ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 1 .

3y ago
89 Views
8 Downloads
218.07 KB
18 Pages
Last View : 10d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Isobel Thacker
Transcription

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era GlobalRuang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 1 PINRANGPADA MATERI IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN THREE-TIER TESTAyu Mutmainnah Halim1, Halimah Husain2, Sugiarti212Mahasiswa Jurusan Kimia Universitas Negeri MakassarDosen Jurusan Kimia Universitas Negeri MakassarE-mail: ayumutmainnahhalim7@gmail.comAbstrakPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui persentase siswakelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Pinrang yang mengalami miskonsepsi pada materi ikatan kimia,mendeskripsikan bentuk-bentuk miskonsepsi dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinyamiskonsepsi tersebut. Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini melalui tes diagnostikyaitu Three-Tier Test dan didukung oleh data hasil observasi, dan wawancara klinikal. Subjekdalam penelitian ini adalah Siswa Kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Pinrang tahun pelajaran2016/2017 sebanyak 49 siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapatdisimpulkan bahwa persentase siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Pinrang yang mengalamimiskonsepsi pada materi ikatan kimia adalah 40, 64 % (kategori sedang), ditemukan 35miskonsepsi siswa yang terdapat pada 8 indikator materi ikatan kimia dan diperoleh faktor-faktoryang menyebabkan terjadinya miskonsepsi yang bersumber dari siswa, guru dan buku teks.Kata kunci: miskonsepsi, Three-Tier Test, ikatan kima.PENDAHULUANSetiap siswa memiliki konsep awal(prakonsepsi) yang dibawa sebagaipengetahuan. Konsep awal inilah yangdikonstruksiolehsiswaketikamemperoleh informasi baru. MenurutPurtadi (2009) bahwa konsep yang dibawadan dikembangkan sendiri ini tidak selalusama dengan konsep sebenarnya yangdikemukakan para ahli. Ketika siswamengikuti proses pembelajaran danmenerima konsep baru, ia akan berusahamengaitkan atau menyelaraskan konsepbaru tersebut dengan konsep yang telahdimilikinya, namun siswa seringkalimengalami kesulitan atau salah dalammengaitkan konsep baru dengan konsepyangtelahdimilikinyasehinggamenyebabkan terjadinya kesalahan konsepatau dikenal dengan istilah miskonsepsi.Miskonsepsi adalah suatu konsepsiseseorang yang tidak sesuai dengankonsep ilmiah yang diakui oleh para ahli.Penyebab miskonsepsi pada siswa adalahsiswa sendiri, guru, buku teks, konteksdan metode pembelajaran (Suparno,2005). Selain itu adanya karakteristikmata pelajaran tertentu yang sulitdipahami siswa sehingga siswa berusahamenafsirkan atau menciptakan konseptersendiri yang kadang-kadang tidaksesuai dengan konsep yang sebenarnyasehingga menimbulkan konsep yang salahdalam pikiran siswa.Salah satu mata pelajaran yangdianggap sulit dan sering terdapatmiskonsepsipada siswa yaitu matapelajaran kimia. Adanya miskonsepsipada pelajaran kimia dapat berakibat fatalkarena konsep-konsep kimia umumnyadiajarkan secara hirarkis dari konsep yangmudah kesukar, dari konsep yangsederhana kekompleks, sehingga jikakonsep yang mudah dan sederhana sajasudah mengalami miskonsepsi, makalebih lanjut siswa akan semakin kesulitan37

Ayu Mutmainnah Halim, .Analisis Miskonsepsi Siswa .danmengalamikesalahandalammemahami konsep-konsep kimia yangsukar dan kompleks. Salah satu materipokok dalam pelajaran kimia yang rentanterjadi miskonsepsi yaitu materi ikatankimia. Ikatan kimia merupakan materiyang bersifat abstrak dan jauh daripengalaman sehari-hari, misalnya: tidakdapat melihat atom, struktur atom, danbagaim0ana reaksi dengan atom lainnya(Nicoll, 2001). Hal ini menyebabkanikatan kimia menjadi materi yang sulitdipahami oleh siswa sehingga hasil belajarkimia menurun (Enawati dkk, 2004).Berdasarkanobservasidanwawancara yang dilakukan dengan gurumata pelajaran kimia SMA Negeri 1Pinrang, diperoleh data bahwa ketuntasanbelajar kelas siswa pada materi ikatankimia yaitu 46 %, lebih rendah daripadastandar ketuntasan klasikal dari belajartuntas yaitu sebesar 70%. Hal inimenunjukkan bahwa siswa mengalamikesulitan dalam memahami materi ikatankimia. Kesulitan belajar pada materiikatan kimia dapat membuat siswamenafsirkan konsep tersendiri yang dapatmenyebabkan terjadinya miskonsepsi.Miskonsepsi pada materi ikatan kimiaakan berpengaruh pada materi kimiaselanjutnyakarenaikatankimiamerupakan materi yang saling berkaitansatu sama lain. Apabila terjadi kesalahanpada konsep ikatan kimia, maka siswadapat mengalami kesalahan konsep dalammemahami konsep selanjutnya, seperti:larutan elektrolit dan non elektrolit, reaksioksidasi reduksi, tata nama senyawa,reaksi kimia dan bentuk jarsiswamenurun, sehingga miskonsepsi siswaperlu diperbaiki. Sebelum miskonsepsidiperbaiki, yang perlu dilakukan adalah38mengidentifikasi mengenai miskonsepsitersebut. Salah satu teknik untukmendiagnosis miskonsepsi siswa yaitudengan tes diagnostik miskonsepsi.Miskonsepsi tidak dapat epsi yang terjadi bisa berbedaatau sama. Oleh karena itu, diperlukansuatuinstrumenyangdapatmengidentifikasi miskonsepsi (Astari,2012).Salah satu bentuk tes diagnostikyang dapat digunakan adalah Two-TierMultiple Choice (TTMC). TTMC adalahsebuah tes diagnostik berupa soal pilihanganda bertingkat dua yang dikembangkanpertama kali oleh Davis F. Treagust tahun1998. Tingkat pertama berisi pertanyaantentang konsep yang diujikan sedangkantingkat kedua berisi alasan untuk setiapjawaban yang ada pada pertanyaan ditingkat pertama sebagai bentuk tesdiagnosa (Tuysuz, 2009). Akan tetapi,Griffard dan Wandersee dalam Pesman(2005) mengungkapkan salah satukelemahan dari Two-Tier adalah tidakdapat membedakan antara siswa yangmengalami miskonsepsi dengan siswayang tidak paham konsep (lack ofknowledge). Menurut Pesman danEryilmaz (2010) bahwa membedakanmiskonsepsi dengan lack of knowledgesangat penting karena cara mengatasisiswa yang mengalami miskonsepsi lebihsulit dibanding siswa yang tidak pahamkonsep (lack of knowledge).Cara membedakan siswa yang lackof knowledge dengan siswa yangmengalami miskonsepsi adalah denganmeminta siswa mencantumkan tingkatkeyakinan dari jawaban yang dipilih.Certainty of Response Index (CRI)merupakan pilihan tingkat keyakinansiswa dalam menjawab soal sehingga

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era GlobalRuang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017dapat digunakan untuk mengetahui tingkatkeyakinan siswa pada jawaban yang telahdipilihnya. Pada penelitian ini digunakantes berbentuk Three-tier Test. Three-tierTest merupakan tes diagnostik yangmemiliki tiga tingkat pertanyaan. Tingkatpertama merupakan soal pilihan gandabiasa, tingkat kedua menyatakan alasandari jawaban pada tingkat pertama, dantingkat ketiga menyatakan keyakinansiswa terhadap jawaban yang telahdiberikan pada dua tingkat sebelumnya(Pesman, 2005). Siswa yang menjawabdengan benar dan yakin atas jawabannyamenunjukkan bahwa ia memang pahampada konsep yang pelajari, siswa yangyakin dengan jawabannya walaupunjawaban tersebut salah menunjukkanbahwa ia mengalami miskonsepsisedangkan siswa yang menjawab salahdan tidak yakin atas jawabannya berarti iatidak mengalami miskonsepsi, melainkanlack of knowledge. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui persentase siswa kelasX MIA 4 SMA Negeri 1 Pinrang yangmengalami miskonsepsi pada materiikatan kimia, mendeskripsikan bentukbentuk miskonsepsi dan faktor-faktoryangmenyebabkanterjadinyamiskonsepsi tersebut.METODE PENELITIANJenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitiandeskriptif. Penelitian deskriptif adalahpenelitianyangbertujuanuntukmenyelidiki kondisi atau keadaan yanghasilnya diuraikan secara lugas dan apaadanya (Arikunto, 2013).Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan mulaitanggal 30 Maret 2016 sampai dengan 05Januari 2017 di SMAN 1 Pinrang, JalanJendral Urip Sumohardjo No.2, KelurahanMacrowalie, Kecamatan Watang Sawitto,Kabupaten Pinrang.Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalahSiswa kelas X MIA 4 SMAN 1 Pinrangtahunpelajaran2016/2017yangberjumlah 49 siswa.Prosedura. Tahap Wawancara Pra ObservasiProses PembelajaranPeneliti melakukan wawancarasebelum melakukan observasi selamaproses pembelajaran ikatan kimia kepadaGuru kimia dan Siswa kelas X MIA 4yang dipilih secara acak sebanyak 150rang. Wawancara ini bertujuan untukmengetahui gambaran awal siswa danguru. Data hasil wawancara ini jugadigunakan sebagai data pendukung hasilobsevasi dan hasil analisis Three-Tier Testyangakandilakukanuntukmengidentifikasi faktor-faktor penyebabterjadinya miskonsepsi.b. Tahap ObservasiObservasi dilakukan oleh penelitiuntuk mengetahui gambaran secaralangsung proses pembelajaran di dalamkelas. Observasi dilakukan selama prosespembelajaran materi ikatan kimiaberlangsung selama 4 kali pertemuan (4minggu x 2 jam pelajaran).c. Tahap Pemberian Three-Tier TestSebelumpemberiantesdilaksanakan, peneliti menginformasikankepada siswa bahwa akan dilaksanakantes mengenai konsep ikatan kimia. Tesyang diberikan kepada siswa yaitu ThreeTier Test. Berdasarkan hasil analisis dataThree-Tier Test, diperoleh persentase danbentuk miskonsepsi yang dialami olehsetiap siswa.39

Ayu Mutmainnah Halim, .Analisis Miskonsepsi Siswa .d. Tahap Wawancara KlinikalSetelah diperoleh data bentukmiskonsepsi yang dialami oleh setiapsiswa yang diperoleh dari hasil analisisThree-Tier Test, selanjutnya dilakukanwawancara klinikal terhadap siswa yangmengalami miskonsepsi. Wawancaradilakukan terhadap 28 siswa. Berdasarkanhasil wawancara klinikal, dapat diketahuifaktor-faktoryangmenyebabkanterjadinya miskonsepsi pada siswa.e. Penyampaian bentuk miskonsepsi yangterjadi pada siswaSetelah melakukan wawancaraklinikal, selanjutnya peneliti mengadakanpertemuan dengan Siswa Kelas X MIA 4SMAN 1 Pinrang yang bertujuan untukmenyampaikan bentuk miskonsepsi yangdialami siswa dan memberikan penjelasanmengenai konsep yang benar pada materiikatan kimia.Teknik Pengumpulan Data1. ObservasiObservasidilakukanuntukmengidentifikasi faktor-faktor penyebabkesalahpahaman konsep (miskonsepsi)pada siswa melalui pengamatan pada saatproses pembelajaran berlangsung. Aspekyang menjadi perhatian antara lain siswa,pengajar (guru), dan buku teks. Aspekaspek tersebut digunakan sebagai acuandalam mengidentifikasi faktor-faktorpenyebab miskonsepsi pada siswa.Adapaun yang berperan sebagai observerpada tahap observasi yaitu peneliti.2. Tes DiagnostikTesyangdigunakandalampenelitian adalah dalam bentuk Three-TierTest. Tes diagnostik Three-Tier Testterdiri atas tiga tingkat, tingkat pertamaadalah pilihan ganda dengan lima pilihanjawaban (A, B, C, D dan E) mengenaikonsep materi, tingkat kedua adalah soal40penalaran mengenai alasan jawabanterhadap langkah pertama, terdiri dari 5pilihan jawaban (A, B, C, D dan E),dimana pada pihan E dikosongkan agarsiswa dapat mengisinya apabila alasansiswa tidak terdapat pada pilihan A, B, Cdan D. Tingkat ketiga adalah Certainty ofResponseIndexataupertanyaankeyakinan terhadap jawaban yang telahdiberikan siswa, terdiri dari dua pilihanjawaban yaitu pilihan A yakin danpilihan B tidak yakin.3. Wawancara KlinikalJenis wawancara yang dilakukanadalahwawancaraklinikalatauwawancara klinis. Wawancara klinisdilakukan dengan memilih konsep yangdianggap sulit oleh siswa berdasarkanhasil tes yang telah dilakukan. Melaluiwawancara klinikal dapat diperoleh latarbelakang timbulnya miskonsepsi padasiswa.Teknik Analisis Data1. PerhitunganPersentaseTingkatMiskonsepsi SiswaSebelum dilakukan perhitunganpersentase, terlebih dahulu dilakukanidentifikasi siswa yang paham konsep,miskonsepsi dan tidak paham konsep(lack of knowledge). Hal ini dilakukanuntuk mengetahui persentase siswa yangpaham konsep, siswa yang mengalamimiskonsepsi dan siswa yang tidak pahamkonsep. Pengelompokkan tersebut dapatdiidentifikasi berdasarkan kriteria yangdisajikan pada Tabel 1. (Pesman &Eryilmaz, 2010).Analisis yang dilakukan sesuaidengan Tabel 1. untuk menentukanpersentase siswa yang mengalamimiskonsepsi dan siswa tidak tahu konsep(Lack of knowledge) menggunakan rumusberikut: (Sudijono, 2009):

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era GlobalRuang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017š‘ƒ š‘† 100%š½š‘†Keterangan:P Persentase jumlah siswa pada pahamkonsep, tidak tahu konsep danmiskonsepsi.S Banyaknya siswa pada paham konsep,tidak tahu konsep dan miskonsepsi.Js Jumlah seluruh siswa peserta tesTabel 1. Kriteria PengelompokkanMiskonsepsi dan Tidak PahamKonsep (Lack of Knowledge)No Tier 1 Tier 2 Tier 3Kategori1 Benar Benar Yakin Paham (mengertikonsep)2 Benar Benar Tidak Tidak pahamyakin konsep3 Benar Salah Yakin Miskonsepsi4 Benar Salah Tidak Tidak pahamyakin konsep5 Salah Benar Yakin Miskonsepsi6 Salah Benar Tidak Tidak pahamyakin konsep7 Salah Salah Yakin Miskonsepsi8 Salah Salah Tidak Tidak pahamyakin konsep2. Analisis bentuk miskonsepsi yangdialami siswaBentuk miskonsepsi siswa dapatdiketahui berdasarkan hasil Three-TierTest dengan menggunakan tabel 3.1.Bentuk miskonspsi siswa yang ditemukanberdasarkan hasilanalisis Three-TierTest, dijadikan bahan saat melakukanwawancara klinikal terhadap siswa untukmengetahui faktor penyebab siswamengalami bentuk miskonsepsi tersebut.3. AnalisisFaktor-FaktorPenyebabTerjadinya MiskonsepsiAnalisis faktor-faktor penyebabterjadinyamiskonsepsidilakukanberdasarkan hasil observasi selama empatkali pertemuan, terhitung saat dimulainyaproses pembelajaran pada materi ikatankimiahinggaberakhirnyaprosespembelajaran pada materi tersebut. Selainitu, untuk mendukung hasil observasi,dilakukananalisisterhadaphasilwawancara klinikal pada siswa yangmengalami miskonsepsi untuk mengetauipenyebab terjadinya miskonsepsi.Adapun Kategori Persentase tingkatmiskonsepsi dapat dikelompokkan sepertipada Tabel 2 (Suwarna, 2014).Tabel 2. Kategori Tingkat MiskonsepsiPersentaseKategori0 - 30%Rendah31 - 60%Sedang61% - 100%TinggiHASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Tes Diagnostik Three-Tier TestPemahaman konsep siswa dianalisisberdasarkan (1) pilihan jawaban, (2)alasan dan (3) tingkat keyakinan yangdiberikan. Bentuk pemahaman konsepyang ditemukan dalam penelitian iniberupa (1) tahu konsep, (2) miskonsepsidan (3) tidak tahu konsep.Berdasarkan Tabel 3 terdapatkecenderungan besarnya miskonsepsisiswa yang terdapat pada hampir semuaindikator dan kecenderungan besarnyamiskonsepsi siswa yang terdapat padahampir semua item soal. Adapunpersentase miskonsepsi tertinggi terdapatpada indikator ke-8 yaitu menjelaskanproses pembentukan ikatan logam danhubungannya dengan sifat fisik logamdengan persentase 58,16 %. Item soaldengan persentase tertinggi miskonsepsijuga terdapat pada indikator ini yaitu61,22 % (kategori tinggi). Hal inimenunjukkan rendahnya pemahamankonsep siswa pada materi ikatan kimia.Siswa rata-rata mengalami pemahamankonsep yang rendah pada setiap konsepkhususnyapadakonsepprosespembentukan ikatan logam.41

Ayu Mutmainnah Halim, .Analisis Miskonsepsi Siswa .Tabel 3. Persentase Tingkat Pemahaman SiswaIndikator1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untukmencapai kestabilannyaRata-rata4. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalentunggal, rangkap dua, dan rangkap 7,14578910121314Rata-rata5. Menjelaskan sifat-sifat senyawa ion dan sifat-sifatsenyawa kovalen6. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalenkoordinasi pada beberapa senyawa.Rata-rata7. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa danhubungannya dengan keelektronegatifanRata-rata8. Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam danhubungannya dengan sifat fisik logamRata-rataRata-rataKeterangan: IS: Item SoalM: MiskonsepsiTP:Tidak PahamP : Paham42P . Menggambarkan struktur Lewis unsur gas mulia (dupletdan oktet) maupun unsur bukan gas muliaRata-rata3. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion2. Bentuk-bentuk Miskonsepsi SiswaBerikut disajikan 35 bentuk miskonsepsi siswa yang terdapat pada 8 indikatora. Menjelaskan kecenderungan suatuunsur untuk mencapai kestabilannyaIndikator ini terdapat pada item soal1, 2, 3, 4 dan 6. Adapun bentuk-bentukmiskonsepsi siswa yang terdapat padaitem soal 1, 2, 3, 4 dan 6 dijabarkansebagai berikut:1) Item soal 1Pada item soal 1 ditemukan duabentuk miskonsepsi siswa. HasilKategoriM(%) TP 8,7840,8239,4643,54IS17181920analisis pada bentuk miskonsepsi pertama soal 1 menunjukkan bahwa siswamempunyai konsepsi yang keliru dalammenentukan elektron valensi. Siswaberanggapan angka 8 yang terletakdibagian kiri bawah (subskrip) atom Omerupakan elektron valensi. Padahalangka 8 yang yang terletak dibagiankiri bawah atom 8O bukan elektronvalensi melainkan nomor atom. Adapun hasil analisis pada bentuk miskonsepsi kedua soal 1 menunjukkan bahwasiswa menganggap unsur 12Mg

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era GlobalRuang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017merupakan unsur stabil karena unsurtersebut memiliki elektron valensiberjumlah 2 (memenuhi kaidah duplet).Padahal tidak semua unsur yangmempunyai elektron valensi berjumlah2 elektron dikatakan memenuhi aturanduplet.2) Item soal 2Pada item soal 2 ditemukan tigabentuk miskonsepsi yang dialamisiswa. Hasil analisis bentuk miskonsepsi pertama soal 2, siswa beranggapanbahwa untuk mencapai kestabilan,unsur 20Ca tidak perlu melepaskan danmenerima elekron ataupun menggunakan pasangan elektron secara bersamasama karena unsur Ca memiliki 2elektron valensi (telah memenuhikonfigurasi duplet). Padahal walaupununsur 12Ca memiliki elektron valensiberjumlah 2 elektron, tidak dikategorikan memenuhi aturan duplet karenakonfigurasi elektron Ca tidak menyerupai konfigurasi elektron unsur gasmulia He 2.Hasil analisis pada bentuk miskonsepsi dua soal 2 menunjukkan bahwasiswa menganggap unsur 20Ca dapatmencapai kestabilan dengan cara menerima 6 elektron. Padahal konfigurasielektron gas mulia terdekat dengankonfigurasi elektron 20Ca yaitu 18Ar 28 8. Jadi unsur 20Ca dapat mencapaikestabilan dengan cara melepaskan 2elektron membentuk ion Ca2 agarmempunyai konfigurasi elektron yangmenyerupai konfigurasi elektron unsurgas mulia terdekat yaitu 18Ar.Hasil analisis pada bentuk miskonsepsi ketiga soal 2 menunjukkan bahwasiswa menganggap bahwa ketika unsur20Ca melepaskan 2 elektron, unsurtersebut berubah menjadi unsur 18Aryang stabil. Padahal ketika unsur 20Camelepaskan 2 elektron, yang berubahhanyalah konfigurasi elektron unsurtersebut yang menyerupai konfigurasielektron gas mulia 18Ar yaitu 2 8 8.3) Item soal 3Pada item soal 3 ditemukan duabentuk miskonsepsi yang dialamisiswa. Hasil analisis pada bentukmiskonsepsi pertama soal 3 menunjukkan bahwa siswa menganggap unsur11Na dapat membentuk ion negatifkarena unsur tersebut memiliki energiionisasi yang kecil sehingga lebihcenderung menerima elektron membentuk ion negatif. Padahal unsur 11Nadengan konfigurasi elektron 2 8 1 dapatmencapai kestabilan dengan cara melepaskan 1 elektron membentuk ion Na karena mempunyai energi ionisasi yangkecil sehingga lebih cenderung melepaskan elektron membentuk ion positif.Hasil analisis pada bentuk miskonsepsi kedua soal 3, siswa menganggapbahwa unsur 35Br lebih cenderungmembentuk ion negatif karena memiliki afinitas elektron yang rendah. Padahal semakin rendah afinitas elektron,maka semakin sulit suatu unsur menerima elektron membentuk ion positif.Unsur Br memiliki afinitas elektronyang besar sehingga lebih cenderungmenerima elektron pada kulit terluarnya membentuk ion negatif.4) Item soal 4Hasil analisis pada bentuk miskonsepsi soal 4 menunjukkan bahwa siswamenganggap unsur X dengan kon

menyebabkan terjadinya kesalahan konsep atau dikenal dengan istilah miskonsepsi. Miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli. Penyebab miskonsepsi pada siswa adalah siswa sendiri, guru, buku teks, konteks dan metode pembelajaran (Suparno, 2005).

Related Documents:

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERIPERSAMAAN LINGKARAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII IPS 4 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 . dan diskriminan siswa mencapai tingkat pemahaman memahami sebagian dengan miskonsepsi. Kata Kunci: miskonsepsi, tingkat pemahaman konsep, motivasi belajar .

MANAJEMEN KELAS DALAM MENANGANI HAMBATAN - HAMBATAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH A. Manajemen Kelas 1. Pengertian , Dasar dan Fungsi Manajemen Kelas a. Pengertian Manajemen Kelas Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan siswa terlibat dalam proses edukasi yang khas. Interaksi guru dan siswa

laporan skripsi identifikasi miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan masalah berstandar pisa (program for international student assesment) dengan pendekatan cri (certainty of response index) skripsi diajukan kepada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

2) Hambatan guru dalam membentuk karakter religius siswa yaitu: kontrol terhadap tingkah laku siswa dan bimbingan guru kepada siswa di luar sekolah. 3) Solusi mengatasi hambatan guru dalam membentuk karakter religius kelas 4 yaitu: pemaksimalan pengawasan guru terhadap perilaku siswa, guru dan orang tua bekerjasama, saling berkomunikasi agar

hubungan antara tingkat kesegaran jasmani terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Temanggung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Temanggung yang berjumlah 92 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa. Teknik .

3.5 Praktek Kerja Industri (Prakerin) Siswa kelas XIII Terlaksananya prakerin di industry yang relevan dengan kompetensi siswa kelas XIII sesuai dengan POS 3.6 Kegiatan Pembelajaran Remedial/Pengayaan Siswa yang belum tuntas Terlaksananya remidi sehingga nilai semua siswa diatas KKM Nilai semua siswa diatas KKM WKS Kurikulum KP

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dalam menyelesaikan soal materi himpunan berdasarkan taksonomi SOLO. Informan dari penelitian ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Baki. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode tes sebagai metode pokok.

Tulang Penyusun Sendi Siku .41 2. Tulang Penyusun Sendi Pergelangan Tangan .47 DAFTAR PUSTAKA . Anatomi dan Biomekanika Sendi dan Pergelangan Tangan 6 Al-Muqsith Ligamentum annularis membentuk cincin yang mengelilingi caput radii, melekat pada bagian tepi anterior dan posterior insicura radialis pada ulna. Bagian dari kondensasi annular pada caput radii disebut dengan ā€œannular band .