dari tahun 2013-2016. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan studi deskriptif, dan dengan teknik analisis deskriptif menggunakan indikator nilai interpretasi efisiensi, efektivitas dan kontribusi.

Dalam manajemen keuangan dan akutansi perbankan, efektivitas berarti tingkat sejauh mana tujuan atau sasaran tercapai.3 Sedangkan dalam kamus istilah ekonomi, efektivitas merupakan suatu besaran atau angka untuk menunjukan sampai seberapa jauh sasaran (t arget) t ercapai.4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Siagian dalam Kirbiyik (2004, hlm. 11) memaparkan bahwa:

0,171 atau 17,1%. Secara simultan terdapat Pengaruh iklim komunikasi organisasi dan efektivitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja secara gabungan adalah 37,6% sedangkan 62,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: iklim komunikasi organisasi, efektivitas komunikasi interpersonal, kepuasan kerja Abstract

adventure tourism (ISO 21101 and TR 21102)2 addresses adventure travel specifically, and none of these standards or quality assurance systems cover all the aspects necessary for excellent adventure travel guiding. In the absence of a global qualification and performance standard, a variety of approaches to managing adventure travel guiding can be