EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN .

3y ago
44 Views
2 Downloads
852.45 KB
15 Pages
Last View : 29d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Roy Essex
Transcription

EVALUASI PENGENDALIAN INTERNPENERIMAAN DAN PENGELUARAN KASPADA GEREJA-GEREJA DI RAYON BANTULCaecilia Anita SetiyaniH. Andre PurwanugrahaProgram Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,Universitas Atma Jaya YogyakartaJalan Babarsari 43-44, YogyakartaIntisariMasing-masing gereja memiliki ciri dan corak yang berbeda dalampengembangan dan penerapan pengendalian internnya. Sehingga Keuskupansebagai lembaga yang lebih besar dari gereja tidak bisa menerapkan standar yangsama antar paroki yang satu dengan paroki yang lain. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui penerapan pengendalian intern yang dijalankan oleh gerejagereja di Rayon Bantul, apakah penerapan pengendalian intern terhadappenerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan oleh Gereja-gereja di RayonBantul sudah sesuai teori akuntansi yang ada.Dalam penelitian ini, gereja yang diteliti ada tiga gereja, yaitu Gereja SantoYakobus Bantul, Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dan Gereja SantaTheresia Sedayu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian untukmengetahui telah sesuai atau belum adalah dengan wawancara, observasi dandokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)Mendeskripsikan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas terhadapstruktur organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan, serta praktik yangdijalankan oleh masing-masing gereja. (2) Membandingkan praktik-praktikpengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas yang telah dijalankan olehmasing-masing gereja dengan teori atau pedoman yang ada pada PTKAP danPKAP, (3) membuat kesimpulan.Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwapelaksanaan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukangereja-gereja di Rayon Bantul masih terdapat beberapa hal yang belum sesuaidengan teori pada PTKAP dan PKAP, tetapi telah disesuaikan dengan kondisiyang ada dalam masing-masing gereja. Beberapa hal yang kurang sesuai adalahdalam hal pemisahan fungsi yang dalam praktinya belum dilakukan secara tegas,otoritas dan adanya nomor bukti yang tidak as,pengeluarankas

A.PENDAHULUANBerkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenisyaitu akuntansi yang berkaitan dengan bisnis yang dikenal dengan akuntansisektor privat, dan yang berkaitan dengan organisasi pemerintahan atauorganisasi nirlaba. Seperti halnya organisasi yang mencari laba, organisasisektor publik atau organisasi nirlaba juga harus menyusun laporankeuangan, meskipun organisasi tersebut didirikan bukan untuk mencari labaatau keuntungan. Organisasi nirlaba sebenarnya tidak jauh berbeda denganorganisasi yang berorientasi mencari laba.Gereja sebagai salah satu organisasi nirlaba mempunyai karakteristikyang berbeda dengan organisasi yang lain. Perbedaan tersebut meliputiperbedaan dalam hal kepemilikan aset, tujuan organisasi dan caramemperoleh serta menggunakan sumber daya. Hal kepemilikan aset, tujuanorganisasi dan cara memperoleh serta menggunakan suber daya gerejadiatur dalam Badan Hukum Gereja. Gereja di Keuskupan Agung Semarangdiharapkan dapat menerapkan peraturan ini secara maksimal, karenaperaturan ini dibuat dengan tujuan untuk melihat pengelolaan keuangan dantata hubungan keuangan yang jelas dan pasti untuk intern gereja sendiri dankaitannya dengan Keuskupan Agung Semarang tujuan lain diterbitkannyaperaturan ini adalah untuk melihat tata akuntansi gereja yang mendukungpelayanan di bidang keuangan secara transparan dan akuntabel.Pengelolaan harta benda untuk tingkat paroki diatur dalam KeputusanUskup Keuskupan Agung Semarang no 0010/C/I/a-4/08 tentang PedomanKeuangan dan Akuntansi Paroki (PKAP). Keputusan tersebut juga mengaturmengenai Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki (PTKAP).Petunjuk ini mengatur mengenai pelaksanaan teknis akuntansi dan keuanganparoki berdasarkan pada standar akuntansi yang terbaru. Pedoman ini tidakhanya mengatur mengenai pelaksanaan teknis keuangan dan akuntansitingkat paroki, tetapi juga mengatur mengenai pengawasan terhadappelaksanaan pengelolaan keuangan dan harta benda paroki. AdanyaKeputusan Uskup Keuskupan Agung Semarang no 0010/C/I/a-4/08 pasal12.4, gereja yang juga disebut paroki diharapkan menyusun PPKAP dengandasar PTKAP dan PKAP. Penyusunan ini diharapkan dapat membantupelaksanaan teknis keuangan dan akuntansi parokiNamun, dalam kenyataanya masing-masing gereja memiliki ciri dancorak yang berbeda dalam penerapan pedoman pengelolaan harta benda dankeuangan gereja. Hal ini dikarenakan masing-masing gereja memilikikekhasan sesuai dengan kondisi dan tempat dimana gereja tersebut berada.Perbedaan pendapat dari masing-masing gereja mengenai penerapanpedoman keuangan yang sudah diatur oleh Keuskupan menjadi salah satuhal yang perlu diperhatikan. Adanya perbedaan tahapan dan pemahamandalam penerapan pengendalian intern inilah yang ingin dilihat dalampenelitian kali ini, meskipun akibat dari perbedaan dan perubahanmekanisme ini memang tidak terlalu terasa, namun hal ini bisa memberikansudut pandang baru tentang penerapan pengendalian intern yang diterapkanoleh gereja-gereja di Rayon Bantul.2

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untukmelakukan penelitian tentang pengendalian intern terhadap pengelolaan kaspada gereja-gereja yang berada di Rayon Bantul, dengan mengambil judul:“EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DANPENGELUARAN KAS PADA GEREJA-GEREJA DI RAYONBANTUL”B.RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latarbelakang, maka rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian iniadalah:Apakah penerapan pengendalian intern penerimaan dan pengeluarankas yang dilakukan Gereja-gereja di Rayon Bantul sudah sesuai denganpedoman yang ditetapkan oleh Keuskupan?C.BATASAN MASALAHBatasan masalah dimaksudkan agar yang dibahas pada penelitian initidak menyimpang dari masalah yang diteliti, sehingga maksud dan tujuanpenelitian mudah dimengerti. Pada penelitian ini, peneliti membatasipermsalahan yang akan diteliti sebagai berikut:1. Penelitian dilaksanakan pada Gereja-gereja di Rayon Bantul yang sudahberstatus Paroki.2. Penulis hanya mengevaluasi pada proses pengendalian intern penerimaandan pengeluaran kas gereja berdasarkan aturan yang ada di gereja atauPetunjuk Teknis dan Keuangan Akuntansi Paroki (PTKAP) dan PedomanKeuangan dan Akuntansi Paroki (PKAP).D.TUJUAN PENELITIANTujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untukmengetahui penerapan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kasyang dilakukan oleh Gereja-gereja di Rayon Bantul.E.LANDASAN TEORI1. OrganisasiOrganisasi adalah kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian diperkumpulan tersebut untuk tujuan terntentu. Pengertian organisasinonprofit adalah suatu kesatuan yang teriri dari bagian-bagian dariperkumpulan tersebut yang mempunyai tujuan tidak mencari laba ataukeuntungan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, 2002).3

Pada dasarnya terdapat empat jenis tipe organisasi, yang dapatdilihat dari tujuan operasi dan sumber pendanaannya (Mohamad Mahsundk, 2007: 3-4), yaitu:1. Pure profit organization2. Quasi profit organization3. Quasi non profit organization4. Pure non profit organization2. Organisasi GerejaGereja atau yang biasa disebut paroki termasuk dalam kategoriorganisasi nirlaba, karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkanuntuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari subangan paraanggota (umat) dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkanimbalan dalam bentuk apapun dari paroki tersebut.3. Keungan GerejaMenurut Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki, Bab II, Pasal1, Ayat 1, menyatakan bahwa:“Keuangan paroki adalah uang dan harta benda gerejawi yang dikelolanoleh Dewan Paroki.”Pengelolaan harta benda paroki ditetapkan dengan pedoman tersendiriyang telah disahkan oleh Uskup. Penanggungjawab keuangan parokisecara legal-formal adalah Pengurus Gereja dan Papa Miskin (PGPM)Paroki sedangkan pengelola keuangan paroki adalah bendahara dewanparoki.4. Harta Benda GerejaMagisterium Konsili Vatikan II menegaskan bahwa gerejamembutuhkan material resources untuk mengemban karya perutusannyadi dunia. Bahkan kebutuhan akan dana itu sangat esensial untukmenyelenggarakan peribadatan, membiayai penghidupan yang layak bagipara klerikus dan para petugas gerejawi lainnya, serta untuk karyakaritatif bagi mereka yang berkekurangan.5. KasKas merupakan harta yang paling lancer atau likuid, paling mudahdiselewengkan, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur akuntansiuntuk mencatat dan mengendalikan kas. Kas adalah alat pertukaran yangdiakui oleh masyarakat umum dan oleh sebab itu merupakan dasarlandasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semuakegiatan ekonomi di dalam perusahaan.4

6. Pengendalian internMulyadi (2001: 163), mendefinisikan sistem pengendalian internmeliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yangdikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitiandan kendalan data akuntansi, mendorong efsiensi dan mendorongdipatuhinya kebijakan manajemen.Unsur-unsur Pengendalian InternMenurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi (2008 :164),unsur-unsur pokok sistem pengendalian intern meliputi empat unsurbesar yang tiap pointnya tidak dapat dipisahan, keempat unsur tersebutadalah:1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsionalsecara tegas.2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikanperlindungan yang cukup terhadap kekayaan, pendapatan dan biaya.3. Praktik yang sehat dalam melaksankan tugas dan fungsi setiap unitorganisasi.4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnyaPrinsip-prinsip Pengendalian Intern1. Pemisahan fungsi2. Prosedur pemberian wewenang3. Prosedur dokumentasi4. Prosedur dan catatan akuntansi5. Pengawasan fisik6. Pemeriksaan intern secara bebasFungsi yang Terkait dalam Penerimaan dan Pengeluaran KasBerbagai fungsi yang terkait dalam transaksi penerimaan kasdalam suatu perusahaan (penerimaan kas dari penjualan tunai) adalah(Mulyadi, 2001 : 462):1. Fungsi penjualan2. Fungsi kas3. Fungsi gudang4. Fungsi pengiriman5. Fungsi akuntansiBerdasarkan penelitian yang akan dilakukan, fungsi yang terkaitdengan organisasi nirlaba hanya fungsi kas dan fungsi akuntansi, yangditambah dengan fungsi penerimaan kas. Fungsi penerimaan kas danfungsi kas di sini berfungsi untuk menerima kas dan memberikan tandaterima atas kas yang diterima oleh organisasi dari subangan. Fungsiakuntansi di sini bertanggungjawab untuk membuat laporan keuangandan mencatat laporan-laporan yang berhubungan dengan kas.5

7. Pelayanan Kevikepan YogyakartaBerikut ini gambaran global perkembangan dan situasi Gereja diKevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibagi menjadi 5 rayon.1. Rayon Kulon ProgoTerdiri dari: 4 paroki ditambah 3 stasi (Paroki Nanggulan, Boro,Promasan, Wates, Stasi Pelem Dukuh)2. Rayon BantulTerdiri dari: 3 Paroki ditambah 1 stasi (Paroki Ganjuran, Bantul,Sedayu)3. Rayon Gunung KidulTerdiri dari: 2 paroki dan 1 kuasi (Paroki Wonosari, Kelor, KuasiParoki Bandung)4. Rayon SlemanTerdiri dari: 14 Paroki ( Paroki Pakem, Minomartani, Banteng,Gamping, Mlati, Medari, Nandan, Kalasan, Somohitan, Klepu,Babadan, Pangkalan, Pringwulung dan Babarsari)5. Rayon KotaTerdiri dari: 7 Paroki, 1 Paroki Administrasi ( Paroki Kidulloji,Kotabaru, Bintaran, Jetis, Pugeran, Kumetiran, Baciro, ParokiAdministrasi Pringgolayan).F.METODE PENELITIAN1. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu metode yangsifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan suatu data dankeadaan serta menerangkan suatu keadaan sedemikan rupa sehinggadapatlah ditarik kesimpulan.2. Lokasi PeneltianPenelitian dilaksanakan pada Gereja-gereja di Rayon Bantul, yaitu:a. Gereja Santo Yakobus Bantul yang berlokasi di Jalan Soegijopranatano 1 Bantul, Yogyakarta 55711.b. Gereja Gati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang berlokasi di Ganjuran,Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta 55764.c. Gereja Santa Theresia Sedayu yang berlokasi di Gubug ArgosariSedayu Bantul.3. Subjek dan Objek PenelitianSubjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkaitan denganpengelola keuangan gereja, yaitu: Pastor Paroki, Bendahara Paroki danPetugas administrasi/karyawan.Objek penelitian ini adalah prosedur, dokumen, serta catatan lain yangdisajikan oleh masing-masing gereja yang berkaitan dengan pengendalianintern penerimaan dan pengeluaran kas.6

4. Sumber data penelitianData-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Gambaran umum gereja, strukur organisasi dan job descriptionb. Laporan keuangan gerejac. Prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran kasd. Catatan lain yang dibuat oleh gereja yang berkaitan denganpenerimaan, tata cara penyimpanan dan pengeluaran kas.e. Formulir, dokumen dan catatan yang digunakan dalam gereja.5. Metode pengumpulan dataMetode pengumpulan data yang digunakan adalah:a. Wawancarab. Dokumentasi datac. Observasi6. Metode analisis dataAnalisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif, yaitudikemukakannya konsep teoritis dan gambaran mengenai objekpenelitian serta penyajian dari hasil penelitian. Metode analisis datadalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yangdilakukan oleh Wima (2009) mengenai Evaluasi Sistem PengendalianIntern Pengelolaan Kas pada Organisasi Nirlaba dan Andreas (2013)mengenai Evaluasi Sistem Akuntansi Penerimaan Kas dan PengeluaranKas berdasarkan Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki.Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data dalampenelitian ini adalah:a. Mendeskripsikan pengendalian intern penerimaan dan pengeluarankas terhadap struktur organisasi, sistem otorisasi, prosedurpencatatan, serta praktik yang dijalankan oleh masing-masing gereja.b. Membandingkan praktik-praktik pengendalian intern penerimaandan pengeluaran kas yang telah dijalankan oleh masing-masinggereja dengan teori atau pedoman yang ada pada PTKAP dan PKAP.c. Membuat kesimpulan atas hasil perbandingan antara praktik-praktikpengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas yang telahdijalankan oleh masing-masing gereja dengan teori atau pedomanyang ada pada PTKAP dan PKAP.G.HASIL PENELITIN DAN PEMBAHASANSesuai dengan perumusan masalah yang terdapat pada Bab I, makapada bab ini, penulis memberikan paparan atas analisa data yang dilakukantentang evaluasi pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas padaGereja-gereja di Rayon Bantul yang sesuai dengan Pedoman yangditentukan oleh Keuskupan Agung Semarang, yaitu PTKAP dan PKAP.Gereja-gereja di Rayon Bantul telah berupaya mengikuti danmenerapkan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas sesuai7

dengan pedoman yang dianjurkan oleh Keuskupan Agung Semarang, yangterdapat pada PTKAP dan PKAP.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis mengenaipenerapan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas padagereja-gereja di Rayon Bantul, penulis ingin mengevaluasi seberapa jauhpenerapan dalam PTKAP dan PKAP yang sudah diikuti dengan sesuai olehGereja-gereja di Rayon Bantul.Langkah yang dilakukan penulis untuk dapat mengevaluasi penerapanpengendalian intern terhadap pengelolaan kas pada Gereja-gereja di RayonBantul adalah membandingkan antara Bab II dan Bab III.1. Deskripsi pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kasterhadap struktur organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan,serta praktik yang dijalankan oleh masing-masing gereja.a. OrganisasiMasing-masing pemisahan fungsi keuangan pada organisasigereja yang berada di rayon Bantul belum sepenuhnya sesuai denganPTKAP, hal ini telihat secara tertulis sudah dilakukan pemisahanfungsi penerimaan, fungsi kas dan fungsi akuntansi dengan adanyaBendahara I, Bendahara II dan Bendahara III, namun dalam praktinyaGereja Sedayu belum dengan tegas melakukan tugasnya sesuai denganfungsi dari masing-masing bendahara, karena bendahara GerejaSedayu dalam pelayanannya lebih mengutamakan fleksibilitas denganmenyesuiakan kondisi dan lokasi. Sedangkan di Gereja Bantul danGereja Ganjuran sudah melakukan pemisahan fungsi secara tegas,masing-masing bendahara melakukan tugasnya sesuai dengan fungsiyang sudah ditentukan. Bahkan Gereja Ganjuran juga mempekerjakankaryawan yang bertugas sebagai kasir. Sehingga memudahkan untukumat yang akan melakukan pencairan dana atau donatur yang akanmemberikan sumbangan bagi gereja.b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatanSistem otorisasi dan prosedur pencatatan pada masing-masinggereja di Rayon Bantul belum sepenuhnya sesuai dengan PTKAP,karena ada beberapa dokumen pencatatan yang tidak selalu terdapattanda tangan yang lengkap dari pejabat yang berwenang. Dokumenyang tidak ditandatangani dengan lengkap oleh pejabat yang tidakberwenang dapat menimbulkan penyimpangan ketika dokumentersebut digunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.Berdasarkan PTKAP dokumen tersebut harus ditandatangani denganlengkap sehingga dapat meminimalkan penyimpangan terhadapdokumen yang digunakan.c. Praktik yang sehatPraktik yang sehat pada masing-masing gereja di Rayon Bantulsudah sepenuhnya sesuai dengan PTKAP, karena semua penerimaansudah menggunakan dokumen yang bernomor urut tercetak.8

Berdasarkan PTKAP setiap penerimaan kas harus disertai buktidan bukti tersebut harus bernomor urut tercetak, sehingga dapatmemudahkan gereja ketika akan menelusuri.2.Membandingkan praktik-praktik pengendalian intern penerimaan danpengeluaran kas yang telah dijalankan oleh masing-masing gereja denganteori atau pedoman yang ada pada PTKAP dan PKAP.a. Fungsi-fungsi yang terkait dalam pengendalian intern penerimaan kasPTKAP/PKAPFungsi Penerimaan,Fungsi yang bertanggungjawab menerimaseluruh penerimaan kas GerejaFungsi Kas,Fungsi yang bertanggungjawab menyimpanseluruh penerimaan kas gerejaFungsi Penghitung Kolekte,Fungsi yang bertanggungjawab melakukanpenghitungan kolekteFungsi Penghitung Kotak Persembahan,Fungsi ini bertanggungjawab menghitungkotak persembahanFungsi Akuntansi,Fungsi ini bertanggungjawab melakukanpencatatan terhadap seluruh penerimaan kasgerejaFungsi Pemeriksaan Intern,Fungsiinibertanggungjawabuntukmelakukan pemeriksaan kas secara periodikdan mencocokkan hasil penghitungannyadengan saldo menurut catatan akuntansiKETERANGANMasing-masing gereja sudah mempunyaifungsi yang bertanggungjawab menerimaseluruh penerimaan kas Gereja, yaituBendahara II.Masing-masing gereja sudah mempunyaifungsi yang bertanggungjawab menyimpanseluruh penerimaan kas gereja.Penyimpanan kas pada Gereja Bantul danSedayu dilakukan oleh Bendahara IIsedangkan Gereja Ganjuran dilakukan olehKasir atas otorisasi Romo Paroki atauBendahara I.Masing-masing gereja sudah mempunyaifungsi yang bertanggungjawab melakukanpenghitungan kolekte.Masing-masing gereja menerepkan fungsiyang sama, petugas penghitung kolekte darimasing-masing gereja dilakukan oleh petugastata laksana.Masing-masing gereja sudah mempunyaifungsi yang bertanggungjawab menghitungkotak persembahan.Masing-masing gereja menerapkan fungsiyang sama, petugas penghitung kotakpersembahan dilakukan oleh petugas tatalaksana.Masing-masing gereja sudah mempunyaifungsi yang bertanggungjawab melakukanpencatatan terhadap seluruh penerimaan kas.Pencatatan dilakukan oleh Bendahara II.Masing-masing gereja sudah mempunyaifungsi yang bertanggungjawab melakukanpemeriksaan kas secara periodik danmencocokkan hasil penghitungan dengansaldo menurut catatan akuntansi.Pemeriksaan dari masing-masing gerejadilakukan oleh Bendahara I dan Romo Paroki.9

b. Fungsi-fungsi yang terkait dalam pengendalian intern pengeluaran kasPTKAP/PKAPFungsi Kas,Fungsi ini bertanggungjawab mengeluarkanuang untuk seluruh pengeluaran kas GerejaFungsi yang Memerlukan PengeluaranKas,Fungsi ini bertanggungjawab untuk membuatproposal dalam setiap mengeluarkan kasFungsi Akuntansi,Fungsi ini bertanggungjawab melakukanpencatatan terhadap seluruh pengeluaran kasparokiFungsi Transfer Bank,Fungsiinibertanggungjawabmentransfer uang ke bankuntukFungsi Pengesahan,Fungsi ini bertanggungjawab jawaban yg telah

dilakukan oleh Wima (2009) mengenai Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Kas pada Organisasi Nirlaba dan Andreas (2013) mengenai Evaluasi Sistem Akuntansi Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas berdasarkan Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data dalam

Related Documents:

Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas dari Rawat Inap pada Rumah Sakit Sambirejo.Surakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. . Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas pada Rumah Sakit Gunung Maria di Tomohon. Jurnal EMBA, Vol.1 No.4, hlm: 213-223. Diakses Desember 2013

BAB 1 AKUNTANSI DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KAS 4 GAMBAR 1.2 – Pengendalian Fisik, Mekanis dan Elektronik .Verifikasi Intern Independen Meskipun sistem pengendalian intern telah dirancang dengan baik, kemungkinan terjadinya penyimpangan tetap saja bisa terjadi setiap saat. Misalnya kelelahan yang

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PENERIMAAN KAS PADA PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Diploma III Jurusan Akuntansi Oleh: FIRDA YUNIARTIWI NIM: 2012410923 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2015

BAB II : KONSEP SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang dan perkembangan sistem pengendalian, pengertian sistem pengendalian manajemen, konsep dasar pengendalian, jenis-jenis pengendalian, dan keterbatasan suatu sistem pengendalian manajemen, serta soal latihan.

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT. PERTAMINA (PERSERO) DEPOT BOYOLALI TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Oleh: ARIS DWI MAHARDI NIM F3306119 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

sistem pengendalian intern dibandingkan dengan sistem pengendalian intern pada PT. Mitra Sehati Sekata Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif yaitu, analisis deskriptif. Analisis sistem pengendalian intern atas persediaan sudah efektif, dimana adanya pemisahan tugas dan fungsi-fungsi yang

BAKTIAR TARNANDO, NPM 1405170734, Analisis Sistem Pengendalian Intern Piutang Pada Perum Perumnas Regional I Medan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Skripsi 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan sistem pengendalian intern piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan,

A-3 Short Beam Shear (ASTM D 2344) A-4 Two-Rail Shear (ASTM D 4255) A-5 Three-Rail Shear (ASTM D 4255) A-6 Shear Strength by Punch Tool (ASTM D 732) A-7 Sandwich Panel Flatwise Shear (ASTM C 273) A-8 Special Sandwich Panel Shear Fixture (ASTM C 273) SEZIONE B: PROVE DI COMPRESSIONE B-1 Wyoming Combined Loading Compression (ASTM D 6641) B-2 Modified ASTM D 695 (Boeing BSS 7260) B-3 IITRI .