PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN TANAH - NSPK Jembatan

3y ago
113 Views
15 Downloads
1.86 MB
54 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Harley Spears
Transcription

MANUALPETUNJUK TEKNISPENGUJIAN TANAHKEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATD E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M UM

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Ketentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan1.Ruang lingkupPedoman ini mengatur pelaksanaan pekerjaan pondasijembatan yang mencakup tahapanpengujian tanah, penyelidikan geoteknik, pemilihan jenis pondasi jembatan, pelaksanaanpondasi jembatan dan pengujian kekuatan pondasi. Pekerjaan yang dimaksud meliputipekerjaan pengawasan dan kecocokan metode yang dipakai.2.Acuan normatifSNI 03-1738-2011: Cara Uji CBR LapanganSNI 1744-2012: Metode Uji CBR LaboratoriumSNI 1964-2008: Cara Uji Berat Isi TanahSNI 1966-2008: Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indek Plastisitas TanahSNI 2436:2008: Tata Cara Pencatatan dan Identifikasi Hasil Pengeboran IntiSNI 2451-2008: Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana Bentang 5m Sampai dengan 25 m Dengan Pondasi Tiang PancangSNI 2827-2008: Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat SondirSNI 03-3423-2008: Cara Uji Analisis Ukuran Butiran TanahSNI 03-4804-1998: Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam AgregatSNI 03-4434-1997: Spesifikasi Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk PondasiJembatan, Ukuran (30 X 30, 35 X 35, 40 X 40) Cm2 Panjang 10-20Meter Baja Tulangan BJ 24 Dan BJ 40SNI 03-6747-2002: Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang Untuk JembatanDepartemen Pekerjaan Umum (DPU)SNI 03-6795-2002: Metode Pengujian Untuk Menentukan Jenis Tanah EkspansifSNI 1742:2008: Cara Uji Kepadatan Ringan untuk TanahSNI 1976:2008: Cara Koreksi Kepadatan Tanah yang Mengandung Butiran KasarSNI 2813:2008: Cara Uji Kuat Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi danTerdrainaseSNI 3454:2008: Tata Cara Pemasangan Instrumen Magnetos dan PemantauanPergerakan Vertikal TanahSNI 4153-2008: Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPTSNI 6424:2008: Cara Uji Potensi Pengembangan atau Penurunan Satu DimensiTanah KohesifSNI 1725:2016: Standar Pembebanan Untuk JembatanRSNI T-03-2005: Perencanaan Struktur Baja Untuk JembatanRSNI T-12-2004: Perencanaan Struktur Beton Untuk JembatanPd T-03.2-2005-A: Penyelidikan Geoteknik Untuk Fondasi Bangunan AirPt T-43-2000-A: Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan Tanah (Bagian 1 KeselamatanDalam Pekerjaan Tanah)Ketentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan1

ASTM D1143: Standard Method Of Testing Piles Under Static Axial CompressiveLoadsASTM D1586: Standard Test Method for Standarf Penetration Test (SPT) And SplitBarrel Sampling of SoilsASTM D-1587: Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils forGeotechnical PurposesASTM D-1883: Standard Test Method for California Bearing Ratio (CBR) ofLaboratory-Compacted SoilsASTM D2435: Standard Test Method for One-Dimensional Consolidation Propertiesof Soil Using Incremental LoadingASTM D2216: Standard Test Methods for Laboratory Determination of Water(Moisture) Content of Soil and Rock by MassASTM 2487: Standard Practice for Classification of Soils for Engineering Purpose(Unifield Soil Classification System)ASTM 2488: Standard Practice for Description and Identification of Soils (VisualManual Procedure)ASTM D2850: Standard Test Method for Unconsolidated-Undrained TriaxialCompression Test on Cohesive SoilsASTM D2974: Standard Test Method for Moisture, Ash, and Organic Matter of Peatand Other Organic SoilsASTM D3441: Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of SoilASTM D3689: Method for Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile LoadASTM D3740: Practice for Minimum Requirement for Agencies Engaged in Testingand/or Inspection of Soil and Rock as Used in Engineering Designand ConstructionASTM D3966: Standard Test Methods for Deep Foundations Under Lateral LoadASTM D4186: Standard Test Method for One-Dimensional-ConsolidationProperties of Saturated Cohesive Soils Using Controlled-StrainLoadingASTM D4220: Standard Practices for Preserving and Transporting Soil SampleASTM D427: Test Method for Shrinkage Factors of Soils by the Mercury MethodASTM D4318: Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and PlasticityIndex of SoilsASTM D4767: Standard Test Method for Consolidated Undrained TriaxialCompression Test for Cohesive SoilsASTM D4943: Standard Test Method for Shrinkage Factors of Soils by the WaxMethodASTM D5778: Standard Test Method of Electronic Friction Cone and PiezoconePenetration Testing of SoilsASTM D6026: Practice for Using Significant Digits in Geotechnical DataASTM D-698: Standard Test Method for Laboratory Compaction Characteristics ofSoils Using Standard Effort (12400 ft-lbf/ft3 (600 kN-m/m3))ASTM 7765: Standard Practice for Use of Foundry Sand in Structural Fill andEmbankmentsKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan2

ASTM D854: Standard Test Method for Specific Gravity of Soil Solids by WaterPycnometerAASHTO LRFD: Bridge Design Spesification Vol.6BS EN 1997-1:2004 : Eurocode 7: Geotechnical Design3.BS 8004:1986: Code of Practice For Foundation”FHWA HI-98-032: Load and Resistance Factor Design (LRFD) for Highway BridgeSubstructuresIstilah dan Definisi3.1AbutmentPilar jembatan yang berada di ujung jembatan yang berada di atas oprit.3.2AugerAlat untuk melakukan pengeboran.3.3BearingSistem keseluruhan dari suatu bagian jembatan yang digunakan untuk mentransfertegangan dari struktur bagian atas ke struktur bagian bawah yang dapat memberikanpergerakan pada bagian atas struktur jembatan.3.4Beban UpliftBeban yang berkerja pada arah vertikal dan mengarah ke atas.3.5Beton PrategangBeton yang telah mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikianrupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibatbeban eksternal.3.6Beton SiklopBeton dengan perbandingan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.3.7Core BoxKotak kayu tempat diletakan core sample untuk memudahkan pendeskripsian dandokumentasi core sample yang dibentuk sesuai dengan diameter core sample danpanjangnya menyesuaikan (biasanya 1 m).3.8CoringPengeboran yang dilakukan untuk mengambil contoh sampel pada lapisan litologi dibawah permukaan sebagai data geologi.3.9Detail Engineering Design (DED)Detail gambar yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi.3.10 DPT (Dinding Penahan Tanah)Komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkunganlainnya yang berhubungan tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi yangKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan3

berbeda.3.11 Energi DisipasiEnergi yang hilang dalam suatu sistem. Hilang dalam arti berubah menjadi energi lainyang tidak menjadi tujuan suatu sistem.3.12 Friction PilePenyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari gesekanantara tanah dengan sisi-sisi tiang pancang, atau dengan kata lain kemampuan tiangpancang dalam menahan beban yang mengandalkan gaya gesekan antara tiang dengantanah disekelilingnya.3.13 GirderSebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier ataupun abutment pada suatujembatan atau fly over.3.14 KonsolidasiSuatu proses pemampatan tanah, dan berkurangnya volume pori dalam tanah yangmenghasilkan bertambahnya daya dukung tanah.3.15 KonusAlat pada uji sondir untuk mengetahui nilai tahanan ujung (qc).3.16 Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression)Tekanan aksial benda uji pada saat mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksialmencapai 20%.3.17 OpritTimbunan tanah yang berada di ujung jembatan yang berfungsi untuk menyamakanelevasi jalan dengan elevasi jembatan.3.18 Palu/pemberatBesi atau baja masif berbentuk silinder dan di tengahnya berlubang lebih besar sedikitdaripada diameter pipa bor.3.19 PermeabilitasSuatu sifat atau kemampuan dari suatu membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat.3.20 PierTiang jembatan yang memikul beban keseluruhan dari jembatan tersebut.3.21 Pile CapUntuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiangpancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus daya dukung yang diijinkan.3.22 Pondasi CerucukSalah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan di daerah dengan kondisi tanahKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan4

yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah lumpur ataupun tanah gambutdengan elevasi muka air yang cukup tinggi.3.23 Sistem KoordinatDigunakan untuk menunjukkan suatu titik di bumi berdasarkan garis lintang dan garisbujur.3.24 Sondir (Cone Penetration Test)Uji untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah. Perlawananpenetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalamgaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubungbikonus dalam gaya persatuan luas.3.25 Split Barrel SamplerAlat berupa tabung yang dibelah dua dan kedua ujungnya dipegang dengan mur dandipasang pada ujung pipa bor pada waktu pelaksanaan pengujian SPT.3.26 Standard Penetration Test (SPT)Dynamic penetration test yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan data geotenikberupa sifat-sifat tanah.3.27 Static Loading testSalah satu metode pengujian untuk mengetahui daya dukung pondasi dengan memasangbeban statik di kepala tiang.3.28 Tanah KohesifTanah yang mempunyai sifat lekatan antar butir-butirnya dan mengandung lempungyang cukup banyak.3.29 Tanah LempungPartikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometerdan mengandung leburan silica dan/atau aluminium yang halus.3.30 Tumpuan Ujung (End Bearing Pile)Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari perlawanantanah keras pada ujung tiang.3.31 Uji TriaxialSalah satu uji laboratorium yang paling umum digunakan untuk mengetahui propertitanah.3.32 Undisturb Sample (UDS)Pengambilan sampel tanah dengan menggunakan tabung agar tanah yang didapatmerupakan kondisi tanah tidak terganggu.Ketentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan5

4.Jembatan dan Pondasi Jembatan4.1JembatanJembatan adalah suatu bangunan yang menghubungkan suatu jalan yang menyilang dengansungai/saluran air, lembah atau dengan jalan lain.4.1.1Bagian-Bagian JembatanBangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu:1. Bangunan atas: gelagar, pelat.2. Bangunan bawah: kepala jembatan (abutmen, pilar), tembok sayap, dan pondasi jembatan.3. Bangunan pelengkap: oprit, pengaman jembatan, bangunan pengaman jalan/sungai, elemendrainase dan lain-lain.OpritLant ai dan Balok Jembat anOpritPilarAbut menPondasi Tiang PancangAbut menPondasi Tiang PancangGambar 4.1 Gambar Bagian - Bagian JembatanKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan6

1. Bangunan AtasBangunan atas terdiri dari atas bangunan yang berfungsi untuk lintasan penghubung danmerupakan bagian jembatan yang terletak di sebelah atas landasan.2. Bangunan BawahBangunan bawah merupakan sistem yang mendukung bangunan atas antara lain terdiri dari kepalajembatan (abutmen atau pilar), tembok sayap (wing wall) dan pondasi jembatan.3.Bangunan PelengkapBangunan pelengkap jalan di antaranya terdiri dari jalan pendekat (oprit), bangunan pengamanjalan/sungai, elemen drainase dan lain-lain.4.1.2Tipe-Tipe JembatanJembatan memiliki beberapa tipe berdasarkan bentuk struktur di atasnya, lama waktu penggunaan,fungsi, panjang bentang, dan bahan konstruksi. Berikut tabel dan gambar tipe-tipe jembatan:Tabel 4.1 Tipe-tipe jembatan1. Jembatan lengkung batu2. Jembatan rangkaBentuk struktur atas3. Jembatan beton4. Jembatan gantung5. Jembatan cable stayed1. Jembatan sementara/ daruratLama waktu penggunaan2. Jembatan semi permanen3. Jembatan permanen1. Jembatan jalan rayaJembatan menurut fungsinya2. Jembatan jalan rel3. Jembatan talang air atau waduk4. Jembatan untuk penyebrangan pipa1. Bentang pendek ( 20 m)Panjang bentang2. Bentang sedang (20 m – 100 m)3. Bentang panjang ( 100 m)1. Jembatan dari betonBahan Konstruksi2. Jembatan dari baja3.Jembatan dari kayu4. Jembatan bahan kompositKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan7

4.1.3Bentang JembatanBerdasarkan panjang bentangnya, bentang jembatan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu jembatan denganbentang pendek (6-20 m), bentang menengah (20 - 100 m), dan bentang panjang (lebih dari 100 m).4.1.3.1 Jembatan dengan Bentang PendekJembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk bentang jembatan yangpendek yang memiliki bentang panjang 6 - 20 m. Jenis-jenis yang biasanya digunakan di antaranyaSlab Bridge, T-Girder, dan I-Girder.4.1.3.2 Jembatan dengan Bentang MenengahPenggunaan rangka baja untuk jembatan sampai saat ini masih mendominasi bangunan jembatanbentang menengah. Jenis baja yang biasaya dipakai yaitu Truss bridge. Selain itu dapat jugamenggunakan beton prategang dengan jenis PCI-Girder dan Prestressed Box Girder atau bisamenggunakan bahan komposit dengan jenis Composite bridge.Jenis jembatan balok pelat girder yang digunakan untuk jembatan jalan kereta api. Struktur gelagarinduk jembatan merupakan balok profil buatan dari pelat baja dengan tebal tertentu disusunsedemikian rupa sehingga merupakan balok yang proposional dan efektif untuk menahan beban yangbekerja.4.1.3.3 Jembatan dengan Bentang PanjangBangunan bentang panjang umumnya menggunakan sistem penggantung untuk menahan lantaijembatan. Yang termasuk dalam kategori jembatan bentang panjang antara lain jembatan pelengkungbaja maupun beton, jembatan kabel suspensi dan jembatan cable stayed. Jembatan pelengkungumumnya mempunyai bentang utama antara 90 – 200 meter. Pelengkung merupakan tempatmenggantung/menumpunya lantai jembatan dapat berbentuk baja tubular ataupun beton bertulang.Penggantung lantai biasanya terbuat dari baja sedangkan penumpu dapat dibuat dari beton bertulangmaupun baja.Jembatan kabel stayed mempunyai bentang antara 150 – 500 meter. Sistem lantai jembatan didukungoleh kabel yang dihubungkan langsung dengan tower. Jembatan Suramadu dan jembatan Pasupatimerupakan menggunakan sistem cable stayed.Jembatan dengan bentang yang sangat panjang, lebih besar dari 400 meter, menggunakan sistem kabelsuspensi untuk memikul beban lantai. Sistem jembatan ini mempunyai kabel penggantung pelat dankabel utama yang berfungsi menyalurkan beban ke pilar dan kemudian diteruskan ke pondasi.4.2Pondasi JembatanPondasi merupakan elemen struktur yang berfungsi meneruskan beban kepada tanah, baik bebandalam arah vertikal maupun horizontal. Fungsi pondasi antara lain:Ketentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan8

1. Untuk memikul beban di atasnya.2. Untuk menahan gaya angkat (up-lift) pada pondasi atau dok di bawah muka air.3. Untuk mengurangi penurunan (sistem tiang rakit dan cerucuk).4. Untuk memberikan tambahan faktor keamanan, khususnya pada kaki jembatan yang dapatmengalami erosi / scouring.5. untuk menahan longsoran atau sebagai proteksi galian (barisan tiang / soldier piles).Jenis pondasi jembatan ditentukan oleh kondisi tanah dan desain struktur atas jembatan. Secara umumadalah seperti berikut:1. Bila tanah keras dangkal (D 4m) digunakan pondasi telapak (spread footing).2. Bila tanah keras cukup dalam (D 4-9m) digunakan pondasi sumuran (Caisson).3. Bila tanah keras sangat dalam (D 9m) digunakan pondasi dalam atau pondasi tiang (pancangdan bor).Konsep dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan perancangan pondasi jembatan sebagaiberikut:1. Menentukan profil dan karakteristik tanah2. Penentuan stratifikasi, penggambaran profil kadar air, dan batas-batas atterberg, kuat gesertak teralir, dan menggambarkan hasil uji lapangan.3. Penentuan kedalaman pondasi4. Tentukan lapisan pendukung yang cukup baik dan dapat memikul beban berdasarkan profiltanah di lapangan. Apabila tanah keras tidak didapatkan hingga kedalaman tertentu, tiangdapat direncanakan sebagai tiang gesekan.5. Penentuan jenis dan dimensi pondasi6. Tentukan jenis dan dimensi pondasi tiang berdasarkan jenis tanah, daya dukung tanah,kapasitas penampang struktur, ketersediaan peralatan, pengalaman konstruksi, pertimbanganlingkungan dan ekonomi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kriteria pemilihan pondasiberdasarkan jenis tanahnya: Pondasi pada tanah pasir; permasalahan yang umum terjadi pada pondasi di atas tanahpasir adalah penurunan yang tidak seragam. Untuk itu perlu dilakukan berbagai tes ataupengujian tanah seperti uji Soil Penetration Test (SPT), uji kerucut statis, dan uji bebanpelat, pondasi dalam seperti pancang umumnya dipilih pada jenis tanah ini, atau untuklokasi yang tidak memungkinkan bisa menggunakan spoon pile atau bor pile. Pondasi pada batuan; sebenarnya pondasi pada batu tak perlu dikhawatirkan karena sifatbatu yang keras dipastikan mampu menahan beban bangunan dengan baik. Namun padabatuan berkapur dan memiliki lubang-lubang, stabililtas bangunan harus diperhitungkankarena akan membahayakan bangunan. Pondasi pada tanah timbunan; tanah timbunan merupakan tanah yang diangkut dari daerahKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan9

lain ke lokasi pembangunan. Tanah timbunan yang akan dijadikan dasar pondasi harusdiperiksa terlebih dahulu kapasitas dukungnya. Dan jika akan digunakan tanah timbunanharus dipadatkan terlebih dahulu. Untuk jenis ini umumnya menggunakan bored pile,pancang, cerucuk, spoon pile maupun strauss pile. Pondasi pada tanah organik; tanah organik sangat tidak disarankan untuk dijadikan tempatperletakan pondasi, karena jenis tanah ini akan mengakibatkan penurunan terlalu besar dantanah jenis ini sangat sulit dipadatkan. Pondasi pada tanah lempung; pondasi tiang pancang, bored pile, spoon pile, jacking pileatau strauss pile sangat disarankan pada tanah lempung sehingga tanah tidak mudahterpengaruhi dengan iklim dan kondisi lingkungan sekitar. Perencanaan pondasi padalapisan tanah ini agak sulit dilakukan karena tanah menyatu dengan air hingga tanahdengan mudah menjadi jenuh air. Pondasi pada tanah lanau; tanah lanau merupakan jenis tanah yang terdapat diperalihanantara pasir dan lempung. Dalam kondisi alam, tanah jenis lanau biasanya ditemukandalam kondisi kurang padat. Sehingga jika dijadikan sebagai tempat perletakan pondasi,maka akan terjadi penurunan yang besar. Pondasi dalam tiang pancang, sumuran, borepile, strauss pile atau spoon pile disarankan untuk kondisi tanah seperti ini.4.2.1Pondasi TelapakPondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras terdapat di kedalaman kurang dari 4 meter. Dalamperencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak dianjurkan mengingatuntuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan (Scouring). Pondasi jenis ini cocokuntuk jenis tanah sedang hingga keras. Bahannya dari pasangan batu kali atau beton bertulang.Gambar 4.2 Pondasi Telapak Untuk JembatanKetentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan10

4.2.2Pondasi SumuranPondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras antara 4 sampai 9 meter. Pondasi sumurandibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran berdiameter 80 cm. Penggalian dapatdilakukan secara manual dan tergolong mudah dilaksanakan. Kemudian lubang galian diisi denganbeton siklop (1 pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang. Jika konstruksinya untuk muatan ringan dapatdigabungkan dengan konstruksi beton bertulang dan konstruksi beton 40% batu kali. Pondasi jenis inicocok untuk jenis tanah berpasir dimana tanah keras agak dalam.4.2.3Pondasi Tiang PancangPondasi tiang pancang merupakan bagian dari pondasi dalam. Pondasi ini digunakan apabila kondisitanah stabil terletak pada kedalaman lebih dari 9 meter. Daya dukungnya dari gesekan antara selimuttiang dengan tanah dan dari tahanan ujungnya. Kedua komponen itu dapat bekerja bersamaan maupunterpisah, namun demikian salah satu dari komponen tersebut dapat lebih dominan.4.2.4Pondasi Tiang BorPondasi tiang bor atau bored pile merupakan jenis pondasi tiang yang dicor di tempat, yangsebelumnya dilakukan pengeboran dan penggalian. Pondasi ini digunakan apabila kondisi tanah stabilterletak pada kedalaman lebih dari 9 meter. Pondasi tiang bor sangat cocok digunakan pada tempattempat yang padat oleh bangunan-bangunan, karena tidak terlalu bising dan getarannya tidakmenimbulkan dampak negatif terhadap bengunan di sekelilingnya.Gambar 4.3 Jenis pondasi jembatanKetentuan Praktis Pengujian Tanah

PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN TANAH KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M . D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A . Ketentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan 1 Ketentuan Praktis Pengujian Tanah Jembatan .

Related Documents:

Petunjuk Teknis Pengelolaan Pembelajaran Riset di Madrasah. B. Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Tujuan penyusunan petunjuk teknis ini adalah sebagai salah satu panduan operasional pengelolaan pembelajaran riset di Madrasah. C. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis Ruang lingkup juknis ini diuraikan dengan sistematika sebagai berikut. 1.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian alat, dan kemudian dilakukan analisis dari hasil pengujian tersebut. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana alat bekerja, serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan alat yang bekerja sesuai dengan spesifikasi. 4.1. Pengujian Sensor TDS Pengujian sensor

Bab IV. Pengujian dan Analisa Hasil Pengujian Laporan Tugas Akhir 33 Gambar 4.3 Tampilan pengujian tombol remove list pada visual basic 6.0 4.1.3 Pengujian Tombol Remove All Tombol remove all berfungsi untuk mengapus semua data gerakan motor servo ac yang ada pada listbox list1.Pengujian tombol remove all dilakukan dengan cara meng-klik tombol remove all.

fasilitasi teknis dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini. Penyusunan Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca -GRK) ini (RAD didukung oleh . Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui Program Advis Kebijakan Untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

petunjuk teknis penilaian kinerja unit pelaksana teknis daerah pengelola air limbah domestik kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat jenderal cipta karya direktorat pengembangan penyehatan lingkungan permukiman . petunjuk teknis penilaian kinerja unit pelaksana

bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah. Erodibilias menunjukkan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap daya penghancuran dan penghanyutan air hujan yang mempengaruhi kepekaan tanah yaitu: sifat fisik tanah dan pengelolaan tanah. (Wischmeier, Johnson dan Cross, 1971 dalam Taryono, 1996) mengemukakan bahwa

BAHAN AJAR PONDASI Daftar Isi: BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Penyelidikan Tanah dan Daya Dukung Tanah 2.1. Penyelidikan Tanah di Lapangan 2.2. Penyelidikan Tanah di Laboratorium 2.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah 2.4. Pengaruh Muka Air Tanah terhadap Daya Dukung Tanah BAB 3. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)

Am I my Brother’s Keeper? Sibling Spillover E ects: The Case of Developmental Disabilities and Externalizing Behavior Jason Fletcher, Nicole Hair, and Barbara Wolfe July 27, 2012 Abstract Using a sample of sibling pairs from the PSID-CDS, we examine the e ects of sibling health status on early educational outcomes. We nd that sibling developmental dis- ability and externalizing behavior are .