Petunjuk Teknis - Kementerian Pertanian

3y ago
45 Views
3 Downloads
2.40 MB
28 Pages
Last View : 17d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jayda Dunning
Transcription

Petunjuk TeknisTeknologi Produksi BenihJagung Hibrida

Petunjuk TeknisTeknologi Produksi BenihJagung HibridaDisusun oleh :Muhammad AzraiMuhammad AqilRamlah AriefFauziah KoesRahmi Yuliani Arvan

KATA PENGANTARPemerintah berkomitmen untuk mewujudkan kedaulatanpangan berkelanjutan dan diantaranya melalui kerja keras yangterus dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung nasional.Strategi peningkatan produksi jagung nasional saat ini dan kedepan ditempuh melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi)dan perluasan areal tanam. Pemerintah juga telah memberikanprioritas terhadap teknologi Balitbangtan melalui penggunaanbenih jagung hibrida nasional dalam program benih bantuanpemerintah.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida inidisusun sebagai acuan bagi para pihak yang akan menerapkanteknologi tersebut. Diharapkan petunjuk teknis ini dapatbermanfaat khususnya bagi perusahaan mitra penerima lisensibenih jagung hibrida Balitbangtan.Maros, Agustus 2018Kepala Balai,Dr. Muhammad Azraiv

DAFTAR ISIPENDAHULUAN.1PERSYARATAN DALAM PRODUKSIBENIH F1 HIBRIDA.3TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH.5A. PERSIAPAN LAHAN.5B. PENYIAPAN BENIH DAN PENANAMAN.5C. PEMUPUKAN TANAMAN.6D. ROGUING.7E. DETASELING .8F. PANEN BENIH.8G. PROSESING HASIL PANEN.9H. PERLAKUAN BENIH. 11I. PENGEMASAN DAN PELABELAN. 13J. PENYIMPANAN. 13PENUTUP. 15DAFTAR BACAAN. 17vii

PENDAHULUANPemerintah telah menetapkan swasembada komoditasjagung serta mendorong peningkatan ekspor ke luar negeriuntuk memenuhi permintaan pasar internasional. Dalam upayamenjaga pertumbuhan produksi maka pemerintah terus berupayameningkatkan luas areal pertanaman jagung melalui skema benihbantuan. Balitbangtan mendapatkan pangsa benih mencapai 65%dari total benih bantuan pemerintah pada Tahun 2018. Dalamoperasionalisasinya, Kementerian Pertanian bekerjasama denganBalitbangtan dan mitra penerima lisensi benih jagung hibridamelaksanakan kegiatan produksi dan distribusi benih kepadapengguna.Balitbangtan telah melepas sejumlah varietas ungguljagung serta menjalin kerjasama dengan mitra penerima lisensisebagai pemegang alih teknologi yang diharapkan mampusecara mandiri memproduksi benih bermutu dalam waktu danjumlah yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut, PetunjukTeknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida ini disusunsebagai acuan bagi pemegang alih teknologi jagung hibrida hasilpenelitian Balitbangtan dalam memproduksi benih yang bermutudan bersertifikat. Petunjuk Teknis ini juga merupakan acuan bagitim teknis dalam melakukan pengawalan, monitoring dan evaluasiproses produksi benih yang dilakukan oleh penerima lisensi/alihteknologi jagung hibrida hasil Balitbangtan dalam memproduksibenih berkualitas.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 1

PERSYARATAN DALAM PRODUKSIBENIH F1 HIBRIDASebelum melakukan penanaman untuk memproduksi benih F1hibrida, Mitra produsen benih mengajukan permohonan ke BalaiPengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat dengan mengisiformulir yang telah disediakan. Dalam formulir diantaranyadiisikan informasi terkait lokasi, dan rencana tanggal tanam, dsb.Setelah lokasi ditinjau oleh BPSB dan mendapat persetujuan,baru dilakukan persiapan untuk penanaman di lokasi. Setelahtanam, diinformasikan kembali ke BPSB untuk penyampaianbahwa penanaman telah dilakukan (tanggal tanam). Selamapertumbuhan tanaman, BPSB akan melakukan inspeksi lapanganuntuk menilai kelayakan dan melakukan pencabutan tanamanyang menyimpang.Penempatan lokasi produksi benih dengan lokasi varietas lainyang mempunyai waktu berbunga hampir bersamaan minimal 200m dan perlu diperhatikan arah angin. Atau dapat juga dilakukandengan isolasi waktu, artinya penanaman dilakukan dengan selisihwaktu tanam minimal 21 hari sebelum atau sesudah varietas lainditanam. Untuk varietas yang mempunyai umur panen berbedadapat dilakukan penanaman secara bersamaan, namun untukvarietas yang berumur lebih genjah (singkat) ditanam lebih duludari yang berumur dalam (panjang). Hal ini untuk mencegahterjadinya pembungaan yang bersamaan dan persilangan.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 3

Untuk mencegah kekeringan tanaman, lokasi produksi benihsebaiknya mempunyai sumber air irigasi atau air tanah yang cukupuntuk menunjang pertumbuhan tanaman serta mudah di akses.200 m200 m200 m200 mGambar 1. Isolasi jarak minimal 200 m atau isolasi waktu minimal 21 hari.4 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIHA. Penyiapan Lahan1. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnyaterutama jika pertanaman sebelumnya adalah jagung.Jika gulma dapat mengganggu pengolahan tanah dapatdiberikan herbisida kontak untuk mempercepat pengolahantanah.2. Pengolahan tanah menggunakan bajak (2 kali) dan diikutidengan garu/sisir sampai tanah tidak berbongkah-bongkahdan rata. Pastikan bahwa tidak ada tanaman volunteer darisisa pertanaman jagung sebelumnya.3. Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, perludibuat saluran/parit untuk pembuangan air. Saluran inijuga digunakan untuk mengairi lahan pertanaman (jikadibutuhkan) agar pemberian air selain efektif juga lebihefisien.B. Penyiapan Benih dan Penanaman1. Sebelum ditanam, benih diberi perlakuan benih (seedtreatment). Jenis dan dosis fungisida tergantung pada lokasiproduksi benih. Untuk daerah Jawa Timur, Jawa Tengah,Kalimantan Barat, Lampung, dan daerah endemik bulailainnya yang disebabkan oleh spesies Peronosclerospora maydis,Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 5

fungisida yang digunakan adalah Metalaxyl dicampurkandengan Dematroph (1 : 1) atau Dematroph secara tunggaldengan dosis 5 g/kg benih. Sedangkan pada daerah-daerahyang terserang P. Philipinensis seperti Sulawesi, fungisidayang digunakan adalah Metalaxyl dengan dosis 3-5 g/kg benih. Begitu pula dengan daerah endemik spesies P.sorghi seperti Sumatera Utara dan daerah endemik lainnya,fungisida yang digunakan adalah Metalaxyl dengan dosis 3-5g/kg benih.2. Perlakuan benih dengan fungisida dilakukan dengancara: fungisida sesuai dosis dimasukkan ke dalam wadahpercampur (seed coater), tambahkan air secukupnya, adukhingga rata kemudian masukkan benih ke dalam wadahtersebut dan dicampurkan merata, kering anginkan selamabeberapa jam sebelum benih digunakan.3. Kebutuhan benih per hektar antara 20-25 kg. Penanamantanaman jantan dan betina dilakukan dengan perbandinganjantan dan betina 1:4 atau dapat dimodifikasi sehinggamemungkinkan optimalisasi penyerbukan.4. Jarak tanam 70 x 20 cm atau 70 x 25 cm dengan 1 tanamanper lubang dan lubang tanam ditutup dengan tanah/pupukorganik atau modifikasi sesuai dengan kebiasaan petanipenangkar yang telah exist di lokasi produksi benih.5. Pada umur 2 minggu lakukan inspeksi tanaman untukmembuang tanaman volunteer (sisa biji yang tumbuh daripertanaman sebelumnya).C. Pemupukan1. Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 7 harisetelah tanam (hst) yaitu Urea 100-150 kg/ha pupukmajemuk (NPKS) 300-400 kg/ha.6 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 28-30 hst dengantakaran 250-300 kg urea/ha.3. Penyiangan dilakukan sebanyak dua kali, penyiangan Ipada umur 15-20 hst dan penyiangan II pada umur 28-35 hstdiikuti dengan pembumbunan.4. Aplikasi pupuk pelengkap cair (PPC) terutama yangmengandung P dan K tinggi untuk mencukupi kebutuhanhara tanaman.D. RoguingUntuk mengurangi tanaman yang menyimpang dari tipe ratarata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatansecara visual, maka perlu dilakukan pencabutan (roguing).Roguing harus dilakukan minimal 2 kali selama pertumbuhantanaman yaitu pada saat pertumbuhan vegetatif (32 – 35 hst) danrouging generatif (45 – 52 hst). Deskripsi varietas sebagai standarevaluasi mutu genetik harus dipahami oleh petugas.Gambar 2. Roguing barisan tanaman jantanPetunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 7

E. DetasselingDetaselling/pencabutan bunga jantan pada barisan tanamaninduk betina harus dilakukan sebelum bunga jantan terbuka/muncul dari daun terakhir (daun pembungkus mulai membukatetapi malai belum keluar dari gulungan daun). Untuk mencegahagar tidak ada tanaman yang terlewatkan tidak tercabut bungajantannya, maka pencabutan dilakukan setiap hari selama periodeberbunga biasanya pada umur antara 45-56 hst (bergantung padakondisi cuaca/iklim mikro di pertanaman).Gambar 3. Pencabutan malai tanaman betinaSetelah terjadi penyerbukan umur 70 HST, tanaman indukjantan dipangkas sehingga tidak menghasilkan. Pemangkasanini bertujuan untuk menghindari terjadinya pencampuran antarahasil F1 dengan tanaman induk jantan.F. Panen Benih Saat Panen:1. Pemeriksaan lapisan hitam/Black Layer dilakukan pada saattanaman telah mencapai umur masak fisiologis atau beberapabagian tanaman telah menunjukkan warna kecokelatan.8 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2. Sampel tongkol yang diperiksa black layer nya, diambil daribaris betina secara acak, dan yang mewakili penampilantongkol lainnya.3. Pengamatan Black layer pada biji yang berada pada pangkal,tengah dan ujung tongkol. Cara Panen1. Panen barisan jantan terlebih dahulu untuk menghindaripencampuran.2. Panen tongkol yang menyimpang pada barisan betina.3. Kupas kelobot dan segera prosesing.G. Prosesing Hasil Panen Teknik Pengeringan Tongkol:1. Dengan sinar matahari:a. Pengeringan dilakukan di lantai jemur telah dialasi terpaldengan warna kuning atau biru. Lantai jemur harusbersih dari campuran tongkol varietas lain.b. Ketinggian tumpukan pengeringan berkisar 10 - 20 cmdan lakukan pembalikan tongkol setiap 2 - 4 jam selamaproses pengeringan.2. Pengeringan menggunakan mesin pengering:a. Apabila kondisi cuaca hujan maka pengeringan dilakukandengan menggunakan mesin pengering. Ketebalantumpukan benih yang dikeringkan tidak lebih 40 cmdengan suhu pengeringan 38oC (k.a. benih 18%) dansuhu pengeringan 38 - 43oC (k.a. 18%).Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 9

b. Selama pengeringan berlangsung dilakukan pembalikansetiap 2 - 4 jam. Proses pengeringan tongkol dilakukansampai kadar air benih berkisar 15 - 16%.c. setelah pengeringan selesai, mesin pengering bersih darikotoran dan sisa benih yang telah dikeringkan. Sortasi Tongkola. Sortasi dilakukan apabila proses pengeringanberlangsung minimal 2 hari pada kondisi cerah.telahb. Sortasi tongkol dilakukan untuk memisahkan campuranvarietas lain, tongkol berjamur, serta tongkol yang tidaknormal (kecil dan ompong). Prosesing Beniha. Pemipilan tongkol dilakukan pada saat kadar air tongkolberkisar 15 – 16%. Pemipilan harus dilakukan pada putaranrendah-sedang dengan kisaran putaran silinder pemipil 600800 rpm.b. Setelah benih dipipil, dilanjutkan dengan pengeringankedua untuk menurunkan kadar air benih mencapai 10 11%.10 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Gambar 4. Pengeringan benih menggunakan lantai jemur Sortasi BenihSortasi benih dilakukan untuk memisahkan benih dengan kotoran,diantaranya campuran benda asing dan biji pecah. Sortasi dilakukandengan mesin sortasi. Sudut kemiringan saringan sortasi maksimum15 derajat. Dimensi lubang saringan sesuai dimensi benih yangdisortir (diameter 8 mm atau 7 mm, bergantung pada varietasnya).H. Perlakuan Benih (Coating) Biji-biji yang terpilih dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-11% selanjutnya diberikan perlakuan benih (seed treatment)untuk mencegah penyakit bulai (P. maydis). Benih dicampurfungisida berbahan aktif metalaxyl dan Dematroph (1 : 1) atauDematroph secara tunggal dengan dosis 3-5 g/kg benih. Benihyang akan diedarkan pada pada daerah-daerah endemikselain P. maydis seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dandaerah endemik lainnya, fungisida yang digunakan adalahMetalaxyl dengan dosis 3-5 g/kg benih.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 11

Untuk mencegah penyakit tular tanah yang disebabkanoleh patogen Rhizoctonia solani dan Phytium spp., dianjurkanuntuk menyampurkan benih dengan fungisida Inggrofuldengan dosis 5 g/10 ml air/kg benih. Benih dapat juga dicampur dengan zat pengaturtumbuh (ZPT) sesuai anjuran untuk meningkatkan danmempertahankan viabilitas benih Bahan perlakuan benih tersebut dimasukkan ke dalam wadahatau mesin pencampur (seed coater), tambahkan air sebanyak7-10 ml/kg benih, aduk hingga rata kemudian masukkanbenih ke dalam wadah tersebut dan dicampurkan merata,keringkan hingga kadar air 10% sebelum dimasukkan kedalam kemasan.Gambar 5. Perlakuan seed treatment dan pengeringan benihmenggunakan lantai jemur12 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

I. Pengemasan dan Pelabelan Bahan kemasan harus kuat, tidak mudah robek, kedapudara dan air (plastik poly etylen ketebalan 0,2 mm). Volumekemasan yang digunakan adalah 5 kg. Pengujian daya berkecambah, kadar air, kemurnian,benih warna lain dan kotoran benih dilaksanakan padaLaboratorium Benih Manajer Mutu beserta stafnya telah mengambil contoh ujisesuai prosedur ISTA sebelum dikemas. Kadar air benihyang dikemas 10–11% dan sudah dingin.J. Penyimpanan Benih disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapidengan pendingin ruangan (cold storage) pada suhu 18-21oCdan kelembaban relatif (RH) 55-65 %. Benih disimpan secara teratur pada rak berdasarkan: varietasdan tahun produksi Benih yang ada di gudang ditempatkan pada tempat yangterpisah dengan benih lainnya Benih ditata rapi pada stapel dan atau rak penyimpanandilengkapi kartu kontrol untuk mempermudah prosespengawasan. Kartu kontrol berisi informasi seperti: Nama varietas, tanggalpanen, lokasi penangkaran, Jumlah awal penyimpanan,Jumlah/kuantitas benih saat pemeriksaan stock terakhir,Kadar air benih dan daya berkecambah benih. Kebersihan gudang dilakukan secara berkala setiap minggudan pencegahan hama gudang melalui sanitasi dilakukanminimal 3 bulan sekali.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 13

Gambar 6. Pengemasan dan penyimpanan benih14 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

PENUTUPProgram Upaya Khusus (Upsus) yang dicanangkan olehKementerian Pertanian terus berjalan dengan berbagai terobosandalam peningkatan produksi jagung nasional. Penggunaan benihjagung hibrida Balitbangtan dalam program bantuan benihpemerintah diharapkan dapat mempercepat penyebarluasan danadopsi varietas unggul jagung nasional oleh petani.Teknologi produksi benih F1 jagung hibrida ini diharapkandapat menjadi acuan bagi mitra produsen benih dalammemproduksi benih F1 hibrida yang berkualitas dan berdayasaing. Proses produksi benih F1 yang dilakukan dengan mengikutistandar prosedur yang ada akan mampu menghasilkan benih F1dengan hasil 6 ton/ha serta mendukung program perluasan arealtanam baru pada lahan potensial lainnya.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 15

DAFTAR BACAANAqil dan Rahmi Y. A, 2016. Deskripsi varietas unggul jagung.Balitsereal Maros.Aqil, M dan Rahmi Y A., 2015. Highlight hasil penelitian tanamanserealia tahun 2015. Maros Sulawesi Selatan.Badan Litbang Pertanian. 2014. Petunjuk Teknis LapangPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung. Badan LitbangPertanian. Kementerian Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017. Pedomanumum produksi benih F1 hibrida. Badan Litbang Pertanian,Jakarta.Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2007. Petunjuk teknis produksibenih jagung komposit. Balitsereal, Maros.Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2018. Petunjuk teknis budidayajagung di lahan kering (JARING). Balitsereal, Maros.Kementerian Pertanian, 2016. Pedoman teknis sertifikasi benihbina tanaman pangan. Jakarta.Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis KementerianPertanian. Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal. KementerianPertanian. Jakarta.Yasin, M., Azrai, M., dan Aqil M., 2015. Budidaya, penyakit bulaidan deskripsi varietas jagung. IAARD Press Jakarta 2015.Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida 17

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida ini disusun sebagai acuan bagi para pihak yang akan menerapkan teknologi tersebut. Diharapkan petunjuk teknis ini dapat bermanfaat khususnya bagi perusahaan mitra penerima lisensi benih jagung hibrida Balitbangtan. Maros, Agustus 2018 Kepala Balai, Dr. Muhammad Azrai

Related Documents:

Petunjuk Teknis Pengelolaan Pembelajaran Riset di Madrasah. B. Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Tujuan penyusunan petunjuk teknis ini adalah sebagai salah satu panduan operasional pengelolaan pembelajaran riset di Madrasah. C. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis Ruang lingkup juknis ini diuraikan dengan sistematika sebagai berikut. 1.

petunjuk teknis penilaian kinerja unit pelaksana teknis daerah pengelola air limbah domestik kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat jenderal cipta karya direktorat pengembangan penyehatan lingkungan permukiman . petunjuk teknis penilaian kinerja unit pelaksana

c) Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna d) Kementerian Sumber Manusia e) Kementerian Kerja Raya f) Kementerian Pertanian dan Industri Asas Tani g) Kementerian Pembangunan Usahawan dan Koperasi h) Kementerian Perusahaan, Perladangan dan Komoditi i) Kementerian Perumahan dan Kerajaan Tempatan

fasilitasi teknis dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini. Penyusunan Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca -GRK) ini (RAD didukung oleh . Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui Program Advis Kebijakan Untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

1. Spesifikasi Teknis Traktor Roda 2 2. Spesifikasi Teknis Traktor Roda 4 3. Spesifikasi Teknis Rice Transplanter 4. Spesifikasi Teknis Pompa Air 5. Spesifikasi Teknis Chopper 6. Spesifikasi Teknis Cultivator 7. Form Laporan Bantuan Alsintan Poktan/Gapoktan/UPJA 8. For

petunjuk teknis keputusan direktur jenderal perlindungan dan jaminan sosial nomor : 03/3/bs.02.01/10/2020 tentang petunjuk teknis graduasi keluarga penerima manfaat (kpm) program keluarga harapan tahun 2020 direktorat jaminan sosial keluarga direktorat jenderal perlindungan dan jaminan sosial kementerian sosial ri 2020

Buku Petunjuk Teknis ini merupakan revisi dari Buku Petunjuk Teknis Sanimas cetakan tahun sebelumnya. Diharapkan pelaksana kegiatan Program Sanimas dapat memahami tata laksana dan kaidah-kaidah yang ada serta menerapkan di lapangan. Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Cipta Karya Ir. Sri Hartoyo, Dipl. SE, ME

4.3 STAGES OF SOCIAL WORK GROUP FORMATION There are a number of stages or phases in formation of a social work group. Ken Heap (1985) discussed these as group formation and planning; the first meetings; the working phase; use of activities and action; and the termination of the Group. According to Douglas (1979) there are five stages viz., conceptualisation, creation, operation, termination .