ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL- SOAL POLA .

3y ago
81 Views
9 Downloads
568.99 KB
9 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Ronnie Bonney
Transcription

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOALSOAL POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS VIIISMP NEGERI 14 AMBONNur Afriani Nukuhaly 1), Gamar Assagaf 2), Jumini Muhamad 3)1,2)Dosen Prodi Pendidikan Matematika FITK IAIN Ambon3)Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FITK IAIN AmbonEmail: juminimuhamad94@gmail.comAbstrakSiswa SMP Negeri 14 Ambon masih melakukan banyak kesalahan dalammenyelesaikan soal-soal matematika, termasuk pada materi pola bilangan yangberdampak rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Oleh karena itu perlu dilakukananalisis terhadap kesalahan ini agar diketahui jenis kesalahan apa yang dilakukan danmengapa siswa melakukan kesalahan tersebut. Sehingga, guru dapat memberikan jenisbantuan kepada siswa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sajakah jenis-jeniskesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Pola Bilangan pada siswa kelas VIII SMPNegeri 14 Ambon serta apa sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan dalammenyelesaikan soal-soal pola bilangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Ambon.Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-13 SMP Negeri 14 Ambonsebanyak 31 orang, yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.Berdasarkan hasil analisis terhadap lembar jawaban siswa, maka dipilih 2 orang sebagaisubjek untuk diwawancarai dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapuntipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah observasi, studi hasil jawaban kerja siswa, wawancara dandokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian datadan penarikan kesimpulan (verifikasi).Indikator kesalahan yang digunakan mengacu pada objek matematika langsungmenurut Gagne yaitu, kesalahan fakta, konsep, pinsip dan skill. Setelah dilakukananalisis diperoleh hasil penelitian bahwa jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswaadalah kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill. Penyebab kesalahan tersebut adalahsiswa tidak memahami penggunaan tanda kurung, masalah kealpaan (lupa), tidakmemahami soal, tidak memahami cara substitusi dan eliminasi, salah menggunakanaturan-aturan matematika sebelumnya, tidak menguasai teknik pembagian angka yangbesar dan anggapan-anggapan yang keliru baik untuk menuliskan yang diketahui danyang ditanyakan dalam soal maupun untuk menuliskan cara atau rumus yangdigunakan.Kata kunci: analisis kesalahan siswa, soal pola bilanganPENDAHULUANBerbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadapmatematika sebenarnya telah banyak dilakukan, misalnya dengan penyempurnaankurikulum, penerbitan buku paket, pengembangan metode pengajaran serta pemantapanguru dalam penguasaan materi, tetapi sering diinformasikan oleh banyak pihak tentangrendahnya kemampuan siswa dalam memahami matematika.103

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700Hal ini terlihat dari rendahnya nilai matematika siswa dibanding dengan nilai matapelajaran lainnya (Rianto, 2012).Secara khusus antara lain ditunjukkan dengan rendahnyanilai ulangan harian, ulangan semester, maupun UAN (Ujian Akhir Nasional) matapelajaran matematika.Berdasarkan Data dari Dinas Pendidikan Propinsi Maluku terkait prestasi belajarsiswa Pada tahun 2017, nilai rata-rata hasil UAN di Propinsi Maluku untuk mata pelajaranmatematika pada jenjang SMP/MTs lebih rendah daripada pelajaran yang lain, yaitu BahasaIndonesia dan IPA. Keberhasilan siswa kelas IX mengerjakan soal UAN tidak terlepas darikemampuan siswa dalam memahami materi matematika pada kelas-kelas sebelumnya. Halini juga terjadi pada SMP Negeri 14 Ambon.Menurut infomasi dari salah seorang guru matematika pada sekolah tersebut, secaraumum ketidakaktifan dan rendahnya nilai tes sebagian siswa diantaranya disebabkan olehminimnya penguasaan matematika dasar,mereka mengalami kesulitan dalam memahamigambar, misalnya pada materi pola bilangan. Mereka juga kesulitan memahamipenggunaan rumus maupun simbol-simbol matematika. Selain itu, minat dan bakat jugaberpengaruh terhadap keaktifan mereka, serta tergantung dari pokok bahasan yangdibawakan.Menurut beliau, salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah materi yangberhubungan dengan geometri dan bilangan, misalnya pada pokok bahasan pola bilangan.Jadi selain minat dan bakat, ketidakaktifan dan rendahnya nilai tes siswa pada SMP Negeri14 Ambon sangat dipengaruhi oleh kesulitan memahami materi dalam berbagaiaspek.Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi akan memungkinkanterjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal (Juliant dan Noviartati, 2016). Selain itu,materi pola bilangan adalah salah satu materi prasyarat untuk mempelajari materi barisandan deret pada jenjang SMA. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika ternyata siswa msihmelakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal pola bilangan.Kesalahan sebenarnya merupakan hal yang wajar dilakukan. Namun, apabilakesalahan yang dilakukan cukup banyak dan berkelanjutan, maka diperlukan penanganan.Begitu juga dalam mempelajari matematika. Hal ini mengingat matematika adalah ilmuyang kompleks yang memuat objek-objek pembelajaran yang berkaitan satu sama lain.Objek-objek tersebut didefenisikan sebagai hal yang dihadapi secara langsung oleh siswayaitu meliputi fakta, konsep, prinsip dan skill (keterampilan). Sehingga, ketika siswamelakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika, maka berarti siswa telahmelakukan kesalahan dalam memahami dan menggunakan objek-objek matematikatersebut. Apabila kesalahan-kesalahan yang muncul baik berupa fakta, konsep, prinsipmaupun skill tersebut tidak segera mendapat perhatian dan tindak lanjut, maka akanberdampak buruk bagi siswa. Mengingat dalam pelajaran matematika, materi yang telahdiberikan akan saling terkait dan saling menunjang bagi materi berikutnya.Kesalahan siswa perlu adanya analisis untuk mengetahui kesalahan apa saja yangbanyak dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa. Melalui analisiskesalahan akan diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa, sehingga guru dapatmemberikan jenis bantuan kepada siswa (Sahriah, 2012:2).METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif inidigunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Ambonpada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 terhitung selama 1 bulan, dimulai dari tanggal18 Oktober sampai dengan 17 November 2017. Adapun sumber data penelitian ini adalahsiswa kelas VIII-13 yang berjumlah 31. Siswa kelas VIII-13 yang berjumlah 31 orangtersebut diberikan soal tes uraian yang berjumlah satu butir soal. Tujuan pemberian tes ini104

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700adalah untuk melihat kesalahan yang dilakukan siswa sehingga bisa dilakukan penjaringanatau penentuan subjek penelitian. Teknik penentuan subjek yang digunakan adalah teknikpurposive sampling atau sampel bertujuan. Menurut Sugiono (2011:217) teknik sampelbertujuan adalah penentuan subjek peneltian yang didasarkan pada pertimbangantertentu.Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa yang melakukankesalahan terbanyak, terunik, variatif kesalahan dan berdasarkan pertimbangan dari gurumata pelajaran agar siswa yang dipilih sebagai subjek mudah untuk diwawancarai.Berdasarkan analisis hasil pekerjaan siswa dan kriteria penentuan subjek, maka diperoleh 2orang siswa sebagai subjek penelitian, yaitu subjek pertama (S-1) yang diinisialkan denganPLM dan subjek kedua (S-2) yang diinisialkan dengan SU. Namun, pada jurnal ini hanyaakan dibahas hasil analisis terhadap hasil pekerjaan S-1, sebagai perwakilan untukmempersingkat pembahasan.Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument utama yaitupeneliti sendiri dan instrument pendukung yaitu soal tes dan pedoman wawancara. Soal tesdimaksudkan untuk melihat bentuk kesalahan yang dilakukan siswa sedangkan pedomanwawancara dimaksudkan untuk mengkonfimasi dan mengklarifikasi kesalahan kesalahanyang dilakukan siswa serta untuk menjaring data kualitaif sebanyak-banyaknya terkaitfactor-faktor penyebab kesalahan siswa. Jadi, panduan wawancara yang dilakukanberpatokan pada mengapa siswa melakukan kesalahan dan bagaimana untuk memperbaikikesalahan tesebut.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, studi jawaban hasilkerja siswa, wawancara dan dokumentasi. Observasi dimaksudkan untuk memperolehinformasi terkait pengelolaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah tersebut dan jenis soaltes yang sesuai untuk instrument tes serta hal-hal lain yang dapat membantu peneliti dalammelaksanakan kegiatan wawancara. Studi jawaban dimaksudkan untuk melihat bentukbesalahan yang dilakukan sekaligus untuk menentukan calon subjek penelitian. wawancarayang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Dokumentasi, adalah cara untukmempeoleh data dengan melihat atau menelti dokumen. Teknik analisis data yangdigunakan mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:217) yaitu reduksidata, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Dalam penelitian ini, kriteria kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill yang akandigunakan berpatokan pada indikator kesalahan menurut Clement yang telah dikembangkandan disesuaikan dengan defenisi masing-masing jenis kesalahan. Sehingga ditetapkanindikator kesalahan yang akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan jenis kesalahanadalah sebagai berikut:a. Kesalahan faktaKriteria siswa melakukan kesalahan fakta, diantaranya siswa melakukan kesalahandalam menuliskan simbol-simbol matematika yang terkandung dalam soal dan ataujawaban.b. Kesalahan konsepKriteria siswa melakukan kesalahan konsep, diantaranya kesalahan membaca soal,keliru menuliskan kembali simbol-simbol yang terkandung di dalam soal, kesalahanmemahami soal, tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan yangdiketahui tidak sesuai permintaan soal, menuliskan yang diketahui dalam bentuksimbol-simbol yang mereka buat sendiri tanpa ada keterangan yang jelas, menuliskanhal yang ditanyakan dengan singkat sehingga tidak jelas, tidak sesuai permintaan, tidakmengetahui maksud pertanyaan.c. Kesalahan prinsipKriteria siswa melakukan kesalahan prinsip, diantaranya siswa menuliskan metode yangtidak tepat, siswa melakukan kesalahan transformasi, siswa melakukan kesalahan dalam105

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700menggunakan aturan matematika atau prinsip-prinsip sebelumnya, siswa tidakmenuliskan metode yang digunakan.d. Kesalahan skillKriteria siswa melakukan kesalahan skill, diantaranya siswa tidak melanjutkan prosedurpenyelesaian (macet), siswa tidak menuliskan jawaban akhir, siswa melakukankesalahan dalam perhitungan.HASIL PENELITIANBerdasarkan hasil analisis terhadap pekerjaan S-1, diketahui bahwa subjekmelakukan jenis kesalahan konsep dan prinsip. Adapun bentuk dari masing-masing jeniskesalahan tersebut adalah:a. Kesalahan KonsepBentuk dari jenis kesalahan konsep yang dilakukan subjek adalah tidakmenuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Adapun penyebab subjekmelakukan kesalahan ini adalah subjek menganggap bahwa menulis yang diketahui danditanyakan tidak terlalu penting, karena itu tidak mempengaruhi jawaban. Sehinggapenulisan ini bisa dilakukan setelah ditemukan hasil akhirnya. Hal ini sesuai dengankutipan wawancara berikut.P: kenapa kamu tidak menuliskan yang diketahuidan ditanyakan dari soal?S-1 : karena saya pikir itu hanya akan membuang-buang waktu saja,lagipula tidak terlalu penting juga menulis yang diketahui karena tidakmempengaruhi jawaban akhirb. Kesalahan Prinsip1) Subjek tidak menuliskan bagaimana cara mendapatkandan.Subjek melakukan kesalahan ini karena subjek berpikir bahwa nilai a itubisa diperoleh dengan cara langsung, tanpa menggunakan rumus. Sehingga tidakperlu menuliskan bagaimana cara mendapatkan nilai a tersebut. Hal ini sesuaidengan kutipan wawancara berikut.P: mengapa tidak ditulis bagaimana cara mendapatkan a 22 danb 30?S-1: karena waktu itu saya berpikir bahwa untuk dapatkan nilai adan b tidak menggunakan rumus yang panjang, dapat digunakancara langsung. Jadi, tidak perlu dituliskan lagi bagaimanamendapatkan nilai a dan b nya. Dengan melihat saja, langsungsudah dapat diketahui2)Kesalahan dalam menentukan nilai awal (a) dan beda (b)Gambar 1Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.P: dapat a 22 ini dari mana?S-1: karena ini pertamanya 22106

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700Subjek melakukan kesalahan ini karena di dalam soal tidak disebutkannilai awalnya. Sehingga, terpaksa subjek menggunakan nilai U3 sebagai a. Hal inisesuai dengan kutipan wawancara:P: coba sekarang kamu perhatikan apakah benara 22?S-1: belum jelasP: tapi mengapakamu taruh di sini, a itu nilainya 22?S-1: karena tidak ada jawaban lain lagiDari kutipan wawancara di atas, tampak secara tersirat bahwa subjek tidakmengetahui cara lain untuk menentukan nilai awal, misalnya dengan cara eliminasisubstisusi. Selain menentukan nilai a, Subjek juga melakukan kesalahan dalam menentukannilai b, sebagaimana eksplorasi berikutGambar 2P: bedanya itu berapa?S-1: Bedanya itu 52-22 30Subjek melakukan kesalahan ini karena subjek tidak mengetahui prinsipbeda dengan baik. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.P: kenapa bedanya 52-22?S-1: karena rumusnya kan U2-U1Selain itu, subjek juga tidak mengetahui bahwa dari data yang ada dalam soal dapatdibuat persamaan-persamaan untuk memperoleh nilai a dan b dengan carasubstitusi dan eliminasi. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.P: untuk menentukan nilai a dan b, kenapa kamu tidak menggunakan metodeeliminasi-substitusi saja seperti yang tadi?S-1 : soalnya eliminasi dan substitusi itu caranya ribet, jadi saya kurangmengingatnyaSoal Nomor 2Bentuk kesalahan yang dilakukan oleh subjek adalah kesalahan fakta, konsep danprinsip. Adapun bentuk kesalahan dari masing-masing jenis kesalahan tersebut adalah:a. Kesalahan Fakta1) Tidak menuliskan tanda operasi perkalian antara 2 dengan 50 yang merupakan nilai.Gambar 3Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek terburu-buru,sehingga lupa menulis tanda operasi perkalian antara 2 dengan 50. Hal ini sesuaidengan kutipan wawancara berikut.P: yang ini 250 ya?S-1: bukan, yang ini 2 kali 50P: tapi mengapa tidak ada tanda perkalian antara 2 dengan 50 ini?S-1: o ia, saya tidak ingat kalau harus ditulis tanda perkalian di sini, karenakemarin saya terburu-buru.107

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 1857002) Tidak menuliskan tanda kurung balasan (tutup kurung)Gambar 4Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek tidak mengetahuiaturan matematika terkait penggunaan tanda kurung. Hal ini sesuai dengan kutipanwawancara berikut.P: mengapa kamu tidak menulis tanda kurung balasan (tutup kurung) dihasil pekerjaan mu ini?S-1: saya tidak tahu kalau bentuk seperti ini harus pakai tanda tutup kurunglagi.3) Tidak mengganti n pada Sn dengan 40Gambar 5Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek lupa mengganti n nyadengan 40. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.P: mengapa kamu tidak mengganti n ini dengan 40?S-1: oh iya, saya lupab. Kesalahan Konsep1) Tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soalAdapun penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek berpikirbahwa menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal tidak terlalu penting,sehingga dapat dilakukan jika telah selesai mendapatkan hasil akhir. Hal ini sesuaidengan kutipan wawancara berikut.P:mengapa kamu tidak menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soaldulu baru tulis rumus?S-1: menulis yang diketahui dan ditanyakan itu tidak terlalupenting kan, jadinanti saja kalau sudah ditemukan jawabannya2) Kesalahan dalam menentukan nilaiGambar 6PS-1Hal ini sebagaimana kutipan wawancara: dapat n 40 ini dari mana?: karena ini dalam soal disuruh menghitung barisan sampai ada 40 batubata108

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700Kesalahan ini terjadi karena subjek tidak benar-benar memahamipermasalahan dalam soal serta permintaan soal. Hal ini terbukti setelahmemasukan rumus , subjek memasukan nilai n padaadalah 40. Hal ini karenasubjek salah dalam memahami soal. Subjek memahami bahwa permintaan soaladalah menghitung deret batu-bata sampai dengan susunan terakhir, yaitu 40susunan. Padahal susunan batu-bata yang terdapat dalam soal tidak sampaimemenuhi 40 susunan, tetapi hanya sampai 11 susunan saja.Sebagaimana kutipan wawancara berikut:P: mengapa di n ini nilainya 40?S-1: karena ini kan diminta menghitung banyak batu-bata keseluruhan hinggabarisan ke-40c. Kesalahan Prinsip1) kesalahan dalam menggunakan aturan matematika, yakni mengurangkan 39 dengan1 yang seharusnya dikalikan.Gambar 7Penyebab jenis kesalahan ini adalah subjek terkecoh dengan tanda minespada angka 1, yang sebenarnya itu berarti mines satu (-1), bukan berarti harusdikurangi dengan satu. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.P: o ia, dapat 38 ini dari mana?S-1: dari 39-1P: kenapa dikurangi?S-1: karena ada tanda kurang di depan satu ini.2) kesalahan karena mengoperasikan angka yang berada di luar kurung terlebihdahulu, baru di dalam kurung.Gambar 8Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek berpikir bahwakalau bentuk seperti itu, maka harus mendahulukan perkalian baru penjumlahan.Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.P: mengapa kamu mengalikan 40 dengan 100?S-1: karena harus mendahulukan perkalian baru penjumlahanPEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kesalahan yang dilakukan olehsiswa dalam menyelesaikan soal-soal pola bilangan dapat digolongkan menjadi 4 jeniskesalahan yaitu kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill.Jenis kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh siswa adalah kesalahan prinsip.Bentuk kesalahan prinsip yang dilakukan siswa adalah tidak menuliskan bagaimana caramendapatkan nilai a dan b. Selain itu, subjek juga melakukan kesalahan dalam menentukannilai a dan b nya. Misalnya pada soal nomor 1, beberapa siswa memperoleh nilai109

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN AmbonAmbon, 09 Februari 2018ISBN 9 786025 185700dan. Sedangkan untuk mencari suku ke-15 sebagaimana permintaan soal, makaharus dicari dahulu nilai awalnya dan nilai bedanya karena yang diketahui hanyalah U3 danU8. Namun, kebanyakan siswa melakukan kesalahan dalam menentukan kedua nilaitersebut. Sebagian besar siswa menggunakan U3 sebagai a dan mencari beda denganmengurangkan U8 dengan U3. Kesalahan dalam menentukan nilai beda ini disebabkankarena siswa tidak memahami bahwa beda dapat ditentukan dengan mudah jika diketahuidua suku yang berurutannya. Tetapi jika tidak diketahui dua suku berurutannya maka, harusmenggunakan cara eliminasi-substitusi untuk menentukannya atau memperkirakannyasecara manual.Selain itu, bentuk lain kesalahan prinsip yang dilakukan siswa adalah ketikamengerjakan soal nomor 2, siswa mengurangkan 39 dengan 1 yang seharusnya dikalikan.Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa ini menunjukan bahwa siswa tidak menguasaimateri operasi bilangan bulat dan aljabar sebagai materi prasyarat dalam mempelajarimateri pola bilangan.Jenis kesalahan terbanyak berikutnya adalah kesalahan konsep. Bentuk kesalahankonsep yang dilakukan siswa adalah tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakandari soal. Bentuk kesalahan ini adalah kesalahan ‘tersering’ yang dilakukan siswa. Sebagianbesar siswa melakukan kesalahan ini baik pada soal nomor 1 maupun 2. Hal ini terjadikarena guru tidak membiasakan mereka untuk selalu menulis yang diketahui danditanyakan dalam soal, sehingga rata-rata mereka tidak menuliskannya.Bentuk kesalahan konsep lain yang dilakukan yaitu kesalahan d

Indikator kesalahan yang digunakan mengacu pada objek matematika langsung menurut Gagne yaitu, kesalahan fakta, konsep, pinsip dan skill. Setelah dilakukan analisis diperoleh hasil penelitian bahwa jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill. Penyebab kesalahan tersebut adalah

Related Documents:

dalam menyelesaikan soal matematika adalah kesalahan dalam menafsirkan konsep, kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal, dan kesalahan siswa yang tidak mampu membagi waktu dalam menyelesaikan soal. Berdasarkan uraian diatas maka analisis kesalahan mahasiswa pada penyelesaian

SP-1 terkait kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada soal nomor 1 dan 2, kesalahan-kesalahan diatas di-sebabkan oleh beberapa faktor. Kesimpulan hasil analisis kesalahan SP-1 dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan aljabar di-sajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Hasil Analisis kesalahan SP-1 2.

Berdasarkan hasil analisis kesalahan diperoleh sebanyak 3.917 kesalahan yang dibuat siswa pada tes CoMTI 1 dan tes CoMTI 2. Kesalahan tersebut terdiri dari kesalahan pemahaman sebanyak 1.091 (28%), kesalahan transformasi sebanyak 1.969 (50%), kesalahan matematis sebanyak 716 (18%), dan kesalahan tafsir sebanyak 141 (4%).

penulisan kisi-kisi, penulisan soal, telaah (analisis kualitatif), ujicoba, analisis kuantitatif soal, dan kalibrasi soal. Soal-soal yang terbukti bermutu secara kualitatif dan kuantitiatif dikumpulkan dan disimpan dalam bank soal. Alur kegiatan pengembangan bank soal di Puspendik terlihat dalam diagram berikut. Penulis Soal Soal Mentah D i t e r i m a D i t o l a k Baik Kurang Baik Revisi U j .

2. Kepala sekolah memberikan arahan teknis tentang analisis butir soal kepada TPK sekolah dan guru/MGMP sekolah, antara lain mencakup: a. Dasar dan acuan pelaksanaan analisis butir soal b. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan analisis butir soal c. Manfaat analisis butir soal d. Hasil yang diharapkan dari analisis butir soal e.

butir soal latihan, 131 butir soal uji kompetensi dan 29 butir soal ulangan akhir semester I terdapat 155 butir soal atau 34,60% yang sesuai dengan model PISA dan 293 butir soal tidak serupa PISA atau 65,40% dari jumlah keseluruhan soal. Soal serupa PISA banyak terdapat dalam bab I, III dan IV dengan materi pokok bilangan,

Taksonomi SOLO. Untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan Taksonomi SOLO pada pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), peneliti melakukan Analisis dengan judul Analisis Tingkat Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi SPLDV Berdasrkan Taksonomi SOLO Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. 2.

on criminal law reforms which I had begun in 2001 when still working as an attorney. Observing the reforms in action and speaking with judges and lawyers not only helped to inform my own work, but also helped me to see how legal reform operates in a