UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Ficus Elastica Nois Ex Blume .

3y ago
62 Views
2 Downloads
1.66 MB
23 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Wren Viola
Transcription

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Ficus elastica Nois ex BlumeTERHADAP Artemia salina Leach DAN PROFILKROMATOGRAFI LAPIS TIPISSKRIPSIOleh:MUNA BARAJAK100 040 114FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTASURAKARTA2008i

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTumbuhan merupakan sumber bahan kimia yang paling lengkap. Begitubanyak komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan, sehingga banyaktumbuhan digunakan sebagai jamu atau obat tradisional. Saat ini, dunia beradadalam iklim back to nature atau dikenal sebagai gerakan kembali ke alam danoleh karena itu semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari orang,salah satunya penggunaan tumbuhan untuk pengobatan. Tumbuhan obat yangdigunakan oleh masyarakat mempunyai kelebihan atau keunggulan. Kelebihandari pengobatan dengan ramuan tradisional adalah mempunyai efek samping yangkecil dibandingkan dengan pengobatan kimiawi (Thomas,1989).Ficus elastica Nois. ex Blume merupakan salah satu tumbuhan yangditeliti ketoksikannya terhadap brine shrimp Artemia salina. Ficus elastica Nois.ex Blume merupakan salah satu anggota familia Moraceae yang dinyatakan secaraempiris getah batang Ficus elastica berkhasiat sebagai obat bisul (Anonim,1997).Daun dari tumbuhan Ficus elastica mengandung saponin dan flavonoid, sehinggadiharapkan daun dari Ficus elastica tersebut juga mempunyai potensi sebagaiantikanker. Disamping itu kulit batang dan akarnya juga mengandung polifenolsedang daunnya mengandung tanin (Anonim,1997).Artemia salina Leach merupakan organisme sejenis udang-udangan yangberukuran kecil dan dikenal dengan nama brine shrimp (Djarijah,1995). Artemia1

2salina Leach digunakan sebagai hewan uji untuk menentukan ketoksikan suatusenyawa dalam ekstrak tumbuhan yang diwujudkan sebagai racun (Meyer etal.,cit Wahyuni,S., 2002).Metode skrining tumbuhan untuk membuktikan bahwa suatu tanaman bisadigunakan sebagai antikanker apabila tumbuhan tersebut mengandung senyawayang bersifat sitotoksik (Meyer et al.,cit Wahyuni,S., 2002). Uji untuk senyawayang bersifat sitotoksik merupakan kelanjutan dari uji toksisitas senyawa obatalam dapat dilakukan dengan menggunakan kultur sel secara in vitro.Uji toksisitas dilakukan dengan mengamati kematian hewan percobaandan respon kematia n ini dianggap sebagai pengaruh senyawa yang diuji. Ujitoksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik dan untuk menelitibatas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan senyawa yang ada dalamtumbuhan tersebut (Cassaret dan Doull’s, 1975).Penelitian dengan menggunakan tumbuhan Ficus elastica bertujuan untukskrining awal senyawa antikanker dengan menggunakan metode Brine ShrimpLethality Test yang pernah dilakukan oleh Meyer dkk pada tahun 1982 untukmengetahui senyawa yang bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach.Parameter yang digunakan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologisuatu senyawa terhadap Artemia salina Leach adalah kematian dengan caramenentukan nilai LC50 dalam µg/mL senyawa aktif dari ekstrak daunFicuselastica. Jika harga LC 50 1000 µg/mL, ekstrak daun Ficus elastica tersebut dapatdikatakan toksik dan berpotensi sebagai antikanker, sebaliknya jika hargaLC 501000µg/mL tidak toksik (Meyer et al.,cit Wahyuni,S., 2002).

3Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) sering digunakan untukpraskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhankarena murah, cepat, mudah dan dapat dipercaya (Meyer et al.,cit Wahyuni,S.,2002). Suatu metode yang menggunakan Artemia salina Leach telahdiperkenalkan sebagai metode bioassay yang sederhana untuk penelitian produkalam. Sifat toksisitas suatu senyawa dapat dibandingkan dengan uji kultur selsehingga dapat diasosiasikan dengan aktifitas antikanker (Astuti, 2002).Sehubungan dengan hal tersebut, maka akan dilakukan penelitian terhadaptanaman Ficus elastica Nois ex Blume untuk membuktikan adanya toksisitasterhadap Artemia salina Leach. Dari penelitian tersebut ekstrak daun Ficuselastica terbukti toksik jika didapatkan nilai LC501000 µg/mL (Meyer et al.,citWahyuni,S., 2002). Kemudian ekstrak yang toksik terhadap Artemia salina Leachdiperiksa profil senyawa yang terkandung dengan Kromatografi Lapis Tipis(KLT).B. Perumusan MasalahDengan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :1. Bagaimanakah toksisitas ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun Ficuselastica terhadap Artemia salina Leach?2. Senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak daun Ficus elastica yangtoksik terhadap Artemia salina Leach?3. Bagaimana profil KLT senyawa yang ada pada ekstrak daun Ficus elasticayang paling toksik terhadap Artemia salina Leach?

4C. Tujuan Penelitian1. Untuk membuktikan adanya zat dalam tumbuhan Ficus elastica yang mampumenyebabkan kematian Artemia salina Leach.2. Untuk memastikan ekstrak ya ng paling toksik terhadap Artemia salina.3. Untuk memastikan profil KLT banyaknya senyawa ekstrak etanol daun Ficuselastica yang toksik terhadap Artemia salina LeachD. Tinjauan Pustaka1 . Tumbuhan Ficus elastica Nois. ex BlumeKedudukan tumbuhan Ficus elastica dalam ilmu sistematika tumbuhanadalah sebagai berikut :a. Sistematika untuk tumbuhan Ficus elastica Nois. ex BlumeDivisio: SpermatophytaSubdivisio : AngiospermaeClassis: DicotyledonaeOrdo: UrticalesFamilia: MoraceaeGenus: FicusSpesies: Ficus elastica Nois. ex Blumeb. Nama lain : Ficus duvivieri Hortc. Nama umum : Karetd. Nama daerah : Sumatera : Rambung (Melayu)Jawa: Kikaret (Sunda), Karet ( Jawa)

5e. Morfologi tumbuhanPohon, tinggi 20-35 m. Batang tegak, bulat, percabangan simpodial,permukaan kasar, putih kecoklatan. Daun tunggal, berseling, lonjong, tepi rata,ujung runcing, pangkal meruncing, panjang 15-20 cm, lebar 8-15 cm, bertangkaipendek, hijau, pertulangan menyirip, permukaan halus, hijau. Bunga tunggal,berkelamin satu, di ketiak daun, kelopak bentuk mangkok, hijau, benang saripanjang 7 mm, putih, kepala sari bulat, hitam, mahkota bentuk pita, halus,kuning. Buah buni, bulat, diameter 1-2 cm, hijau kehitaman. Biji bulat, putih.Akar tunggang, coklat.f.Kandungan KimiaDaun, akar dan kulit batang Ficus elastica mengandung saponin danflavonoid, di samping itu kulit batang dan akarnya juga mengandung polifenolsedang daunnya mengandung tanin.g.KegunaanGetah batang Ficus elastica berkhasiat sebagai obat bisul dan digunakanuntuk pembuatan permen karet.(Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991).2 . Simplisiaa. Pengertian SimplisiaSimplisia adalah bahan alam digunakan sebagai obat, belum mengalamipengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telahdikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagiantanaman, dan eksudat tanaman dengan tingkat kehalusan tertentu. Simplisia

6hewani adalah simplisia yang berupa hewan, bagian hewan atau zat yangdihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni. (Anonim, 1979)b. PengeringanPengeringan bertujuan untuk membuat simplisia tidak mudah rusak atauterurai oleh enzim yang terdapat pada bahan baku. Enzim yang masih ada denganadanya air akan menguraikan bahan berkhasiat yang ada, sehingga bahan danmikrobalain.(Koensoemardiah, 2000)c. Pembuatan serbukPembuatan serbuk dari daun Ficus elastica bertujuan untuk mempermudahproses ekstraksi. Karena semakin kecil bentuknya semakin besar luaspermukaannya, sehingga proses penyarian akan semakin efektif.3 . Metode Penyarian Simplisiaa. EkstraksiEkstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan zat yang terdapat dalamsel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Padaumumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yangbersentuha n dengan penyari semakin luas. Metode dasar penyarian adalahmaserasi, perkolasi dan soxhletasi. Pemilihan terhadap keempat metode tersebutdisesuaikan untuk memperoleh sari yang diinginkan. Penyarian merupakanperistiwa perpindahan massa zat aktif yang se mula berada di dalam sel ditarikoleh cairan penyari sehingga zat aktif larut oleh cairan penyari (Anonim,1986).

7Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyarisimplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh ca hayamatahari langsung (Anonim, 1979).Metode ekstraksi yang dapat digunakan antara lain:1. InfundasiProses penyarian umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktifyang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Infus adalah sediaan cair yangdibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit(Anonim,1986).2. MaserasiMaserasi (macerace mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yangpaling sederhana (Ansel,1989). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuksimplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel danmasuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dankarena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel denganyang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebutberulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan didalam sel.Pada penyarian dengan maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukandiperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia,sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaankonsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan diluar sel ( Anonim, 1986).

83. PerkolasiTeknik ini biasanya dilakukan dengan cara melewatkan pelarut pada bahanbahan tumbuhan yang akan diekstrak. Pelarut yang digunakan tidak mudahmenguap dan dapat melarutkan senyawa kimia terkandung dalam simplisiadengan baik. Dalam teknik perkolasi dibutuhkan pelarut lebih banyak (Anonim,1986).4. SoxhletasiSoxhletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu barudan pada umumnya dilakukan dengan alat khusus (soxhlet) sehingga terjadiekstraksi kontinyu, jumlah pelarut relatif konstan karena adanya pendingin balik(Anonim,2000).b. Cairan PenyariSelain cara penyarian, cairan penyari juga dapat mempengaruhi prosespenyarian. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria murah, mudah diperoleh, stabilsecara fisika dan kimia, bereaksi netral, tak mudah menguap, selektif, tidakmempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyariansimplisia Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalahair, etanol, etanol-air atau eter (Anonim, 1986).Larutan penyari yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah etanol, etilasetat dan kloroform. Penyari tersebut dipertimbangkan sebagai penyari sebablebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas selain itutidak beracun, netral, absorbsinya baik (Anonim,1986).

9Etanol 70% adalah campuran air dan alkohol yang kerjanya gabungan antarapelarut polar dan non polar, karena keduanya mudah bercampur danmemungkinkan kombinasi yang fleksibel untuk mengekstraksi bahan ak tif(Ansel,1989). Etanol 70% dapat melarutkan alkaloid basa dan minyak menguap,glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, klorofil.Lemak, malam, tanin, saponin, hanya sedikit larut. Dengan demikian zatpengganggu yang larut terbatas (Anonim,1986).Etil asetat merupakan cairan tidak berwarna, transparan, bau harum, segardan sedikit seperti aseton dan memiliki rasa aneh, seperti aseton dan membakar.Dapat bercampur dengan eter, alkohol dan minyak lemak dan minyak atsiri.Kloroform adalah suatu pelarut yang merupakan cairan jernih, mudahmengalir, mempunyai sifat khas, bau eter, mendidih pada suhu kurang lebih 61 Cdan dipengaruhi oleh cahaya. Kloroform sukar larut dalam air, dan dapatbercampur dengan etanol dengan eter, benzena da n heksana. Kloroform dapatdigunakan sebagai pelarut untuk lemak, resin dan merupakan penyari alkaloidyang baik (Wilson dan Giavold, 1982).4. ToksisitasUji toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik danatau menilai batas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu senyawa.Pengukuran toksisitas dapat ditentukan secara kuantitatif yang menyatakan tingkatkeamanan dan tingkat berbahaya zat tersebut (Cassaret dan Doull’s, 1975).

10Metode uji dibagi menjadi dua golongan, yaitu uji toksisitas umum dan ujitoksisitas khusus. Uji toksisitas umum digunakan untuk mengevaluasi efek-efekumum secara menyeluruh suatu zat pada hewan uji.Uji toksisitas umum meliputi uji toksisitas akut dan uji toksisitas kronik.Uji toksisitas akut, zat diberikan dengan dosis tunggal dan dilakukan pengamatanselama 24 jam. Uji toksisitas kronik zat diberikan dengan dosis harian danpengamatan hampir diseluruh masa hidup hewan uji. Uji toksisitas khususmengevaluasi secara terperinci efek khusus suatu zat pada organ spesifik hewanuji. Uji toksisitas khusus meliputi uji potensiasi, uji teratogenik, uji kulit dan mata(Loomis, 1978).Petunjuk toksisitas yang dapat digunakan untuk evaluasi toksikologiadalah dengan menggunakan kematian sebagai bentuk untuk memperkirakandosis lethal yang mungkin terjadi pada manusia (Cassaret dan Doull’s, 1975).Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode skrininguntuk menentukan ketoksikan suatu ekstrak ataupun senyawa. Kematian Artemiasalina Leach digunakan sebaga i parameter untuk menunjukkan adanya kandunganzat aktif tanaman yang bersifat sitotoksik. Apabila harga LC 501000 µg/mLekstrak tersebut dapat dikatakan toksik. Bila kematian sebagai responnya, makadosis penimbul kematian pada 50% populasi dengan spesies yang sama dalamwaktu spesifik dan kondisi percobaan sesuai diistilahkan sebagai median lethaldose atau LD50. Obat yang diberikan sebagai konsentrasi diistilahkan sebagaiMedian Lethal Concetration atau LC50 (Cassaret dan Doull’s, 1975).

11Metode ini digunakan dalam usaha mengisolasi senyawa toksik dariekstrak. Pertama kali metode ini dipergunakan untuk menent ukan keberadaanresidu insektisida seperti DDT, parathion, dieldrin dan menentukan potensisenyawa anestetik. Metode ini kemudian berkembang sebagai salah satu metodedalam mengisolasi senyawa aktif yang terdapat dalam suatu ekstrak tanaman.Keuntungan dari metode BSLT adalah peka, cepat, sederhana dan dapat diulangtanpa terjadi penyimpangan (Wahyuono dkk, 1995).5. Artemia salina, Leacha. KlasifikasiArtemia salina Leach adalah udang tingkat rendah yang hidup sebagaizooplankton. Artemia pada tahun 1778 diber i nama cancer salinus,yang kemudiandiubah menjadi Artemia salina pada tahun 1819 oleh LeachKlasifikasi Artemia pada dunia hewan adalah sebagai berikut :Divisi: AnimalPhylum: ArthropodaKelas: CrustaceaeSubkelas : BranchiopodaOrdo: AnostracaFamilia: ArthemidaeGenus: ArtemiaSpecies: Artemia salina Leach( Mudjiman, 1995)

12b. Morfologi Artemia salina, LeachArtemia salina, Leach diperdagangkan dalam bentuk telur istirahat yangdinamakan kista. Kista ini bentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kelabukecoklatan dengan diameter berkisar 200-300 µm (Mudjiman,1995).Kista berkualitas baik, apabila diinkubasi dalam air berkadar garam 5-70permil akan menetas sekitar 18-24 jam. Artemia yang baru menetas disebutnauplius, berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 400mikron, lebar 170 mikron dan berat 0,002 mg. Nauplius berangsur -angsurmengalami perkembangan dan perubahan morfologis dengan 15 kali pergantiankulit hingga menjadi dewasa. Pada setiap pergantian kulit dis ebut instar(Mujiman, 1995).Ada beberapa tahap penetasan Artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecahcangkang, dan tahap payung atau tahap pengeluaran. Tahap hidrasi terjadipenyerapan air sehingga kista yang diawetkan dalam bentuk kering tersebut akanmenjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap selanjutnya adalah tahap pecahcangkang dan disusul dengan tahap payung yang terjadi beberapa saat sebelumnauplius keluar dari cangkang(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Tahappenetasan Artemia seperti pada gambar 1.

13Gambar 1. Tahap penetasan telur ArtemiaArtemia dewasa biasanya berukuran panjang 1-2 cm yang ditandai adanyatangkai mata yang jelas terlihat pada kedua sisi bagian kepala, antena sebagai alatsensori, saluran pencernaan yang terlihat jelas, dan 11 pasang thorakopoda. PadaArtemia jantan, antena berubah menjadi alat penjepit, sepasang penis terdapatdibagian belakang tubuh, sedangkan pada Artemia betina antena mengalamipenyusutan. Sepasang indung telur atau ovarium terdapat di kedua sisi saluranpencernaan, dibelakang thorakopoda (Mujiman,1995). Gambar 2 merupakangambar morfologi nauplius Artemia salina Leach.

14Gambar 2. Morfologi nauplius Artemia salina(Mujiman, 1995)c. Lingkungan hidupArtemia salina hidup planktonik di perairan berkadar garam tinggi antara15-30 permil, suhu yang dikehendaki berkisar antara 25 C-30 C, oksigen terlarutsekitar 3 mg/L dan pH antara 7,3-8,4. Artemia salina, Leach tidak dapatmempertahankan diri dari pemangsa musuh- musuhnya karena tidak mempunyaialat atau cara untuk membela diri, salah satu cara untuk menghindarkan diri daripemangsa hewan lain dengan berpindah kekondisi alam berupa lingkungan hidupberkadar garam tinggi. Pada umumnya pemangsa tidak dapat hidup lagi padakondisi itu (Mudjiman,1995).Makanan Artemia salina terdiri atas ganggang renik, bakteri dan cendawan.Dalam pemeliharaan makanan yang diberikan adalah katul padi, tepung terigu,tepung kedelai, dan ragi (Mudjiman,1995).d. Perkembangbiakan dan siklus hidupPerkembangbiakannya yaitu jenis biseksual dan jenis partenogenenetikKeduanya dapat terjadi ovovivipar atau ovipar. Pada ovovivipar keluar dari

15induknya sudah berupa anak yang dinamakan nauplius, sedangkan pada oviparanak keluar dari induknya berupa telur, bercangkang tebal yang dinamakan siste.Perkembangbiakan jenis biseksual harus melalui proses perkawinan antara indukjantan dengan induk betina. Pada jenis parthenogenesis tidak ada perkawinankarena memang tidak pernah ada jantannya. Jadi, betina akan beranak dengansendirinya tanpa perkawinan (Mudjiman,1995). Siklus hidup Artemia salinaseperti pada gambar 3.Gambar 3. Siklus Hidup Artemia salina Leach(Mudjiman,1995)e. Penetasan telur Artemia salina LeachTeluryang siap menetas berwarna coklat keabu-abuan. Untuk mediapenetasan dapat digunakan air laut biasa (kadar garam 30 permil). Tapi untukmencapai hasil penetasan yang lebih baik, kita perlu menggunakan air berkadargaram 5 permil. Ini dapat dibuat dengan mengencerkan air laut dengan air tawar.Sebelum ditetaskan telur-telur tersebut perlu dicuci terlebih dahulu, yaknidengan direndam di dalam air tawar selama 1 jam, baru kemudian dimasukan

16dalam wadah penetasan. Suhu air yang baik selama proses penetasan adalahantara 25-30 C. Sedangkan kadar oksigennya harus lebih dari 2 mg/L. Untukmerangsang proses penetasannya media penetasan tersebut perlu disinari denganlampu yang dipasang di samping wadah. Dalam waktu 24-36 jam setelahpemasukan telur, biasanya telur-telur itu sudah menetas menjadi anak Artemiayang dinamakan nauplius (Mudjiman,1995).f.Penggunaan Artemia salina Leach dalam penelitianSuatu metode uji hayati yang tepat dan murah untuk skrining dalammenentukan toksisitas suatu ekstrak tanaman aktif dengan menggunakan hewanuji Artemia salina Leach. Artemia sebe lumnya telah digunakan dalam bermacammacam uji hayati seperti uji pestisida, polutan, mikotoksin, anestetik, komponenseperti morfin, kekarsinogenikan dan toksikan dalam air laut. Uji denganorganisme ini sesuai untuk aktifitas farmakologi dalam ekstrak tanaman yangbersifat toksik. Penelitian menggunakan Artemia salina memiliki beberapakeuntungan antara lain cepat, mudah, murah dan sederhana.Penelitian dengan larva Artemia salina Leach telah digunakan oleh PusatKanker Purdue, Universitas Purdue di Lafayette untuk senyawa aktif tanamansecara umum dan tidak spesifik untuk zat anti kanker. Namun demikian hubunganyang signifikan dari sampel yang bersifat toksik terhadap larva Artemia salinaLeach ternyata juga mempunyai aktifitas sitotoksik. Berdasarkan hal tersebutmaka larva Artemia salina Leach dapat digunakan untuk uji toksisitas(Meyer et al., cit Wahyuni,S.,2002). page

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Ficus elastica Nois ex Blume TERHADAP Artemia salina Leach DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI Oleh: MUNA BARAJA K100 040 114 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Related Documents:

menerima deterjen atau toksisitas tersebut, maka perlu dilakukan suatu uji awal yang dikenal dengan uji toksisitas. Uji toksisitas digunakan unuk menentukan tingkat toksisitas limbah deterjen. Dalam penelitian ini ditinjau efek toksik terhadap suatu species ikan tertentu sebagai biota uji, khususnya yang hidup di air

prediksi toksisitas senyawa photosensitizer turunan . 15. uji aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol ficus nekbudu dan ficus consociata blume pada tikus putih jantan galur . 17. uji aktivitas nefroprotektif ekstrak etanol daun melati (jasminum sambac (l)aiton.) dan daun sirih merah (piper

c. Kelompok III adalah kelompok hewan yang diberikan ekstrak daun ciplukan dengan dosis 300mg/kg/hari. d. Kelompok IV adalah kelompok hewan yang diberikan ekstrak daun ciplukan dengan dosis 350mg/kg/hari 4. Tahap Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata) Pemberian ekstrak daun Ciplukan ini dilakukan selama 30 – 35,55 hari

1. Ekstrak daun kembang sepatu digunakan sebagai pengganti alat kontrasepsi kimia berupa bahan alami. 2. Belum ditemukan penelitian yang menguji tentang pengaruh ekstrak daun kembang sepatu terhadap siklus reproduksi. 3. Belum ada informasi tentang efek ekstrak daun kembang sepatu sebagai obat kontrasepsi tradisional.

Alkylbenzene Sulfonat (LAS) dan Timbal (Pb) terhadap ikan mas. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji toksisitas akut Linear (LAS) dan Timbal (Pb) yang dilakukan selama 96 jam (4 hari) terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Variasi konsentrasi pada uji toksisitas akut diperoleh dari range finding test awal. Konsentrasi setelah uji

TOKSISITAS EKSTRAK DAUN DAN KULIT BATANG TAHONGAI (Kleinhovia hospita L.) MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Tarukan Gabrilla Clara1, Muhammad Alfarabi2 1Mahasiswa Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia 2Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Abstrak Tahongai (Kleinhovia hospita L.) dikenal sebagai salah satu .

MINYAK KELAPA MURNI DAN EKSTRAK DAUN MOBE (Artocarpus lacucha Bumh.): KAJIAN MOLEKULER SECARA IN VITRO DAN IN VIVO Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi 67 Julia Reveny Farmasi Uji Aktivitas Antiaging sediaan Gel ekstrak Daun Tiin (Ficus carica Linn): kadar peningkatan kolagen, daya hambat melanin dan uji klinis. Penelitian Dasar

HINDI 1. Anubhuti Hindi Pathmala Pustika Part 3 Eduzon Pub. 2. Nirjhar Moti Sulekh Part 3 Rachna Sagar Pub. 3. New Way Hindi Vyakaran Part 3 Gurukul Pub. MATHS 1. Maths Wiz Book - 3 By S.K.Gupta and Anubhuti Gangal S.Chand Publications . Class : IV Subject Name of the Book with the name and address of the Publisher ENGLISH 1 Stepping Stone A skill based course book – 4 Headword Publishing Co .